Anda di halaman 1dari 6

REFERAT

POTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG TERHADAP

GANGGUAN GAGAL GINJAL KRONIK

Oleh:
Fiqrotul Umam
G1A014108

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2020

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ginjal merupakan organ vital yang berperan dalam mempertahankan kestabilan


biologis dalam tubuh. Ginjal berperan penting dalam pengaturan cairan tubuh,
keseimbangan elektrolit, pengeluaran hasil metabolit dan eksresi obat dari dalam tubuh
(Shargel, Wu-Pong & Yu, 2015). Terdapat dua macam istilah umum gagal ginjal yaitu
gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik. Gagal ginjal akut, terjadinya penurunan fungsi
ginjal secaratiba–tiba yang dapat disebabkan oleh kerusakan,sirkulasi yang buruk atau
penyakitginjal lainnya(Frizzell, 2017). Dosis obat–obat tersebut, terutama yang
memiliki kisar terapetik sempit (narrow therapeutic window drugs)butuh penyesuaian
yang hati–hatiapabila diresepkan pada pasien dengan fungsi ginjal menurun(Baeur,
2016). Strategi penyesuaian dosis pada pasien gagal ginjal dapat membantu dalam
terapi obat individu dan dapat mencegah penurunan kualitas hidup pasien lebih
lanjut(Falconnier etal.,2001). Metode yang direkomendasikan dalam mengatur
penyesuaian dosis adalah dengan mengurangi dosis, memperpanjang interval dosis atau
kombinasi keduanya (Munar & Singh, 2017)
Obat diuretik golongan loop diuretik yaitu forusemid paling banyak digunakan.
Diuretik ini memiliki mekanisme aksi kerja dengan menginduksi peningkatan aliran
darah yang dimediasi oleh prostaglandin yang menghasilkan efek natriuretik. Kerja
diuretik ini tetap baik meskipun dalam keadaan ginjal yang lemah/tidak normal.
Mekanisme interaksi obat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu interaksi secara
farmakokinetik dan interaksi secara farmakodinamik. Penentuan pola interaksi berupa
farmakokinetik atau farmakodinamik ditetapkan berdasarkan mekanisme dan efek dari
obat tersebut. Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi
kecepatan absorpsi, distribusi, metabolisme atau ekskresi dari obat lain, sedangkan
interaksi farmakodinamik terjadi dengan cara mengubah efek suatu obat yang
dikarenakan keberadaan obat lain yang terjadi di tempat aksi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit gagal ginjal kronik

1. Definisi

Penyakit gagal ginjal kronik adalah suatu perubahan patologis pada fungsi

maupun struktur ginjal, sehingga terjadi penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

umumnya berakhir dengan gagal ginjal (Suwitra, 2014). Adapun kriteria penyakit

gagal ginjal kronik antara lain:

a. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau

fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) dengan

manifestasi:

1) Kelainan patologis

2) Terdapat tanda kelainan ginjal, terutama kelainan dalam komposisi darah

atau urin,atau kelainan dalam tes pencitraan

b. Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1.73 m2 selama 3 bulan,

dengan atau tanpa kerusakan ginjal (Suwitra, 2014).

2. Klasifikasi

Klasifikasi penyakit gagal ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu, derajat

(stage) penyakit diagnosis etiologi. Klasifikasi atas derajat penyakit, dibuat

berdasarkan LFG. Laju filtrasi glomerulus menggambarkan laju cairan yang disaring

melewati ginjal. Banyak formula yang tersedia dalam mengukur laju filtasi

glomerulus, namun yang biasa digunakan adalah formula Kockcroft-Gault sebagai

berikut:

( 140−umur ) X berat badan


3
LFG (ml/mnt/1,73m ) = mg
72 X kreatinin plasma( )
dl
*) pada perempuan dikalikan 0,85

Klasifikasi derajat penyakit dikelompokan berdasarkan fisiologi dari ginjal

sesuai rekomendasi dari National Kidney Fundation- Kidney Disease Outcome

Quality Initiative (NKF-KDOQI) .

Tabel 2.1 Klasifikasi derajat penyakit berdasarkan NKF-KDOQI


Derajat Deskripsi LFG
(mL/menit/1.73m2
1 Kerusakan ginjal disertai LFG normal ≥90
atau meninggi
2 Kerusakan ginjal disertai penurunan 60-89
3 ringan LFG 30-59
4 Penurunan moderat LFG 15-29
5 Penurunan berat LFG <15 atau dialysis
Gagal ginjal

3. Patofisiologi

Adanya pengurangan massa ginjal yang mengakibatkan hipertrofi struktural dan

fungsional nefron, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan

growth factor sehingga menyebabkan hiperfiltrasi yang di ikuti oleh meningkatnya

tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Keadaan ini diikuti proses maladaptasi

sklerosis nefron yang masih tersisa dan pada akhirnya terjadi penurunan fungsi

nefron secara progresif. Adanya peningkatan aksis renin angotensin aldosteron intra

renal yang dipengaruhi oleh Transforming Growth Factor β (TGF-β) menyebabkan

hiperfiltrasi, sklerosis, progresifitas. Progresifitas pada penyakit gagal ginjal kronik

juga dipengaruhi oleh albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia (Prince

dan Wilson, 2006).

Stadium awal peyakit ginjal kronik mengalami kehilangan daya cadangan ginjal

(renal reverse) dimana laju filtrasi glomerulus (LFG) masih normal atau meningkat

dan perlahan akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif ditandai dengan

adanya peningkatan kadar urea dan kreatinin serum, pada LFG sebesar 60% belum
terdapat keluhan tetapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum

pada pasien. Pada LFG 30% mulai timbul keluhan seperti nokturia, lemah, mual,

nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan, sedangkan pada LFG

kurang dari 30% terjadi gejala dan tanda uremia, peningkatan tekanan darah,

gangguan metabolisme, gangguan metabolisme dan didapatkan gangguan

keseimbangan cairan elektrolit. Kadar LFG kurang dari 15% merupakan stadium

gagal ginjal yang sudah terjadi komplikasi yang berat dan memerlukan terapi

pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi

ginjal (Suwitra, 2014)

4. Komplikasi

Penyakit ginjal kronik mengakibatkan berbagai komplikasi yang manifestasinya

sesuai dengan derajat penurunan fungsi ginjal diantaranya:

a. Penyakit jantung

Penyakit jantung merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas

pada pasien penyakit ginjal kronik. Penyakit jantung terutama gagal jantung,

sudden cardiac death, cardiomyopathy, ischemic heart disease, dan stroke.

Penyakit jantung disebabkan oleh beberapa faktor risiko, yaitu: hipertensi,

dislipidemia, merokok, aktivitas berlebihan dari simpatis, peningkatan abnormal

volume plasma dalam tubuh, anemia, hiperfosfatemia, hiperparatiroid, dan

inflamasi. Hal ini dapat menyebabkan gangguan perfusi, struktur jantung dan

fungsi jantung (Kasper DL, 2015 & Himmelfarb J. 2013).

b. Anemia

Anemia terjadi saat kadar Hb ≤ 10 g% atau hematokrit ≤ 30%. Penurunan

kadar Hb terjadi akibat proses penyakit ginjal kronik, yang menyebabkan

defisiensi produksi eritropoetion (EPO) oleh ginjal, berkuranganya masa hidup


eritrosit, meningkatnya kehilangan darah (pendarahan sistem pencernaan, darah

yang hilang saat hemodialisis dan disfungsi trombosit), gangguan absorpsi besi,

defisiensi nutrisi seperti asam folat dan vitamin B12. Anemia dapat

menyebabkan berkurangnya penghantaran oksigen, meningkatkan cardiac

output, dilatasi ventrikel dan hipertrofi ventrikel. Gejala yang dapat muncul

yaitu kelelahan, berkurangnya aktivitas fisik, gagal jantung, dan gangguan

kognitif (Suwitra K, 2014).

Anda mungkin juga menyukai