Anda di halaman 1dari 27

G LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

Acara I

PENGENALAN ALAT

Disusun oleh :

Pelagia Acintya 188114121

Felysiana Dasilva Anggal 188114122

Esteria Ayu Wulandari S. 188114123

Katarina Apriliani M. R 188114124

Kelompok praktikum/kelas : C2/1

Nilai laporan Tanggal dan Paraf Asisten

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019
ACARA I

PENGENALAN ALAT

A. TUJUAN

Mengenal bermacam-macam alat dan cara penggunaannya secara benar pada praktikum
mikrobiologi.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Mikrobiologi adalah bidang ilmu biologi khusus yang menangani makhluk hidup yang
sangat kecil dan tidak bisa dilihat tanpa pembesaran. Organisme mikroskopis semacam ini
secara kolektif disebut sebagai mikroorganisme, mikroba atau beberapa istilah lain, tergantung
pada tujuannya. Beberapa orang bahkan menyebutnya kuman atau serangga karena berkaitan
dengan beberbagai infeksi dan penyakit. Ada beberapa kelompok mikroorganisme yang
dipelajari yaitu bakteri virus, jamur, protozoa, ganggang dan cacing (Talaro, 2008).

Kesulitan dalam menetapkan batas-batas mikrobiologi telah menyebabkan munculnya


bebrapa kriteria lain untuk mendefinisikannya. Misalnya, karakteristik penting dari
mikroorganisme, bahkan yang besar dan multiseluler relatif memiliki konstruksi yang
sederhana, tidak memiliki sel yang berdiferensisasi dan jaringan yang berbeda. Ahli
mikrobiologi biasanya mengisolasi mikroorganisme tertentu dari suatu populasi dan kemudian
membiakkannya. Dengan demikian mikrobiologi menggunakan tekni seperti sterilisasi dan
penggunaan media kultur yang diperlukan untuk isolasi dan pertumbuhan mikroorganisme
(Willey, Sherwood and Woolverton, 2008).

Mikroorganisme beragam dan klasifikasinya selalu menjadi tantangan bagi ahli


taksonomi mikroba. Deskripsi awal mereka sebagai tanaman atau hewan terlalu sederhana.
Misalnya, beberapa mikroba bergerak seperti binatang, tetapi juga memiliki dinding sel dan
bersifat fotosintesis seperti tanaman. Mikroba semacam itu tidak dapat ditempatkan dengan
mudah kedalam suatu kingdom atau yang lainnya. Faktor lain yang penting dalam
mengklasifikasikan mikroorganisme adalah bahwa bebrapa terdiri dari sel prokariotik dan sel
eukariotik (Willey, Sherwood and Woolverton, 2008).

Mikroba memiliki keragaman dan kegunaan yang luar biasa sehingga menjadikan
dirinya kandidat yang sangat baik untuk memecahkan masalah manusia. Karena insiden atau
pilihan yang disengaja ataupun tidak, manusia telah memanfaatkan mikroorganisme selama
ribuan tahun untuk meningkatkan kehidupan dan bahkan untuk memajukan kehidupan manusia
itu sendiri. Ketika manusia memanipulasi mikroorganisme untuk dijadikan produk dalam
industri, itu disebut bioteknologi. Contohnya, beberapa bakteri khusus memiliki kapasitas untuk
mengikat logam mulia atau menghasilkan enzim yang digunakan dalam deterjen (Talaro, 2008).

Rekaya genetika adalah bidang ilmu bioteknologi yang digunakan untuk memanipulasi
genetika mikroba, tanaman dan hewan dengan tujuan untuk menciptakan produk baru dan
modifikasi genetika organisme. Teknik yang digunakan untuk mendesain organisme ini
dinamakan DNA Rekombinan. DNA Rekombinan memungkinkan untuk secara sengaja
mengubah dan memindahkan materi genetic dari satu organisme ke organisme lainnya. Bakteri
dan jamur adalah beberapa organisme pertama yang direkayasa secara genetika, karena mereka
sangat mudah beradaptasi dengan perubahan dalam susunan genetika. DNA rekombinan
memiliki potensi yang tak terbatas dalam penggunaan medis, industry dan pertanian. Mikroba
dapat direkayasa untuk mensintesis protein yang diinginkan seperti obat, hormon,dan enzim
(Talaro, 2008).

Kelangsungan hidup dan pertumbuhan mikroorganisme bergantung pada pasokan nutrisi


yang memadai dan lingkungan pertumbuhan yang menguntungkan. Kebanyakan mikroba
menggunakan zat yang mudah larut dan biasanya berasal dari degradasi enzimatik dari nutrisi
kompleks. Solusi untuk mendapatkan nutrisi ini adalah media kultur. Pada dasarnya media
kultur bersifat cair, semisolid dan solid. Medium cair tidak memiliki zat pemadat dan disebut
broth medium. Broth medium dilengkapi dengan pemadat yang disebut agar. Agar
menghasilkan medium solid dan medium semisolid. Konsentrasi agar kurang dari 1% disebut
medium semisolid (Cappucino and Sherman, 2008).

Sterilisasi merupakan ciri khas dalam berkerja dilaboratorium mikrobiologi. Untuk


mencapai sterilitas, maka harus menggunakan peralatan yang steril dan teknik sterillisasi.
Sterilisasi adalah proses membuat medium atau bahan yang bebas dari segala bentuk kehidupan
atau mikroorganisme lain (Cappucino and Sherman, 2008).

C. SKEMA KERJA
Alat disimulasikan atau didemikan dan diberi penjelasan mengenai cara kerja dan fungsi alat.

Cara penggunaan alat dipraktekan dengan benar sesuai dengan fungsi alat tersebut.
D. HASIL PENGAMATAN

No. Ruang Nama Alat Fungsi Alat Gambar


1. R. Lab Bunsen Untuk menciptakan
kondisi yang steril

2. R. Autoklaf Alat untuk


Sterilisasi mensterilkan
berbagai macam alat
dan bahan yang
digunakan dalam
mikrobiologi
menggunakan uap air
panas bertekanan
3. R. Isolasi BSC Untuk bekerja secara
( Biological aseptis
Safety
Cabinet )

4. R. Lab Batang Untuk mengaduk


Pengaduk atau mencampur
media
5. R. Lab Blankdisk Menguji aktivitas
antimikroba (kosong)
biasanya diisi control
negative
6. R. Lab Cawan Petri Wadah penyimpanan
dan pembuatan kultur
media

7. R. Lab Batang Menanam mikroba


bengkok dengan cara
sebar/pulasan/spread

8. R. Lab Cottonbud Untuk mengambil


sampel mikroba alam

9. R. Lab Colony counter Menghitung koloni


mikroba dalam kulit
10. R. Lab Centrifuge Mempelajari struktur
dan fungsi suatu
komponen sel

11. R. Lab Jarum Ose Menanam bakteri


dengan bentuk
goresan

12. R. Lab Jarum Menanam bakteri


Inokulasi dengan cara tusukam

13. R. Lab Jarum Enten Menanam mikroba


yang berupa
jamur/fungi

14. R. Lab Mikropipet Mengambil cairan


dalam jumlah kecil
(micrometer)
biasanya 1500µl

15. R. Lab Yellow tip dan Yellowtip digunakan


Blue Tip pada mikropipet
untuk mengambil
larutan dalam ukuran
mikro (20µl sampai
200µl)

Bluetip digunakan
pada mikropipet
untuk mengambil
larutan dalam ukuran
mikro
(100µl sampai
1000µl)
16. R. Lab Penjepit Menjepit tabung
Tabung Reaksi reaksi saat
melakukan
pemanasan

17. R. Lab Pipet Ukur Mengambil cairan


dalam jumlah
tertentu

18. R. Lab Pom pipet Mengambil larutan


dengan volume
tertentu

19. R. Lab Nephelometer Mengukur


konsentrasi larutan
yang mengandung
bakteri

20. R. Lab Pinset Mengambil sampel


dari organ atau
jaringan atau
meletakkan sampel
pada kaca preparat
dan mengambil
benda-benda kecil
21. R. Lab Pipet tetes Mengambil cairan
dalam volume sekecil
mungkin

22. R. Lab Tabung Reaksi Menyimpan atau


menanam bakteri
atau media

23. R. Lab Stirrer Menghomogenkan


media saat berada di
Erlenmeyer
z24 R. Lab Tabung Menampung gas
. durham yang terbentuk akibat
dari metabolisme
pada bakteri yang
diujikan
25. R. Lab Pelubang Membuat lubang
Sumuran sumuran pada media.
Sumuran diisi
antibiotic yang akan
diuji

26. R. Lab Kaca preparat Meletakkan objek


yang akan diamati
dengan
menggunakan
mikroskop
27. R. Lab Kaca preparat Mengamati
cekung pergerakan
mikroorganisme di
bawah mikroskop
28. R. Lab Kaca arloji Menimnamg bahan-
bahan kimia yang
bersifat higroskopis,
sebagai penutup saat
melakukan
pemanasan bahan
kimia, sebagai wadah
untuk mengeringkan
suatu bahan dalam
desikator
29. R. Lab Labu ukur Tempat pembuatan
larutan dengan
konsentrasi dan
volume tertentu

30. R. Lab Erlenmeyer Tempat pembiakan


mikroba dan tempat
membuat media
31. R. Lab Gelas ukur Mengukur larutan
dengan volume
tertentu

32. R. Lab Gelas beaker Mencampur atau


menyimpan cairan

33. R. Lab Filter bakteri Disambungkan ke


(milipore) siring, untuk
mengambil bakteri
yang tidak tahan
panas
34. R. Lab Vortex Mencampur dan
menghomogenkan
cairan di dalam
tabung reaksi

35. R. Lab Hot plate Memanaskan bahan


( Heater ) kimia dan reagen
juga untuk
menghomogenkan
larutan

36. R. Lab Rak tabung Tempat menyimpan


reaksi tabung reaksi

37. R. Lab Oven Mensterilkan alat-


alat gelas yang tahan
terhadap panas
38. R. Lab Inkubator Mennyimpan biakan
mikroba dalam suhu
tertentu dan untuk
menyimpan media
steril

39. R. Media Timbangan Mengukur atau


Analitik menimbang berat
bahan atau media
dalam jumlah yang
sedikit dengan tepat
dan akurat

40. R. Isolasi Lemari es Tempat penyimpanan


media yang masih
steril dengan proses
pendinginan dan siap
dipakai serta untuk
menyimpan reagen
41. R. Isolasi Rak media Menyimpan berbagai
media

42. R. Isolasi Shaker electric Menghomogenkan


bahan dengan
beberapa alat

43. R. Lab Hemositometer Menghitung jumlah


sel bakteri atau
mikroorganisme
dalam sel darah
44. R. Lab Mikroskop Melihat struktur
mikroorganisme
yang tidak dapat
dilihat oleh mata
telanjang

45. R. Lab Spatula Mengambil objek


serta mengambil
bahan kimia yang
berbentuk padatan
dan dipakai untuk
mengaduk larutan

E. PEMBAHASAN

Sebelum membahas tentang alat-alat dalam laboratorium mikrobiologi, secara singkat


laboratorium mikrobiologi adalah laboratorium yang didesain secara khusus untuk keperluan praktikum
atau eksperimen yang berhubungan dengan mikrobiologi, yang akan mempelajari tentang makhluk
makhluk hidup yang kecil (mikroba). Untuk menunjang kesuksesan praktikum maupun eksperimen
maka diperlukan peralatan khusus di laboratorium mikrobiologi. Pada praktikum acara pertama ini,
bertujuan untuk mengenal bermacam-macam alat laboratorium tersebut dan cara penggunaannya secara
benar dalam praktikum mikrobiologi. Berikut prinsip kerja masing-masing alat tersebut :

1. Colony counter
Coloni counter berfungsi untuk menghitung koloni mikobia dalam kulit. Cara menggunakannya
yaitu setelah ON menyimpan cawan petri di dalamnya yang berisi bakteri atau jamur ke dalam
kamar hitung, mengatur alat penghitung pada posisi 000 dan mulai menghitung dengan
menggunakan jarum penunjuk sambil melihat jumlah pada pada layar hitung. Fungsi dari alat
ini adalah untuk menghitung jumlah koloni dan bakteri. (Andriani, 2016)
2. Inkubator
Alat yang berfungsi untuk menginkubasi mikroba pada suhu yang terkontrol. Alat ini
dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu. Kisaran suhu untuk incubator produksi
Heraeus B5042 misalnya adalah 10-70 oC. Inkubator memiliki prinsip kerja yaitu dengan
memasukkan atau menyimpan biakan murni mikroorganisme, kemudian mengatur suhunya,
biasanya hanya dapat diatur diatas suhu tertentu. (Andriani, 2016)
3. Oven
Oven berfungsi untuk mensterilkan alat-alat gelas yang tahan terhadap panas. Digunakan pada
sterilisasi udara kering dengan membebaskan alat-alat dari segala macam kehidupan (mikroba)
tanpa kelembaban. Cara menggunakannya yaitu dengan memasukkan alat-alat yang telah
dibungkus dengan kertas yang akan disterilkan ke dalam oven dan menyusunnya pad arak,
kemudian memanaskannya di atas api. (Andriani, 2016)
4. Mikroskop
Mikroskop adalah alat yang paling khas dalam laboratorium mikrobiologi yang memberikan
perbesaran yang membuat kita dapat melihat struktur mikroorganisme yang tidak dapat dilihat
oleh mata telanjang. Mikroskop yang tersedia memungkinkan jangkauan perbesaran yang luas
dari beberapa kali hingga ribuan kali. Mikroskop memiliki prinsip kerja yakni dengan
memantulkan cahaya melalui cermin, lalu diteruskan hingga lensa objektif. Di lensa objektif
bayangan yang dihasilkan adalah maya, terbalik, dan diperbesar. Kemudian bayangan akan
diteruskan dan menghasilkan bayangan yang tegak, nyata dan diperbesar oleh mata pengamay
(Andriani, 2016)
5. Autoklaf
Alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi
menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau
sekitar 2 atm dengan suhu 121oC. Prinsip kerja alat ini yaitu dengan menggunakan uap air panas
bertekanan untuk membunuh dan menghilangkan kotoran dan mikroba yang terdapat pada alat
dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan (Andriani, 2016)
6. Kulkas atau lemari es
Kulkas atau lemari pendingin yaitu suatu alat elektronik yang digunakan untuk menyimpan
bahan atau alat yang telah disterilisasi dengan proses pendinginan. Prinsip kerjanya yaitu,
mengawetkan mikroba/medium sesuai pada suhu yang diinginkan.
7. Hot plate
Hot plate berfungsi untuk memanaskan larutan atau mencairkan media padat.
8. Tabung reaksi
Tabung reaksi berfungsi sebagai media pertumbuhan dan penampungan cairan lainnya seperti
pelarut selain itu juga dapat diisi media padat. Prinsip kerjanya yaitu pada waktu memanaskan
media yang ada pada tabung reaksi, tabung reaksi harus berada dalam keadaan miring diatas
nyala api dan mulut tabung jangan sekali-kali menghadap pada diri kita atau orang lain. Tabung
reaksi yang disterilkan didalam autoklaf harus ditutup dengan kapas atau aluminium foil.
9. Rak tabung reaksi
Rak tabung reaksi berfungsi untuk menyimpan tabung reaksi.
10. Penjepit
Penjepit berfungsi untuk menjepit tabung reaksi ketika dipanaskan dan cara menggunakannya
adalan dengan menekan pemegang penjepit kemudian menjepit tabung dengan lubang yang ada
ditengah penjepit.
11. Tabung durham
Tabung durham berfungsi untuk menampung atau menjebak gas yang terbentuk akibat dari
metabolisme pada bakteri yang diujikan. Prinsip kerja tabung durham yaitu, tabung durham
dicuci, kemudian diisi dengan medium yang terdapat pada tabung reaksi dengan mikropipet,
atau dapat juga di tancapkan (secara terbalik) ke medium yang mengandung mikroba.
12. Cawan petri
Cawan petri merupakan wadah yang menyerupai mangkuk dengan dasar rata. Cawan ini
digunakan sebagai wadah penyimpanan dan pembuatan kultur media. Prinsip kerjanya yaitu
medium dapat dituangkan ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup.
13. Bunsen
Bunsen atau pembakar spiritus berfungsi untuk menjaga keadaan agar tetap steril dan untuk
mensterilkan jarum ose atau alat lainnya. Prinsip kerjanya yaitu dengan menyalakannya dengan
membakar bagian sumbu (pada pebakar spiritus) dengan korek api atau dengan memberi api
pada bagian atas (dari Bunsen yang berbahan bakar gas). Bunsen ada yang berbahan bakar gas
atau methanol. Api yang menyala dapat membuat aliran udara karena oksigen dikonsumsi dari
bawah dan diharapkan kontaminan ikut terbakar dalam pola aliran udara tersebut.
14. Pinset
Pinset berfungsi untuk mengambil benda dengan menjepit, misalnya saat memindahkan cakram
antibiotik. Prinsip kerja pinset yaitu menjepit benda yang akan diambil atau dipindahkan.
15. Jarum ose
Jarum ose adalah batang kaca yang ujungnya terdapat kawat panjang, ada yang berbentuk lurus
da nada pula yang bulat. Jarum ose berfungsi untuk memindahkan atau mengambil koloni suatu
mikrobia ke media yang akan digunakan kembali. Prinsip kerja jarum ose yaitu ose disentuhkan
pada bagian mikrobia kemudia menggosokan pada kaca prreparat untuk diamati.
16. Spatula
Spatula berupa sendok panjang dengan ujung atasnya datar, terbuat dari stainless steel atau
aliminium. Spatula berfungsi untuk mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan dan
dipakai untuk mengaduk larutan.
17. Batang L atau Spreader
Batang L atau spreader berfungsi untuk menanam mikroba dengan cara disebar. Prinsip kerja
batang L atau Sreader yaitu dengan menggunakan bagian yang berbentuk L untuk menyebarkan
permukaan cairan.
18. Jarum Inokulasi
Jarum inokulasi brfungsi untuk menanam mikroba dengan cara tusukan.
19. Jarum Enten
Jarum enten berfungsi untuk mengambil atau menanam bakteri dengan bentuk fungi.
20. Gelas Beaker
Gelas beaker digunakan untuk menampung cairan.
21. Pomp Pipet
Pomp Pipet berfungsi untuk mengambil larutan dalam jumlah tertentu.
22. Mikropipet
Mikropipet berfungsi untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil, biasanya kurang
dari 1.000 µl.
23. BSC
BSC berfungsi untuk bekerja secara aseptis (Widodo, 2014).
24. Erlenmeyer
Erlenmeyer berfungsi untuk menampung larutan, meracik dan menghomogenkan bahan-bahan
komposisi media, menampung aquadest, dan kultivasi mikroba dalam kultur cair (Widodo,
2014).
25. Pipet Tetes
Pipet tetes berfungsi untuk memindahkan larutan.
26. Gelas Ukur
Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume suatu cairan (Widodo, 2014).
27. Vortex
Vortex berfungsi untuk mencampur dan menghomogenkan cairan di dalam tabung reaksi.
28. Labu Takar
Labu takar berfungsi untuk mengencerkan larutan.
29. Gelas Objek Cekung
Gelas objek cekung berfungsi untuk melihat pergerakan bakteri.
30. Gelas Objek Biasa
Gelas objek biasa berfungsi untuk melihat morfologi bakteri.
31. Kaca Penutup
Kaca penutup berfungsi untuk menutup objek yang akan dilihat dimikroskop.
32. Tabung U
Tabung u berfungsi untuk melihat hasil metabolism bakteri berupa gas.
33. Kaca Arloji
Kaca arloji berfungsi untuk menaruh bahan yang bersifat higroskopis.
34. Hemositometer
Hemositometer berfungsi untuk menghitung jumlah sel darah atau jumlah bakteri.
35. Microplate
Microplate berfungsi untuk menanam mikroba dalam jumlah kecil.
36. Pelubang Sumuran
Pelubang sumuran berfungsi untuk membuat sumuran pada media. Sumuran diisi antibiotic
yang akan diuji.
37. Disk Antibiotik
Disk antibiotic berfungsi untuk menguji aktivitas antimikroba (berisi antibiotic) biasanya
control positif.
38. Blank Disk
Blank disk berfungsi untuk menguji aktivitas antimikroba (kosong) biasanya diisi control
negative.
39. Nephelometer
Nephelometer berfungsi untuk mengukur konsentrasi larutan yang mengandung bakteri.
40. Centrifuge
Centrifuge berfungsi untuk memisahkan larutan berdasarkan bobot jenis.
41. Timbangan Analitik
Timbangan analitik berfungsi untuk menimbang.
42. Tanki Nitrogen Cair
Tanki nitrogen cair berfungsi untuk menyimpan sel yang perlu diisi media sebelumnya.
43. Cottonbud
Cottonbud berfungsi untuk mengambil bakteri dari alam.
44. Shaker Incubator
Shaker incubator berfungsi untuk menghomogenkan sambil menginkubasi bakteri.
45. Milipore
Milipore disambungkan ke siring untuk mengambil bakteri yang tidak tahan panas.

Adapun teknik yang digunakan yaitu steril dan aseptis dalam praktikum mikrobiologi ini.
Pengertian masing-masing akan dijelaskan dibawah ini :

Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk
kehidupan. Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi.

1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22
mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan
untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.

2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.

a. Pemanasan
 Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat :
jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
 Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800
 Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung
reaksi dll.
 Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat
menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
 Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf ·
b. Penyinaran dengan UV
 Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh
mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV

3. Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol.

Tehnik aseptis atau steril adalah suatu sistem cara bekerja (praktek) yang menjaga sterilitas
ketika menangani pengkulturan mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi terhadap kultur
mikroorganisme yang diinginkan. Dasar digunakannya tehnik aseptik adalah adanya banyak partikel
debu yang mengandung mikroorganisme (bakteri atau spora) yang mungkin dapat masuk ke dalam
cawan, mulut erlenmeyer, atau mengendap di area kerja. Pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan
ini dapat mempengaruhi atau mengganggu hasil dari suatu percobaan. Mikroorganisme dapat juga
”jatuh” dari tangan operator, sarung tangan atau jas laboratorium karena pergerakan lengan yang relatif
cepat. Penggunaan tehnik aseptik meminimalisir material yang digunakan terhadap agen
pengontaminasi. Pada kenyataanya tehnik aspetis tidak dapat melindungi secara sempurna dari bahaya
kontaminan. Namun semakin banyak belajar dari pengalaman maka semakin mengurangi resiko yang
ditimbulkan.

Teknik aseptis digunakan pada saat :

 Teknik aseptis seharusnya digunakan saat kita bekerja dengan mikroorganisme hidup dan
dengan segala media pertumbuhannya.
 Teknik aseptis sebaiknya digunakan ketika kita tidak ingin larutan dari suatu botol tidak
berubah sifat akibat aktivitas mikroorganisme, seperti saat membuat buffer meskipun
buffer dengan konsentrasi garam tinggi atau mengandung deterjen.
 Teknik aseptis disarankan pada saat kita bekerja menggunakan agen atau senyawa yang
berbahaya seperti bahan kimia beracun atau bahan radioaktif. Tentu saja perlindungan diri
sendiri dari bahaya senyawa ini lebih penting.
 Mentransfer biakan dari media satu ke media lainnya. Bakteri kontaminan yang tumbuh
tentu saja dapat mengganggu kemurnian biakan dan mungkin saja membuat rancu hasil
yang didapatkan.
 Memfilter media atau serum dan menghitung jumlah bakteri dengan cara filtrasi.
Kontaminasi yang ikut tersaring dapat tumbuh pada media baru yang membuat tidak
terpakainya media pertumbuhan tersebut atau mempengaruhi jumlah total bakteri.
 Membuka dan merehidrasi bakteri terliofolisasi. Teknik aseptis dapat menjaga sel yang
terrehidrasi dari bakteri kontaminan dan menjaga tidak keluarnya sel ke meja kerja.

Aturan umum tehnik aseptis:

 Meja kerja sebaiknya jauh dari sesuatu yang dapat menciptakan aliran udara, misalnya tidak ada
jendela yang terbuka, tidak dekat dengan pintu yang selalu dibuka-tutup dan jauh dari lalu-lintas
orang. Penggunaan kabinet biosafety dapat menjaga dan mengatur aliran udara tetapi ini bukan
merupakan suatu jaminan mutlak dari resiko terkontaminasi.
 Pastikan meja kerja bersih dari kotoran dan benda-benda yang tidak akan digunakan. Kultur tua
atau pipet bekas seharusnya tidak berada di meja kerja. Kotoran seringkali sulit dibersihkan
pada sudut-sudut ruang.
 Usap meja kerja dengan antiseptik atau senyawa pembersih lain sebelum digunakan. Di
sebagian besar laboratorium umumnya menggunakan etanol 70% untuk membersihkannya.
Sediakan etanol pada posisi selalu dekat dengan meja. Jika telah selesai bekerja, sebaiknya meja
kerja dikosongkan dari peralatan dan bersihkan lagi.
 Semua peralatan (pipet, cawan dll.) yang digunakan harus steril. Sebaiknya semua peralatan
yang telah disterilisasi diberi label. Jika menemukan alat yang sepertinya telah disterilisai tapi
masih ragu terhadap sterilitasnya maka sebaiknya jangan digunakan. Bungkus peralatan baik
alat steril sekali pakai atau bukan (pipet, syringe dll.)diperiksa terlebih dahulu apakah terdapat
kebocoran atau tersobek.
 Atur peralatan di meja kerja sedemikian rupa sehingga meminimalisir pergerakan tangan. Alat-
alat yang biasanya digunakan dengan tangan kanan (jarum inokulum, filler, pipet dll.) letakkan
disebelah kanan begitu juga sebaliknya (rak tabung, cawan petri, erlenmeyer dll.) terkecuali
untuk tangan kidal. Di bagian tengah meja kerja disediakan ruang lapang untuk bekerja.
 Membakar mulut atau bagian tepi dari suatu alat dapat membunuh mikroorganisme yang
menempel.
 Telah siap dengan segala peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Semua bahan dan alat untuk
prosedur tertentu telah dipersiapkan di meja kerja. Jangan sampai meninggalkan meja kerja
untuk mengambil sesuatu yang terlupa atau tertinggal. Perhitungkan semua yang diperlukan
beserta cadangannya.
 Pakai sarung tangan lateks dan ganti secara berkala. Sarung tangan membantu melindungi dari
tumpahan biakan atau bahan kimia berbahaya. Tidak menggunakan sarung tangan dirasa tidak
bermasalah jika materi dan bakteri yang diteliti dipastikan tidak berbahaya.
 Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja. Cuci tangan dengan desinfektan atau sabun bila tidak
ada desinfektan. Cuci tangan dapat membilas mikroorganisme yang ada di tangan.

Saran-saran teknik aseptis :

 Minimalisasi gerak :pergerakan tangan dapat menciptakan aliran udara . semakin cepat
pergerakannya semakin cepat aliran udara yang ditimbulkan. Pergerakan lengan sebaiknya
dilakukan seperlu mungin dan bergerak secara lembut.
 Minimalisasi jarak: jarak antar peralatan diatur seefektif dan seefisien mungkn. Antar peralatan
jangan diletakkan terlalu jauh.
 Minimalisasi keterpaparan : semakin sering menggerakkan sesuatu (mis: cawan berisi media)
melewati udara maka semakin besar partikel udara untuk masuk. Semakin lama tutup
erlenmeyer terbuka juga semakin besar terkontaminasi.

Catatan penting dalam kerja aspetis :

 Tutup erlenmeyer, botol atau cawan sebaiknya dibuka kira-kira 450. tujuannya untuk
meminimalisasi udara masuk namun masih dapat mentransfer sesuatu.
 Jika diharuskan untuk membuka penuh dan tutup diletakkan di meja kerja, maka tutup dapat
diletakkan tertelungkup atau terlentang (muka menghadap ke atas). Jika tertelungkup pastikan
permukaannya bersih dan bila terlentang pastikan juga tidak ada gerakan di atasnya.
 Untuk menghindari bakteri yang menempel pada jarum inokulum terpental/terciprat maka
diameter loops harus berkisar 2-3 mm dan untuk memperkecil getaran panjang kawat tidak 26
lebih dari 6cm.
 Tidak boleh menyedot cairan pada saat pippeting dengan mulut.
 Untuk menghindari penyebaran mikroba dari tetesan pipet yang terjatuh maka dapat digunakan
kain steril yang diberi desinfektan sebagai alas. Kain ini setelah selesai dibuang sebagai limb ah
berbahaya.

F. KESIMPULAN
Dalam praktikum mikrobiologi, kita harus mengetahui alat-alat yang terdapat dilaboratorium
mikrobiologi dan mengetahui penggunaan serta fungsi alat-alat tersebut. Alat-alat yang digunakan seperti :
mikroskop, inkubator, jarum ose, jarum inokulasi, jarum enten, BSC, colony counter, autoklaf, mikropipet,
cawan petri, lampu bunsen, disk blank, dan lain-lain.
Selain mengetahui alat-alat yang ada dilaboratorium, kita juga harus memahami teknik aseptis yang
akan digunakan dalam bekerja dilaboratorium. Teknik aseptis ini berguna untuk menghindari terjadinya
kontaminasi. Teknik aseptis meliputi pensterilan alat, cara mencuci tangan yang benar sebelum dan sesudah
bekerja,pengaturan alat pada meja kerja,serta penggunaan APD yang lengkap.
PERTANYAAN-PERTANYAAN DISKUSI

1. Sebutkan nama dan fungsi dari alat-alat di atas!

Keterangan gambar :

Nama alat : Autoklaf

Fungsi : Berfungsi untuk mensterulkan berbagai macam alat dan bahan


yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air
panas bertekanan (Andriani, 2016)

Keterangan gambar :

Nama alat : Mikroskop

Fungsi : Melihat struktur mikroorganisme yang tidak dapat dilihat oleh mata
telanjang

Keterangan gambar :

Nama alat : Jarum ose


Fungsi : Menanam bakteri dengan bentuk goresan

Keterangan gambar :

Nama alat : Jarum inokulasi

Fungsi : Menanam mikroba dengan cara tusukan

Keterangan gambar :

Nama alat : Jarum enten

Fungsi : Mengambil mikroba berupa biakan jamur atau fungi

Keterangan gambar :

Nama alat : Pelubang sumuran

Fungsi : Membuat lubang sumuran pada media


Keterangan gambar :

Nama alat : Pinset

Fungsi : Mengambil sampeldari organ atau jaringan atau meletakan sampel


pada kaca preparat dan mengambil benda-benda kecil

Keterangan gambar :

Nama alat : Spatula

Fungsi : Mengambil bahan (Andriani, 2016).

2. Tuliskan prinsip kerja dan cara penggunaan autoklaf!

 Prinsip kerja

Menggunakan uap air panas bertekanan untuk membunuh dan menghilangkan kotoran
dan mikroba yang terdapat pada alat atau bahan yang akan digunakan (Andriani, 2016).

 Cara kerja

Air dalam autoklaf dicek terlebih dahulu sebelum dilakukan sterilisasi. Jika air kurang
dalam batas yang ditentukan maka dapat ditambah air sampai batas tersebut. Air yang
digunakan adalah air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.
Alat dan bahan yang akan disterilisasi dimasukkan. Jika akan mensterilisasi botol
bertutup ulir maka tutup harus dikendurkan terlebih dahulu.

Autoklaf ditutup dengan rapat lalu baut pengaman dikencangkan agar tidak ada uap yang
keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu.

Autoklaf dinyalakan, timer diatur dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC.

Air ditunggu sampai mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf dan
terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman dikencangka dan
ditunggu hingga selesai. Penghitungan waktu 15 menit dimulai sejak tekanan mencapai 2
atm.

Jika alarm tanda selesai berbunyi maka tunggu tekanan dalam kompartemen turun hingga
sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preissure gauge menunjuk angka
nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan isi di dalam autoklaf dikeluarkan dengan
hati-hati (Widodo, 2014).

3. Gambar dan sebutkan fungsi dari alat-alat penting yang digunakan dalam penelitian bidang
Mikrobiologi! (selain yang disebut nomor 1).

 Inkubator

Berfungsi untuk menginkubasi mikroba pada suhu yang terkontrol


 Hot plate

Berfungsi untuk memanaskan larutan dan media yang padat

 Cawan petri

Berfungsi sebagai wadah penyimpanan dan pembuatan kultur media

 Coloni counter

Berfungsi untuk menghitung koloni mikrobia dalam kulit

(
Andriani, 2016).

4. Tuliskan cara penggunaan BSC!

Lampu UV dinyalakan selama 2 jam lalu sebelum mulai bekerja lampu UV dimatikan.

Kaca penutup dipastikan terkunci dan berada pada posisi terendah.

Lampu neon dan blower dinyalakan dan dibiarkan selama 5 menit.


Tangan dan lengan dicuci terlebih dahulu.

Permukaan interior BSC diusap dengan alkohol 70% atau desinfektan yang cocok dan
dibiarkan menguap.

Alat dan bahan yang akan digunakan dimasukkan, jangan sampai overload karena
memperbesar risiko kontaminan.

Alat dan bahan yang telah dimasukkan ke dalam BSC diatur sedemikian rupa sehingga efektif
dalam bekerja dan tercipta areal yang benar-benar steril.

Jangan menggunakan pembakaran bunsen dengan bahan bakar alkohol namun menggunakan
bahan bakar gas.

Bekerja secara aseptis dan jangan sampai pola aliran udara terganggu oleh aktivitas kerja.

Setelah selesai bekerja, biarkan 2-3 menit supaya kontaminan tidak keluar dari BSC.

Permukaan interior BSC diusap dengan alkohol 70% dan dibiarkan menguap, kemudian tangan
dibasuh.

Lampu neon dan blower dimatikan (Widodo, 2014).


5. Tuliskan cara penggunaan nephelometer!

Nephelometer adalah teknik spektroskopi yang didasarkan pada radiasi yang tersebar oleh
partikel tersuspensi dalam larutan dan merasakan radiasi yang tersebar pada sudut 90º dari sinar
radiasi yang datang. Panjang gelombang sinar yang datang tidak berubah, hal ini sebagai ciri
hamburan elastis radiasi elekromagnetik. Nephelometer digunakan untuk mengukur konsentrasi
suatu larutan yang mengandung bakteri, menentukan sulfat dalam air, kelarutan obat dalam air,
dan untuk immunoassay. Kinerja metode analitis tidak hanya tergantung pada kekuatan sinar
radiasi dan sensitivitas sensor tetapi juga tergantung pada karakteristik suspensi yang akan
dianalisis. Ini karena pola hamburan radiasi yang berbeda yang dapat dihasilkan oleh partikel
dalam suspensi. Beberapa sifat suspensi seperti bentuk dan ukuran partikel dipengaruhi oleh
perubahan nilai pH, konsentrasi reagen, dan surfaktan yang digunakan untuk menyiapkan
suspensi. Variabel lain seperti laju dan urutan pencampuran, waktu untuk stabilisasi suspensi dan
suhu larutan adalah faktor-faktor lain yang mempengaruhi sifat-sifat partikel, dan akibatnya
berpengaruh pada sinyal analitik. Dengan demikian, variabel-variabel ini harus dikontrol dengan
hati-hati untuk mendapatkan kinerja analitik yang baik (Santos, Guerreiro, Suarez, Faria, Filho,
2011).
G. DAFTAR PUSTAKA
Andriani, R., 2016, Pengenalan Alat-alat Laboratorium Mikrobiologi Untuk Mengatasi
Keselamatan Kerja dan Kebersihan Praktikum, Jurnal Mikrobiologi (1) 1 ; 1-6.
Cappucino, J. G., and Sherman, N., 2008. Microbiology: A Laboratory Manual, 8th ed.,
Benjamin Cummings, san Fransisco, pp 1-2.
Nurmayasari, Y. et al., 2010, Modul Analisis Mikrobiologi.
Santos, Vagner B. dos., Guerreiro, Thiago B., Suarez, William T., Faria, Ronaldo C., and
Fatibello-Filho, Orlando, 2011, Evaluation of Turbidimetric and Nephelometric
Techniques for Analytical Determination of N-Acetycysteine and Thiamine in
Pharmaceutical Formulations Employing a Lab-Made Portable MIcrocontrolled
Turbidimeter and Nephelometer, Brazil. J.Braz. Chem., 22(10), 1968-1978.
Santos, Vagner B. dos., Guerreiro, Thiago B., Suarez, William T., Faria, Ronaldo C., and
Fatibello-Filho, Orlando, 2011, A Low-Cost Portable Microcontrolled
Nephelometer for Potassium Determination, Brazil. J.Braz. Chem., 22(4), 726-735.
Talaro, K. P., 2008, Foundation in Microbiology, 6th ed., Mc Graw Hil Education,
New York, pp. 2, 5.
Willey, Joanne M., Sherwood, Linda M., and Woolverton, Christopher J., 2008,
Microbiology. 7th ed., Higher Education, New York, pp. 1-2.

Anda mungkin juga menyukai