PENDAHULUAN
Bahan alam merupakan produk murni dari alam. Bahan alam ini dapat
lainnya yang belum pernah mengalami proses pengolahan. Selain itu, ada juga
bahan alam dari bagian suatu organisme seperti daun, bunga atau organ hewan
yang terisolasi. Ekstrak dan senyawa murni juga merupakan bagian dari bahan
alam seperti alkaloid, kumarin, flavonoid, glikosida, lignan yang diisolasi dari
sekian banyak tanaman obat yang ada di Indonesia dan sering digunakan
memanfaatkan daunnya sebagai obat untuk hipertensi dan batu ginjal karena efek
diuretik yang dimilikinya, dan hal ini karena adanya kandungan flavonoid di
elusi dalam pemisahan senyawa yang terdapat dalam ekstrak sampel daun kumis
2. Berapa bobot kristal yang diperoleh dari uji kromatografi kolom gravitasi?
2. Untuk mengetahui bobot kristal yang diperoleh dari uji kromatografi kolom
gravitasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan alam dikatakan sebagai produk murni dari alam. Bahan alam ini
itu, ada juga bahan alam dari bagian suatu organisme seperti daun, bunga atau
organ hewan yang terisolasi. Ekstrak dan senyawa murni juga merupakan bagian
dari bahan alam seperti alkaloid, kumarin, flavonoid, glikosida, lignan yang
ini berbau aromatik, lemah, rasanya kalau diperhatikan benar agak asin, agak
pahit dan sepet. Tanaman ini dikenal dengan berbagai istilah seperti kidney tea
plants/ java tea (Inggris), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah dan
Jawa Timur) dan songot koneng (Madura). Tanaman Kumis kucing berasal dari
2011: 5).
Menurut Wulandari (2011: 5), bahwa uraian makroskopik dari daun kumis
telur, ada pula yang belah ketupat memanjang seperti lidah tombak.
2. Keadaan daun agak rapuh, panjang 4 cm-12 cm, lebar 5 cm-8 cm.
meruncing.
4. Tepi daun dan tulang daun berbulu, warna tulang daun ini hijau, tetapi ada pula
yang keunguan.
peluruh air seni (deuretik), radang kandung kemih, ginjal, dan untuk obat rematik.
Senyawa kimia yang terdapat dalam daun kumis, antara lain garam kalium dan
senyawa saponin. Kandungan utama yang paling stabil dalam daun kumis kucing
Menurut Wulandari (2011: 5-6), bahwa klasifikasi dari daun kumis kucing
Klasifikasi : Spermathophyta
Bangsa : Tubiflorae
Suku : Labiatae
Marga : Orthosipon
yang terkandung dalam suatu bahan alam. Isolasi senyawa pada bahan alam terdiri
dari beberapa tahap mulai dari ekstraksi, fraksinasi, pemurnian dan identifikasi.
Isolasi juga diartikan sebagai suatu usaha untuk memisahkan senyawa yang
sekunder. Biasanya proses isolasi senyawa dari bahan alami mengisolasi senyawa
Kandungan senyawa dari tumbuhan untuk isolasi dapat diarahkan pada suatu
senyawa yang lebih dominan dan salah satu usaha isolasi senyawa tertentu maka
dapat dimanfaatkan pemilihan pelarut organik yang akan digunakan pada isolasi
tersebut, dimana pelarut polar akan lebih mudah melarutkan senyawa polar dan
sebaliknya senyawa non polar lebih mudah larut dalam pelarut non polar (Ilyas,
2013: 2).
kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kolom, HPLC dan GC (Ilyas: 2013:
3).
D. Kromatografi
Kromatografi diturunkan dari kata chroma dan graphien yang berarti
jelas merupakan hasil dari proses pemisahan. Kromatografi juga digunakan untuk
pita-pita berwarna tersebut muncul istilah kromatografi yang berasal dari kata
73).
fase geraknya berupa cairan dan fase diamnya berupa solid adsorben.
peralatan yang sederhana, tetapi memiliki keterbatasan dalam hal efisiensi yang
rendah, waktu pemisahan yang relatif lama dan berlaku untuk senyawa berwarna
partikel fasa diam yang besar. Sementara itu, dengan majunya ilmu dan teknologi,
metode pemisahan dituntut memiliki tiga karakter yaitu efisiensi tinggi, cepat dan
(pada umumnya kurang dari 20 psi) yang digunakan sebagai kekuatan bagi elusi
bahan pelarut melalui suatu ruangan atau kolom yang lebih cepat. Kualitas
pemisahan sedang, tetapi dapat berlangsung cepat (10-15 menit). Pemisahan ini
tidak sesuai untuk pemisahan campuran yang terdiri dari bermacam-macam zat,
tetapi sangat baik untuk memisahkan sedikit reaktan dari komponen utama dalam
pada gravitasi. Ada dua hal yang membedakan kromatografi ini dengan
kromatografi kolom yaitu ukuran silika gel yang digunakan lebih halus dan
kecepatan aliran eluen tergantung pada ukuran silika gel dan tekanan gas yang
diberikan pada fasa diamnya. Sistem eluen yang digunakan pada kromatografi ini
dapat berupa campuran dari dua atau lebih pelarut. Banyaknya silika gel yang
digunakan bervariasi antara 30-100 kali berat sampel. Silika gel yang biasa
digunakan adalah silika gel G60 ukuran 63-200 μm dan silika gel G 60 ukuran 40-43
1. N-heksana
kimia C6H14. Awalan heks- merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada
heksana dan akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal
2010: 75).
Menurut Munawaroh (2010: 75), bahwa sifat fisika dan kimia n-heksan
Karakterisasi Syarat
Bobot molekul 86,2 gram/mol
Warna Tak berwarna
Wujud Cair
Titik lebur -95 oC
Titik didih 69 oC
Densitas 0,6603 g/mL pada 20 oC
Etil asetat adalah cairan jernih, tak berwarna, berbau khas yang digunakan
sebagai pelarut tinta, perekat dan resin dibandingkan dengan etanol, etil asetat
asetat dapat berfungsi sebagai bahan aditif untuk meningkatkan bilangan oktan
pada bensin serta dapat berguna sebagaibahan baku kimia serba guna. Pembuatan
METODOLOGI PENELITIAN
1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu neraca analitik, kolom
gravitasi, gelas ukur 100 mL, gelas kimia 100 mL dan 250 mL, tabung reaksi,
statif dan klem, batang pengaduk, corong, mangkok kaca, botol vial, spatula dan
botol semprot.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu aquades (H2O), etil
asetat (C4H8O2), fraksi etil asetat daun kumis kucing (Orthosiphon sramineus
Benth) (4:6), n-heksan (C6H14), silika G60 (230-400 mesh) no. Katalog 7733, silika
no. katalog 7734 yang dialiri dengan n-heksan dan mengatur sedemikian rupa
hingga tak ada gelembung udara di dalam kolom gravitasi. Menggerus fraksi
(Orthosiphon sramineus Benth) (4:6) dan silika G60 (230-400 mesh) no. katalog
7733 dengan tabung reaksi hingga halus. Memasukkannya ke dalam kolom yang
berisi silika G60 (230-400 mesh) no. katalog 7734 yang telah dialiri n-heksan
hingga memadat. Setelah itu, mengaliri dengan eluen yang memiliki perbandingan
berturut-turut (n-heksan:etil asetat) 9:1; 8:2; 6:4; 4:6; 4:8; 2:8 dan 1:9. Setelah itu,
menyimpan fraksi dalam botol vial dan menghitung jumlah botol vial yang
Fraksi yang menghasilkan kristal yaitu fraksi etil asetat pada botol vial
nomor 24 dan 25 (kristal) dengan bobot masing-masing 0,0071 gram dan 0,0105
B. Pembahasan
berdasarkan kepolarannya.
no. katalog 7734 ke dalam kolom gravitasi. Silika ini merupakan fase diam dalam
komponen senyawa dalam ekstrak. Silika dialiri dengan n-heksan bertujuan untuk
memadatkan silika hingga tidak ada lagi gelembung gas dalam kolom gravitasi.
(Orthosiphon sramineus Benth) (4:6) dan silika G60 (230-400 mesh) no. katalog
7733 dengan tabung reaksi hingga halus. Hal ini bertujuan untuk lebih
dan silika G60 (230-400 mesh) no. katalog 7733 ke dalam kolom yang berisi silika
G60 (230-400 mesh) no. katalog 7734 yang telah dialiri n-heksan hingga memadat.
Hal ini dilakukan untuk memulai proses kromatografi. Setelah itu, mengaliri
9:1; 8:2; 6:4; 4:6; 4:8; 2:8 dan 1:9. Perbandingan ini berdasarkan pada tingkat
menghitung jumlah botol vial yang digunakan untuk satu jenis perbandingan
eluen. Penggunaan botol vial dilakukan karena botol vial memiliki bentuk yang
kecil dan transparan sehingga mudah dianalisis warna atau jumlah fraksi yang
diperoleh.
Hasil yang diperoleh dalam percobaan ini yaitu fraksi dengan eluen n-
heksan:etil asetat (4:6) menghasilkan fraksi sebanyak 7 botol vial, eluen dengan
sebanyak 4 botol vial. Fraksi yang membentuk kristal terdapat pada botol vial
nomor 24 dan 25 dengan bobot 0,0071 gram dan 0,0105 gram. Bentuk kristal
yang diperoleh yaitu serbuk halus berwarna kuning yang akan dilanjutkan pada
identifikasi senyawa.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemisahan komponen-komponen kimia yang terdapat dalam ekstrak daun kumis
2. Bobot fraksi yang membentuk kristal yaitu botol vial ke-24 dan 25 dengan bobot
B. Saran