Laporan Umum RU III Plaju 2011
Laporan Umum RU III Plaju 2011
LAPORAN UMUM
Oleh:
Pembimbing :
SURAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan UU No.8 tahun 1971, PT. PERTAMINA memiliki tugas utama
sebagai berikut :
1. Melaksanakan pengusahaan migas – dalam arti seluas-luasnya, guna
memperoleh hasil sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dan Negara.
2. Menyediakan dan melayani kebutuhan bahan-bahan minyak dan gas bumi
dalam negeri yang pelaksanaannya diatur dengan aturan pemerintah
(KEPPRES No. 11 tahun 1990)
2
3
Keenam Unit Pengolahan yang masih beroperasi saat ini antara lain:
1. Unit Pengolahan II Dumai-Sei Pakning, Riau dengan kapasitas 170 MBSD
2. Unit Pengolahan III Plaju-Sungai Gerong, Sumatera Selatan dengan
kapasitas 126,2 MBSD
3. Unit Pengolahan IV Cilacap, Jawa Tengah dengan kapasitas 348 MBSD
4. Unit Pengolahan V Balikpapan, Kalimantan Timur dengan kapasitas 260
MBSD
5. Unit Pengolahan VI Balongan, Jawa Barat dengan kapasitas 125 MBSD
6. Unit Pengolahan VII Kasim, Papua Barat dengan kapasitas 9,5 MBSD
4
Kilang minyak Plaju didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun
1903. Kilang ini mengolah minyak mentah yang berasal dari Prabumulih dan
Jambi. Kilang ini mempunyai kapasitas produksi 100 MBCD (Million Barrel
per Calendar Day). Pada tahun 1957, kilang ini diambil alih oleh PT. Shell
Indonesia dan pada tahun 1965 pemerintah Indonesia mengambil alih kilang
Plaju dari PT. Shell Indonesia. Kilang Sungai Gerong didirikan oleh
STANVAC pada tahun 1926. Kilang yang berkapasitas produksi 70 MBCD
ini kemudian dibeli oleh PERTAMINA pada tahun 1970. Dengan adanya
penyesuaian terhadap unit yang masih ada, maka kapasitas produksi kilang
Sungai Gerong menjadi 25 MBCD.
Pada tahun 1973, kedua kilang ini mengalami proses integrasi. Kedua
kilang ini dikenal dengan sebutan Kilang Musi. Kilang ini berada di bawah
pengawasan RU-III PERTAMINA dan bertanggung jawab dalam pengadaan
BBM (Bahan Bakar Minyak) untuk wilayah Jambi, Sumatera Selatan,
Bengkulu, dan Lampung. Selain proses integrasi tersebut, RU-III telah
melakukan beberapa modifikasi yang secara lengkap dapat dilihat pada Tabel
1.1.
Tahu
Sejarah
n
5
dengan kapasitas 20.000 ton/th
1982 Pendirian Plaju Aromatic Center (PAC) dan Proyek Kilang Musi
(PKM I) yang berkapasitas 98 MBSD
6
PERTAMINA Unit Pengolahan III Plaju / S.Gerong hanya mengolah bahan
bakar minyak (BBM) dan non BBM ”.
7
PERTAMINA RU-III memiliki 2 buah kilang, yaitu :
1. Clean (Bersih)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas, dan
berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
2. Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,
mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar
biaya dan menghargai kinerja.
3. Confident (Percaya Diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.
4. Customer Focused (Fokus pada Pelanggan)
Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
8
5. Commercial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial dan mengambil
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
6. Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta
dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun riset dan
pengembangan.
Primary Process
Proses primer merupakan proses pemisahaan komponen-komponen
minyak mentah yang dilakukan secara fisik, yaitu dengan cara distilasi
pada tekanan atmosferik maupun tekanan vakum. Sebagian dari hasil
distilasi ada yang menjadi produk langsung dan sebagian lagi harus
melewati tahapan secondary process untuk pengolahan lebih lanjut. Unit
operasi yang digunakan pada proses ini adalah Crude Distiller (CD) dan
Redistiller bertekanan atmosferik. Unit ini terdiri dari unit CD II, CD III,
CD IV, CD V, dan CD VI. Unit Redistiller terdiri dari Redistiller I dan II
yang pada awalnya digunakan untuk mengolah slop oil (minyak sisa yang
tidak memenuhi standar, off spec). Namun, saat ini redistiller telah tidak
9
beroperasi lagi (idle). Unit lain yang termasuk dalam primary process
adalah High Vacuum Unit (distilasi bertekanan vakum), Stabilizer C/A/B,
dan BB Distiller (Butane-Butylene Distiller).
Secondary Process
Proses sekunder melibatkan terjadinya perubahan struktur kimia dari suatu
senyawa fraksi minyak bumi. Proses yang bertujuan untuk mengolah
fraksi-fraksi dari hasil proses primer ini meliputi dekomposisi molekul
(cracking), kombinasi molekul (polimerisasi dan alkilasi), dan perubahan
struktur molekul (reforming). Unit–unit yang beroperasi pada proses ini
adalah RFCCU (Riser Fluid Catalytic Cracking Unit), Unit Polimerisasi,
dan Unit Alkilasi.
Treating
Proses treating bertujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang
tidak diinginkan dari produk BBM seperti senyawa belerang dan
merkaptan. Proses treating ini dilakukan pada unit CTU (Caustic Treating
Unit) dan Doctor Treater (untuk menghilangkan merkaptan).
Blending
Proses blending atau pencampuran bertujuan untuk memenuhi spesifikasi
produk yang telah ditentukan. Proses pencampuran dilakukan dengan
penambahan zat aditif atau dengan pencampuran dua produk atau lebih
yang berbeda spesifikasinya. Contoh proses pencampuran adalah
pencampuran HOMC (High Octane Mogas Component) dengan nafta
untuk menghasilkan bahan bakar premium dengan angka oktan yang
memenuhi spesifikasi produk.
Produksi Polypropylene
Bahan baku kilang polypropylene adalah raw propaneee-propylene dari
hasil perengkahan di RFCCU. Proses pengolahannya terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu pemurnian bahan mentah menggunakan proses adsorpsi,
10
distilasi dan pengeringan, polimerisasi dan peletisasi serbuk
polypropylene menjadi bijih plastik.
11
Pengerjaan tugas khusus
Pengesahan laporan dan kegiatan administrasi
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
13
(seperti bau bawang) karena kandungan sulfurnya, sedangkan minyak
ringan berbau sedap khas aromatik. Specific gravity minyak bumi berada
pada rentang 0,8 sampai 0,95, sedangkan nilai API-nya berada pada rentang
20 sampai 45 oAPI. Kadar sulfur berada pada rentang kurang dari 0,1%
sampai di atas 5%, namun bila kandungannya lebih dari 0,5%, minyak bumi
akan memerlukan proses yang lebih ekstensif. Titik tuang menyatakan
kandungan parafin dan aromatik dalam minyak bumi, makin rendah titik
tuang, makin rendah kandungan parafin, dan sebaliknya. Kadar garam
menunjukkan kecenderungan timbulnya korosi dan peracunan katalis akibat
garam. Nilai viskositas kinematik bervariasi dari 0,7 sampai 1300 cST pada
37,8oC; nilai yang paling umum adalah 2,3 sampai 23 cST. K UOP atau faktor
karakteristik menunjukkan tipe hidrokarbon utama dari minyak bumi,
naftenik, parafinik, atau aromatik. Secara ringkas karakteristik beberapa
jenis minyak bumi ditunjukkan oleh Tabel 2.1 berikut:
14
.1.2. Unsur-Unsur Penyusun Minyak Bumi
Unsur penyusun utama dari minyak bumi adalah hidrokarbon, sedangkan
senyawa-senyawa lain, seperti asam naftenik, senyawa kompleks nitrogen,
dan merkaptan menyebabkan adanya unsur-unsur oksigen, nitrogen dan
sulfur dalam minyak bumi. Resin dan aspal dalam minyak bumi
mengandung oksigen dan sulfur; sulfur inorganik terlarut sebagai H2S dalam
minyak bumi. Minyak bumi juga mengandung sangat sedikit logam,
kebanyakan terkandung dalam pengotor air dan sebagian membentuk
senyawa kompleks di fasa hidrokarbon. Unsur-unsur penyusun minyak
bumi ditunjukkan oleh Tabel 2.2 berikut:
Tabel 2. 2 Unsur-unsur Penyusun Minyak Bumi (Prasad, 2000)
Unsur %-wt
1. Karbon (C) 83,9-86,8
2. Hidrogen (H) 11,0-14,0
3. Belerang (S) 0,06-8,00
4. Nitrogen (N) 0,02-1,70
5. Oksigen (O) 0,08-1,82
6. Logam 0,0-0,14
Hidrokarbon adalah senyawa yang terdiri dari hidrogen (H) dan karbon (C).
Senyawa-senyawa hidrokarbon yang menyusun minyak bumi antara lain:
1. Parafin atau alkana
Parafin memiliki rumus molekul CnH2n+2. Masing-masing atom karbon
saling berikatan dengan ikatan tunggal, sedangkan ikatan sisanya jenuh
dengan atom hidrogen. Karenaikatan tunggalnya, parafin mempunyai
kestabilan yang cukup tinggi. Pada jumlah atom karbon lebih dari tiga,
alkana dapat memiliki struktur yang berbeda-beda untuk jumlah atom
karbon dan hidrogen yang sama atau sering disebut isomer. Minyak bumi
mengandung hidrokarbon dengan jumlah atom karbon sampai dengan 70,
sehingga jumlah isomer hidrokarbon parafiniknya sangat tinggi.
Beberapa contoh parafin adalah methane, isobuthane, dan isooktana.
2. Olefin atau alkena
15
Olefin mempunyai rumus molekul CnH2n dan secara alami tidak terdapat
dalam minyak bumi, tetapi terbentuk selama proses pengolahan. Struktur
olefin menyerupai parafin, namun ada ikatan rangkap antara dua atom
karbon atau lebih Olefin biasanya tidak diinginkan karena mudah
teroksidasi dan terpolimerisasi akibat ikatan rangkapnya.
3. Naften atau sikloparafin
Naften merupakan senyawa hidrokarbon siklik dengan ikatan tunggal
yang memiliki rumus molekul CnH2n. Ada banyak tipe naften dalam
minyak bumi dan biasanya tidak ditangani per senyawa naften,
melainkan diklasifikasikan berdasarkan rentang titik didih dan
karakteristiknya ditentukan dengan bantuan faktor korelasi seperti K w
atau CI. Beberapa contoh naften adalah siklohexane, metilsiklohexane,
dan dekalin.
4. Aromatik
Aromatik merupakan hidrokarbon yang sangat berbeda secara fisik dan
kimia dari parafin maupun naften. Hidrokarbon aromatik memiliki cincin
benzene yang tidak jenuh, tapi sangat stabil dan sering berkelakuan
seperti senyawa yang jenuh. Aromatik mempunyai rumus molekul CnH2n-
6dan biasanya dihasilkan dari reaksi adisi atau substitusi, bergantung
pada kondisi reaksi. Senyawa ini banyak ditemukan dalam reformat hasil
reaksi katalitik di Platforming. Contoh senyawa aromatik yang banyak
ditemukan dalam minyak bumi adalah toluen dan m-ksilen
16
Senyawa-senyawa ini disebut juga sebagai senyawa non-hidrokarbon
berikut:
1. Senyawa Sulfur
Sulfur merupakan komponen non-hidrokarbon yang cukup banyak dalam
minyak bumi. Minyak mentah tergolong sebagai minyak yang asam
(sour) bila kandungan sulfurnya cukup tinggi, sehingga diperlukan
pengolahan khusus. Tidak terdapat kriteria yang jelas dalam
penggolongan ini, tetapi minyak bumi yang mengandung sulfur lebih dari
0,5% tergolong asam. Senyawa sulfur dapat menyebabkan minyak bumi
tidak stabil terhadap panas dan sangat korosif terhadap peralatan proses.
Senyawa sulfur dalam minyak bumi dapat berupa tiol, mono- dan
disulfida, dan thiophenes.
2. Nitrogen
Kandungan nitrogen dalam minyak bumi umumya hanya 1/10 dari
kandungan sulfurnya. Minyak bumi dengan kadar nitrogen lebih dari
0,25 %-wt memerlukan pengolahan khusus untuk menghilangkan
nitrogen, karena nitrogen dapatmeracuni katalis. Contoh senyawa
nitrogen dalam minyak bumi antara lain piridin, quinolin, isoquinolin,
acridin, pyrrole, indole, carbazole, dan porphyrin.
3. Oksigen
Kadar oksigen dalam minyak bumi bervariasi dari hampir tidak ada
sampai maksimal 2%-wt. Pada fraksi dengan rentang titik didih rendah
sampai menengah, oksigen berada dalam bentuk asam karboksilat dan
fenol. Kadar oksigen biasanya dinyatakan sebagai kadar keasaman.
Meskipun bersifat asam, oksigen tidak menimbulkan masalah serius
dibandingkan Nitrogen dan Sulfur.
4. Logam
Logam yang paling banyak ditemukan dalam minyak bumi adalah
Vanadium, kadarnya bisa sampai 0,1%-wt, dilanjutkan dengan nikel dan
17
besi sesuai urutan konsentrasinya. Logam-logam lain biasanya ditemukan
dalam jumlah yang sangat sedikit, misalnya kurang dari 1ptb. Logam ini
tidak diinginkan karena dapat menimbulkan reaksi-reaksi yang
merugikan.
5. Aspal dan Resin
Senyawa non-hidrokarbon ini terdapat pada residu asphaltic setelah
semua material distilat sudah dihilangkan dari minyak bumi. Aspal
adalah padatan hitam amorf, mengandung banyak aromatik dengan berat
molekul yang tinggi (600-30000). Resin berwarna gelap, padat atau
semi-padatan, memiliki berat molekul yang lebih rendah (600-2000)
daripada aspal, dan kurang aromatik dibanding aspal.
18
.2.2. Berdasarkan US Bureau of Mines
Klasifikasi minyak bumi menurut US Bureau of Mines dapat dilihat pada
tabel 2.3. Klasifikasi ini dilakukan oleh Lane dan Garton dari US Bureau
Mines. Dasar klasifikasi yang digunakan adalah °API fraksi nomor 1 dan
fraksi nomor 2 yang diperoleh melalui distilasi standar hempel. Fraksi
nomor 1 adalah fraksi kerosin bertemperatur 250 – 275 °C pada tekanan
atmosfer. Fraksi nomor 2 adalah fraksi pelumas bertemperatur 275 – 300
°C pada tekanan 40 mmHg.
Tabel 2.3 Klasifikasi Minyak Bumi menurut US Bureau of Mines (Sumber:
Prasad, 2000)
Key fraction No.1 Key fraction No.2
Jenis minyak bumi o o
SG API S API
1. Paraffinic < 0,825 ≥ 40 G
< 0,876 ≥ 30
2. Paraffinic-intermediate < 0,825 ≥ 40 0,876-0,934 20-30
3. Intermediate-paraffinic 0,825-0,860 33-40 < 0,876 ≥ 30
4. Intermediate 0,825-0,860 33-40 0,876-0,934 20-30
in Intermediate-naphthenic
5. 0,825-0,860 33-40 > 0,934 ≤ 20
6. Naphthenic-intermediate > 0,860 ≤ 33 0,876-0,934 20-30
7. Naphthenic > 0,860 ≤ 33 > 0,934 ≤ 20
8. Paraffinic-naphthenic < 0,825 ≥ 40 > 0,934 ≤ 20
9. Naphthenic-paraffinic > 0,860 ≤ 33 < 0,876 ≥ 30
19
20
.3. Proses Pengolahan Minyak Bumi
Secara umum, proses pengolahan minyak bumi menjadi produk-produknya
melalui tiga tahap pengolahan yaitu:
- Proses pengolahan primer (primary process)
- Proses pengolahan sekunder (secondary process)
- Proses pendukung
Gas Oil
Vacuum Residue
Reduced Crude Oil
21
Gambar 2.1 Diagram Alir Sederhana Proses Distilasi Minyak Bumi
.3.2. Proses Pengolahan Sekunder (Secondary Process)
Proses pengolahan sekunder merupakan proses lanjutan dari proses
primer. Proses-proses sekunder ini merupakan pengolahan bahan-bahan
setengah jadi (bahan intermediat) atau residu dari proses lain menjadi
produk jadi. Proses utama yang terjadi adalah perubahan molekul, yaitu
proses pemrosesan hidrokarbon dari fraksi berat menjadi fraksi yang lebih
ringan tanpa melalui proses distilasi. Proses pengubahan atau konversi dapat
dilakukan dengan bantuan panas maupun bantuan katalis.
1. Konversi termal
Konversi termal adalah proses konversi hidrokarbon pada temperatur
tinggi untuk memperoleh material dengan berat molekul yang lebih
rendah. Tiga proses utama pada konversi termal adalah sebagai berikut:
a. Thermal cracking
Thermal cracking adalah proses dekomposisi termal dari molekul
minyak berantai panjang menjadi rantai-rantai yang lebih pendek
dengan mekanisme radikal bebas. Temperatur tinggi (di atas 315 oC)
dan waktu tinggal merupakan variabel yang mengatur perolehan
produk, akan tetapi pada temperatur dan waktu tinggal yang terlalu
tinggi, thermalcracking akan disertai pembentukan coke yang
berlebihan. Hasil dari thermalcracking berupa olefin yang kurang
stabil dan memerlukan penanganan lebih lanjut, sehingga cracking
dengan katalis lebih disukai. Akan tetapi, thermalcracking dilakukan
untuk menyiapkan tar aromatik sebagai bahan baku needle coke.
b. Visbreaking
Visbreaking adalah proses penurunan viskositas dan pour point dari
residu distilasi vakum ataupun residu dan minyak berat lainnya.
Reaksi yang terjadi pada proses visbreaking adalah perengkahan pada
22
rantai samping dari sikloparafin atau cincin aromatik, sehingga
rantainya terputus menjadi gugus etil dan metil dan perengkahan resin
dan senyawa-senyawa pembentuk menjadi hidrokarbon ringan
o
(biasanya olefin). Temperatur operasi berkisar antara 460-480 C
dengan tekanan 16 kg/cm2gauge. Proses ini, sama seperti thermal
cracking lainnya, bergantung pada temperatur dan waktu tinggal.
c. Coking
Coking adalah proses paling berat (severe) dari thermal cracking
lainnya. Umpan untuk proses ini adalah residu-residu yang sudah
tidak dapat diproses oleh perengkahan lainnya. Proses ini merupakan
cara yang cukup murah untuk mendapatkan distilat ringan dari minyak
bumi, dengan kokas (coke) sebagai produk samping. Kokas ini dapat
menjadi produk yang berharga bila kandungan sulfur dan logamnya
rendah. Proses coking yang dilakukan biasanya berupa delayed
coking, agar proses coking tidak terjadi pada heater atau bagian-
bagian lain yang tidak diinginkan. Delayed coking menggunakan laju
alir umpan yang cukup tinggi sehingga waktu tinggal di heater lebih
singkat dan proses coking baru terjadi di tempat yang diinginkan,
misalnya di dalam chamber. Pada dasarnya proses yang terjadi pada
delayed coking adalah thermal cracking membentuk olefin-olefin
dilanjutkan dengan polimerisasi olefin membentuk tar aromatik.
2. Konversi katalitik
Konversi katalitik adalah konversi kimia yang menggunakan katalis, dan
memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi yang tidak bisa terjadi pada
konversi termal. Konversi katalitik mencakup konversi yang mengubah
jumlah atom karbon, mengubah rasio karbon terhadap hidrogen, maupun
yang bukan keduanya. Konversi katalitik penting yang mengubah jumlah
atom karbon adalah catalytic cracking, hydrocracking, dan polimerisasi.
Rasio karbon terhadap hidrogen diubah dengan proses hidrogenasi dan
23
dehidrogenasi. Isomerisasi adalah proses yang tidak mengubah jumlah
atom karbon maupun rasio karbon terhadap hidrogen.Isomerisasi hanya
mengubah bentuk molekul bersama dengan kualitas masing-masing
isomer.
24
a. Catalytic cracking
Catalytic cracking digunakan untuk mengkonversi minyak-minyak
berat menjadi bahan bakar yang lebih bernilai dan produk-produk
yang lebih ringan. Proses perengkahan dengan bantuan katalis ini
dapat menghasilkan produk bahan bakar dengan oktan yang lebih
tinggi dan lebih sedikit minyak berat dan gas-gas ringan yang
dihasilkan. Perengkahan katalitik yang umum digunakan adalah fluid
catalytic cracking yang menggunakan katalis terfluidisasi. Katalis
yang digunakan adalah serbuk halus campuran alumina dan silika.
Proses perengkahan ini akan memproduksi karbon dalam bentuk
kokas yang akan terakumulasi pada katalis, sehingga menyebabkan
penurunan aktivitas katalis. Oleh karena itu katalis harus diregenerasi
dengan membakar kokas yang terdeposit pada partikel katalis
sehingga kokas akan menjadi CO dan CO2.
b. Catalytic hydrocracking
Catalytic hydrocracking adalah proses catalytic cracking yang
dilanjutkan dengan proses hidrogenasi, penjenuhan hidrokarbon
dengan bantuan hidrogen. Proses perengkahan menghasilkan olefin
untuk hidrogenasi, sedangkan proses hidrogenasi menyediakan panas
untuk perengkahan. Hal ini bisa terjadi karena reaksi perengkahan
adalah reaksi endoterm dan reaksi hidrogenasi bersifat eksoterm. Panas
yang dihasilkan biasanya berlebih, sehingga temperatur reaktor akan
meningkat dan mempercepat reaksi. Hal ini dikendalikan dengan
menggunakan injeksi hidrogen dingin untuk menggambil kelebihan
panasnya. Reaksi hydrocracking berlangsung pada temperatur antara
288 oC sampai 399 oC dengan tekanan reaktor antara 80-140 bar. Laju
sirkulasi H2 yang besar serta persiapan umpan yang baik (pembebasan
dari racun-racun katalis) dapat meningkatkan umur katalis.
c. Alkilasi dan polimerisasi
25
Alkilasi adalah proses penambahan gugus alkil pada senyawa lain,
misalnya pada olefin dengan berat molekul redah membentuk parafin
dengan rantai yang lebih panjang dengan angka oktan yang lebih
tinggi. Alkilasi dengan menggunakan katalis asam sulfat dapat
berlangsung pada 10oC - 21oC atau lebih rendah, sedangkan dengan
katalis asam fluorida (HF), alkilasi berlangsung pada temperatur 38 oC
atau lebih rendah.
Polimerisasi adalah penggabungan dua molekul atau lebih untuk
menghasilkan molekul yang lebih besar. Polimerisasi biasanya
menggabungkan olefin-olefin ringan menghasilkan molekul parafin
yang lebih besar, dengan angka oktan yang lebih baik dan biaya yang
lebih murah, meskipun perolehannya lebih rendah daripada proses
alkilasi.
d. Catalytic reforming
Catalytic reforming adalah proses pengubahan struktur molekul
hidrokarbon menjadi hidrokarbon aromatik berangka oktan
tinggi.Katalis-katalis yang digunakan untuk proses catalytic
reforming antara lainplatina-alumina, platina-silika alumina, chrom-
alumina, cobalt molybdat. Reaksi-reaksi yang terjadi pada proses
catalytic reformingadalah dehidrogenasi naften menjadi aromatik,
dehidrosikisasi parafin menjadi aromatik, isomerisasi, dan
hydrocracking. Dehidrosiklisasi merupakan proses pelepasan
hidrogen (dehidrogenasi) dari rantai panjang parafin menjadi
aromatik; isomerisasi dilangsungkan untuk menaikkan angka oktan
parafin.
26
produksi hidrogen, pengolahan gas, gas treating, sulfur recovery, dan
pengolahan air buangan.
27
1. Produksi hidrogen
Hidrogen dapat diperoleh dengan operasi reforming nafta
berkatalis platinum atau dengan oksidasi parsial dari hidrokarbon berat
seperti fuel oil atau dengan steam reforming produk-produk ringan
seperti methane. Steam reforming untuk produksi hidrogen mencakup 4
langkah, yaitu reforming, shift conversion, pemurnian gas, dan
methanesi.
2. Pengolahan gas
Bagian ini berfungsi untuk mengambil kembali C3, C4, C5, dan C6
dari aliran gas produk dan mengambil methane dan ethane dari hasil
desulfurisasi yang dapat digunakan sebagai fuel gas atau umpan untuk
produksi hidrogen. Proses utama pada bagian pengolahan gas ada proses
absorbsi.
3. Gas treating
Proses ini dilakukan untuk menghilangkan gas-gas bersifat asam
yang dapat menganggu proses, dalam hal ini berupa H 2S dan CO2. Proses
penghilangan ini dilakukan dengan memanfaatkan pelarut kimia, pelarut
fisik, maupun dengan adsorpsi kering.
4. Sulfur recovery
Sulfur recovery dilakukan karena alasan ekonomi, yaitu kadar
sulfur dioksida dalam gas buangan melebihi ambang batas dan H 2S biasa
digunakan dengan gas-gas lain sebagai bahan bakar kilang. Metode
recovery yang umum dilakukan antara lain konversi katalitik dengan
unggun kering dengan modified Claus atau dengan proses oksidasi
langsung.
5. Pengolahan air buangan
Air proses yang mungkin terkontaminasi minyak, dipisahkan dari
minyaknya pada API separator, lalu kemudian dimurnikan dengan
proses koagulasi oleh Fe(OH)3 dan Al(OH)3 di tangki flotasi. Setelah
28
dikoagulasi, air proses dioksigenasi di bawah tekanan dan kemudian
dimasukkan ke digestion tank, yang menggunakan bakteri untuk
mengambil minyak dan senyawa fenol yang tersisa. Terakhir, air proses
dilewatkan pada sand filter dan digunakan kembali atau di aerasi untuk
meningkatkan kadar oksigennya lalu dibuang ke lingkungan.
Air bebas minyak dari pendingin dan boiler dinetralkan atau
dievaporasi pada penampungan atau dicampur dengan air limbah yang
sudah diproses untuk menurunkan kadar padatan terlarut sebelum
dibuang ke lingkungan. Limbah air dari sludge yang mengandung asam,
dipisahkan pada sistem separator terlebih dahulu, dinetralkan, baru
dimasukkan ke API separator. Air-air yang asam (sour water) dilucuti
terlebih dahulu dengan gas atau steam untuk menghilangkan H2S atau
senyawa-senyawa sulfur lainnya sebelum diproses di API separator.
29
o
dikelompokkan menjadi nafta ringan (< 100 C), intermediet (100-
o o
150 C), dan berat (> 150 C). Kegunaan nafta yang
utama ditunjukkan pada Tabel 2.5.
30
Tabel 2.5 Kegunaan Akhir Nafta yang Utama (Sumber: Prasad,
2000)
Jenis Nafta Kegunaan
(a) Gas making gasoline
Nafta ringan (b) Special gasoline
(a) Aviation gasoline (avigas)
(b) Motor gasoline (mogas)
(c) Marine gasoline
(d) Benzena – high octane gasoline component, pelarut
Nafta intermediet manufaktur petrokimia
(e) Toluena – high octane gasoline component, pelarut
intermediet kimia, bahan peledak
(f) Olefin dan diolefin
(g) Produksi ammonia
(a) Nafta untuk manufaktur pernis dan cat
(b) Thiner untuk cat dan pernis
Nafta berat (c) Pelarut Stoddard, yaitu pelarut khusus untuk bahan dagang
cuci kering (dry cleaning)
31
Sulfur, stabilitas, existent gum
Kebersihan selama
penggunaan
.4.2. Kerosin
Kerosin adalah fraksi distilasi minyak bumi yang berada dalam rentang
o
titik didih 150-250 C. Kerosin tidak bisa dibakar dalam kondisi
cair. Kerosin harus dalam fasa uap dan dicampur dengan oksigen
dalam udara dengan perbandingan yang benar untuk membentuk
campuran yang dapat terbakar. Kerosin dihasilkan sebagai fraksi C10
hingga C14.
32
Kebersihan selama Sulfur, stabilitas, existent gum, distilasi, trace
penggunaan metal
33
BAB III
BAHAN BAKU
Setiap minyak mentah dari sumber yang berbeda tersebut akan ditampung
dahulu di dalam tangki penampungan. Minyak mentah tersebut
seringkali masih mengandung kadar air yang cukup tinggi, baik dalam
bentuk emulsi maupun air bebas. Adanya kandungan air dapat
34
menyebabkan gangguan dalam unit-unit pengolahan sehingga sebelum
dimasukkan ke dalam unit CD, minyak mentah harus dipisahkan dari air
terlebih dahulu. Spesifikasi minyak mentah yang boleh diumpankan ke dalam
unit CD adalah di bawah 0,5%-vol. setelah memiliki kandungan air yang sesuai
spesifikasi, minyak mentah dapat diumpankan ke dalam CD. Setiap CD didesain
untuk mengolah minyak mentah dengan spesifikasi tertentu, bergantung
komposisi dan sifat minyaknya. Pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2
ditunjukkan jenis umpan yang masuk ke dalam unit pengolahan
pertama (primary process) dan unit pengolahan lanjut (secondary
process).
Tabel 3.1 Umpan Unit Primary Process
Unit Kapasitas Pengolahan Sumber minyak bumi
CD-II 16,2 MBSD Kaji, Jene, SPD, TAP
CD-III 30,0 MBSD Ramba, Kaji, Jene
CD-IV 30,0 MBSD Ramba, Kaji, Jene
CD-V 35,0 MBSD SPD, TAP
CD-VI 15,0 MBSD Geragai, Bula, Klamono
35
bahan-bahan penunjang lain, seperti katalis, solvent, dan bahan aditif
yang mendukung proses pengolahan bahan baku menjadi produk.
Bahan-bahan penunjang yang digunakan di PT. PERTAMINA
(PERSERO) RU-III ditunjukkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Bahan-Bahan Penunjang
Bahan Unit Fungsi
H2SO4 Alkilasi Katalis
Untuk proses treating untuk
BB Treating &
NaOH menghilangkan senyawa
Caustic Treating
belerang
Silika alumina RFCCU Katalis cracking
Titanium Catalyst Polypropylene Katalis utama
Tri Ethyl Alumunium (AT cat) Polypropylene Ko-katalis
CMMS Polypropylene Catalyst adjuvant
Hexane Polypropylene Pelarut katalis
Ekstraktor pada purifikasi raw
DEA Polypropylene
propaneee propylene
AE-Stab, AH-Stab, AI- Stab,
HA-Stab, HD-Stab, SA-Stab, Polypropylene Stabilizer additive
SB-Stab, SC-Stab
Gas N2 Polypropylene Off gas, carrier gas
Bahan bakar untuk pembakaran
Fuel oil, fuel gas Semua unit dalam furnace unit
36
BAB IV
DESKRIPSI PROSES
Unit pemrosesan yang ada di kilang PT. Pertamina RU III terbagi atas
dua bagian besar, yaitu unit yang memroses minyak mentah (crude)
menjadi produk-produk BBM dan unit yang memroses beberapa
produk samping hasil pemrosesan minyak mentah menjadi produk
petrokimia. Gambar 4.1 menunjukkan diagram alir pemrosesan minyak
mentah menjadi produk secara garis besar di PT. Pertamina RU III.
37
biasanya ditetapkan selama satu jam setiap satu meter minyak bumi.
b. Pembuangan bottom
Tahap ini dilakukan untuk memompa seluruh campuran air dan
lumpur yang berada di bawah tangki settling menuju tangki
penampung yang dilengkapi steam coil. Campuran tersebut masih
mengandung minyak dalam jumlah sedikit. Pemanasan dengan steam
melalui steam coil akan memisahkan dari air dan lumpur yang tersisa
akan mengendap di dasar tangki.
c. Drain
Campuran air dan lumpur yang mengendap di dalam tangki
penampung akan mengendap dengan cara draining, sedangkan
minyak akan dipompakan lagi ke tangki crude.
d. Flushing pipa isap tangki
Tujuan tahap flushing adalah untuk mencuci pipa isap tangki untuk
membersihkan pipa isap dari air.
Minyak bumi yang telah melewati tahap persiapan akan diolah dalam
unit proses pengolahan. Penyaluran minyak bumi ini dilakukan
dengan menggunakan pompa di rumah pompa minyak (RPM).
Selain pompa umpan, ada juga pompa untuk injeksi minyak bumi
ke unit proses. Pada umumnya, terdapat tiga pipa isap (suction
pipe) tangki yang digunakan untuk menyalurkan minyak bumi menuju
unit proses, yaitu pipa isap bawah, pipa isap tengah, dan pipa isap
atas. Pada awal penyuplaian minyak, digunakan pipa isap atas, lalu
dilanjutkan dengan pipa isap tengah, dan bila level minyak sudah
mendekati setengah tangki, akan dilanjutkan dengan pipa isap
bawah. Tangki harus dihubungkan dengan tangki lain yang penuh
bila level minyak dalam tangki sudah mendekati 3 m.
Penghubungan tangki dilakukan dengan dua cara, yaitu penghubungan
38
tangki menggunakan pipa isap yang sama dan penghubungan
menggunakan pipa isap yang berbeda.
Sebagian hasil pengolahan minyak bumi di unit proses langsung
menjadi finished produk dan sebagian lagi masih memerlukan proses
blending. Produk tersebut dialirkan ke tangki penimbun melalui jalur
perpipaan tertentu sesuai dengan jenis produknya. Setiap pergantian
tangki penampung produk harus dikoordinasi dengan unit proses
sesuai dengan pesanan dari bagian supply chain.
39
dalam kolom evaporator setelah melewati tungku-I (furnace-I). Untuk
mengurangi beban tungku, minyak dilewatkan melalui pemanas
awal (pre-heater) 6-5/6 dan 6-1/2/3/4 terlebih dahulu hingga
o
mencapai temperatur 138 C. Pemanasan awal ini memanfaatkan panas
produk long residue kolom-IV. Minyak mentah panas tersebut
dipanaskan lagi dalam tungku hingga mencapai temperatur operasi
o
flash zone dari evaporator, yaitu 255 C, lalu diumpankan ke dalam
2
evaporator bertekanan 1,8 kg/cm g. Pada evaporator, terjadi
pemisahan yang menghasilkan produk atas yang mengandung
komponen C 1-C16 dan produk bawah yang mengandung komponen C17-
C50.
Produk atas evaporator diumpankan ke dalam kolom-I pada tray 10. Pada
kolom I, terjadi pemisahan lebih lanjut sehingga menghasilkan
produk atas (C 1-C10) sebagai umpan kolom-V, produk side-stream
(C11-C14) sebagai umpan kolom-II, dan produk bawah (C14-C16) yang
digabungkan dengan aliran side-stream kolom IV menuju ke light gas
oil stripper 2-1. Produk bawah stripper didinginkan di pendingin
sehingga didapatkan produk LCT (C21-C30), sedangkan produk atas
stripper masuk ke kolom-IV.
Produk bawah evaporator dipanaskan dalam tungku-II hingga
o
mencapaitemperatur 344 C, lalu dimasukkan ke dalam kolom-IV
pada tray 4. Produk atas kolom-IV dikondensasi, lalu dikembalikan
ke dalam kolom-IV sebagai refluks, sedangkan produk bawah
kolom-IV yang berupa long residue dikirim ke HVU Sungai Gerong.
Pada kolom-II, terjadi pemisahan lebih lanjut produk side stream kolom-
I. Produk atas kolom-II yang mengandung komponen C11-C12
dikondensasikan dalam kondensor dan dimasukkan ke dalam
akumulator, lalu digunakan sebagai refluks kolom-I dan kolom-II.
40
Produk bawah kolom-II didinginkan dalam pendingin 4-9/10 dan
diambil sebgai LKD.
Produk atas kolom-I diumpankan ke dalam kolom V pada tray 3.
Produk atas kolom-V dikondensasikan dalam kondensor parsial 5-
3/4/5/6/7 dan 8-20. Aliran gas kondensor dibagi dua, di mana aliran
pertama langsung diumpankan ke SRMGC, sedangkan aliran kedua
dikondensasi lagi dalam kondensor 4-7/8, lalu di-flash dalam tangki
8-9. Gas dari 8-9 yang tidak terkondensasi dialirkan ke SRMGC,
sedangkan cairannya diambil sebagai crude butane. Cairan kondensor
8-20 di-flash dalam tangki 8-8, di mana gas dialirkan ke SRMGC,
sedangkan cairan hasil flash ada yang dialirkan sebagai refluks kolom-
V dan ada yang diambil sebagai SR Tops (C5-C7). Sebagian produk
bawah kolom-V dialirkan sebagai refluks kolom-I dan sebagian lagi ke
kolom V. Side-stream kolom-V diumpankan ke dalam kolom-III, di
mana terjadi pemisahan yang lebih lanjut. Produk atas kolom-III
dikembalikan ke kolom-V, sedangkan produk bawahnya didinginkan
sehingga diperoleh produk nafta-II.
Crude distiller III mengolah crude campuran Jene crude, Ramba dan SLC,
untuk menghasilkan Gas, Crude Butane, SR-Tops, Naphta II, Naphta III,
LKD, HKD, LCT, HCT dan Long Residue. CD III dirancang untuk
mengolah crude dengan kapasitas 4.000 T/D namun hanya dioperasikan
dengan kapasitas 3.600 T/D. CD III memiliki 1 kolom stabilizer dan 3
kolom fraksionator.
Minyak mentah dipompa dari tangkin penyimpanan dengan pompa
P-13/14/15 melewati beberapa pre-heater, yaitu pre-heater 6-2, 6-1,
o
6-5/8, E-108A/B, dan 6-3/4, hingga mencapai 147 C. Minyak panas ini
diumpankan ke dalam kolom Stabilizer pada tray 20.
41
Produk atas stabilizer (C1-C5) dikondensasi dan dialirkan ke dalam
akumulator 8-4, di mana produk gasnya (C1-C3) dialirkan ke
SRMGC, sedangkan sebagian produk cairnya diambil sebagai crude
butane dan sebagian lagi dikembalikan sebagai refluks kolom
stabilizer. Sebagian produk bawah stabilizer (C5-C50) dipanaskan dalam
tungku-I yang berfungsi sebagai reboiler dan sebagian lagi
diumpankan ke dalam kolom 1-1 pada tray 13. Produk atas kolom
1-1 (C5-C10) diumpankan ke dalam kolom 1-3. Sebagian produk
bawahnya (C16 – C50) dipanaskan dalam tungku-I, lalu dikembalikan ke
kolom 1-1, dan sebagian lagi dijadikan umpan kolom 1-2 setelah melewati
tungku-II.
Umpan kolom 1-2 masuk pada tray 14. Produk atas kolom 1-2
digunakan untuk memanaskan crude, lalu melewati kondensor dan
dialirkan ke dalam akumulator 8-2. Sebagian produk cair 8-2 dijadikan
refluks kolom 1-2 dan sebagian lagi diambil sebagai LKD (C12-C16).
Produk bawah yang berupa long residue digunakan untuk memanaskan
crude melalui E-108A/B dan 6-3/4 sebelum dikirim ke HVU Sungai
Gerong.
Side-stream kolom 1-2 yang diambil pada tray 30 dialirkan ke HKD
stripper 2-3, di mana produk bawahnya diambil sebagai HKD (C16-C20),
sedangkan produk atasnya dialirkan kembali ke kolom 1-2. Side-stream
lainnya yang masing-masing diambil pada tray 20 dan tray 13
dialirkan ke stripper 2-2 dan 2-1, di mana produk bawah 2-2
diambil sebagai LCT dan produk bawah 2-1 diambil sebagai HCT.
Produk atas masing- masing stripper dialirkan kembali ke kolom 1-2.
LCT dan HCT mengandung komponen C21 hingga C30.
Umpan kolom 1-3 yang berasal dari produk atas kolom 1-1 diumpankan
pada tray 10. Produk atas kolom 1-3 dikondensasi dalam pendingin
5-1/2/3/5 dan dialirkan ke dalam akumulator 8-3. Gas yang tidak
42
terkondensasi dialirkan ke SRMGC, sedangkan produk cairnya sebagian
dikembalikan ke kolom 1-3 sebagai refluks dan sebagian lagi diambil
sebagai SR Tops (C5-C7). Sebagian produk bawah kolom 1-3 di-
boil-up kembali dan sebagian didinginkan dalam pendingin 4-7/8.
Sebagian keluaran 4-7/8 dikembalikan sebagai refluks 1-1 dan sebagian
lagi diambil sebagai nafta-II (C8-C10).
CD IV mengolah crude yang berasal dari Kaji Ramba (Karam) dan SLC
untuk menghasilkan Gas, Crude Buthane, SR-Tops, Naphta II, Naphta III,
LKD, HKD, LCT, HCT dan Long Residue. CD IV dirancang untuk
mengolah crude dengan kapasitas 4.000 T/D. Pada dasarnya proses yang
terjadi pada CD IV hampir sama dengan CD III, tetapi terdapat beberapa
modifikasi aliran untuk mendapatkan jumlah fraksi Naphta III (avtur) dalam
jumlah yang lebih. CD IV memiliki 1 kolom stabilizer dan 3 kolom
fraksionator.
Beberapa modifikasi pada CD IV adalah sebagai berikut :
a. Produk bawah kolom stabilizer dipanaskan terlebih dahulu dalam
tungku-II sebelum diumpankan ke dalam kolom 1-1,
b. Sebagian produk atas kolom 1-1 diumpankan ke dalam kolom 1-3,
sedangkan sebagian lagi dijadikan refluks kolom 1-1 setelah melalui
akumulator 8-1
c. Umpan kolom 1-2 masuk pada tray 19
d. Side stream untuk HKD stripper diambil pada tray 27, untuk LCT
stripper pada tray 22 dan untuk HCT stripper pada tray 10
43
CD V mengolah crude oil yang berasal dari SPD-TAP ( South Palembang
District – Talang Akar Pendopo) untuk menghasilkan produk berupa Gas,
SR-Tops, Naphta I, Naphta II, Naphta IV (LAWS), LKD, HKD, LCT/SGO,
HCT dan Long Residue. CD V terdiri dari 1 flash kolom dan 4 kolom
fraksionator.
Minyak mentah dari tangki penyimpanan dibagi menjadi dua aliran.
Aliran pertama melalui pre-heater 6-1/2, 6-3/7A, 6-4, 6-8, dan 6-5A/6A.
Aliran kedua melalui pre-heater 6-5B/6B/7B dan HE-1/2/3. Kedua
aliran yang telah dipanaskan tersebut dicampurkan dan diumpankan
ke dalam kolom flash. Produk atas kolom flash diumpankan ke
kolom 1-1 pada tray 10. Produk bawah kolom flash dipanaskan dalam
tungku-I, lalu dicampurkan dengan crude yang telah dipanaskan melalui
pre-heater 6-7/8/9/10 dan tungku redistiller-I/II, dan diumpankan ke
dalam kolom 1-1 pada tray 6.
Produk atas kolom 1-1 (C1-C15) digunakan sebagai umpan kolom 1-3.
Sebagian produk bawah kolom 1-1 dipanaskan dalam tungku-I dan
dikembalikan sebagai boil-up, sedangkan sebagian lagi dijadikan umpan
kolom 1-2 setelah melewati tungku-II. Side- stream kolom 1-1 diambil
pada tray 29 dan tray 15-21. Side-stream yang diambil pada tray 29
ditarik dengan pompa P-14/15 menuju penukar panas 6-1/2, lalu ke
pendingin 4-4/5 dan dikembalikan ke kolom 1-1 sebagai refluks. Side-
stream yang diambil pada tray 15-21 dimasukkan ke stripper 2-2.
Produk atas stripper dialirkan kembali sebagai refluks kolom 1-1.
Sebagian produk bawah stripper dikembalikan sebagai boil-up melalui
reboiler 7-1 dan sebagian lagi didinginkan dalam pendingin 4-2/3
sebagai produk, yaitu LKD.
Umpan kolom 1-2 adalah produk bawah dari kolom 1-1 yang telah
dipanaskan terlebih dahulu dalam tungku-II. Produk atas dikondensasi
dalam kondensor 5-1/2/3/4, lalu dialirkan ke dalam akumulator 8-3, dan
44
produk cairnya diambil sebagai HKD (C17- C20). Sebagian produk bawah
dipompa melewati tungku-II dan dikembalikan ke kolom 1-2 sebagai
boil-up dan sebagian lagi produk bawah yang berupa long
residue digunakan untuk memanaskan umpan crude, lalu didinginkan
dalam pendingin 4-17/18 dan dikirim ke HVU Sungai Gerong.
Side-stream kolom 1-2 ditarik dari tray 32, tray 20-26, dan tray 12-
17. Side- stream dari tray 32 digunakan untuk memanaskan umpan
crude, didinginkan dalam pendingin 4-8/9, dan dikembalikan sebagai
refluks kolom 1-2. Side-stream dari tray 20-26 dialirkan ke stripper 2-
1, di mana produk atasnya dikembalikan sebagai refluks kolom 1-2,
sebagian produk bawahnya diambil sebagai LCT dan sebagian
dikembalikan ke kolom 1-2 sebagai boil-up. Side-stream dari tray 12-
17 dialirkan ke stripper 2-3. Produk atas 2-3 dikembalikan sebagai
refluks dan sebagian produk bawahnya sebagai boil-up ke kolom 1-2.
Sebagian produk bawah stripper 2-3 diambil sebagai HCT. LCT dan
HCT yang dihasilkan banyak mengandung komponen C21 hingga C30.
Pada kolom 1-3, umpan berasal dari produk atas kolom 1-1. Produk atas
kolom 1-3 dikondensasi dalam kondensor 5-5/6/7/8, lalu dialirkan ke
akumulator 8-1. Gas tidak terkondensasi dari akumulator 8-1 menjadi
produk gas (C1-C3), sedangkan kondensatnya dipompa dengan
pompa P-16/17 sebagai umpan kolom 1-4. Sebagian produk bawah
kolom 1-3 dipanaskan dalam reboiler dan dikembalikan sebagai boil-up
kolom 1-3 dan sebagian lagi diambil sebagai nafta-IV (C11-C15). Side-
stream kolom 1-3 ditarik pada tray 13 dan diumpankan ke stripper 2-4.
Produk atas stripper 2-4 dialirkan kembali sebagai refluks kolom 1-3.
Sebagian produk bawah 2-4 dikembalikan ke stripper sebagai boil-up
dan sebagian lagi diambil sebagai nafta-II (C8-C10).
Umpan kolom 1-4 berasal dari kondensat akumulator 8-1. Produk atas
kolom 1-4 dikondensasi, lalu dialirkan ke akumulator 8-2, di mana
45
produk atas diambil sebagai produk gas (C1-C3), sebagian produk
bawahnya dikembalikan sebagai refluks kolom 1-4 dan sebagian produk
bawah lainnya diambil sebagai SR Tops (C4-C6). Sebagian produk bawah
kolom 1-4 dialirkan kembali ke kolom 1-4 sebagai boil-up dan
sebagian lagi didinginkan dan diambil sebagai nafta-I (C7-C8).
Crude Distiller VI mengolah minyak bumi yang berasal dari Ramba dengan
jalan distilasi atmosferik. Kapasitas pengolahan CD-VI adalah 15.000
barrel per calendar day (15 MBCD). Di dalam unit CD-VI terdapat sub-
unit Redistiller III/IV yang digunakan untuk mengolah ulang produk minyak
yang tidak memenuhi spesifikasi. Redistiller telah dimodifikasi untuk dapat
mengolah minyak mentah Sumatera Light Crude (SLC). Pada saat ini unit
Redistiller III/IVsudah tidak dioperasikan karena efisiensinya yang rendah
dalam memproses (sebagai pemisah tahap lanjut) produk dari CD-VI.
Modifikasi ini terjadi karena menurunnya jumlah minyak yang terbuang
atau tidak memenuhi spesifikasi. Produk yang dihasilkan adalah naphtha,
kerosene, ADO, long residue, dan off-gas.
Proses pengolahan diawali dengan memompakan crude menuju furnace,
namun sebelumnyacrude telah dipanaskan terlebih dahulu (preheater)
menggunakan heat exchanger dengan memanfaatkan panas dari produk.
Serangkaian heat exchanger yang digunakan adalah E-3 (memanfaatkan
panas dari overhead partial condensor), E-6 (memanfaatkan panas dari
kerosene), E-7 (memanfaatkan panas dari diesel oil) serta E-9
(memanfaatkan panas dari long residue).
Setelah mengalami pemanasan pada pre-heater, crude kemudian
dimasukkan ke dalam fresh feed accumulator (D-2). SelanjutnyaCrude
dipanaskan lebih lanjut pada furnace, dengan pengaturan temperature tube
46
skin antara 680-690oC, yang diharapkan akan menghasilkan COT sebesar
275-280oC.
Dari furnace, selanjutnya minyak panas tersebut diumpankan ke tray kedua
pada kolom T-1. Pada kolom ini terjadi proses penguapan fraksi ringan dari
minyak mentah. Uap fraksi ringan yang terbentuk mengalir ke atas melalui
tray-tray yang ada (tipe tray yang digunakan adalah bubble cap) dan keluar
sebagaiproduk atas (C12-). Sebelum dimasukkan ke kolom T-2, panas dari
hot vaporinidimanfaatkan terlebih dahulu untuk memanaskan feed (E-2).
Produk bawah (C25+) yang dihasilkan kolom ini adalah long residue yang
sebagian akan diumpankan ke unit RFCC dan sisanya ditampung di dalam
tangki. Selain kedua produk tersebut, kolom ini juga menghasilkan produk
side stream (C12-C16) yang dikeluarkan dari tray ke-8. Produk ini adalah
diesel oil, selanjutnya alitan ini dimasukkan ke kolom stripper (D-3). Uap
yang dihasilkan kolom D-3 dimasukkan kembali ke kolom T-1, sedangkan
fasa cairnya dikeluarkan sebagai diesel oil dengan terlebih dahulu
didinginkan di ADO exchanger (E-6) dan FF exchanger (E-5). Untuk
mencegah agar overhead condenser dan distillate drum tidak mengalami
overheat dan korosi akibat adanya air dan larutan asam maka diinjeksikan
ammonia ke dalam aliran overhead condenser.
Produk atas (C12-) kolom T-1 yang telah didinginkan dimasukkan ke tray ke-
4 dari kolomT-2. Setelah terjadi penguapan, uap yang keluar dari bagian
atas kolom ini dimanfaatkan untuk memanaskan umpan (E-3). Produk atas
(C8-) kolom T-2 ini kemudian didinginkan lebih lanjut pada cooler box
(dengan media pendingin air) untuk kemudian dimasukkan ke distiller drum
(D-4). Dari bagian atas drum D-4 dihasilkan gas yang dimanfaatkan sebagai
fuel gaspadafurnace HVU. Produk middle distillate dari kolom T-2 menjadi
produk LKD (dari keluaran tray nomor 7, kemudian didinginkan
menggunakan cooling water dan menuju D-5. Uap yang dihasilkan kolom
D-5 dimasukkan kembali ke kolom T-1, sedangkan fase cairnya dikeluarkan
47
sebagai LKD. Dari bagian bawah, dihasilkan cairan yang sebagian
dikeluarkan sebagai naphtha (C6-C8), sedangkan sisanya dimasukkan
kembali ke kolom T-2. Produk bawah (C9-C12) yang dihasilkan kolom T-2
adalah kerosene. Sebagian dari kerosene yang dihasilkan ini dimasukkan ke
bagian atas kolom T-1 dan sisanya didinginkan di E-7 dan E-4 dan dikirim
ke tangki penampungan sebagai kerosene cair.
48
dengan pompa P-25/26 dipompakan sebagian sebagai refluks dan
sebagian lagi sebagai feed Stabilizer-B. Gas yang tidak terkondensasi
pada accu tank 8-2 dialirkan ke SRMGC.
Bottom produk Stabilizer kolom sebagian dikembalikan sebagai
reboiling dan sebagian lagi didinginkan melalui HE.6-1/6-2 dan Cooler
4-6/4-7 yang selanjutnya dengan pompa P-25/26 di pompakan ke tanki
penampung.
Stabilizer B.
Umpan stabilizer-B adalah Top produk (bottom Accu tank 8-1 dan 8-2)
dari Stabilizer-C dan A yang sebelumnya telah dipanaskan melalui
HE.6-1/6-2.
Produk atas dari stabilizer-B didinginkan dengan condenser 5-4/5-5 dan
kemudian masuk ke Accu tank (8-2). Produk bawah dari accu tank 8-2
dengan pompa P-25/26 dipompakan sebagian sebagai refluks dan
sebagian lagi sebagai produk Raw Buthane.Gas yang tidak
terkondensasi pada accu tank 8-2 dialirkan ke SRMGC.
Produk bawah stabilizer sebagian di kembalikan sebagai reboiling dan
sebagian lagi didinginkan melalui HE.6-1/6-2 dan Cooler 4-6/4-7 yang
selanjutnya dengan pompa P-25/26 di pompakan ke tanki penampung
sebagai produk SBPX-40B.
49
.2.7. Straight Run Main Gas Compressor (SRMGC)
50
Gas dari SRMGC masuk ke tangki 1201 dengan tekanan 4,1 kg/cm2. Fasa
gas dari top tangki 1201 yang terdiri dari C4 dan yang lebih ringan dan
fraksi berat yang terikut akan dipanasi di evaporator 3-1 dengan steam
coil. Dari outlet evaporator masuk ke dalam kompresor MGC-1/2/3 gas
akan ditekan menjadi 22 kg/cm2, kemudian didinginkan dengan cooler 4-
7/8/9/10. Dari cooler dimasukkan ke comprimate accu tank 8-1/2/3/4.
Disini terbentuk 2 fasa, gas atau res gas dan cairan atau comprimate. Pada
comprimate accu tank ini dilakukan pendrainan air.Kemudian comprimate
ditampung di accu tank 8-5.
.2.9. Butane Butylene (BB) Distiller
51
Untuk mengatur temperatur top, kolom absorber dilengkapi dengan
tiga buah intercooler, yaitu:
a. Intercooler 4-1 untuk mendinginkan fat oil, yaitu lean oil yang sudah
mengabsorpsi propaneee, dari tray 46 kembali ke tray 45.
b. Intercooler 4-2 dan 4-3 untuk mendinginkan fat oil dari tray 31
kembali ke tray 30.
52
up melalui reboiler 7-7. Cairan dari reboiler 7-7 ditampung dalam
surge tank 9-2, didinginkan, lalu dijadikan refluks kolom absorber.
53
.2.10. BB Treating
54
adalah long residue dari CD II, III, IV, V dan VI. Sebagai produk,
diperoleh off gas, vacuum gas oil (LVGO, MVGO dan HVGO) serta
vacuum residue.
Kapasitas produksi HVU II adalah 54 MBSD, dengan produk sebagai
berikut :
a. Produk atas berupa Light Vacuum Gas Oil (LVGO) yang
digunakan sebagai komponen motor gas.
b. Produk tengah berupa Medium Vacuum Gas Oil (MVGO), dan Heavy
Vacuum Gas Oil (HVGO). Produk tengah ini merupakan umpan
RFCCU.
c. Produk bawah berupa Light Sulphur Waxes Residue (LSWR).
Feed long residue dari CD II, III dan IV dialirkan menuju hot feed drum
(V-61-001), long residue dari CD V juga dialirkan menuju hot feed drum
yang sama dimana sebelumnya dilewatkan pada box cooler. Sedangkan
untuk long residue dari CD VI dapat langsung dialirkan menuju HVU
sebagai feed. Long residue yang masuk ke hot feed drum diharapkan
memiliki temperatur 140-145 oC, dengan tekanan di 0.2 kg/cm² pada saat
normal operasi.
Proses diawali dengan memanaskan feed dengan menggunakan heat
exchanger (sebagai pre-heater), yang kemudian dipanaskan lebih lanjut
di dalam furnace. Beberapa heat exchanger yang digunakan sebagai pre-
heater adalah E-14-006 A/B (HVGO exchanger), E-14-003 A/B/C
(MVGO exchanger), E-14-010 A (vacuum residue exchanger) dan E-14-
009 A/B/C/D (vacuum residue exchanger). Rangkaian heat exchanger ini
diharapkan dapat menghasilkan feed untuk furnace dengan CIT sebesar
262-270oC, serta untuk menekan penggunaan energi pendinginan untuk
produk dari HVU sendiri.
Feed dari pre-heater kemudian dipanaskan lebih lanjut di dalam furnace,
yang diharapkan akan meningkatkan temperatur feed hingga 360-380oC.
55
Furnace HVU menggunakan tiga macam fuel, yaitu fuel oil, fuel gas dan
off gas (off gas ini merupaan pemanfaatan produk atas dari HVU sendiri,
dengan tujuan efisiensi produk off gas). Parameter utama dari furnace
HVU ini adalah temperature tube skin (maximum 690 oC) dan COT
menuju kolom vakum.
Heated feed dari furnace kemudian dialirkan menuju kolom vakum (C-
14-001) untuk dipisahkan menjadi produk-produk. Proses distilasi ini
dilakukan pada tekanan di bawah tekanan atmosfir (60-65 mmHg).
Distilasi vakum ini diharapkan dapat memisahkan produk dengan titik
didih yang lebih tinggi dengan bantuan vacuum pressure.
Feed HVU dimasukkan pada flash zone dengan posisi tangensial, dengan
harapan pemisahan antara liquid dan vapor akan terjadi akibat adanya
gaya sentrifugal pada flash zone tersebut. Liquid akan menuju ke bawah
setelah jatuh dari cap pada tray. Sedangkan vapor akan bergerak ke atas
setelah keluar dari tray cap.
Washing section, sebagai bagian utama dalam menghasilkan gasoil,
terletak di atas flash zone. Wash section bertujuan untuk mempertajam
produk gasoil, dengan melepaskan residu yang terperangkap pada vapor
yang naik dari flash zone. Kontrol utama pada bagian ini adalah
concarbon level dan metal content, karena menjadi racun pada katalis,
karena peningkatan produk gasoilakan memungkinkan peningkatan level
concarbon dan metal sebagai akibat dari deep cut operation.
Draw off diberlakukan untuk produk gasoil (LVGO, MVGO dan
HVGO). LVGO untuk refluks didinginkan oleh E-14-001, sedangkan
sebagai produk LVGO didinginkan oleh E-14-002. Untuk MVGO dan
HVGO digunakan sebagai feed untuk FCCU baik secara langsung
(sebagai hot MVGO dan HVGO) maupun cold feed (yang diambil dari T-
191/192).
Overflash section, diperoleh dengan melakukan injeksi recycle pada feed.
56
Recycle yang diinjeksikan berupa produk antara HVGO dengan vacuum
residue. Recycle ini juga bertujuan sebagai efisiensi dalam feed injection
serta untuk mempertajam produk gasoil. Vacuum residue section, sebagai
draw off vacuum residue dan sebagai posisi injeksi stripping steam.
Stripping steam digunakan untuk membantu mengangkat light distillate
yang masih terbawa di heavy distillate agar dapat terangkat ke atas.
Stripping steam ini berasal dari low pressure steam yang telah dipanaskan
di furnace menjadi dry dan superheated steam.
Overhead product dari C-14-001 tersebut kemudian didinginkan oleh tiga
kondensor (E-14-013/014/015), yang kemudian dihilangkan kandungan
steam-nya menggunakan tiga rangkaian jet ejector yang dipasang secara
seri. Penghilangan steam dari overhead product dilakukan dengan teknik
perubahan energi kinetik menjadi energi mekanik melalui injeksi medium
pressure steam, dengan tekanan 8 kg/cm2g. Pemasangan jet ejector ada
pada masing-masing kondenser. Jet ejector ini juga berfungsi untuk
memperoleh tekanan vakum di dalam C-14-001.
Kondensat keluaran kondenser kemudian dialirkan menuju V-14-002
untuk dipisahkan antara fase gas dan liquid, dimana liquid-nya dialirkan
menuju sewer. Sedangkan untuk uncondesable gas dialirkan ke V-14-002
lalu ke E-14-003 untuk menyerap condensable gas, dimana gas keluaran
dari E-14-003 dijadikan sebagai off gas (sebagai refinery fuel gas untuk
furnace HVU).
Injeksi ammonia pada kondensat dilakukan sebagai pencegahan terhadap
korosi pada alat, yang timbul akibat kontaminasi impurities (seperti sulfir
dan asam). Sehingga pH kondensat dapat dijaga pada kondisi basa paling
minimum.
Sebagian LVGO dari kolom dikembalikan sebagai refluks (E-14-001)
yang sebelumnya didinginkan oleh fin-fan cooler. Sebagian lainnya
kemudian menjadi produk (E-14-002) untuk komponen blending produk
57
diesel.
MVGO dan HVGO dari kolom didinginkan dengan bantuan heat
exchanger, E-14-003 A/B/C, dimana panasnya dimanfaatkan sebagai
pre-heater untuk feed HVU. Sebagian dikembalikan sebagai refluks (E-
14-004) dan sebagian lainnya digunakan sebagai feed untuk FCCU (E-14-
005). Saat ini, sebagian dari MVGO juga dijadikan sebagai blending
component dengan LVGO untuk menjadi bahan bakan solar.
Vacuum residue didinginkan menggunakan heat exchanger E-14-
009/010/011 (sebagai fungsi pemanas feed), sebagian dikembalikan
sebagai quenching untuk mempertahankan temperatur di bottom kolom,
dan sebagian juga digunakan sebagai produk untuk komponen blending
produk fuel oil.
.3.1. Polimerisasi
58
berbentuk pelet.BB yang direaksikan masuk kedalam tube melewati
catalyst sehingga terjadi reaksi yang diinginkan.Tiap set convertor berisi 9
drum catalyst @ 200kg = 1800kg. Reaksi polimerisasi berlangsung pada
tekanan dan temperatur yang tinggi yaitu 32 kg/cm2 dan 160oC
Untuk memanaskan sampai suhu reaksi maka kedalam bagian shell dari
convertor dialirkan heating oil. Jika reaksi polimerisasi sudah berjalan
normal maka solar yang mengalir melalui shell bersifat sebagai pendingin
juga pemanas. Heating oil ini disirkulasikan. Reaktor product selanjutnya
dialirkan kedalam bagian stabilizer column 1-1 untuk mengalami
pemurnian.
Stabilizer column berfungsi sebagai pemisah butane dari polymer hasil
reaksi. Top product dari stabilizer column didinginkan dengan cooler 5-
1/2/3/4 kemudian melalui accu tank 8-1. Top product dialirkan ke
flare,sedangkan bottom dari accu tank 8-1 didinginkan lagi dengan cooler
4-8/9 dan disebut residual butane butylene merupakan campuran dari
isobutene, n-butane, sisa butane butylene dan sedikit propaneee
propylene. Res-BB tersebut disimpan didalam tanki 1207/08 untuk dipakai
sebagai umpan unit alkilasi.
Stabilizer column berukuran diameter 1,3 meter dan tinggi 14 meter,
berjenis bubble cap tray column dengan jumlah tray 25 buah. Agar
pemisahan butane butylene dari stabilizer column ini berjalan baik, maka
temperatur puncak kolom dijaga 60oC dan bottom 15oC pada tekanan
6kg/cm2. Produk bawah kolom stabilizer 1-1 melalui cooler 4-10/11/5/6
dialirkan ke tanki O sebagai produk polimer. Polimer ini merupakan
komponen mogas yang mempunyai octane number tinggi.
4.3.1.2. Alkilasi
Unit alkilasi Pertamina UP III didesain untuk mengolah RBB
dari unit polimerisasi dengan kapasitas pengolahan 155 T/D sehingga
59
menghasilkan produk light alkylate yang memiliki bilangan oktan
tinggi. Unit alkilasi terdiri dari 2 bagian yaitu bagian reaktor dan
distilasi. Bila kebutuhan RBB tidak tercukupi, umpan ditambah
dengan RBB dari FCCU Sungai Gerong.
RBB dipompa dari tangki 1207/1208 dan dicampurkan dengan aliran
daur ulang isobuthane (iC4 recycle), lalu didinginkan dengan produk
reaktor sebelum dialirkan ke reactor feed blend tank 8-8. Dari tangki 8-
8, umpan dicampurkan dengan katalis H2SO4, lalu didinginkan di
chiller yang menggunakan pendingin propaneee. Campuran umpan-
asam yang dingin dimasukkan ke reaktor sehingga terjadi reaksi
alkilasi. Sebagian keluaran reaktor dicampurkan dengan umpan segar
dari 8-8, lalu dimasukkan kembali ke reaktor, sedangkan sebagian lagi
dimasukkan ke acid separator untuk memisahkan produk dari katalis.
Asam yang memiliki berat jenis lebih besar akan mengendap di
bawah, di mana sebagian asam didaur ulang, sedangkan sebagian lagi
dibuang. Bagian atas separator, yaitu alkilat, dimasukkan ke final
separator, lalu ke caustic settler untuk menetralkan sisa asam yang
terikut. Alkilat yang telah melewati tahap treating dijadikan
umpan bagian distilasi.
Produk alkilat diumpankan ke kolom deisobutanizer 1-1. Produk atas
kolom 1-1 dikondensasi dan dijadikan umpan kolom depropaneeizer,
sedangkan produk bawah dipanaskan dalam reboiler dan cairan dari
reboiler dijadikan umpan kolom stabilizer. Aliran refluks kolom 1-1
dicampurkan dengan sebagian iC4 recycle. Produk atas kolom 1-1
banyak mengandung propaneee dan isobuthane, sedangkan produk
bawah banyak mengandung alkilat dan buthane. Kolom depropaneeizer
1-2 berfungsi untuk memisahkan propaneee dari produk atas kolom 1-
1. Hasil kondensasi produk atas kolom 1-2 banyak mengandung
propaneee, di mana fasa uap diambil sebagai fuel gas, sedangkan
fasa cairan diambil sebagai campuran LPG. Produk bawah kolom
60
1-2 dipanaskan dalam reboiler 7-3. Fasa cair reboiler 7-3 yang
kaya isobuthane didinginkan dalam pendingin 4-3 dan 4-1/2, lalu
digunakan sebagai iC4 recycle.
Kolom stabilizer 1-3 berfungsi untuk memisahkan produk alkilat
dari buthane. Produk atas kolom 1-3 dikondensasi sehingga menghasilkan
buthane cair. Produk bawah kolom 1-3 dipanaskan dalam reboiler 7-4,
lalu fasa cairnya diambil dan dijadikan umpan kolom rerun.
Kolom rerun 1-4 berfungsi untuk memisahkan light alkylate dan heavy
alkylate. Produk atas kolom 1-4 dikondensasi, lalu dicuci dengan
caustic dan dimasukkan ke surge tank 9-7. Cairan yang berada pada
lapisan atas dalam surge tank diambil sebagai produk light alkylate,
sedangkan caustic yang ada di lapisan bawah didaur ulang. Produk
bawah kolom 1-4 dipanaskan dalam reboiler dan fasa cairnya
didinginkan dalam pendingin 4-4, lalu diambil sebagai heavy alkylate.
4.3.1.3. RFCCU
RFCCU digunakan untuk mengonversi MVGO dan HVGO (M/HVGO)
dan long residue menjadi produk minyak ringan dengan bantuan
katalis. RFCCU terdiri dari reaktor, regenerator katalis. Main
fractionator terdiri dari kolom primary fractionator, secondary
fractionator, dan LCGO stripper. Produk RFCCU adalah off gas,
raw PP, LPG, catalytic naphtha, LCGO, HCGO, dan slurry.
Perbandingan umpan unit RFCCU adalah 165000 BPSD M/HVGO
dan 4000 BPSD residue. Sebelum dimasukkan ke reaktor, umpan
o
dipanaskan terlebih dahulu dalam tungku hingga mencapai 331 C,
lalu diinjeksikan antimoni sebanyak 0,75-2,1 kg/jam untuk mencegah
adanya metal content dalam umpan yang dapat mengakibatkan deaktivasi
katalis.
Umpan dengan kapasitas 120.600 kg/jam diinjeksikan ke dalam
61
o
riser untuk direaksikan dengan katalis bertemperatur 650-750 C
o
dari regenerator. Reaksi terjadi pada seluruh bagian riser pada 520 C.
Untuk memperoleh sistem fluidisasi yang baik, riser diinjeksikan
dengan MP steam. Selain itu,diinjeksikan pula HCGO yang
menambah pembentukan coke pada katalis sehingga dapat
menaikkan temperatur regenerator serta nafta yang diperlukan untuk
menaikkan selektivitas cracking sehingga meningkatkan yield
propaneee-propylene. Stripping steam diinjeksikan ke daerah stripper
untuk mengurangi kadar oil dalam katalis sebelum disirkulasikan
ke regenerator.
Reaktor dilengkapi dengan tiga buah cyclone 1 tahap untuk
meminimalisasi terbawanya katalis ke kolom fraksionasi. Hasil
cracking yang berupa uap dialirkan dari reaktor ke kolom fraksionasi.
Spent catalyst disirkulasikan ke regenerator dengan dikontrol oleh
spent side valve (SSV). Untuk memperlancar aliran spent catalyst di
stand pipe, dialirkan udara dengan control air blower dengan laju
2
alir 7.000 kg/jam dan tekanan 2,49 kg/cm g. Regenerasi katalis
dilakukan dengan mengoksidasi coke pada katalis dan untuk
membantu pembakaran, dapat ditambahkan torch oil. Udara
pembakaran dialirkan menggunakan main air blower. Regenerator
dilengkapi dengan cyclone 2 tahap untuk memisahkan gas cerobong
dari partikel katalis yang terbawa.
o
Gas hasil cracking dengan temperatur 520 C dialirkan ke bottom kolom
primary fractionator (FC-T-1). Produk bawah kolom FC-T-1 berupa
slurry oil (SLO). Sebagian SLO dipanaskan dalam reboiler dan
dikembalikan ke kolom sebagai boil-up dan sebagian disimpan
dalam tangki TK-191/192. Side-stream dari tray 3 diambil sebagian
sebagai produk LSWR, sebagian dikembalikan ke tray 3, dan
sebagian lagi dikembalikan ke reaktor sebagai HCGO recycle. Side-
stream dari tray 6 dikembalikan sebagian ke tray 6 di bawah
62
packing dan sebagian diumpankan ke reboiler kolom debutanizer
(FLRS-E-107) pada unit light ends. Produk top atau overhead gas
kolom primary dialirkan ke bottom kolom secondary fractionator
sebagai umpan.
Produk bottom kolom secondary yang berupa LCGO diumpankan
sebagian ke top kolom LCGO stripper FC-T-2, sedangkan sebagian
lagi dikembalikan ke top kolom primary fractionator di atas packing.
LCGO dalam stripper di-stripping menggunakan LP steam sehingga
menghasilkan produk top yang dikembalikan ke kolom secondary dan
produk bottom berupa LCGO. Sebagian LCGO dari bottom kolom
LCGO stripper diambil sebagai torch oil untuk regenerator. Side-
stream dari tray 15 diambil sebagai lean oil untuk sponge absorber.
Produk atas kolom secondary fractionator dicuci dengan wash
water, lalu didinginkan dan dikondensasi dalam akumulator.
Produk akumulator adalah wet gas.
63
4.3.1.4. Unit Light Ends
64
bottom kolom debutanizer adalah gasoline. Produk top debutanizer
didinginkan dengan pendingin FLRS-E-108 dan dimasukkan ke
akumulator FLRS-D-103. Uap akumulator diambil sebagai off gas,
sedangkan cairan akumulator sebagian dikembalikan sebagai
refluks dan sebagian dimasukkan ke stabilizer feed drum LS-D-1
untuk dicampurkan dengan produk top kolom stabilizer. Campuran
tersebut diumpankan ke kolom stabilizer. Produk bottom sebagian
dijadikan boil-up, sedangkan sebagian lagi digunakan untuk
memanaskan umpan, lalu diambil sebagai buthane untuk LPG.
Sebagian produk top kolom stabilizer dicampurkan dalam feed drum
LS-D-1 dan sebagian lagi didinginkan dan dimasukkan ke dalam
akumulator LS-D-2 sehingga menghasilkan off gas dan raw PP sebagai
umpan unit polypropylene.
65
dari tiga kolom, yaitu primary extractor C-201, secondary extractor
C-202, dan regenerator C-203. Raw PP dipompa masuk ke bawah
kolom C-201 dan keluar dari puncak kolom. Raw PP yang masih
mengandung sedikit CO2 diumpankan ke kolom C-202 dari bawah
kolom, lalu raw PP yang bersih dari CO2 dimasukkan ke DEA settling
tank V-204 untuk memisahkan raw PP dari larutan DEA yang terbawa
berdasarkan perbedaan massa jenis. Larutan DEA dimasukkan ke
akumulator V-203, di mana produk uapnya yang berupa off gas di-
flaring, sedangkan larutan DEA diregenerasi di kolom C-203. Larutan
DEA jenuh dari kolom C-201 dan C-202 diregenerasi di kolom C-
203. Produk atas kolom C-203 dikondensasi dan dialirkan ke
akumulator V-203, sedangkan produk bawahnya dipanaskan
dengan reboiler dan produk cairnya dimasukkan ke DEA surge tank
V-210. Di tangki V-210 ini, DEA yang lama akan dicampurkan
dengan DEA yang baru dan digunakan lagi sebagai absorben.
Raw PP dari akumulator V-204 diumpankan ke kolom NaOH extractor
yang terdiri dari tiga kolom, yaitu primary extractor C-204, secondary
extractor C-205, dan NaOH regenerator C-206. NaOH digunakan
untuk mengekstrak H2S dari raw PP. Raw PP diumpankan ke
kolom C-204 dari bawah dan dikontakkan secara counter-current
dengan larutan NaOH. Rafinat yang masih mengandung sedikit H2S
diekstraksi lebih lanjut di kolom C-205. Raw PP yang telah
dibersihkan dari H2S dimasukkan ke sand filter S-201 agar
dibersihkan dari NaOH yang terbawa. Selanjutnya, umpan PP
dimasukkan ke dryer unit agar dibersihkan dari air. Larutan NaOH jenuh
dari kolom C-205 diregenerasi di kolom C-206, sedangkan larutan
jenuh dari kolom C-204 dibuang ke drain. Produk atas kolom C-206
dikondensasi dan dimasukkan ke akumulator V-205, lalu fasa gas di-
flaring dan fasa cairnya dikembalikan sebagai refluks. Produk
66
bawah kolom C-206, yaitu NaOH hasil regenerasi, dicampurkan
dengan NaOH baru pada surge tank V-206. Umpan PP yang telah
melewati tahap purifikasi disebut treated PP.
Treated PP diumpankan ke kolom depropaneeizer untuk dipisahkan
antara propaneee dan propylene. Propylene yang dihasilkan harus
memiliki kemurnian tidak kurang dari 99,6%. Pada dasarnya, kolom
depropaneeizer merupakan satu kolom yang sangat tinggi dengan
274 tray, lalu dibagi menjadi tiga kolom yang lebih kecil dengan
jumlah tray masing-masing 92 tray, kecuali di kolom kedua yang
memiliki 90 tray. Produk atas kolom depropaneeizer adalah
propylene dengan kemurnian tinggi, sedangkan produk bawahnya
adalah propaneee yang diambil sebagai bahan LPG.
Sebelum memasuki reaktor, propylene masih harus melewati
beberapa impurities removal, yaitu light end stripper untuk membuang
kandungan methane, ethane, CO, dan CO2, dehydrator untuk
menghilangkan kandungan air, COS absorber untuk
menghilangkan karbonil sulfida (COS), dan arsine removal untuk
menghilangkan arsin.
Sebelum digunakan,katalis harus dipersiapkan terlebih dahulu.
Untuk persiapan katalis utama, main catalyst dan co-catalyst
dicampurkan dalam pre-treatment drum (D-2101) dengan n-hexane
sebagai pelarut sehingga terbentuk slurry. Slurry tersebut
dicampurkan dengan sejumlah gas propylene sehingga terjadi pre-
polymerization yang bertujuan meningkatkan aktivitas katalis.
Campuran dialirkan ke holding drum (D-2102) dan dilarutkan lagi
dengan n-hexane, kemudian dialirkan ke feed drum (D-2103).
Untuk persiapan co-catalyst, co-catalyst dilarutkan dengan n-
hexane, lalu dialirkan menuju holding drum (D-2104). Untuk
persiapan katalis donor elektron, cyclohexyl-methyl-dimethoxy-silane
67
dimasukkan langsung ke holding drum (D-2105) tanpa pengenceran
dengan n-hexane. Katalis dari D-2102, D-2103, dan D-2104
dialirkan ke reaktor-1 (D-2101).
Propylene cair dari bagian impurities removal dialirkan menuju
propylene vaporizing drum (D-2210), kemudian fasa cairnya diumpankan
ke reaktor-1, di mana terjadi reaksi eksotermis pada fasa cair,
sedangkan fasa gasnya diumpankan ke reaktor-2, di mana terjadi
reaksi pada fasa gas.. Gas hidrogen dari hydrogen plant diinjeksikan ke
dalam reaktor-1 untuk mengatur melt flow rate (MFR). Reaktor-1
dilengkapi dengan jaket yang dialirkan air pendingin untuk menjaga
o
reaksi tetap berlangsung pada 70 C. Hasil reaksi yang berupa slurry
dialirkan ke reaktor-2.
Dalam reaktor-2, terjadi reaksi pada fasa gas yang bertujuan untuk
fluidisasi slurry dari reaktor-1. Fluidisasi ini bertujuan memisahkan
propylene yang terbawa sehingga terjadi 40 % reaksi. Hasil reaktor-2
ini sudah berupa powder atau serbuk polypropylene. Serbuk
polypropylene masih mengandung n-hexane dari katalis. Untuk
menghilangkan
n-hexane, serbuk polypropylene dimasukkan ke dalam powder
heater yang berupa penukar panas. Sebagai fluida panas, digunakan
gas N2 panas. Dari powder heater, serbuk polypropylene dimasukkan
lagi ke steaming drum untuk membuang sisa n-hexane yang masih ada
dan untuk deaktivasi katalis. Dalam steaming drum ini, serbuk
polypropylene dikontakkan langsung dengan campuran N2 panas
dan steam. Serbuk polypropylene yang telah dimurnikan dimasukkan
ke bagian finishing.
Di bagian finishing, serbuk polypropylene ditampung terlebih dahulu
dalam powder hopper (TK-2501) dan untuk mencegah terjadinya
degradasi polimer akibat oksidasi, transportasinya dilakukan dengan
68
menggunakan gas nitrogen.
Sejumlah zat aditif sebagai stabilizer, yaitu :
a. AE stabilizer sebagai primary heat stabilizer,
b. AI stabilizer sebagai secondary heat stabilizer,
c. AH stabilizer sebagai heat stabilizer produk jenis tape dan injection
grade,
d. HA stabilizer sebagai neutralizer dan pelumas,
e. HD stabilizer sebagai zat pemutih,
f. SB stabilizer sebagai slip agent,
g. SC stabilizer sebagai anti-blocking agent.
Serbuk polypropylene dicampurkan dengan stabilizer, lalu dilanjutkan
dengan proses pelletizing. Pada proses pelletizing, campuran serbuk
dan aditif dipanaskan sehingga meleleh menjadi resin atau ekstrusi
melalui cetakan (dye plate) dan langsung dipotong menjadi pellet
dengan alat pemotong yang dilengkapi dengan pellet cooling water
(CWP). Pelet yang terbentuk dibawa ke pellet vibrating screen
melalui pellet dryer untuk memisahkan pelet dari air dan pelet yang
tidak memenuhi spesifikasi ukuran. Pelet yang on-size (memenuhi
spesifikasi ukuran) ditampung dalam pellet hopper (TK-2504) dan
ditransfer ke bagian bagging untuk pengemasan.
69
BAB V
SISTEM PEMROSES DAN PENGENDALIAN PROSES
70
kaustik
71
Nama Alat Fungsi Unit Pengguna
72
Nama Alat Fungsi Unit Pengguna
Unit
Polimerisasi,
Unit
Polypropylene,
RFCCU
73
Nama Alat Fungsi Unit Pengguna
74
.2. Sistem Pemroses Unit Produksi I
5.21. Sistem Pemroses Crude Distiller dan Gas Plant (CD & GP)
Unit CD&GP yang terletak di Plaju dibagi menjadi beberapa unit lagi
yaitu:
1. Unit Pengolahan Primer
a. Crude Distiller II (CD II)
Peralatan proses utama di CD II terdiri dari empat kolom distilasi dan
satu kolom evaporator. Kondisi operasi dan spesifikasi alat proses
dapat dilihat pada Tabel 5.2
Tabel 5.2 Kondisi Operasi dan Spesifikasi Alat Proses Utama CD II
Temperatur Tekanan Diameter Jumlah
No Alat Nama Alat
(C) (kg/cm2g) (m) Tray
3-1 Evaporator Flash : 255 1,8
1-1 Kolom-I Top : 95 2,0 2,7 16
Bottom : 155
1-2 Kolom-II Top : 118 0,5 1,8 16
Bottom : 192
2-2 Kolom-III Top : 1,2
Bottom :
1-3 Kolom-IV Top : 181 0,3 1,8 16
Bottom : 328
1-4 Kolom-V Top : 114 1,9 3,0 18
Bottom : 128
75
Tabel 5.3 Kondisi Operasi dan Spesifikasi Alat Proses Utama CD III
No Alat Nama Temperatur Tekanan Diameter Jumlah
Alat (C) (kg/cm2g) (m) Tray
1-1 Kolom-I Top : 143 1,5 3,960 27
Feed : 202
Reb.suct. : 303
Bottom : 273
Take off tray N-III :
133
1-2 Kolom-II Top : 234 0,3 3,960 30
Feed : 311
Reb.suct. : 365
Bottom : 336
1-3 Kolom-III Top : 93 1,5 2,975 31
1-4 Stabilizer Top : 97 2,8 1,552 30
Feed : 147
Reb.suct. : 194
2-1/2/3 Stripper 1,176 6
76
Tabel 5.4 Kondisi Operasi dan Spesifikasi Alat Proses Utama CD IV
77
Tabel 5.5 Kondisi Operasi dan Spesifikasi Alat Proses Utama CD V
No Nama Temperatur Tekanan Diamete Jumlah
Alat Alat (C) (kg/cm2) r (m) Tray
1-1 Kolom I Top : 150 1,2 3,2 31
Reb.suct. : 243
1-2 Kolom-II Top : 200 0,2 2,7 33
Reb.suct. : 340
1-3 Kolom-III Top : 105 0,8 2,9 30
Reb.suct. : 160
1-4 Kolom-IV Top : 70 0,8 2,1 30
Reb.suct. : 100
2-1 Stripper 0,8 8
2-2 Stripper 0,8 6
2-3 Stripper 0,8 8
2-4 Stripper 0,9 6
78
Tabel 5.6 Kondisi Operasi dan Spesifikasi Alat Proses Utama Stabilizer C/A/B
No Alat Nama Alat Temperatur Tekanan Diameter Jumlah
(C) (kg/cm2) (m) Tray
1-1 Kolom C Top : 95 4,2 1,6 45
Bottom : 140
1-2 Kolom A Top : 90 4,0 1,6 45
Bottom : 126
1-3 Kolom B Top : 72 4,5 1,2 40
Bottom : 116
f. Unit SRMGC
SRMGC merupakan unit pendukung yang ada di CD&GP. Unit ini
berfungsi untuk meningkatkan tekanan dari gas yang berasal dari CD
sebelum diumpankan ke BB Distiller. Unit ini terdiri dari tiga buah
kompresor. Spesifikasi kompresor ditampilkan pada Tabel 5.7
g. Unit BB Distiller
Alat proses utama unit Butane-Butylene Distiller terdiri dari kolom
absorber, depropaneeizer, debuthanizer, dan stripper. Kondisi
operasi dan spesifikasi alat proses ditunjukkan pada Tabel 5.8
79
Tabel 5.8 Kondisi Operasi dan Spesifikasi Alat Proses Utama BB
Distiller
No Nama Alat Temperatur Tekanan Diameter Jumlah
Alat (C) (kg/cm2) (m) Tray
1-1 Absorber Top : 40 20 3,4 17
Bottom : 110
1-2 Depropaneeize RUper : 42 17 2,0 20
r Bottom : 120
1-3 Debuthanizer Top : 50 6 2,1 36
Bottom : 120
1-4 Stripper Top : 80 0.7 1,5 16
Bottom : 125
h. Unit BB Treater
Unit BB Treater terdiri dari dua bagian, yaitu Settler A dan Settler B.
Kondisi operasi dan spesifikasi alat proses pada BB Treater
ditunjukkan pada Tabel 5.9
80
i. Unit Alkilasi
Unit alkilasi terdiri dari sebuah reaktor dan empat kolom distilasi.
kolom distilasi terdiri dari kolom deisobuthanizer, depropaneeizer,
stabilizer, dan rerun. Kondisi operasi dan spesifikasi alat proses tersebut
dapat dilihat pada Tabel 5.10
Tabel 5.10 Kondisi operasi dan spesifikasi alat proses utama unit
alkilasi
No Alat Nama Alat Temperatur Tekanan
(C) (kg/cm2)
2-3/1/2 Reaktor 3–8 4,5 - 5
1-1 Deisobutanizer Feed : 111 8,8
Top : 59
1-2 Depropaneeize Feed : 90 16,8
r Top : 48
1-3 Stabilizer Feed : 156 7,5
Top : 68
Bottom : 165
1-4 Rerun Feed : 210 0,6
Top : 102
j. Unit polimerisasi
Unit polimerisasi memiliki tiga set converter (masing-masing set
tersebut memiliki tiga buah converter) dan satu kolom stabilizer. Pada
kondisi normal hanya dua set converter yang berfungi, sedangkan
satu set yang lain berada dalam kondisi penggantian katalis.
Converter yang digunakan adalah jenis shell and tube. Pada bagian
tube terdapat katalis, selain itu tube juga merupakan tempat terjadinya
reaksi, sedangkan minyak dialirkan pada bagian shell sebagai
pengatur kestabilan temperatur reaksi. Kondisi operasi dan spesifikasi
alat pemroses pada unit polimerisasi dapat dilihat pada Tabel 5.11
81
Tabel 5.11 Kondisi Operasi Alat Proses Utama Unit Polimerisasi
No. Alat Nama Alat Temperatur Tekanan
(C) (kg/cm2)
CON Converter 160 Inlet : 30
A/1-2-3 Outlet : 28
B/1-2-3
C/1-2-3
1-1 Kolom Feed : 155 6
Stabilizer Top : 60
Reboiler : 125
Unit pemroses CD&L yang berada di kilang Sungai Gerong terdiri dari tiga
unit antara lain tiga unit pengolahan primer, satu unit pengolahan sekunder
dan satu unit treating. Unit pengolahan primer terdiri dari CD VI, HVU,
dan stabilizer 3, sedangkan unit pengolahan sekunder adalah RFCCU.
a. Crude Distiller VI (CD VI)
Alat pemroses utama CD VI adalah dua kolom fraksinator. Kondisi
operasi dan spesifikasi alat tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.12.
82
b. High Vacuum Unit (HVU)
HVU menggunakan satu kolom yang terbagi atas dua bagian, yaitu
bawah yang berupa tray column dan bagian atas yang berupa packed
column. HVU menggunakan ejector steam untuk menciptakan kondisi
vakum. Data kondisi operasi kolom distilasi HVU dapat dilihat pada
Tabel 5.13
Tabel 5.13 Kondisi Operasi Kolom Distilasi HVU
Kondisi Nilai
Tekanan, mmHg
Flash zone 110
Vapor line 75
Temperatur, C
COT 395
Top 55
LVGO draw off 170
MVGO draw off 282
HVGO draw off 347
83
Tabel 5.14 Kondisi Operasi dan Spesifikasi Alat Proses Utama
RFCCU
Lower : 672
Bottom : 370
Bottom : 218
84
Bottom : 111
85
bed reactor). Kondisi operasi alat pada unit purifikasi dapat dilihat pada
Tabel 5.15 dan Tabel 5.16
Pump around 2
Temperatur, oC 70 80
Produktifitas, kr-PP/gr-kat 12 20
86
87
.4. Sistem Pengendalian Proses
Sistem pengendalian proses berfungsi untuk menjaga kondisi operasi alat
pemroses dari gangguan eksternal sehingga alat pemroses dapat bekerja
dalam kondisi yang stabil. Sistem pengendalian ini dilakukan di dalam
sebuah control room. Variabel-variabel yang dikendalikan pada alat
pemroses secara umum antara lain tekanan,temperatur,ketinggian, dan laju
alir. Sistem pengendalian yang digunakan di Pertamina RU III secara umum
menggunakan peralatan digital tetapi ada juga yang masih menggunakan
peralatan manual.
Pada pengendalian digital, komputer menerima sinyal yang ditransmisikan
oleh transducer. Transducer berfungsi merubah besaran yang diukur
(temperatur, laju alir, ketinggian, dan tekanan) menjadi sinyal yang dapat
ditransmisikan. Setiap variabel yang dikendalikan meniliki set point yang
nilainya tertentu, apabila nilai yang terukur di lapangan berbeda dengan set
point maka akan dilakukan tindakan pengendalian sehingga nilai yang
terukur di lapangan mendekati set point kemudian computer akan
mengirimkan sinyal menuju elemen pengendali akhir yang mana elemen ini
akan melaksanakan perintah dari control room dengan cara mengubah
bukaan valve. Elemen pengendali akhir yang digunakan adalah pneumatic
valve yang digerakkan oleh udara bertekanan. Sistem kontrol pneumatik
menggunakan angin (3-15 psi) sebagai transmitter dan penggeraknya.
Angin tersebut menggunakan tipe angin kering dengan kandungan uap air
sangat rendah yang berasal dari kompresor di unit utilitas.
Pengendalian secara manual, elemen pengendali akhir adalah operator yang
akan mengubah bukaan kerangan. Oleh karena itu, pada ruang kontrol
hanya terdapat indikasi dari suatu parameter saja. Apabila nilai parameter
tersebut tidak sesuai dengan yang diinginkan, maka operator di ruang
kontrol akan menghubungi operator yang ada di lapangan untuk membuka
88
kerangan atau melakukan perubahan lainnya secara manual sampai nilai
parameter yang diinginkan dapat tercapai.
Pengendalian secara cascade mengatur bukaan kerangan melalui pengaturan
alat pengendali yang lain jika set point suatu alat proses tidak terpenuhi, alat
pengendali akan mengatur alat pengendali lain yang terkait dengan
pemenuhan set point tersebut.
89
BAB VI
PRODUK DAN LIMBAH
90
91
Avtur
Avtur merupakan bahan bakar untuk pesawat turbin. Avtur berwarna
kuning muda. Avtur dihasilkan dari unit gas plant dengan kapsitas
produksi 1,67 MBCD.
Premium atau motor gasoline (mogas)
Premiun merupakan bahan bakar kendaraan bermotor. Premium
berwarna kuning dan memiliki bilangan oktan 88. Premium yang
dihasilkan refinery unit-III merupakan hasil dari pencampuran bahan
bakar beroktan tinggi dari unit RFCCU dengan bahan bakar beroktan
rendah dari unit CD sehingga menghasilkan bilangan oktan 88. Kapasitas
produksi premium refinery unit-III adalah sebesar 22,1 MBCD.
Kerosin
Kerosin atau yang bisa dikenal dengan sebutan minyak tanah merupakan
bahan bakar keperluan rumah tangga. Kerosin berwarna kuning muda.
Kerosin dihasilkan dari unit crude distiller. Kapasitas produksi kerosin
pada refinery unit-III adalah sebesar 14,33 MBCD. Kerosin merupakan
hasil blending LKD dan HKD.
Solar/ADO (automotive diesel oil)
Solar atau ADO merupakan bahan bakar kendaraan bermotor bermesin
diesel. Solar berwarna oranye. Solar dihasilkan dari unit crude distiller
dengan kapasitas produksi 30,82 MBCD.
IDO (Industrial Diesel Oil)
IDO merupakan bahan bakar mesin diesel untuk keperluan industri
(mesin-mesin pabrik), berwarna hitam, dengan harga dan kualitas
dibawah solar (ADO). IDO dihasilkan dari crude distiller dengan
kapasitas produksi 1,75 MBCD.
IFO (Industrial Fuel Oil)
Sama halnya dengan IDO, IFO merupakan bahan bakar untuk keperluan
industri (mesin non-diesel), berwarna hitam, dengan harga dan kualitas
92
dibawah premium. IFO dihasilkan dari unit crude distiller dengan
kapasitas produksi 18,69 MBCD.
Racing Fuel
Racing Fuel merupakan bahan bakar untuk kendaraan balap yang
diproduksi oleh PT.Pertamina. Racing Fuel memiliki bilangan oktan
sangat tinggi yakni 100. Harga bahan bakar ini juga sangat mahal yakni
mencapai Rp. 75.000 per liter.
93
konvensional yakni dapat menghemat penggunaan refrigeran sebesar
70%. Musicool terdiri dari tiga macam varian yakni propaneee murni,
isobutane murni, dan campuran propanee-isobutan. Jenis musicool
yang dipasarkan yakni MC-12 yang menggantikan R-12, MC-22 yang
menggantikan R-22, MC-134 yang menggantikan R-134, dan MC-600.
94
Tabel 6.1 Limbah Hasil Pengolahan Minyak Bumi di Pertamina RU III
Unit Proses Limbah Gas Limbah Cair Limbah Padat
CD CO, SO2, NO2, – Minyak H2S, TSS, -
hidrokarbon, merkaptan
partikulat – pH tinggi
BB treater - Larutan RSNa dan -
RNH2
Polimerisasi H2S dari caustic – H2S, larutan caustic, Katalis bekas
treater mercaptan yang
– pH tinggi mengandung
fosfat
Alkilasi CO, SO2, NO2, – H2S, TSS, COD, Lumpur penetral
hidrokarbon, H2SO4 bekas alkilasi yang
partikulat – pH tinggi mengandung
H2SO4
RFCCU CO, SO2, NO2, – Minyak, H2S, TSS, Katalis bekas
hidrokarbon, fenol, sianida, dan serbuk
partikulat, ammonia katalis bekas
regenerasi katalis – HOD, COD, pH tinggi yang
mengandung
logam Al dan
Silikat
Polypropylen Hidrokarbon dan Pelarut n-hexane Pelet
e CO2 dalam gas polypropylene
Inert yang off spec,
aditif, dan katalis
bekas
95
BAB VII
SISTEM UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH
96
Steam (kukus) bertekanan dengan berbagai tekanan yakni 3,5 K untuk
deaerator, 8 K untuk tracing, 15 K untuk pemanas, dan 40 K untuk
pasokan turbin.
Listrik dari Gas Turbine Generator (GTG) dan steam turbine yang
digunakan untuk kebutuhan pabrik, perkantoran, perumahan, dan dijual
ke PLN.
Udara kempa (udara bertekanan) sebagai bahan Instrument air, plant
air, dan N2 Plant.
Nitrogen (N2) fasa gas dan cair.
97
medium transfer panas pada kompresor, kondensor, dan unit polypropylene.
Air minum digunakan untuk fasilitas sanitary, air minum, safety shower,
dan eye-wash station.
98
sungai. Bersamaan dengan raw water, zat-zat kimia seperti tawas (Al2SO4)
3, polyelectrolite, chlorine, dan caustic juga ikut ditambahkan ke dalam
clarifier dan dicampur secara mekanik. Penambahan zat-zat kimia seperti
tawas (Al2SO4) 3 dan polyelectrolite, ke dalam clarifier bersama dengan raw
water bertujuan supaya proses pengendapan berlangsung lebih cepat.
Penambahan senyawa antiseptik seperti chlorine bertujuan untuk
membunuh kuman yang terkandung di dalam raw water. Sedangkan,
penambahan caustic bertujuan untuk mengontrol pH pada kisaran 5.8-6.2
sebagai akibat dari penambahan tawas (Al2SO4)3 dan polyelectrolite yang
menyebabkan penurunan pH. Clarifier dilengkapi dengan pengaduk agar
pengendapan terjadi dengan cepat. Dari clarifier effluent, air akan mengalir
menuju splitter tank, kemudian mengalir lagi menuju ke sand filter
(2200U2A, B, C,D). Air yang jernih dialirkan ke clear well tank yang
berkapasitas 5000 m3 net.
Tabel 7.1 Kondisi Operasi WTU
Kondisi Operasi Besaran
Kapasitas unit clarifier 1067 m3/jam
Kapasitas masing – masing filter 266,5 m3/jam
Kapasitas clear well tank 5000 m3/jam
Dosis Al2(SO4)3 20-80 ppm
Dosis poly-electrolyte 2 ppm
Dosis gas klorin 0-10 kg/jam
Dosis 10-30 ppm
99
PE, NaOH, Cl2
agitator
talang
air jernih
mixing zone
sling
endapan floc
pengaduk scrapper
sludge
alum
10 - 20 m
100
Untuk lebih jelas, diagram alir sederhana dari unit Demineralization Plant
ditunjukkan pada gambar dibawah ini,
Treated water
Demin plant menggunakan resin penukar ion berupa polimer stirena dan
divinil benzena (DVB). Treated water dari clear well dilewatkan pada
activated carbon filter, air dapat digunakan sebagai air minum.
Selanjutnya, air dilewatkan pada cation exchanger, di mana terjadi
pertukaran ion Na+, Ca2+, Mg2+ dengan H dari resin sehingga menghasilkan
air yang bersifat asam. Selanjutnya, air dilewatkan pada anion exchanger, di
mana terjadi pertukaran antara ion negatif dengan ion OH dari resin.
Sebagai tahap terakhir, air dilewatkan melalui mixed bed. Reaksi yang
terjadi padaketiga penukar ion adalah:
Kation : RH + NaCl RNa + HCl
Anion : ROH + HCl RCl + H2O
Setelah digunakan berulang kali, penukar ion akan menjadi jenuh sehingga
perludi regenerasi. Tujuan regenerasi dalah untuk menghilangkan ion
garam yang ada pada resin. Regenerasi penukar kation menggunakan
larutan asam sulfat, sedangkan regenerasi penukar anion menggunakan
larutan caustic.
101
7.1.1.4. Cooling Water System
Sistem ini berfungsi untuk mengolah air pendingin yang akan digunakan
sebagai fluida pendingin pada peralatan unit produksi. Cooling tower
merupakan peralatan utama pada cooling water system. CT (cooling tower)
yang digunakan di PT Pertamina RU-III bertipe induce draft. CT, yaitu
tower Plaju berkapasitas 12000 ton/jam dan tower Sungai Gerong
berkapasitas 4000 ton/jam. CT ini akan mendinginkan air keluaran
demineralisasi serta air panas dari unit-unit proses.
Air akan diumpankan pada bagian atas cooling tower dan air akan mengalir
turun sehingga terjadi kontak antara air dan udara. Udara diisap menuju ke
atas cooling tower. Air akan mengalami penurunan temperatur akibat
adanya penguapan sehingga untuk mengatasi kekurangan air tersebut,
sejumlah air harus ditambahkan sebagai make-up.
102
Pada proses pengolahan air dalam cooling tower, dilakukan penambahan zat
kimia, seperti:
a. Corrosion inhibitor, seperti polyphosphate, untuk mencegah terjadinya
korosi.
b. Scale inhibitor, untuk mencegah pembentukan kerak pada peralatan
proses.
c. Biocide berupa Cl, untuk mencegah pertumbuhan organisme yang
merugikan, seperti lumut.
d. Pengendali pH, untuk mengontrol pH air.
103
Steam yang dihasilkan adalah steam bertekanan 42 kg/cm2g (high pressure
atau HP) dan steam bertekanan 15 kg/cm2g (medium pressure atau MP).
Jenis pembangkit steam yang terdapat dalam unit ini adalah:
a. Package boiler berjumlah dua buah, masing-masing berkapasitas
50 ton/jam. BFW berasal dari demin Plaju, dengan produk HP steam.
Pada package boiler ini, terdapat 10 burner tip yang posisinya melingkar
dan menggunakan bahan bakar fuel gas, dengan tekanan bahan bakar
3,5 kg/cm2g.
b. Kettle boiler berjumlah sembilan buah, dengan kapasitas total 373
ton/jam. BFW berasal dari WTP Plaju, dengan produk MP steam. Bahan
bakar yang digunakan adalah fuel oil.
c. WHRU berjumlah tiga buah, masing-masing berkapasitas 68 ton/jam.
WHRU memanfaatkan panas yang dihasilkan oleh turbin gas. Gas panas
keluaran turbin memiliki temperatur sekitar 400 oC. WHRU
menghasilkan HP steam dengan mengolah air yang berasal dari WTP
Plaju.
104
diesel untuk menggerakkan turbinnya. Unit ini dioperasikan secara auto
standby sebagai turbin cadangan (bersifat darurat) apabila sewaktu-waktu
terjadi gangguan pada 4 unit generator yang lain.
105
.1.8. Sistem Udara Bertekanan
Unit ini berfungsi untuk menghasilkan umpan nitrogen plant, instrument
air, dan plant air dengan cara menekan udara. Unit ini menggunakan
Compressor multi tahap dan multi-shaft speed. Kompresor yang dimiliki
unit udara kempa berjumlah enam buah dengan kapasitas total produksinya
adalah sebesar 26,100 Nm3/jam dan tekanan operasi kurang lebih 8.5
kg/cm2g.
Air plant menghasilkan tiga jenis udara tekan untuk keperluan yang
berbeda, yaitu:
a. Service air, yaitu udara yang digunakan untuk keperluan pembersihan
peralatan proses.
b. Instrument air, yaitu udara yang digunakan sebagai penggerak elemen
pengendali akhir, seperti untuk pengaturan bukaan kerangan. Udara
instrumen harus memiliki kandungan uap air yang rendah sehingga
sebelum digunakan, udara harus dikeringkan terlebih dahulu dan uap air
yang terkandung diabsorpsi dengan menggunakan silica gel,
c. Umpan nitrogen plant, berupa service air.
106
udara. Udara dari air separator dimasukkan ke unit MS adsorber untuk
menyingkirkan impurities yang masih terdapat dalam udara, lalu dialirkan
menuju unit pemisah yang bertemperatur rendah. Udara didinginkan
mendekati temperatur pencairan, lalu dialirkan ke bawah nitrogen column
untuk memisahkan nitrogen dan oksigen. Nitrogen murni akan menjadi
produk atas, sedangkan nitrogen yang mengandung oksigen cair akan
menjadi produk bawah. Proses pemisahan tersebut dilakukan pada tekanan
8,4 kg/cm2g dan temperatur -176oC.
107
Proses pengolahan bahan baku menjadi produk tentunya tidak akan terlepas
oleh keberadaan limbah. Proses produksi di kilang PT Pertamina refinery
unit-III menghasilkan berbagai jenis limbah.
Secara umum, sistem pengelolaan limbah di Pertamina RU III digambarkan
secara sederhana pada Gambar 7.2. Sumber limbah dan upaya pengelolaan
limbah yang dilakukan Pertamina RU III dapat dilihat pada Tabel 7.2.
Limbah utama dari kilang Pertamina adalah berupa minyak. Hal ini dapat
diatasi dengan menggunakan oil catcher (OC). Prinsip OC adalah
memisahkan air dan minyak berdasarkan densitasnya. Air dan minyak yang
keluar dari unit CD akan dialirkan melalui OC. Akibat perbedaan densitas,
minyak akan membentuk lapisan di atas air, sedangkan air akan berada di
bawah minyak. Minyak tersebut diambil dan dikembalikan lagi sebagai
campuran umpan, sedangkan air yang berada di bawah akan dibuang ke
Sungai Komering atau Sungai Musi. Kilang Plaju memiliki delapan OC dan
kilang Sungai Gerong memiliki dua oil separator (OS).
108
Tabel 7.2 Sumber dan Upaya Pengelolaan Limbah PT. Pertamina RU III
Sumber Dampak Faktor Lingkungan Bobot dan Tolak Ukur Upaya Pengelolaan
yang Terkena Dampak. Dampak Lingkungan
Emisi gas NOx, Kualitas udara ambien Emisi gas masih terkendali Pengendalian kadar S dan
CO, SOx, dan di Komperta S. Gerong, di bawah baku mutu N dalam crude oil
Plaju & pemukiman Sei
partikulat dari
Rebo.
stack RFCCU
Air Limbah : debit - Bahan cemaran BOD, - PKM II memperkecil - Pemasangan CPI untuk
dan kualitas air COD minyak dan fenol beban cemaran dan mengurangi beban
limbah outlet kilang Musi melampui dispersi minyak, tetapi cemaran BOD, COD, dan
PKM II, yaitu OS- baku mutu total kilang Musi masih minyak pada OS-I/II, OS-
IV Sungai Gerong - Dispersi minyak Sungai melebihi baku mutunya. IV, OC-2/3, OC-6, OC-8.
dan OC-8 Plaju Komering dan
berlanjut ke Sungai
Musi menaikkan kadar
minyak 0.6-1.4 mg/L
- Suhu cooling tower
terkendali tidak
melebihi 3oC diatas - Rencana pembangunan
suhu ambien. - Dispersi termal di Sungai cooling tower
Komering tidak melebihi berkapasitas 2x5000
50 m dari keluaran m3/jam
Limbah padat Kehawatiran terjadinya Rembesan diperkirakan Dijual ke pabrik semen
berupa sisa rembesan Ni dan V tidak melebihi 225 m Baturaja sebagai aditif
katalis RFCCU dalam air limbah di semen atau dimanfaatkan
dumping area. untuk bahan konstruksi
bangunan.
Sludge minyak Kekhawatiran Minyak dalam tanah Membangun sludge oil
terjadinya rembesan mengalami biodegredasi, recovery yang disesuaikan
minyak ke dalam air tetapi metode dumping dengan PKM II
tanah. harus dihentikan
BAB VIII
LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK
8.1. LokasiPabrik
PERTAMINA RU-III berada di Propinsi Sumatera Selatan, tepatnya di
pinggiran kota Palembang. RU-III terbagi menjadi dua kilang, yaitu kilang
Plaju dan kilang Sungai Gerong. Kedua kilang ini dipisahkan oleh Sungai
109
Komering dan di sebelah utara berbatasan dengan Sungai Musi. Pada tahun
2003, telah dibangun jembatan integrasi Kilang Musi untuk memperlancar
transportasi antar kedua kilang. Kilang Plaju terletak di kotamadya
Palembang, sedangkan Kilang Sungai Gerong terletak di kabupaten Musi
Banyu Asin. PERTAMINA RU-III Plaju-Sungai Gerong menempati lokasi
seluas 921 ha (di luar terminal P.Sambu dan T.Uban). Luas wilayah efektif
yang digunakan oleh RU-III dapat dilihat di Tabel 8.1.
Tabel 8.1 Data luas wilayah PERTAMINA RU-III
No. Tempat Luas (ha)
Total 921,02
110
tidak digunakan lagi karena alasan efisiensinya yang kurang baik dan
memiliki fungsi yang sama dengan unit Crude Distiller.
Lokasi Pertamina RU III memberikan beberapa keuntungan, antara lain :
a. Proses transportasi bahan baku dan produk dapat melalui Sungai Musi
dan Sungai Komering
b. Sumber bahan baku relatif dekat, yaitu berasal dari daerah Sumatera,
teutama Sumatera bagian selatan (Sumbagsel)
c. Sumber air pendingin dapat diambil dari Sungai Komering
d. Air hasil proses di kilang dapat dibuang di Sungai Komering dan Sungai
Musi
111
8.2. DenahPabrik
Denah kilang dapat dilihat pada Gambar 8.1, 8.2, dan 8.3.
112
113
Gambar 8.2 Denah Kilang Plaju
114
Gambar 8.3 Denah Sungai Gerong
115
BAB IX
ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN
r
i
s
e
P
D
d
o
t
c
D
c
e
r
i
v
n
I
r
o
t
c
s
i
e
D
V
P
t
n
r
o
t
r
m
,
t
n
e
i
d
D
r
i
o
t
c
e
R
&
,
g
i
n
ti
e
l
k
r
a
P
M
o
t
I
f r
i
k
s
&
g
d
e
t
a
r
e
n
D
G
H
i
o
t
c
m
u
U
e
r
t
s
p l
&
r
m
a
R
F
fi
e
a
n
i
a
t
g
n
i
y
l
p
e
d
r
u
h
C
M
T
S
m
r
i
a
s
u
ff
o
e
C
A
R
O
E e
c
y
r
i
a
n
e
c
s
116
9.2. Struktur Organisasi PT PERTAMINA (Persero)
Struktur organisasi Pertamina RU III dapat dilihat pada Gambar 9.2. Secara
struktural, Penanggung jawab tertinggi PT Pertamina RU-III adalah seorang
General Manager berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Director Refinery. Salah satu bagian yang dibawahi oleh Engineering and
Development adalah Process Engineering (PE).
117
Memberikan pengarahan serta saran kepada bagian operasi dalam hal
perbaikan maupun hal yang bersifat perubahan agar tercapainya kondisi
proses optimum.
Melakukan modifikasi proses sehingga dapat dihasilkan kondisi opersai
yang optimum, efisien, serta ekonomis.
118
Gambar 9.2 Struktur Organisasi PT. Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong
119
Gambar 9.3 Struktur Process Engineering PT. Pertamina RU III
120
.4. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja menjadi prioritas utama yang harus dijamin dalam
pengoperasian suatu pabrik sehingga dibuat ketentuan-ketentuan untuk
menjaga agar tidak terjadi hal yang membahayakan. Ketentuan tersebut
dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Ketentuan umum
Tamu atau rekan tidak diizinkan masuk ke daerah kilang tanpa
persetujuan/ izin dari manajer kilang dan security.
Badge tanda pengenal harus dikenakan pada tempat yang mudah
dilihat saat
memasuki ataupun di daerah kilang.
Tidak diperbolehkan membawa senjata api, senjata tajam, korek api
atau alat pembuat api lainnya, obat bius/ minuman yang beralkohol ke
dalam area pabrik/kilang.
Dilarang menyentuh dan mengoperasikan alat-alat operasi.
b. Ketentuan khusus
Dilarang keras membawa rokok di daerah kilang, kecuali di tempat
khusus yang telah disetujui oleh pimpinan perusahaan.
Dilarang membawa handphone dan alat potret ke dalam kilang.
Apabila terjadi keadaan darurat, semua perlengkapan kemungkinan
sumber
nyala harus dimatikan, personil yang mengemudi mobil harus
mematikan mesin dan memarkir kendaraannya di tepi jalan agar mobil
pemadam kebakaran atau mobil ambulance dapat lewat. Selain itu,
seluruh pekerja harus segera berkumpul di assembly point.
Semua orang yang memasuki daerah kilang harus memakai topi
pengaman, alat keselamatan perorangan lainnya, dan harus mematuhi
semua tanda-tanda keselamatan yang telah ditentukan.
121
Semua orang yang mengendarai kendaraan bermotor di dalam kilang
harus
memiliki surat izin mengemudi (SIM) dan surat izin masuk kendaraan.
Batas kecepatan di daerah kilang adalah 40 km/jam atau seperti yang
ditetapkan
dan 40 km/jam batas kecepatan di jalan-jalan di Kompleks Perusahaan
Pertamina.
Batas maksimal muatan mobil pick-up adalah 9 orang dengan 6 orang
di bagian
belakang mobil dan 3 orang di bagian depan mobil.
Setiap orang yang memasuki daerah kilang dan Kompleks Perusahaan
Pertamina
wajib menjaga kebersihan.
Masalah keselamatan kerja ini adalah tanggung jawab semua pihak. Namun,
ada satu departemen yang secara khusus mengatur masalah keselamatan
kerja ini. Departemen yang mengatur masalah ini adalah Health, Safety, and
Environment (HSE). HSE melaksanakan tugas yang berlandaskan pada UU
No.1/1970 tentang keselamatan kerja karyawan yang dikeluarkan oleh
Departemen Tenaga Kerja. Tugas pokok yang dilakukan oleh HSE adalah
sebagai berikut:
a. Menyusun rencana kerja jangka pendek dan jangka panjang bagian
Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3) di daerah
Pertamina RU III,
b. Menyusun anggaran biaya rutin dan non rutin guna melaksanakan
rencana kerja bagian LK3,
c. Mengawasi, membimbing, dan memberikan petunjuk pelaksanaan,
pencegahan, dan penanggulangan bahaya kebakaran, kecelakaan kerja,
pencemaran, dan perlindungan lingkungan,
122
d. Mengadakan kerja sama dengan instansi pemerintah dalam hal
pencegahan dan penanggulangan kebakaran, kecelakaan, dan
pengawasan perlindungan lingkungan,
e. Melaksanakan pembinaan karir karyawan LK3,
f. Bertindak selaku Badan Keselamatan Lalu Lintas Jalan PT. Pertamina
RU III,
g. Membuat laporan kegiatan rutin dan non rutin bagian LK3,
h. Bertindak sebagai contact officer kepada eselon-eselon lain dengan fire
chief pada kondisi darurat.
9.4.5. Kegiatan Kerja
Karyawan yang bekerja pada Pertamina RU III terbagi menjadi karyawan
kerja shift dan karyawan kerja reguler. Karyawan kerja reguler adalah
karyawan yang bekerja pada bagian yang tidak berhubungan langsung
dengan pengolahan pada kilang minyak, sedangkan karyawan kerja shift
adalah karyawan yang berhubungan langsung dengan pengolahan pada
kilang minyak. Karyawan kerja shift dibagi menjadi empat kelompok, yaitu
A, B, C, dan D. Sistem kerja karyawan kerja shift adalah tiga hari kerja dan
satu hari libur. Waktu kerja karyawan kerja shift adalah delapan jam untuk
setiap shift dengan pembagian waktu sebagai berikut:
a. Shift pagi : 08.00 – 16.00
b. Shift siang : 16.00 – 24.00
c. Shift malam : 24.00 – 08.00.
Waktu kerja karyawan kerja reguler adalah sebagai berikut:
a. Senin – Kamis : 07.00 – 15.30 dengan jam istirahat 12.00 – 12.30
b. Jumat : 07.00 – 15.30 dengan jam istirahat 11.30 – 13.00
c. Sabtu – Minggu: Libur.
123
DAFTAR PUSTAKA
Harwin, dan Maya Oktaviani S., “Laporan Kerja Praktek PT Pertamina (Persero)
Refinery Unit III Plaju - Sungai Gerong,” Palembang, 2011.
Indriyanto, Wisnu., dan Agusta Ali Akbar., “Laporan Kerja Praktek PT Pertamina
(Persero) Refinery Unit III Plaju - Sungai Gerong,” Palembang, 2011.
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III, “Deskripsi Proses Unit CD&GP”, 2010
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III, “Deskripsi Proses Unit CD&L”, 2010
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III, “Deskripsi Proses Unit Oil Movement”,
2010
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III, “Deskripsi Proses Unit Utilitas”, 2010
124
LAMPIRAN A
DIAGRAM ALIR PROSES
8 7 6 5 4 3 2 1
GAS TO SRMGC
Gambar C.1
H 0,9 9,5 H
4-7/8
8-9
5-3/4/5/6/7,8-2C
152 114 14
610
CRUDE-
G BUTANE G
P-30/30A
258
13 8-7 8-8
KOLOM-I KOLOM-V
P-46/47/48 63
405
10 118 SR-TOPS
F P-42/43 F
K K
9 O O
EVAP L L
255 3-1 O 225 O
M M
- -
II III
E 0,5 128 215 E
2,0 1,2
92 NAPHTHA-II
0,9
1,8
279
P-10/11 4-5/6 P-36/37/38
6-5/6,5-1,8-2B P-8/9
LKD
D D
4-9/10 P-34/35
P-1/2
181 DRAW DESCRIPTION
307
TEMPERATURE,OC
C 256
P-44/45 PRESSURE,kg/cm2
C
138 2-1
131 KOLOM-IV
368 FLOW, M.TON/Day
REVISED
8 7 6 5 4 3 2 1
125
8 7 6 5 4 3 2 1
62 Gas To SRMGC
Gambar C.2
H 25,1
H2O
5-1/2/3/5 0 Crude Butane H
H2O
3-2
93
8-3
184
G SR Tops G
405
P-32/33
Kolom III 423
N-II
1-3
P-26/27
95
N-III
F 1,5
F
P-24/25
0
N-IV
Res
7-5 P-22/23
3-3
5-4
5-6
E 8-4
143
319 8-1
CO H2O 8-2
E
6-5/6/7/8
4-11/12/13/14
H2O
H2O
597
726
LKD DRAW DESCRIPTION
97 199,1
4-7/8
27
P-34/35
1 : KOLOM
30 P-28/29 2 : STRIPPER
2-4
24 133 P-30/31 4 : COOLER
D 187
Res
2-3
CO H2 O
238 HKD 5 : CONDENSER D
Kolom II 4-5/6 30
6 : HEAT EXCHANGER
7-4
7 : REBOILER
147 1-1 6-1 4-3/4 P-20/21
Kolom II 8 : ACCUMULATOR
20 202
TEMPERATURE,OC
3604
1-2 173 LCT
2-2 CO H2O
C 303 13 2-5
PRESSURE,kg/cm2 C
6-3/4 STAB 205
Res 311
6-1 4-2
1-4 1,5 7-6
H2O
P-16/17
FLOW, M.TON/Day
E-108A/B
14
REVISED
6-5/8
308
8/12/2007
6-1 2,8 2-1 CO H2O
130 HCT DRAWN BY
B 273
365
B
6-2 P-11/12 Furnace I
4-1
PUT/RUN
6-1 P-18/19 1757
2874
3089
0,3
TITLE
P-1/2 L Res To HVU SG
2624
4000 1 2873
336
CO H2O PFD CD-III / CD&GP
8 Furnace II
Crude Oil P-11/12
5 P-3/4 P-5/6 E-108 A/B
4-15/16
P-13/14/15 6-3/4
4-17/18
PERTAMINA
A P-9/9A/10
A
8 7 6 5 4 3 2 1
126
8 7 6 5 4 3 2 1
43,6 GAS TO SRMGC
Gambar C.3
H 61 0 CRUDE BUTANE H
8-3
85
112
36 SR TOPS
G G
KOLOM-III 596
P-37/38 P-30/32 416
1-3 NAPHTHA-II
P-28/29 175
NAPHTHA-III
F 10 F
0
P-26/27
1 NAPHTHA-IV
0,3
3-2
5-6 P-25
5-7
E 135 409 E
8-1
236
282 638
35 DRAW DESCRIPTION
91
159 LKD 1 : KOLOM
P-39/40 2 : STRIPPER
2-5 P-33/34 P-23/24
116 4 : COOLER
D 26 2-3
309 5 : CONDENSER D
6 : HEAT EXCHANGER
148 HKD 7 : REBOILER
KOLOM-I 27
1-1 P-22/23 8 : ACCUMULATOR
KOLOM-II
STAB 248 TEMPERATURE,OC
1-4 1-2 2-2
C 6-7/8 271 2-4 PRESSURE,kg/cm2 C
192 305 LCT
13 22
6-11/12 P-20/21 FLOW, M.TON/Day
REVISED
6-3/6 2,4 0,3
206 8/12/2007
6-1 127
155 238 9 P-19/20 DRAWN BY
B 6-2 362 2-1 B
HCT PUT/RUN
1569 L.RES TO HVU SG TITLE
4000 2891 3245 2564
2767 331 0,28
P-12
FURNACE I PFD CD-IV / CD&GP
192 FURNACE-II
3642 P-5/6
P-17-18 P-7/8
CRUDE OIL P-10/11 P-3/4 P-1/2 PERTAMINA
A A
8 7 6 5 4 3 2 1
127
8 7 6 5 4 3 2 1
36 Gambar C.4
GAS
H 1200
5-5/6/7/8 H
6-7/8/9/10
FEED 4-4/5 NOTE :
150 #
C.O. F2C1 F2C2 105 350 8-1
DATA FLOW adalah Flow bulan
82 TOP Januari 2000
P - 27/28
FURNACE 1865
REDIST-I/II
G 250
6-1/2
130
452
NAPHTA I
G
2-2 2-4 P-28/29
7-1 7-5
1-1 1-3 310
St. 145 St.
250 4-12 NAPHTA II
230
315
F FLASH 4-2/3
175 120 P-24/25
F
109
COL.
F1C1 F1C2
7-4 NAPHTA IV
STEAM
6-5A/6A P-30/31
P-16/17
345
160
243 LKD
P-14/15
E P-40/41 P-1/2
1.2
P-3/4A/B
0.8 4-13
E
P-32/33
6-8
5-1/2/3/4 256
5-9/10 HKD DRAW DESCRIPTION
8-3 1 : KOLOM
HE-1/2/3 200 70 40 P-38/39 2 : STRIPPER
4-8/9 52
6-4 95 8-2 4 : COOLER
D BGO 5 : CONDENSER D
770
6 : HEAT EXCHANGER
6-3/7A 7 : REBOILER
270 8 : ACCUMULATOR
246
6-3/7A LCT
2-1 TEMPERATURE,OC
6-5B/6B/7B 1-2 7-2 1-4 P-34/35
C St.
242 416 PRESSURE,kg/cm2 C
2-3
6-1/2 1284 7-3
HCT
325 365
127 FLOW, M.TON/Day
St. 6-4
262 P-36/37 REVISED
1916 6-8 7-8
F2C1 F2C2 1465
4-10/11 STEAM L.RESIDU 7/15/2006
4-1/6
3200 to HVU DRAWN BY
B FEED B
C.O. 340 100 HP/JKP/WID
0.2 0.8 4-14 P-18/19 TITLE
P - 12/13 P-7A/B/8 P-9/10A/B P-5/6 667
L.RESIDU PFD CD-V / CD&GP
HE-1/2/3 6-7/8/9/10 to TK.
6-5A/6A 6-5B/6B/7B 4-17/18
PERTAMINA
A A
8 7 6 5 4 3 2 1
128
8 7 6 5 4 3 2 1
Gambar C.5
0.8
H H
G BUFFER TANK G
9-1
C-3 C-2 C-1
F 5.5 F
GAS dari
STAB-CAB
4-3 4-2 4-1
E E
GAS dari
CD-II/III/IV
D KE BBMGC D
GAS dari DRAW DESCRIPTION
CD-V&RED-I/II NC
4 : COOLER
ACCU TANK 9 : SURGE TANK
9-2
C C
PRESSURE,kg/cm2
REVISED
NC 7/15/2006
DRAWN BY
B KE TANGKI (ITP) B
JKP
P-8/9/10/11
TITLE
8 7 6 5 4 3 2 1
129
8 7 6 5 4 3 2 1
NOTE :
DATA FLOW adalah rata-rata
G Flow bulan Agustus 2000 G
Steam
E E
DRAW DESCRIPTION
29.6 3 : EVAPORATOR
RES. GAS 4 : COOLER
D 8 : ACCUMULATOR D
COMPRIMATE
P-9/10/ 31.4
14
C PRESSURE,kg/cm2 C
8-1 8-2 8-3 8-4 8-5
FLOW, M.TON/Day
REVISED
7/15/2006
DRAWN BY
B B
JKP
TITLE
SEWER
PFD BBMGC
CONDENSATE PERTAMINA
A A
8 7 6 5 4 3 2 1
130
8 7 6 5 4 3 2 1
35.1
RFG Gambar C.7
9-4
H 76.5
H
5-1/2/3/4 5-5/6/7/8/ 5-11/12
UNSTAB 9/10 80
NOTE :
40 42 50 DATA FLOW adalah rata-rata
Flow bulan Agustus 2000
G 8 - 11 8 - 12 8 - 13 G
4-1
RES GAS
4-2/3
P-11/12 P-9/10 P-7/8
F 29.6 F
72.7
STAB.
CR.TOP
31.4
ABSORBER DEPROPAN DEBUTAN STRIPPER
COL 1-1 COL 1-2 COL 1-3 COL 1-4
COMPRIMATE
CONDENSATE 1201
E E
4-4/5
DRAW DESCRIPTION
1 : KOLOM
4 : COOLER
5 : CONDENSER
D 7 : REBOILER D
9-2 8 : ACCUMULATOR
20 9 : SURGE TANK
7-1/2 110 7-3/4 7-5/6 7-7
4-6
TEMPERATURE,OC
C PRESSURE,kg/cm2 C
120 17 120 6 125 0.7
9-1 FLOW, M.TON/Day
REVISED
P-3/4
8/12/2007
DRAWN BY
B B
23.4 JKP
HO. SURGE TK.
FBB TITLE
240 9-3
FURNACE
C3 PFD BBDISTILASI
6.3
8 7 6 5 4 3 2 1
131
8 7 6 5 4 3 2 1
Gambar C.8
H SETTLER - A H
A
E NC E
sewer
P - 5/ NC P - 3/
6 4
D S - 19 D
NC NC NC NaOH SPENT
4 4 DRAW DESCRIPTION
CAUSTIC SETTLER WATER SETTLER FINAL SETTLER
9 - 27 9 - 31 9 - 30 PRESSURE,kg/cm2
C C
2.4
NC NC
A B REVISED
WATER
7/15/2006
DRAWN BY
B B
JKP
TITLE
8 7 6 5 4 3 2 1
132
8 7 6 5 4 3 2 1
NOTE :
95 90 72 5
DATA FLOW adalah
rata-rata Flow bulan
Agustus 2000
G G
8-1 8-6 8-6
POLA
SPBX
F F
1 : KOLOM
4 : COOLER
5 : CONDENSER
D 6 : HEAT EXCHANGER D
7 : REBOILER
8 : ACCUMULATOR
Steam
Steam
Steam
TEMPERATURE,OC
140 126 116
C 7-1
97
7-2 7-2 PRESSURE,kg/cm2 C
4.2 4 4.5
FLOW, M.TON/Day
REVISED
6 - 1/4 6 - 1/2 6 - 1/2
7/15/2006
DRAWN BY
B 4 - 6/7 135 B
4 - 5/8 4 - 6/7 JKP
SBPX TITLE
8 7 6 5 4 3 2 1
133
8 7 6 5 4 3 2 1
Gambar C.10
H H
TK.1207
-5 2
&1208 2-3/1/2
6-2/3
8-7 8-8 8-9 8 - 10/5/6
FINAL REACTOR FEED CAUSTIC FEED RECTOR ACID
SEPARATOR BLEND TANK SETTLER SEPARATOR
3 - 3/1/2
G G
DRAI
ACID N ACID DRAIN KE 9 - 3
DRAIN
5-7/8/9/10 C-17/18/44/47
P-25/26 REFRIGERANT
ACCUMULATOR
NaOH tk S-21 P-28/29 P-45/20/24
P-6A/7A/8A NC P-27 9-6 9-5
i-C4 ke tk 1250/51 i-C4 RECYCLE Acid tk U-14/U-15
F F
P-21/22/23 REFRIGERANT
SCRUBBER
KE F.GAS
C3 ke tk 1260/62
E E
8-1 8-2 8-3 8-4
L. ALKYLATE
D DEISOBUTAN DEPROPAN
4-2/1
STABILISER RERUN
D
6-1
1 : KOLOM
4-3 P-35/36 2 : REAKTOR
3 : CHILLER REAKTOR
111 90 156 210 4 : COOLER
H. ALKYLATE KE 5 : CONDENSER
6 : HEAT EXCHANGER
C TK-1256/57/58
7 : REBOILER C
4-4 8 : ACCUMULATOR
9 : SURGE TANK
PRESSURE,kg/cm2
B 235 B
7/15/2006
F-1 DRAWN BY
PC
JKP
9-1
TITLE PFD ALKILASI
8 7 6 5 4 3 2 1
134
8 7 6 5 4 3 2 1
Gambar C.11
H H
P-8/
CON CON CON CON CON CON CON CON CON
9
AV- AV- AV- BV- BV- BV- C
V- CV- CV-
COL 1 -
E 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 E
Pmax
10kg/cm2 4-8/ COOLE
DRAW DESCRIPTION
9 R
CW 1 : KOLOM
155
155 RBB 4 : COOLER
to
ALKYLAS 5 : CONDENSER
D I 6 : HEAT EXCHANGER D
7 : REBOILER
P- P- P- P- P- P- P- P- P- 6 7- 8 : ACCUMULATOR
13 14 15 16 17 18 19 20 21
1
REBOILE
R
WARM
HOT
COLD
OIL
OIL
TEMPERATURE,OC
OIL
COOLE
C FURNAC 26 4-10/ R 4-5/ PRESSURE,kg/cm2 C
E 11 6 POLYME
HO. SURGE R
170 TK.
9-
1 CW CW
REVISED
7/15/2006
P - 10/ DRAWN BY
B F. 11 B
GAS JKP
TITLE
PFD POLYMERISASI
PERTAMINA
A A
8 7 6 5 4 3 2 1
135
8 7 6 5 4 3 2 1
Gambar C.12
H H
cw
Diesel
oil
G E-5 E-4 G
Kerosine
cw
F E-3 F
14
E-6 E-7 10
E-2
9
12 Naphta
8
D-4
7 11
D-2 9
E D-3 E
P-6
7
DRAW DESCRIPTION
P-2A/B 1 : KOLOM
5
2 2 : STRIPPER
4 4 : COOLER
D T-1
5 : CONDENSER D
PRIMARY 6 : HEAT EXCHANGER
TOWER 7 : REBOILER
P-1A/B/C 10'X30' 1 8 : ACCUMULATOR
T-2 TEMPERATURE,OC
SEC.
TOWER
C 9'X40'2" PRESSURE,kg/cm2 C
FLOW, M.TON/Day
REVISED
P 5A/B
8/12/2007
Long residue
DRAWN BY
to HVU
B B
HAR
P-3A/B
Long residue TITLE
to tank
PFD CD-VI / CD&GP
A A
8 7 6 5 4 3 2 1
136
Gambar A.12 Diagram Alir Proses CD VI
137
8 7 6 5 4 3 2 1
ITEM NO. SERVICE
TC P - 14 - 007 AB OVERHEAD
F-14-001 VACUUM CHARGE HEATER
CONDENSATE
100 5,3 E - 14 - 002 TO SLOP P-14-001 LONG RESIDUE CHARGE PUMP
75 TC
3
7400 5,1
PC TC TANK P-14-002 LVGO PUMPS
3 10
F 55 55 P-14-003 MVGO PUMPS F
E - 14 - 001 LVGO TO
2,18 1580 PC P-14-004 HVGO PUMPS
LC 5,1 STORAGE
150 P-14-005 HEATER RECYCLE PUMPS
PC TC
4
55 P-14-006 VACUUM RESIDUE PUMPS
105 P- 14 - 002 A LVGO FOR P-14-007 CONDENSATE PUMPS
E - 14 - 004 5515 ADO BLEND
4,6 5,1
FOR LC A-14-001 NO.1 EJECTOR
262 7 55
PROCESS A-14-002 NO.2 EJEKTOR
42,03 170 A-14-003 NO.3 EJECTOR
F - 14 - E - 14 - 003 5,7 6,4 13630
TC NOTE
001 ABC 2 7 11
1 207 NOTE(1) FOR EJECTOR SYSTEM DESIGN
1 327
4 350 7 E - 14 - 005 THE FOLLOWING FLOW RATE
STRIPPING STEAM PC TC SMALL BE USED :
E FC
P- 14 - 003 AB 236 6
E
15 5 COMP. MH KG/N
MP STEAM 290 STEAM 18,0 12650
289 110 LP NON. COND. 27,0 840
415 CONDENSABLE GAS 178,3 2255
PC STEAM
405 PC E - 14 - 006 AB 13630 TOTAL 31,1 15745
TC 238
PC 5 LC
PC 18,01 V - 14 - 006 SYMBOL DESCRIBTION UNIT
2 4,62
PC
BLOW BFW TC O
1 TEMPERATUR C
180
DOWN MVGO TO
FC FUEL P - 14 - 004 170
AB 236
STORAGE
FC LC FC
8 E - 14 - 007 AB 12 3,0 Kg/CM2 G
12, E - 14 - 008
PRESSURE
223
D 389
7
TC 7
18960 MVGO / HVGO D
E - 14 - 009 4,7 TO FCCU PRESSURE MMGH
P - 14 - 005 269 211 160
AB 354 LC ABCD
E - 14 - 0011 18000
9,27 5,72 AB 13
P - 14 - 006 E - 14 - 0010
AB 3,58
ABC 85 HEAT DUTY 104KCAL/N
CW RESIDU TO
2440
278 PC E - 14 - 016 STORAGE DESIGN FLOW RATE BPSD
LCO
LINE NO. _
PC
C C
FC FLOW RATE CONTROLLER
FrC FLOW RATIO CONTROLLER
LC LEVEL CONTROLLER
PC PRESSURE CONTROLLER
PDC PRESSURE DIFFERENCE CONTROLLER
TC TEMPERATUR CONTROLLER
8 7 6 5 4 3 2 1
138
8 7 6 5 4 3 2 1
Gambar C.14
H H
G G
F F
E E
D D
DRAW DESCRIPTION
C C
REVISED
B 28/7/2003 B
DRAWN BY
PERTAMINA
A A
8 7 6 5 4 3 2 1
139
8 7 6 5 4 3 2 1
FLARE
V-303
DRYER
G V-203 P-208 A/B UNIT G
E-306 A/B
E-307 A/B
V-207
P 305 A/B
P-204 A/B
F C-201 C-202 C-203 C-204 C-205 C-206
C-320 C-320 C-320 F
C A B T-102
T-103
1-104
P-301 A/B
E PW E
E-208
V-204
E-204
E-205
D REFINERY D
E-304
25/7/2003
DRAWN BY
B DEA B
PUT/RUN
P-202 A/B P-203 TITLE
T-101
PFD Purifikasi PP
PERTAMINA
A A
8 7 6 5 4 3 2 1
140
8 7 6 5 4 3 2 1
OF
CATALYST
Gambar C.16
AT TO FLARE SYSTEM
CATALYST
H TO FLARE SYSTEM ZD-2102 H
OF CAT FEED FUNNEL
D-2221
TK 1ST REACTOR
CATALYST MIST
E-211 SEPARATOR
CAT VENT
CONDENSOR D-2201
1ST REACTOR
ZD-2104
E-2113 D-2101 D-2102 D-2103 D-2104 D-2105
ZD-2103 P 2107 VENT COND CAT WANT
TK CAT TK CAT TK CAT AT CAT OF CAT K-2201
G AT-CAT DRUM POT 1ST REACTOR CIRC. G
PRETREAT- MOLDING FEED MOLDING MOLDING GAS BLOWER
VENT SEAL MENT DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM
POT AT CONTAINER
ZS-2105
D-2203
HEXANE FILTER
2ND REACTOR
D-2107 E-2203
ZS-2105
FRESH TK CAT FILTER 2ND REACTOR CIRC.
HEXANE GAS COOLER
DRUM
F P-2103 P-2104 F
P-2105
TK CAT FEED PUMP AT CAT FEED PUMP ZS-2106 OF CAT FEED PUMP
OF CAT FILTER
D-2108
HEXANE HEXANE ZS-2107
ZD-2205
DEHYDRATOR HEXANE FILTER
E-2219 POWDER POT
P-2107
FRESH HEXANE FEED PUMP K-2203
2ND REACTOR CIRC.
ZD-2205
ZS-2210 E-2208 E-2218 GAS BLOWER
POWDER POT
HYDROGEN HYDROGEN PROPYLENE
MA 2211
FILTER FINE PARTICLE SEPARATOR
E VAPOR FILTER E
E-2210
PROPYLENE P-2211 ZV-2207
VAPORIZER COOLER E-2213 PROPYLENE RECYCLE ROTARY VALVE
PROPYLENE D-2210 ZD-2225 SUCTION COOLER PUMPSUCTION COOLER
D-2109 PROPYLENE E-2216
C-2201 D-2208 K-2208 AFTER COOLER
PROPYLENE VAPORIZING PROPYLENE
DEHYDRATOR DRUM SCRUBBER
K-2208
RECYCLE HYDROGEN
COMPRESOR
D D
E-2205
PROPYLENE
COOLER E-2206
PROPYLENE AFTER E-2215 K-2210 POWDER TRANSFER
LIQUID FILTER ZS-2205 COOLER D-2215 SUCT. COOLER BLOWER
PROPYLENE SUCTION D-2206
LIQUID.FILTER SCRUBBER RECYCLE GAS
M 2301
SEPARATOR
K-2206 BAG FILTER
D-2223
REC.GAS TO FLARE
P-2205 PURGE GAS
COMP.
C PROPYLENE ACCUMULATOR C
FEED PUMP P-2203
PROPYLENE RECYCLE P-2205
PUMP PROPYLENE
SCRUBBER FEED PUMP M
AN STAB E-2302
TK 2502 POWDER
TK-2501
M-2501 TK 2505 POWDER TRANSFER
PELLET
ZS-2506 HOPPER GAS COOLER
STAB
10-DT-003 10-DT-101 DRIER HOPPER
10-DT-006
A/B/C/D A/B MS 2502
MS 2511 MA-2203
VENT GAS STEAMING
MS 2508 DRUM LS
TK-2594 D-2503 BAG FILTER REVISED
B 10-DT-004 AN STABILI- B
ATM
CWP CWP
ZER DRUM 8/12/2007
D-2502
CWP
DRAWN BY
DRUM LS
ZW-2503 FIK/HAR
POWDER MEASURING FEEDER
TK 2503 TITLE
E-2504 P-2511
MS-2506 CWP COOLER AN STABILIZER Z-2501 PELLETIZER PFD Polipropilen/Prod-II
FEED PUMP
POLYTAM DALAM
P-2505 K-2501
BAG/PALLET P-2502 P-2502
AIR FILTER PELLET TRANSFER BLOWER CWP PUMP
POWDER TRANFER
BLOWER
A A
8 7 6 5 4 3 2 1
141
Gambar C.17
Bahan Baku UNIT PROSES/UNIT OPERASI UTILITAS Produk Dampak Lingkungan
142
LAMPIRAN B
SPESIFIKASI BAHAN MENTAH PERTAMINA RU-III
143
No. Parameter Satuan Standar Nilai
Kinematic Viscosity at 122oF cSt ASTM D-445 5.045
5 Sulphur Content %wt ASTM D-1552 0.110
6 Water Content %vol ASTM D-4006 0.050
7 Water & Sediment %vol ASTM D-4007 0.200
O
8 Pour Point F ASTM D-97 75.00
9 Salt Content Ptb ASTM D-3230 2.000
10 Ash Content %wt ASTM D-482 0.020
O
11 Flash Point F ASTM D-56 <32
12 Carbon Residue %wt ASTM D-189 1.430
13 Reid Vapor Pressure at 100oF kPa ASTM D-323 29.00
14 Asphaltenest Content %wt IP-143 0.870
15 UOP Characterization Factor UOP-375 12.10
16 Wax Content %wt SMS-1769 13.90
17 Congealing Point of Waxes %wt ASTM D-938 62.00
18 Metal Content : V Ppm AAS 0.900
Ni Ppm AAS 4.460
Na Ppm AAS 33.70
Fe Ppm AAS 3.300
144
Etane % wt -
Propaneee % wt -
I-Butane % wt 0.2
n-Butane % wt 1.6
I-Pentanee % wt 2.0
n-Pentanee % wt 2.8
Hexane & Heavier % wt 93.4
3. Distillation : ASTM D-285
Initial Boiling Point °C 35
10% Vol Rec. °C 118
20% Vol Rec. °C 156
30% Vol Rec. °C 216
40% Vol Rec. °C 254
50% Vol Rec. °C 285
60% Vol Rec. °C >300
70% Vol Rec. °C
80% Vol Rec. °C
90% Vol Rec. °C
Recovered at 100 °C %vol 5.3
Recovered at 150 °C %vol 18.7
Recovered at 200 °C %vol 27.7
Recovered at 250 °C %vol 38.3
Recovered at 300 °C %vol 54.3
4. Kinematic Viscosity at 100 °F cSt ASTM D-445 4.525
Kinematic Viscosity at 122 °F cSt ASTM D-445 3.514
5. Sulphur Content %wt ASTM D-1552 0.10
6. Water Content %vol ASTM D-4006 0.05
7. Water & Sediment %vol ASTM D-4007 0.30
8. Pour Point °F ASTM D-97 75
9. Salt Content ptb ASTM D-3230 3
10. Ash Content %wt ASTM D-482 0.02
11. Flash Point °F ASTM D-56 <32
12. Conradson Carbon Residue %wt ASTM D-189 2.0
Tabel B.1.2 Spesifikasi Minyak Mentah SPD (lanjutan)
No. Parameter Satuan Standar Nilai
13 Reid Vapor Pressure at 100oF kPa ASTM D-323 23
14 Asphaltenest Content %wt IP-143 2.17
15 UOP Characterization Factor UOP-375 11.70
16 Wax Content %wt SMS-1769 21.40
17 Congealing Point of Waxes %wt ASTM D-938 58.0
18 Metal Content : V ppm AAS 0.200
Ni ppm AAS 2.88
Na ppm AAS 18.76
145
Fe ppm AAS 8.28
146
Ni Ppm AAS 1.24
Na Ppm AAS 2.10
Fe Ppm AAS 1.85
Keterangan: Data diambil dari hasil analisa Laboratorium pada tanggal 2 Mei
2005
147
LAMPIRAN C
SPESIFIKASI PRODUK PERTAMINA UP-III
148
Loss %vol - 1,5 - 1,5
RVP at 37,8oC kPa 38 49 38 49
Total Sulphur %wt - 0,05 - 0,05
Copperstrip Corrosion, 2hr/100oC - - - -
Existent Gum mg/100ml - 3 - 3
Oxidation Stability: -Potensial Gum mg/100ml - 6 - 6
-Gum Precipitate mg/100ml - 2 - 2
Freezing Point - minus 60 - minus 60
Water Reaction: - Change in volume ml - 2 - 2
- Interface Rating - 2 - 2
Electrical Conductivity ps/m 50 600 50 600
Avtur
Sifat Satuan Min Max
Appearance Visually clear, bright, and free from
solid matter and undissolved matter at
normal ambient temperature
Density at 15oC kg/m3 775,0 840,0
Color report
Particulate Contaminant mg/L 1,0
Total Acidity mg KOH/g - 0,015
Aromatic %vol - 25,0
Sulphur Total %mass - 0,30
Sulphur Mercaptane %mass - 0,0030
Specific Energy MJ/Kg 42,8 -
o
Distilation: IBP C - -
o
10% vol recovered C - 205,0
o
50% vol recovered C Report
o
90% vol recovered C Report
o
End Point C - 300,0
Residue %vol - 1,5
Loss %vol - 1,5
Doctor Test Negative
o
Flash Point C 38,0 -
Copperstrip Corrosion, 2hr/100oC class ASTM No 1
149
Existent Gum mg/100ml - 7
2
Viscosity at minus 20oC mm /s - 8
Napthalene %vol - 3,00
o
Freezing Point C - minus 47,0
Smoke Point, or mm 25,0 -
Smoke Point, and mm 19,0 -
Water Reaction: Interface Rating - -
Microseparometer : without SDA 85 -
with SDA 70 -
Thermal Stability, JFTOT at 260oC:
- Tube Rating Visual <3, no P or A deposite
- Pressure differential mmHg - 25
Electrical Conductivity ps/m 50 600
Premium Tanpa
Premium Timbal
150
o
Distillation : IBP C - - - -
o
10% vol recovered C - 74 - 74
o
50% vol recovered C 88 125 88 125
o
90% vol recovered C - 180 - 180
o
End Point C - 205 - 205
151
Tabel C.5 Spesifikasi Pertamax dan Pertamax Plus
152
Loss %vol - - - -
Colour Blue Red
Dye Content gr/100L - - - -
Oksigenate Content - - - -
Olefine Content - - - -
Aromatic Content %v/v - 50 - 50
Kerosene
Sifat Satuan Min Max
o
Density at 15 C kg/m3 - 835
Smoke Point mm 15 -
Char Value mg/kg - 40
Distillation:
Recovered at 200oC %vol 18 -
o
End Point C - 310
o
Flash Point Abel C 38,0 -
Sulphur Content %wt - 0,20
Copperstrip Corrosion - No.1
Odor and Color Marketable
Color 3,0
Note: Abel merupakan nama penemu metode penentu flash point
153
Solar (H.S.D)
Sifat Satuan Min Max
o
Density at 15 C kg/m3 815 870
Cetane Number, or 45 -
Calculated Cetane Index 48 -
Viscosity Kinematic at 37,8oC cSt 1,6 5,80
o
Pour Point C - 18
o
Flash Point P.M. CC C 60 -
o
Distillation Recovery at 300 C %vol 40 -
Sulphur Content %wt - 0,50
Copperstrip Corrosion 3hr/100oC ASTM No. 1
Conradson Carbon Residue, or %wt - 0,10
Micro Carbon Residue (on 10% distil. Residue) - 0,10
Ash Content %wt 0,01
Water Content %vol - 0,05
Sediment by Extraction %wt 0,01
Strong Acid Number mgKOH/g - Nil
Total Acid Number mgKOH/g - 0,6
Color ASTM - 3,0
Tabel C.8 Spesifikasi Medium Naptha
154
Tabel C.9 Spesifikasi Polypropylene
Pour Point °F 80 D 97
155
Sediment by Extraction % wt 0.15 D 473
Sama seperti Fuel Oil 1, kecuali untuk Visco dan Pour Point :
grains/100
Total Sulphur Cuft - 15 D-1266
156
C2 % vol 0.2
C3 + C4 % vol 97.5
157
Tabel C.12Spesifikasi Solvent
158
Vapour Pressure at 100 °F psig D 1267 174 *) 123 *) 124 - 130 report max 70
Hydrocarbon Analysis D 2163
Ethane % wt max 0.5 Traces
Propaneee % wt min 99.5 min 99.5 min 99.5 max 0.5
Isobutane % wt max 0.3 max 0.3 min 99.6 min 95 balance
n-Butane % wt max 0.3 max 0.3 min 95
Olefin % wt max 0.03 max 0.03 max 0.03
Pentanee ppm max 100 max 100 max 100 max 0.3 % max 0.3 %
n-Hexane ppm max 50 max 50 max 50 max 50 max 50
Karl
Water Content ppm max 10 max 10 max 10 max 10 max 10
Fischer
Sulphur content ppm D 6667 max 1 max 1 max 2 max 1 max 1
Aromatics ppm max 10 max 10 max 10 max 10 max 10
Copper Strip Corrosion, 1 hr/100 °F D-1838 ASTM No.1 ASTM No.1 ASTM No.1 ASTM No.1 ASTM No.1
Hydrogen Sulphide ppm Drager max 0.2 max 0.2 max 0.2 max 0.2 max 0.2
Free Water Visual None None None None None
Residual Matter : D 2158
Residue on evaporation 100 ml ml max 0.05 max 0.05 max 0.05 max 0.05 max 0.05
Oil stain observation pass pass pass pass pass
Particulated / solid Visual pass pass pass pass pass
Dasar : Memo Man Operasi Gas Pengolahan No. 034/E10210/2004-S2 tanggal 10 Mei 2004
159