Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KOMUNIKASI ILMIAH
“KONSEP DASAR KOMUNIKASI”
Dosen Pembimbing : Gustina, S.Pd, M.Pd

Oleh :

Kelompok 1

Fegi A 241 17 003

Marianti Krispina Wona A 241 17 042

Aprilia A 241 17 052

Asti Aprilianti A 241 17 079

Mega S. Yagorante A 241 17 096

PROGRAM STUDI PEND. FISIKA


JURUSAN PEND. MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt. atas limpahan rahmat serta
hidayah inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tanpa
suatu alangan yang berarti. Tidak lupa sholawat serta salam kepada junjungan
nabi besar Muhammad saw yang telah membawa kita dari jaman jahiliah menuju
jaman islamiah sekarang ini. Adapun tujuan dari penyusunan makalah yang
berjudul “Konsep Dasar Komunikasi” ini adalah sebagai pemenuhan tugas yang
diberikan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada :

1. Ibu Gustina, S.Pd, M.Pd selaku dosen pembimbing.

2. Rekan-rekan sekelompok yang bekerjasama dalam menyelesaikan


makalah ini.

3. Serta semua pihak yang turut mendukung terselesainya makalah ini

Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat.

Palu, 09 Februari 2020

Kelompok 1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan


hanya dalam kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia pada
umumnya dan Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan
kita. Kita semua berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan
komunikasi. Komunikasi pun juga dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana sampai yang kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara
manusia berkomunikasi secara drastis. Komunikasi tidak terbatas pada kata-
kata yang terucap belaka, akan tetapi bisa dengan senyuman, anggukan
kepala yang membenarkan hati, sikap badan, ungkapan minat, sikap dan
perasaan yang sama.

Bahkan komunikasi juga merupakan suatu hakekat bahwa sebagian


besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama
dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok ataupun organisasi,
selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk
kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari atasan dan bawahannya. Di
antara kedua belah pihak (atasan dan bawahan) harus ada komunikasi dua
arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama
yang diharapkan, untuk mencapai tujuan suatu organisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi komunikasi?
2. Apa saja prinsip-prinsip komunikasi?
3. Apa saja tipe-tipe komunikasi?
4. Apa saja jenis-jenis komunikasi?
5. Apa saja model-model komunikasi?
C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :

a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Ilmiah


b. Untuk memperluas ilmu pengetahuan dasar-dasar komunikasi
c. Mengetahui Pengertian,prinsip,konsep,tipe-tipe,jenis-jenis model-
model komunikasi

D. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu:

a. Makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas dari mata
kuliah Komunikasi Ilmiah
b. Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan,khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua
yang membacanya.
c. Makalah ini diharapkan dapat membantu kita dan menjadikan
semakin baiknya komunikasi.
d. Agar dapat membantu kita mengetahui tentang komunikasi secara
dasar
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau


Communis yang berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita
berkomunikasi dengan orang lain, berarti kita berusaha agar apa yang
disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya. Jika tidak terjadi
kesamaan antara kedua aktor komunikasi yaitu komunikator dan komunikan
itu, dengan kata lain perkataan komunikan tidak mengerti pesan yang
diterimanya, maka komunikasi tidak terjadi. Dalam rumusan lain situasi
tidak komunikatif.

Komunikasi didefinisikan sebagai penyampaian atau pertukaran


informasi dari pengirim kepada penerima, baik secara lisan, tertulis maupun
menggunakan alat komunikasi. Pertukaran informasi yang terjadi di antara
pengirim dan penerima tidak hanya di lakukan dalam bentuk tertulis, tetapi
juga menggunakan alat komunikasi canggih.

B. Prinsip-prinsip Komunikasi

Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi


komunikasi mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang
dikembangkan oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip oleh William B.
Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A.Samovar dan
Richard E.Porter menyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy Mulyana,
Ph.D membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Terdapat 12
prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari
definisi dan hakekat komunikasi yaitu :

Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik.


Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak
berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan.
Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi.
Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud
mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang
tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi
wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain
menjadi suatu stimulus.

Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan.


Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi
tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-
pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang
sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi
isi yang berbeda.

Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan.


Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi
mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi
yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang
akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi
yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan
berharap tujuannya tercapai)

Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu.


Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara
verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses
komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan
komunikasi itu berlangsung.

Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi.


Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar
norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat
memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika
kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita.
Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam
melakukan proses komunikasi.

Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik.


Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh
latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana
seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut.
Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia
bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan
komunikasi.

Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah


komunikasi.
Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama,
pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut
mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak
mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling
dipertukarkan.

Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial.


Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah.
Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang
dikirimkan itu diterima dan dimengerti.

Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional.


Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah
komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan
menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.

Prinsip 11 : komunikasi bersifat irreversible.


Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol
sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang
dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah
berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu
saja pada diri orang lain tersebut.

Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasehat untuk menyelesaikan berbagai


masalah.
Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah.

C. Tipe-tipe Komunikasi
Adapun tipe-tipe komunikasi ada empat, yaitu :
1) Komunikasi dengan Diri Sendiri (Intrapersonal Communication)
Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang
terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses
berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Terjadinya proses komunikasi
disini karena adanya seseorang yang memberi arti terhadap sesuatu
objek yang diamatinya. Objek dalam hal ini bisa saja dalam bentuk
benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung
arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar maupun di dalam diri
seseorang.
Objek yang diamati mengalami proses perkembangan dalam
pikiran manusia setelah mendapat rangsangan dari pancaindra yang
dimilikinya. Hasil kerja dari proses pikiran tadi setelah dievaluasi pada
gilirannya akan memberi pengaruh pada pengetahuan, sikap, dan
perilaku seseorang.
Dalam proses pengambilan keputusan, sering kali seseorang
dihadapkan pada pilihan Ya atau Tidak. Keadaan semacam ini
membaawa seseorang pada situasi berkomunikasi dengan diri sendiri,
terutama dalam mempertimbangkan untung ruginya suatu keputusan
yang akan diambil. Cara ini hanya bisa dilakukan dengan metode
komunikasi intrapersonal atau komunikasi dengan diri sendiri.
2) Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
Komunikasi antarpribadi yang dimaksud disini adalah proses
komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap
muka, seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace (1979).
Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas
dua macam, yakni komunikasi diadik dan komunikasi kelompok kecil.
Komunikasi diadik ialah proses komunikasi yang berlangsung
antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik dapat
dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog, dan
wawancara. Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat
dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih
dalam, dan lebih personal. Sedangkan wawancara sifatnya lebih serius,
yakni adanya pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang
lainnya pada posisi menjawab.
Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang
berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana
anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya. Komunikasi
kelompok kecil oleh banyak kalangan dinilai sebagai tipe komunikasi
antarpribadi karena: Pertama, anggota-anggotanya terlibat dalam suatu
proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka. Kedua,
pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong dimana semua
peserta bisa berbicara dalam kedudukan yang sama, dengan kata lain
tidak ada pembicara tunggal yang mendominasi situasi. Ketiga, sumber
dan penerima sulit diidentifikasi.

3) Komunikasi Publik (Public Communication)


Komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi
kolektif, komunikasi retorika, public speaking dan komunikasi khalayak.
Apapun namanya, komuniksi publik menunjukkan suatu proses
komunikasi dimana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam
situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar.
Salah satu ciri yang dimilki komunikasi publik bahwa pesan yang
disampaikan itu tidak berlangsung secara spontanitas, tetapi terencana dan
dipersiapkan lebih awal. Tipe komunikasi publik biasanya ditemui dalam
berbagai aktivitas seperti kuliah umum, khotbah, rapat akbar, pengarahan,
ceramah, dan semacamnya.

Ada kalangan tertentu menilai bahwa komunikasi publik bisa


digolongkan komunikasi massa bila dilihat pesannya yang terbuka. Tetapi
terdapat beberapa kasus tertentu dimana pesan yang disampaikan itu
terbatas pada segmen khalayak tertentu, misalnya pengarahan, sentiaji,
diskusi panel, seminar, dan rapat anggota. Karena itu komunikasi publik
bisa juga disebut komunikasi kelompok bila dilihat dari segi tempat dan
situasi.

4) Komunikasi Massa (Mass Communication)


Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi
yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga
kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat
mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain.
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi sebelumnya,
komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan
khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan,
maupun dari segi kebutuhan. Pesan komunikasi massa berlangsung satu
arah dan tanggapan baliknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Akan
tetapi, dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat,
khususnya media massa elektronik seperti radio dan televisi, maka umpan
balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat kepada penyiar, misalnya
melalui program interaktif.
D. Jenis-jenis Komunikasi

Komunikasi memerlukan media sebagai penyampaian pesan, gagasan,


pikiran agar dapat dimengerti apa yang telah disampaikan komunikator sehingga
memperoleh respon, tanggapan, maupun reaksi komunikan. Perkembangan media
komunikasi saat ini sudah sangat banyak mulai dari yang sangat sederhana sampai
yang paling mutakhir, namun ada beberapa penggolongan jenis komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi lisan dan tertulis.

Dasar penggolongan komunikasi kedalam lisan dan tertulis adalah dari jenis
pesan yang akan disampaikan. Bentuk ini banyak dilakukan karena dapat
menimbulkan keakraban diantara keduanya. Dalam menentukan bentuk
komunikasi apakah lisan atau tertulis kiranya perlu memperhatikan beberapa faktor
misalnya waktu, biaya, ketrampilan berkomunikasi dan sebagainya.

Penggunaan jenis komunikasi ini sangat penting dan luas, terbukti banyak
diselenggarakan pelatihan ketrampilan berbicara, komunikasi antar pribadi dan
sebagainya.

2. Komunikasi verbal dan non verbal

Informasi tentang perasaan seseorang dapat dikemukakan secara lisan


melalui apa yang diucapkan dan bagaimana cara atau sikap mengatakannya.
Artinya dari suatu kata dapat diperjelas melalui nada suaranya, keras tidaknya
suara yang diucapkan.

Jadi perasaan seseorang dapat dinyatakan melalui isyarat non verbal


misalnya dengan wajah, posisi duduk, gerakan badan dan sebagainya.

3. Komunikasi ke bawah, ke atas dan ke samping

Penggolongan komunikasi dalam jenis ini didasarkan pada aliran atau


jalan informasi yang dilaksanakan dalam suatu organisasi atau suatu kantor.
Dalam suatu kantor adanya atasan, bawahan dan teman sebaya atau teman
yang mempunyai kedudukan yang sederajat.
Pengertian komunikasi kebawah yaitu komunikasi yang dilaksanakan
oleh para atasan kepada bawahannya dalam suatu kantor. Komunikasi ini
biasanya berfungsi sebagai penggerak, pengarahan, perintah, dan umumnya
menggunakan sarana memo, telpon, intercom atau alat lainnya. Untuk
mengadakan komunikasi keatas biasanya bawahan melakukan usulan,
laporan, pendapat atau pun memberikan penjelasan tentang pelaksanaan
pekerjaan.

Pengertian komunikasi keatas dalam suatu kantor biasanya kurang


berfungsi, atau kurang seimbang bila dibandingkan dengan informasi
kebawah. Saluran yang sering dipergunakan dalam kantor-kantor adalah
pertemuan tatap muka atau pun percakapan informal.

Sedangkan pengertian komunikasi ke samping akan terjadi dengan


sendirinya bagi anggota yang bekerjasama dalam suatu team, atau pada
orang-orang yang mempunyai kedudukan yang sama atau seimbang.
Menurut penelitian tentang ilmu komunikasi diungkapkan bahwa hubungan
ke samping adalah suatu hubungan yang sangat kritis untuk masa sekarang.
Komunikasi ke samping dapat dilakukan dengan tatap muka, telpon,
maupun memo.

4. Komunikasi formal dan informal

Komunikasi formal adalah komunikasi yang berjalan sesuai dengan


hierarki kewenangan organisasi, sehingga saluran komunikasi itu telah
ditetapkan oleh organisasi. Sedangkan komunikasi informal adalah
komunikasi yang berjalan secara bebas antar pegawai tanpa memandang
jabatan atau pangkat. Sehingga kadang-kadang melahirkan pimpinan
informal.
5. Komunikasi satu arah dan dua arah

Komunikasi satu arah adalah komunikasi yang menitik beratkan pada


penyampaian pesan, tanpa mengharapkan umpan balik dan hal ini biasa
dilakukan di kantor-kantor dalam bentuk instruksi dan perintah.

Komunikasi satu arah ini dapat berlangsung secara cepat dan murah
tetapi tidak memuaskan karena penerima pesan tidak mempunyai
kesempatan untuk mempertanyakan informasi yang diterima sehingga
kurang memuaskan.

E. Model-model Komunikasi

Dari berbagai model komunikasi yang telah dirumuskan oleh para


ahli, dapat ditarik benang merah bahwa model komunikasi dapat
diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) jenis model komunikasi, yaitu model
komunikasi linear, model komunikasi transaksional, dan model komunikasi
interaksional.

A. Model Komunikasi Linear

Model komunikasi linear adalah model komunikasi yang sangat


sederhana dan menggambarkan komunikasi berlangsung secara satu arah.
Arus pesan digambarkan bersifat langsung dari pengirim pesan ke penerima
pesan. Dalam model komunikasi linear tidak terdapat konsep umpan balik
dan penerima pesan bersifat pasif dalam menerima pesan. Model
komunikasi yang merujuk pada model komunikasi linear diantaranya adalah
model komunikasi Aristoteles, model komunikasi Lasswell, model
komunikasi SMCR Berlo, dan model komunikasi Shannon dan Weaver.

B. Model Komunikasi Transaksional

Model komunikasi transaksional adalah model komunikasi yang


menekankan pada pentingnya peran pengirim pesan dan penerima pesan
dalam proses komunikasi yang berlangsung dua arah. Model komunikasi
transaksional mengaitkan komunikasi dengan konteks sosial, konteks
hubungan, dan konteks budaya. Dalam model ini digambarkan bahwa kita
berkomunikasi tidak hanya sebagai ajang untuk pertukaran pesan melainkan
untuk membangun hubungan. Model komunikasi yang merujuk pada model
komunikasi transaksional diantaranya adalah model komunikasi
transaksional Barnlund.

C. Model Komunikasi Interaksi

Model komunikasi interaksi adalah model komunikasi yang


menggambarkan komunikasi berlangsung dua arah. Umumnya model
komunikasi interaksi digunakan dalam media baru seperti internet
atau media komunikasi modern. Model komunikasi yang merujuk pada
model komunikasi interaksi adalah model Osgood dan Schramm. Para ahli
telah mengenalkan berbagai macam model komunikasi sebagai upaya untuk
menggambarkan dan menjelaskan proses komunikasi serta berbagai faktor
yang mempengaruhi arus serta efektivitas komunikasi.

Berikut adalah beberapa model komunikasi menurut para ahli.

1. Model Komunikasi Aristoteles

Model komunikasi Aristoteles adalah salah satu model komunikasi


linear yang ditujukan untuk menggambarkan atau menjelaskan proses public
speaking. Model ini merupakan model komunikasi pertama dan merupakan
model komunikasi yang diterima secara luas diantara model komunikasi
lainnya. Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Aristoteles :
Model komunikasi Aristoteles menitikberatkan pada pembicara (speaker)
dan bicara (speech). Model ini memiliki lima elemen, yaitu speaker, speech,
occasion, audience, dan effect.
2. Model Komunikasi Lasswell

Model komunikasi Lasswell memiliki 5 (lima) komponen, yaitu :

 who (sender) – komunikator atau pengirim atau sumber pesan.


 says what (message) – isi pesan.
 channel (media) – medium atau media.
 to whom (receiver) – penerima pesan atau khalayak.
 with what effect (feedback) – umpan balik yang diberikan oleh
penerima pesan kepada pengirim pesan.

Kelima komponen tersebut seringkali dijadikan sebagai bahan analisis


atau kajian untuk mengevaluasi masing-masing komponen dan proses
komunikasi secara keseluruhan. Adapun analisis yang dilakukan terhadap
kelima komponen komunikasi tersebut adalah sebagai berikut :

 Analisis kontrol, umumnya dilakukan untuk membantu


pengirim pesan untuk memiliki seluruh kekuatan.
 Analisis isi, umumnya dikaitkan dengan stereoptipe dan
representasi perbedaan kelompok politik dan berhubungan
dengan tujuan pesan yang disampaikan.
 Analisis media, umumnya mengkaji pemilihan media yang
akan digunakan untuk mencapai khalayak.
 Analisis khalayak, umumnya mengkali siapa yang menjadi
target sasaran.
 Analisis efek, umumnya dilakukan sebelum proses dimulai
dengan tujuan untuk memprediksi efek pesan terhadap target
sasaran.

Model komunikasi Lasswell awalnya dikembangkan untuk


menganalisis komunikasi massa, khususnya studi tentang media
propaganda. Namun, pada perkembangannya, model ini digunakan pula
untuk menganalisis komunikasi interpersonal atau komunikasi kelompok
yang menjadi sasaran diseminasi pesan. Selain itu, Lasswell juga membawa
konsep proses komunikasi yang efektif. Menurutnya, terdapat hubungan
antara penyajian fakta-fakta dengan bagaimana fakta-fakta tersebut dapat
menyebabkan efek yang berbeda. Penggunaan konsep efek membuat model
Laswell tidak seperti namanya. Hal ini dikarenakan efek dapat berperan juga
sebagai feedback atau umpan balik.

 Karakteristik Model Komunikasi Lasswell

Model komunikasi Lasswell memiliki beberapa karakteristik, yaitu :

 Komunikasi berlangsung satu arah.


 Tidak konsisten karena menyatakan adanya konsep efek.
 Tidak menyertakan umpan balik.
 Mengabaikan kemungkinan adanya hambatan-hambatan
komunikasi.
 Dipandang sangat umum dan hanya mencakup tema-tema
tradisional.
 Merupakan dasar propaganda karena lebih menitikberatkan pada
hasil keluaran.
 Umumnya digunakan untuk media persuasi.
3. Model Komunikasi Shannon dan Weaver

Claude Elwood Shannon dan Warren Weaver (1948) mengembangkan


salah satu model komunikasi linear yang disebut dengan Model Komunikasi
Shannon dan Weaver.

a. Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Shannon dan


Weaver
Model komunikasi SMCR juga menitikberatkan pada
proses encoding dan decoding yang terjadi sebelum pengirim mengirim
pesan dan sebelum penerima menerima pesan.

Dalam model ini terdapat beberapa komponen yaitu sender, message,


channel, dan receiver dimana masing-masing komponen dipengaruhi oleh
beberapa faktor.

1. Pengirim (sender)

Sumber pesan atau orang yang mengorganisasi pesan. Seorang


pengirim pesan atau sumber pesan mengirimkan pesan kepada penerima
pesan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengirim pesan dan
penerima pesan, yaitu :

 Keterampilan komunikasi – Jika pengirim pesan memiliki


keterampilan komunikasi yang baik, maka pesan akan lebih
mudah dikomunikasikan dibandingkan dengan pengirim pesan
yang tidak memiliki keterampilan komunikasi yang baik.
Keterampilan komunikasi mencakup keterampilan berbicara,
keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan
mendengarkan, dan lain-lain.
 Sikap – Sikap yang dimiliki oleh pengirim pesan untuk
menciptakan efek pesan.
 Pengetahuan – Pengetahuan yang dimiliki oleh pengirim pesan
dapat membuat pesan dapat dikomunikasikan secara lebih
efektif.
 Sistem sosial – Sistem sosial yang mencakup nilai,
kepercayaan, hukum, aturan, agama dan lain-lain serta tempat
dan situasi mempengaruhi cara pengirim pean dalam
mengkomunikasikan pesan. Hal ini menciptakan perbedaan
dalam membuat pesan.
 Budaya – perbedaan budaya menyebabkan perbedaan dalam
menyampaikan pesan.

2. Pesan (message)

Pesan adalah hal substansif yang dikirimkan oleh pengirim pesan


kepada penerima pesan. Pesan dapat berbentuk suara, teks, video atau lain-
lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi pesan adalah :

 Isi pesan – Merupakan sesuatu yang terdapat dalam pesan.


 Elemen pesan – Elemen pesan merupakan hal-hal yang
berkaitan dengan pesan nonverbal yang melekat dalam isi
seperti gesture, tanda, bahasa sebagai alat komunikasi, dan
lain-lain.
 Perlakuan – Cara pesan dikirimkan kepada penerima pesan
yang menimbulkan efek berupa umpan balik yang diberikan
oleh penerima pesan.
 Struktur pesan – Pola pembentukan pesan dapat
mempengaruhi efektivitas pesan.
 Kode – Bentuk dimana pesan dikirimkan bisa berupa teks,
video, dan lain-lain.

3. Media (channel)

Media yang digunakan untuk mengirim pesan misalnya


telepon, internet sebagai media komunikasi dan lain-lain dan biasanya
digunakan dalam komunikasi bermedia (media massa atau media baru).
Namun, jika merujuk pada bentuk atau konteks komunikasi lain seperti
misalnya komunikasi interpersonal maka media komunikasi yang dimaksud
merujuk pada kelima rasa melalui panca indera yang dimiliki oleh manusia.
Kelima rasa inilah yang turut mempengaruhi arus dan efektivitas
komunikasi. Kelima rasa tersebut adalah mendengarkan, melihat,
menyentuh, mencium, dan merasakan.
 Mendengar – pesan yang diterima melalui indera pendengaran.
 Melihat – pesan yang diterima melalui indera penglihatan
mencakup pesan nonverbal.
 Menyentuh – sebagian pesan nonverbal terjadi melalui
sentuhan seperti menepuk pundak.
 Mencium – pesan yang diterima melalui indera penciuman.
 Merasakan – pesan yang diterima melalui indera perasa.

4. Penerima (receiver)

Orang yang menerima pesan yang dikirmkan oleh pengirim pesan.


Faktor-faktor yang mempengaruhi penerima pesan sama dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi pengirim pesan, yaitu :

 Keterampilan komunikasi – Penerima pesan yang memiliki


keterampilan komunikasi (keterampilan berbicara,
keterampilan menulis, keterampilan membaca, kemampuan
mendengarkan dan lain-lain) yang baik akan dapat menerima
pesan dengan baik.
 Sikap – sikap yang dimiliki oleh penerima pesan untuk
menerima pesan.
 Pengetahuan – pengetahuan yang dimiliki oleh penerima pesan
dapat membuat pesan mudah diterima dengan baik oleh
penerima pesan.
 Sistem sosial – Sistem sosial (nilai, kepercayaan, hukum,
aturan, agama, dan lain-lain) mempengaruhi cara menerima
pesan yang menyebabkan perbedaan dalam menerima pesan.
 Budaya – perbedaan budaya dapat menyebabkan perbedaan
dalam menerima pesan.
b. Karakteristik Model Komunikasi Berlo

 Model komunikasi Berlo memiliki beberapa karakteristik,


yaitu :
 Fokus pada proses encoding dan decoding.
 Komponen komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor.
 Tidak adanya konsep umpan balik.
 Efek komunikasi tidak dapat diketahui.
 Tidak ada konsep gangguan atau noise atupun berbagai
hambatan proses komunikasi lainnya,
 Komunikasi berlangsung satu arah.
 Baik pemberi pesan atau penerima pesan memiliki kesamaan
jika dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi keduanya.

5. Model Komunikasi Barnlund

Pada tahun 1970, Dean C. Barnlund mengenalkan sebuah model


komunikasi transaksional bagi dasar komunikasi interpersonal
atau komunikasi antarpribadi yang menggambarkan proses pengiriman dan
penerimaan pesan yang terjadi secara simultan antara partisipan komunikasi.
Model komunikasi Barnlund dikenal dengan nama Model Komunikasi
Transaksional Barnlund. Model ini merupakan respon terhadap model
komunikasi linear yang bersifat statis ke model komunikasi yang bersifat
dinamis dan model komunikasi dua arah.

Model komunikasi transaksional Barnlund menggambarkan proses


komunikasi yang berlangsung secara berkesinambungan dimana pengirim
dan penerima saling bertukar peran dan bertukar tempat secara seimbang.
Pesan berjalan mengambil tempat dengan umpan balik konstan yang
diberikan oleh partisipan komunikasi. Umpan balik yang diberikan oleh
salah satu pihak adalah pesan bagi pihak lainnya.
a. Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Barnlund

Menurut model komunikasi Osgood dan Schramm, terdapat 9


(sembilan) komponen dalam proses komunikasi, yaitu sender (transmitter),
encoder, decoder, interpreter, receiver, message, feedback,
medium, dan noise.

 Sender (transmitter) – orang yang mengirimkan pesan.


 Encoder – orang yang mengubah pesan ke dalam bentuk kode.
 Decoder – orang yang mendapatkan pesan yang telah di-
encode yang telah dikirimkan oleh encoder dan mengubahnya
ke dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh orang lain.
 Interpreter – orang yang mencoba untuk memahami dan
menganalisa pesan. Pesan diterima setelah interpretasi.
Interpreter dan receiver adalah orang yang sama.
 Receiver – orang yang menerima pesan yang melakukan
proses decoding dan menginterpretasikan pesan-pesan aktual.
 Message – data yang dikirimkan oleh pengirim pesan dan
informasi yang diterima oleh penerima pesan.
 Feedback – proses merespon pesan yang diterima oleh
penerima pesan.
 Medium – media atau saluran yang digunakan oleh pengirim
pesan untuk mengirim pesan.
 Noise – gangguan yang terjadi selama proses komunikasi
berlangsung. Gangguan juga dapat berupa gangguan semantic
dimana terjadi perbedaan dalam pemaknaan pesan yang
dikirimkan oleh pengirim pesan dan pemaknaan pesan yang
diinterpretasi oleh penerima pesan.

Menurut Schramm, latar belakang individu yang terlibat dalam proses


komunikasi memainkan peranan yang sangat penting dalam komunikasi.
Sebagaimana diketahui, setiap orang memiliki latar belakang pengetahuan,
pengalaman, serta budaya yang berbeda satu sama lain. Perbedaan latar
belakang ini mempengaruhi setiap individu dalam menginterpretasi pesan
yang diterima.

b. Karakteristik Model Komunikasi Osgood dan Schramm

Model komunikasi Osgood dan Schramm memiliki beberapa


karakteristik, yaitu :

 Fokus pada encode dan decode.


 Komunikasi berlangsung dua arah.
 Adanya konsep field of experience yang merupakan efek
psikologis dapat membantu untuk memahami proses
komunikasi.
 Umpan balik bersifat tidak langsung dan lambat.
 Terdapat konsep umpan balik sehingga memudahkan bagi
pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan diinterpretasi
dengan baik oleh penerima pesan.
 Tidak diabaikannya konsep gangguan atau noise.
 Penerima pesan dan pengirim pesan dapat bertukar peran
dalam menyampaikan dan menerima pesan.
 Bersifat dinamis dan berguna secara praktis.
 Gangguan semantik atau semantic noise merupakan konsep
yang dapat membantu memahami permasalah yang dapat
terjadi selama pesan diinterpretasi.
 Konsep interpretatif membuat komunikasi menjadi efektif.
 Konsep konteks membuat faktor lingkungan dapat dimasukkan
ke dalam interpretasi pesan dan membuat perubahan dalam
nilai pesan.
 Tidak sesuai atau tidak cocok untuk diterapkan dalam proses
komunikasi yang sangat kompleks.
 Hanya terdapat dua sumber utama yang berkomunikasi.
Banyaknya sumber justru akan membuat proses komunikasi
mengalami komplikasi dan model komunikasi tidak dapat
diimplementasikan dengan baik.
 Dimungkinkan terjadinya perbedaan interpretasi terhadap
pesan yang dikirimkan dan pesan yang diterima
 Digunakan untuk media baru
 Dapat menjadi model komunikasi linear jika penerima pesan
tidak memberikan tanggapan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi yang efektif adalah bagian utama dalam mencapai
tujuan pendidikan. Komunikasi yang sukses dan efektif berasal dari
pelaksanaan proses komunikasi. Orang – orang yang terlibat akan
meningkatkan keterampilan komunikasi mereka jika mereka mengikuti
proses komunikasi, dan tinggal jauh dari hambatan yang berbeda. Telah
terbukti bahwa individu yang memahami proses komunikasi akan
berkembang menjadi komunikator yang lebih efektif, dan komunikator
yang efektif memiliki kesempatan lebih besar untuk menjadi sukses.
DAFTAR PUSTAKA

 Riswandi. 2009. ILMU KOMUNIKASI. Yogyakarta: Graha Ilmu


 Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar
2010, Jakarta, Rosda
 Dr. Arni Muhammad. Komunikasi Organisasi, Jakarta 1989, Bumi Aksara
 Liliweri,Alo. 2003. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya.
Yogyakarta. LKiS
Yogyakarta

 Burgoon, M., Hunsaker, FG, dan Dawson, EJ (1994). Komunikasi


manusia. Thousand Oaks, CA;Sage.
 Dewi, Sutrisna. 2006. Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi

Anda mungkin juga menyukai