Anda di halaman 1dari 10

REFERAT

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SHOLAT DALAM KEADAAN KHUSUS

OLEH:

Alfina Nursa’adah
201810330311074

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sholat merupakan salah satu tiang bangunan islam. Begitu pentingnya arti
sebuah tiang dalam suatu bangunan yang bernama islam, sehingga takkan
mungkin untuk ditinggalkan. Makna bathin juga dapat ditemukan dalam sholat
yaitu: kehadiran hati, tafahhum (Kefahaman terhadap ma’na pembicaraan),
ta’dzim (Rasa hormat), mahabbah, raja’ (harap) dan haya (rasa malu), yang
keseluruhannya itu ditujukan kepada Allah sebagai Ilaah.
Sesungguhnya shalat merupakan sistem hidup, manhaj tarbiyah dan ta’lim
yang sempurna, yang meliputi (kebutuhan) fisik, akal dan hati. Tubuh menjadi
bersih dan bersemangat, akal bisa terarah untuk mencerna ilmu, dan hati menjadi
bersih dan suci. Shalat merupakan tathbiq ‘amali (aspek aplikatif) dari prinsip-
prinsip Islam baik dalam aspek politik maupun sosial kemasyarakatan yang ideal
yang membuka atap masjid menjadi terus terbuka sehingga nilai persaudaraan,
persamaan dan kebebasan itu terwujud nyata. Terlihat pula dalam shalat makna
keprajuritan orang-orang yang beriman, ketaatan yang paripurna dan keteraturan
yang indah.
Karena itu semua maka masyarakat Islam pada masa salafus shalih sangat
memperhatikan masalah shalat, sampai mereka menempatkan shalat itu
sebagai”mizan” atau standar, yang dengan neraca itu ditimbanglah kadar kebaikan
seseorang dan diukur kedudukan dan derajatnya. Jika mereka ingin mengetahui
agama seseorang sejauh mana istiqamahnya maka mereka bertanya tentang
shalatnya dan sejauh mana ia memelihara shalatnya, bagaimana ia melakukan
dengan baik. Ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW:
“Apabila kamu melihat seseorang membiasakan ke Masjid, maka saksikanlah
untuknya dengan iman.” (HR. Tirmidzi).
Dalam kitab Jami’ush shogir lima orang sahabat r.a. yaitu Tsauban, Ibnu
Umar, Salamah, Abu Umamah dan Ubadah r.a.telah meriwayatkan hadist
ini : ” Sholat adalah sebaik-baik amalan yang ditetapkan Allah untuk hambanya”.
Begitupun dengan maksud hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu mas’ud dan Anas r.a.
Begitulah orang-orang yang beriman itu bukanlah orang yang melaksanakan
ritual dan gerakan-gerakan yang diperintahkan dalam sholat semata tetapi dapat
mengaplikasikannya dalam keseharianya. Sholat sebagai salah satu penjagaan bagi
orang-orang yang beriman yang benar-benar melaksanakannya.

1.2. Tujuan
Tujuan penulis membuat referat ini adalah untuk mengetahui shalat yang
meliputi definisi, sejarah , macam-macam , serta manfaat dalam solat.

1.3. Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan memperluas
wawasan penulis ataupun pembaca mengenai shalat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Sholat menurut bahasa adalah do’a, sedangkan menurut istilah adalah
pekerjaan dan ucapan yang diawali oleh takbiratul ihram dan diakhiri oleh salam.
Permulaan shalat, shalat didirikan dengan membaca kalimah kebesaran Allah.
Yaitu musholi bertakbir dengan mengucapkan Allahu Akbar, maka serempak
jiwanya bergerak menghadap ke Hadirat Allah Yang Maha tinggi Mahamulia.
Sementara musholi meninggalakan seluruh urusan dunianya dan memusatkan
pikirannya untuk menghadap Allah SWT. Sehingga, sudah barang tentu ia putus
hubungan dengan (makhluk) di bumi, meskipun jasadiahnya ada di atas hamparan
bumi.
Sesungguhnya shalat dengan adzan dan iqamatnya, berjamaah dengan
keteraturannya, dengan dilakukan di rumah-rumah Allah, dengan kebersihan dan
kesucian, dengan penampilan yang rapi, menghadap ke kiblat, ketentuan
waktunya dan kewajiban-kewajiban lainnya seperti gerakan, tilawah,
bacaanbacaan dan perbuatan-perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam, dengan ini semuanya maka shalat mempunyai nilai lebih dari
sekedar ibadah bumi, seraya berdoa selamat (mengucap salam) kepada makhluk
bumi, keselamatan dan kesejahteraan yang diperuntukkan bagi sesama makhluk-
Nya. Sebab itulah shalat berawal dengan takbir ihram, Allahu Akbar dan berakhir
dengan salam, ‘Assalamu’alaikum’.

2.2 Sejarah Salat


Perintah mendirikan shalat yaitu melalui suatu proses yang luar biasa yang
dilaksanakan oleh Rasulullah SAW yaitu melalui Isra dan Mi’raj, dimana proses
ini tidak dapat dipahami hanya secara akal melainkan harus secara keimanan
sehingga dalam sejarah digambarkan setelah Nabi melaksanakan Isra dan Mi’raj,
umat Islam ketika itu terbagi tiga golongan, yaitu yang secara terang-terangan
menolak kebenarannya itu, yang setengah – tengahnya, dan yang yakin sekali
kebenarannya. Dilihat dari prosesnya yang luar biasa maka shalat merupakan
kewajiban yang utama, yaitu mengerjakan shalat dapat menentukan amal – amal
yang lainnya, dan mendirikan sholat berarti mendirikan agama dan banyak lagi
yang lainnya.

2.3 Macam-Macam Shalat


Sholat terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Sholat Fardhu
Yaitu sholat yang diwajibkan Alloh SWT kepada hamba-hamba-Nya sesuai
batasan-batasan yang telah dijelaskan-Nya, baik melalui perintah maupun
larangan. Dalam hal ini adalah sholat 5 waktu dalam sehari semalam, yaitu:
a. Dzuhur, waktunya dari tergelincirnya matahari kearah barat sampai panjang
bayangan dua kali lipat dari panjang benda aslinya
b. 'Ashar, waktunya dari panjang bayangan dua kali lipat dari panjang benda
aslinya sampai tenggelamnya matahari.
c. Magrib, waktunya dari tenggelamnya matahari sampai hilangnya mendung
merah dilangit.
d. 'Isya', waktunya dari hilangnya mendung merah di langit sampai munculnya
fajar shodiq.
e. Shubuh, waktunya dari menculnya fajar shodiq sampai terbitnya matahari.
2. Sholat Tathowwu'
Yaitu sholat sunnah atau tambahan dari sholat-sholat fardhu 5 waktu.
a. Sholat Tathowwu' Muthlaq Yaitu sholat sunnah yang batas dan
ketentuannya tidak ditentukan oleh syara'.
b. Sholat Tathowwu' Muqoyyad Yaitu sholat yang batas dan ketentuannya
telah ditentukan oleh syara'.
Ibnu Umar rodhiallohu anhuma berkata: "Aku mengahafal 10 rokaat
(sholat) dari Nabi sholallohu alaihi wa sallam. 2 rokaat sebelum Dzuhur dan 2
rokaat sesudahnya, 2 rokaat setelah maghrib dirumahnya, 2 rokaat setelah
isya' dirumahnya, dan 2 rokaat sebelum shubuh disaat Nabi sholallohu alaihi
wa sallam tidak boleh dimasuki orang lain". (HR. Bukhori: 118, dan Muslim:
729) Sholat lain yang disyariatkan dalam bagian ini antara lain, sholat-sholat
sunah seperti sholat tahajud, sholat witir dan rowatib, sholat istihoroh, sholat
dhuha, sholat taubat, sholat tahiyyatul masjid, dan sholat tasbih.
2.4 Manfaat Shalat
a) Shalat dapat menghapus dosa
b) Shalat dapat menjauhkan dari perbuatan keji
c) Shalat dapat meningkatkan kualitas kesehatan
2.5 Shalat Dalam Keadaan Khusus
Sebagaimana disebutkan di muka, bahwa para prinsipnya orang sakit tidak
dicabut kewajiban shalatnya. Namun mendapatkan beberapa keringanan. Untuk
itu dalam menetapkan bentukbentuk keringanan, ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan, antara lain :
1. Sakit Tidak Menggugurkan Kewajiban
Shalat Ini adalah prinsip yang paling dasar dan sangat penting. Sebab
banyak sekali orang yang keliru dalam memahami bentuk-bentuk
keringanan, sehingga terlalu memudah-mudahkan hingga keluar batas.
Tidak mentang-mentang seseorang menderita suatu penyakit, lantas dia
boleh meninggalkan shalat seenaknya. Kalau pun terpaksa harus
meninggalkan shalat, karena alasan sakit yang tidak mungkin bisa
mengerjakan shalat, tetap saja shalat itu menjadi hutang yang harus
dibayarkan di kemudian hari.
2. Lakukan Yang Bisa Dilakukan
Seseorang yang sakit tetap diwajibkan untuk mendirikan shalat dengan
melakukan gerakan dan posisi-posisi shalat sebisa dan semampu yang dia
lakukan, meski pun tidak sampai sempurna. Dalilnya adalah firman Allah
SWT
‘Dan bertaqwalah kepada Allah semampu yang kamu bisa’ (QS. At-
Taghabun : 16)
Dan juga sabda Rasulullah SAW :

Bila kalian diperintah untuk mengerjakan sesuatu, maka kerjakannya


semampu yang bisa kamu lakukan. (HR.Bukhari)
Prinsipnya, apa pun gerakan dan bacaan shalat yang masih bisa
dikerjakan, maka tetap wajib untuk dikerjakan. Dan apa yang sama sekali
sudah mustahil bisa dilakukan, barulah boleh untuk ditinggalkan. Dalam
konteks ini, kita tidak mengenal prinsip take it or leave it .
2.6 Keringanan Bagi Orang Sakit
1. Keringanan Dalam Bersuci
Dalam perkara bersuci untuk mengangkat hadats, apabila tidak
dimungkinkan bagi orang yang sedang sakit untuk menggunakan air,
baik untuk berwudhu' atau mandi janabah, maka para ulama
menetapkan kebolehan bertayammum. Tidak boleh terkena air itu
karena ditakutnya akan semakin parah sakitnya atau terlambat
kesembuhannya oleh sebab air itu. Baik atas dasar pengalaman pribadi
maupun atas petunjuk dari dokter atau ahli dalam masalah penyakit
itu. Maka pada saat itu boleh baginya untuk bertayammum. Dalilnya
adalah hadits Rasulullah SAW berikut ini :
Dari Jabir radhiyallahuanhu berkata"Kami dalam perjalanan
tiba-tiba salah seorang dari kami tertimpa batu dan pecah kepalanya.
Namun (ketika tidur) dia mimpi basah. Lalu dia bertanya kepada
temannya"Apakah kalian membolehkan aku bertayammum ?". Teman-
temannya menjawab"Kami tidak menemukan keringanan bagimu
untuk bertayammum. Sebab kamu bisa mendapatkan air". Lalu
mandilah orang itu dan kemudian mati (akibat mandi). Ketika kami
sampai kepada Rasulullah SAW dan menceritakan hal itu bersabdalah
beliau"Mereka telah membunuhnya semoga Allah memerangi mereka.
Mengapa tidak bertanya bila tidak tahu ? Sesungguhnya obat
kebodohan itu adalah bertanya. Cukuplah baginya untuk
tayammum ...(HR. Abu Daud, AdDaruquthuny).
2. Keringanan Tidak Bisa Berdiri
Berdiri merupakan rukun di dalam shalat fardhu, dimana seorang bila
meninggalkan salah satu dari rukun shalat, maka hukum shalatnya itu
tidak sah. Namun bila seseorang karena penyakit yang dideritanya, dia
tidak mampu berdiri tegak, maka dia dibolehkan shalat dengan posisi
duduk.

Dari Imran bin Hushain berkata,”Aku menderita wasir, maka aku


bertanya kepada Rasulullah SAW. Beliau bersabda,”Shalatlah sambil
berdiri, kalau tidak bisa, maka shalatlah sambil duduk. Kalau tidak bisa,
shalatlah di atas lambungmu. (HR. Bukhari)
BAB 3
KESIMPULAN

Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang


dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita
beribadah kepada Allah menurut syarat – syarat yang telah ditentukan.
Sedangkan secara hakikinya ialah berhadapan hati (jiwa) kepada Allah,
secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan di dalam
jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya atau melahirkan
hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan
dan pekerjaan atau dengan kedua – duanya. Orang beriman melaksanakan
shalat sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT, serta
sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Selain itu sholat juga
mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan manusia, untuk kesehatan
manusia itu sendiri, ketenangan hati dan pikiran, dan keselamatan di akhirat
karena amal yang pertama dihisab adalah sholat.
DAFTAR PUSTAKA
http://abiyazid.wordpress.com/2008/03/06/waktu-yang-terlarang-untuk-
shalat/ http://majelisvirtual.com/2010/04/15/dahsyatnya-siksa-bagi-orang-
yang
meninggalkan-sholat/
http://islamic-indo.blogspot.com/2011/01/syarat-wajib-shalat.html

Anda mungkin juga menyukai