Anda di halaman 1dari 5

PENANGANAN KESEHATAN JIWA

Fase-fase di dalam penanganan kedaruratan akut, antara lain:

1. Intervensi Psikososial Orang yang Terkena Bencana

Berikut langkah-langkah intervensi psikososial terhadap mereka yang terkena bencana.

a. Selama fase emergensi (3 minggu pertama)


b. Menyediakan informasi yang sederhana dan mudah diakses pada daerah yang banyak
jenazah
c. Tidak mengecilkan arti dari upacara pengurusan jenazah
d. Menyediakan pencarian keluarga untuk yang tinggal sendiri, orang lanjut usia dan
kelompok rentan lainnya
e. Menganjurkan mereka membentuk kelompok-kelompok seperti, keagamaan, ritual dan
sosio keagamaan lainnya
f. Menganjurkan anggota tim lapangan untuk secara akif berpartisipasi selama masa duka
cita
g. Menganjurkan kegiatan bermain untuk anak
h. Memberikan informasi tentang reaksi psikologi normal yang terjadi setelah bencana.
Yakinkan mereka bahwa ini adalah NORMAL, SEMENTARA, dan DAPAT HILANG
DENGAN SENDIRINYA, dan SEMUA AKAN MERASAKAN HAL YANG SAMA
i. Tokoh agama, guru dan tokoh sosial lainnya harus terlibat secara aktif
j. Menganjurkan mereka untuk bekerja bersama-sama menjaga apa yang mereka butuhkan
k. Libatkan korban yang sehat dalam pekerjaan bantuan
l. Motivasi tokoh masyarakat and tokoh kunci lainnya untuk mengajak mereka dalam
diskusi kelompok dan berbagi tentang perasaan mereka
m. Jamin distribusi bantuan secara tepat
n. Sediakan layanan “cara penyembuhan” yang dengan orang dan memperlihatkan sikap
peduli terhadap setiap orang (misalnya, kelemahan atau minoritas) dari masyarakat
2. Reaksi Psikologis Masyarakat yang Terkena Bencana
Reaksi psikologis yang timbul pada masyarakat yang tertimpa bencana, antara lain:
a. Reaksi segera ( dalam 24 jam)
1) Tegang, cemas dan panic
2) Kaget, linglung, syok, tidak percaya
3) Gelisah, bingung
4) Agitasi, menangis, menarik diri
5) Rasa bersalah pada korban yang selamat Reaksi ini tampak hampir pada setiap orang
di daerah bencana dan ini dipertimbangkan sebagai Reaksi Alamiah pada Situasi
Abnormal, TIDAK membutuhkan intervensi psikologis khusus.
b. Reaksi terjadi dalam hari sampai minggu setelah bencana
1) Ketakutan, waspada, siaga berlebihan
2) Mudah tersinggung, marah, tidak bisa tidur
3) Khawatir, sangat sedih
4) Flashbacks berulang (ingatan terhadap peristiwa yang selalu datang berulang dalam
pikiran)
5) Menangis, rasa bersalah
6) Kesedihan
7) Reaksi positif termasuk pikiran terhadap masa depan
8) Menerima bencana sebagai suatu Takdir Semua itu adalah reaksi alamiah Dan
HANYA membutuhkan intervensi psikososial.
c. Terjadi kira-kira 3 minggu setelah bencana Reaksi yang sebelumnya ada dapat menetap
dengan gejala seperti:
1) Gelisah
2) Perasaan panik
3) Kesedihan yang mendalam dan berlanjut, pikiran pesimistik yang tidak realistik
4) Tidak melakukan aktivitas keluar, isolasi, perilaku menarik diri
5) Ansietas atau kecemasan dengan manifestasi gejala fiisk seperti palpitasi, pusing,
mual, lelah, sakit kepala

Reaksi ini TIDAK PERLU diperhitungkan sebagai gangguan jiwa. Gejala ini dapat
diatasi oleh tokoh masyarakat yang telah dilatih agar mampu memberikan intervensi
psikologik dasar.

Respons dari orang-orang yang terkena bencana dibagi atas 3 kategori utama:

a. Respon psikologis normal, tidak membutuhkan intevensi khusus


b. Respon psikologis disebabkan distres atau disfungsi sesaat, membutuhkan bantuan
pertama psikososial (psychological first aid)
c. Distress atau disfungsi berat yang membutuhkan bantuan profesi kesehatan jiwa

Coping skills yang SEHAT, antara lain:

a. Kemampuan untuk menghadapi sendiri masalah dengan cepat


b. Tepat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
c. Tepat menggunakan bantuan
d. Tepat mengekpresikan emosi yang menyakitkan
e. Toleransi terhadap ketidak jelasan tanpa memilih perilaku agresif
3. Gangguan Jiwa Sementara itu, gangguan jiwa yang sering tampak setelah bencana, antara
lain:
a. Reaksi stres akut
b. Kehilangan dan Berduka
c. Gangguan jiwa yang dapat diagnosis
1) Depresi (vs kesedihan)
2) Gangguan cemas (vs cemas)
3) Gangguan penyesuaian
4) Gangguan somatoform
d. Penyalahgunaan zat dan alkohol
e. Gangguan stres pasca trauma (Post-traumatic stress disorder (PTSD))
f. Kambuh/relaps gangguan jiwa yang sudah ada
g. Penyakit psikosomatik Gejala psikologis hanya dapat dinyatakan bila memenuhi kriteria
dibawah ini:
h. Gejala hebat dan menunjukkan gangguan yang bermakna pada fungsi sosial dan
pekerjaan.
i. Gejala menetap selama beberapa minggu (4–6 minggu) (kecuali psikosis dimana cukup
satu minggu bila ada gejala sudah dapat ditegakkan diagnosis)
4. Gangguan Depresi Gangguan depresi yang dialami oleh masyarakat yang tertimpa bencana,
antara lain:
a. Suasana hati (mood) yang depresif: perasaan sedih, menderita, mudah tersinggung atau
gelisah
b. Kehilangan minat dan rasa senang
c. Berkurangnya tenaga, mudah lelah, menurunnya aktivitas
d. Menurunnya konsentrasi dan perhatian terhadap tugas
e. Berkurangnya rasa percaya diri dan rendahnya harga diri
f. Rasa bersalah dan rasa tidak berguna
g. Pandangan suram dan pesismistik terhadap masa depan
h. Merusak diri atau usaha bunuh diri
i. Gangguan tidur
j. Berkurangnya libido dan nafsu makan

Terapi farmakologi untuk mengatasi gangguan depresi, antara lain:

a. Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (Fluoxetine: 20 – 40 mg/hari)


b. Imipramine (150 – 250 mg/hari). Saat ini kurang disukai karena efek sampingnya
c. Mulailah semua obat dengan dosis rendah dan tingkatkan secara bertahap setelah 7- 10
hari
d. Lanjutkan pemberian antidepresan selama 6–8 minggu
e. Bila respons masih kurang naikkan dosis
f. Bila pasien memperlihatkan hasil yang baik lanjutkan pengobatan sampai 6–9 bulan
g. Turunkan dosis obat setelah 4–6 minggu sesudah menyelesaikan pengobatan.
5. Gangguan Cemas Gangguan cemas yang muncul, antara lain:
a. Ansietas biasanya tampak dengan gejala somatik, kognitif dan emosional
b. Gangguan ansietas termasuk Gangguan Cemas Menyeluruh Gangguan Panik, Fobia
sosial dan spesifik, Gangguan stres pasca trauma (post traumatic stress disorder (PTSD)
c. Gejala dapat terjadi secara episodik atau berlanjut, mereka dapat muncul secara tiba-tiba
tanpa sebab atau sebagai respon atas situasi tertentu.

Terapi farmakologi untuk gangguan cemas, antara lain:

a. Gangguan ansietas menyeluruh:


1) Diazepam 5 mg dua kali sehari pada kasus ringan dan 3 kali 10 mg sehari pada kasus
berat atau
2) Alprazolam 0,75 – 1,5 mg/hari atau
3) Buspirone 30 – 60 mg/hari d. Propranolol 40 – 80 mg/hari dibagi dua dosis
b. Gangguan Panik:
1) Fluoxetine 20 – 40 mg/hari atau
2) Alprazolam 1,5 – 6 mg/hari dalam dua atau tiga dosis atau
3) Imipramine 50 mg/hari dalam dua dosis sampai maksimum 150 – 250 mg/hari
6. Gangguan Stres Pascatrauma Untuk gejala gangguan stres pascatrauma yang sering dialami
korban bencana, antara lain:
a. Pengalaman berulang terhadap peristiwa (misal dalam bentuk mimpi yang menakutkan)
b. Menghindar dari hal yang dapat mengingatkan peristiwa
c. Secara umum kurang responsif
d. Berkurangnya minat
e. Meningkatnya gangguan tidur dan buruknya konsentrasi Diagnosis hanya ditegakkan bila
gejala di atas terdapat lebih dari satu bulan.
7. Gangguan Campuran Ansietas dan Depresi Gangguan campuran ansietas dan depresi yang
dialami masyarakat yang tertimpa bencana, antara lain:
a. Kadangkala gangguan ansietas dan depresi dapat terjadi pada waktu yang sama
memberikan tanda dan gejala dari kedua gangguan tersebut
b. Pengobatan dapat dilakukan untuk kedua kondisi diatas
8. Gangguan Penyesuaian Gangguan penyesuaian adalah:
a. Perasaan nyeri atau reaksi maladaptif untuk suatu stres yang spesifik dan terjadi dalam
waktu 3 bulan dari waktu kejadian stres
b. Suatu kejadian stres berakhir, gejala biasanya hilang dalam waktu 6 bulan.
Tanda dan gejala gangguan penyesuaian, antara lain:
1) Depresi
2) Menangis
3) Putus asa
4) Kecemasan yang bermanifestasi dengan palpitasi dan hiperventilasi
5) Gangguan menantang seperti: merusak, mengendari ugal-ugalan, berkelahi (hak
orang dilanggar atau acuh tak acuh)
6) Gangguan pada pekerjaan (gangguan pada bidang akademik yang dimanifestasikan
pada kesulitan dalam fungsi pekerjaan atau sekolah)
7) Menarik diri, manifestasi dengan perilaku menarik diri dari lingkungan sosial , ini
tidak khusus pada semua orang

Terapi farmakologi untuk gangguan penyesuaian, antara lain:

a. Bila gejala ansietas berat, gunakan obat ansiolitik untuk beberapa hari pertama
b. Alprazolam 0,5 – 1 mg dapat diberika tiga kali sehari
9. Gangguan Somatoform Gangguan sotamoform yang tampak pada masyarakat yang tertimpa
bencana, antara lain:
a. Pasien mempunyai berbagai keluhan fisik tapi tidak ditemukan adanya etiologi yang
spesifik
b. Gejala biasanya membantu individu untuk melarikan diri dari situasi yang menekan atau
untuk mencari perhatian
c. Gangguan Somatoform termasuk:
1) Gangguan konversi: paralisis dan kejang yang tidak dapat dijelaskan
2) Hypokondriasis
3) Gangguan Somatisasi ditandai dengan berbagai keluhan somatik

Prinsip umum penatalaksanaan gangguan somatoform, antara lain:

a. Jangan masukkan penyakit tetapi hindari peme-riksaan yang tidak perlu


b. Dengar pasien, pasien mencari pertolongan
c. Jangan label mereka dengan sebagai hysterical atau gangguan buatan (malingering)
d. Fokus untuk meringankan gejala secara simptomatik dan tidak pada mencari penyebab
e. Berikan “reassurance” pada pasien
f. Fokuskan pada fungsi dari pada gejala atau penyakit
g. Antipsikotik dapat digunakan secara bijaksana
10. Psikotik Akut Gejala yang tampak pada psikotik akut, antara lain:
a. Hallusinasi (sensasi atau bayangan yang salah, misalnya mendengar suara-suara bila
tidak ada satupun orang disekelilingnya)
b. Waham (ide atau keyakinan salah yang benar-benar dipertahankan pasien)
c. Gangguan proses pikir: pembicaraan aneh dan assosiasi
d. Perilaku abnormal seperti menarik diri dari lingkung-an sosial, kecurigaan, mengancam.

Terapi farmakologi untuk psikotik akut: Berikan injeksi Haloperidol (5-10 mg) intramuscular

Anda mungkin juga menyukai