Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS)

OLEH KELOMPOK 1
1. Bayu Alfi
2. Dwi
3. Afni
4. Indah Maulhayati
5. Sherly Rosita
6. Linanda Devi
7. Cyntia
8. Wafi
9. Cynditya
10. Nur Lailatul Farida
DAFTAR ISI\

KATA PENGANTAR ………………………………………………………


DAFTAR ISI …………………………………………………………………
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….
1.2 Tujuan ……………………………………………………………………
1.3 Manfaat ………………………………………………………………….
BAB 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian ……………………………………………………………….
2.2 Etiologi …………………………………………………………………..
2.3 Patofisiologi …………………………………………………………….
2.4 Manifestasi Klinik ……………………………………………………..
2.5 Komplikasi ………………………………………………………………
2.6 Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang ………………………………….
2.7 Penatalaksanaan Medis ………………………………………………..
2.8 Konsep dasar asuhan keperawatan …………………………………….
BAB 3 Penutup
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………..
3.2 Saran …………………………………………………………………….
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi / Pengertian
Sindrom koroner akut (SKA) adalah sekumpulan gejala yang di
akibatkan oleh terganggunya aliran darah pada pembuluh darah koroner di
jantung secara akut. Gangguan pada aliran darah tersebut disebabkan oleh
thrombosis (pembekuan darah) yang terbentuk di dalam pembuluh darah
sehingga menghambat alirah darah.
SKA terbagi atas 2 bagian yakni angina tidak stabil dan infark
miokard akut. Angina tidak stabil adalah dimana pembekuan darah tidak
sampai menyebabkan sumbatan total pada pembuluh darah, sedangkan
infark miokard akut terjadi jika pembekuan darah menyebabkan aliran
darah tersumbat total.
a. Angina Pectoris
Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis berupa serangan
sakit dada yang khas, yaitu ditekan atau terasa berat di dada yang
sering kali menjalar ke lengan kiri. Hal ini bisa timbul saat pasien
melakukan aktivitas dan segera hilang apabila aktivitas di hentikan.
Ciri khas tanda dan gejala angina pectoris dapat dilihat dari
letaknya (daerah yang terasa sakit), kualitas sakit hubungan timbulnya
sakit dengan aktivitas dan lama serangannya, sakit biasanya timbul di
daerah sterna atau dada sebelah kiri, dan menjalar ke lengan kiri.
Kualitas sakit yang timbul beragam dapat seperti di tekan benda berat
di jepit atau terasa panas. Sakit dada biasanya timbul saat melakukan
aktivitas dan hilang saat berhenti dengan lama serangan berlangsung
antara 1-5 menit.
b. Infark Miokard Akut
Infark miokard akut (IMA) adalah nekrosis miokard darah ke
otot jantung. Nyeri dada serupa dengan angina tetapi lebih insentif dan
menetap lebih dari 30 menit, tidak sepenuhnya menghilang dengan
istirahat ataupun pemberian nitro gliserin, nausea, berkeringat dan
sangat menakutkan pasien, pada saat pemeriksaan fisik didapatkan
muka pucat, takikardi dan bunyi jantung 3 (bila disertai gagal jantung
kongestif).

2.2 Etiologi
Masalah yang sesungguhnya pada SKA terletak pada penyempitan
pembuluh darah jantung (vasokontriksi). Penyempitan ini diakibatkan oleh 4
hal yaitu :
a. Adanya timbunan lemak (aterosklerosis) dalam pembuluh darah akibat
konsumsi kolesterol yang tinggi.
b. Sumbatan (trombosit) oleh sel bekuan darah (thrombus)
c. Vasokontriksi (penyempitan pembuluh darah akibat kejang terus menerus).
d. Infeksi pada pembuluh darah
Terjadinya SKA dipengaruhi oleh beberapa keadaan yakni :
a. Aktivitas atau latihan fisik yang berlebihan (tidak terkondisikan)
b. Stress atau emosi dan terkejut.
c. Udara dingin, keadaan-keadaan tersebut ada hubungannya dengan
peningkatan aktivitas simpatis sehingga tekanan darah meningkat,
frekuensi debar meningkat dan kontra aktivitas jantung meningkat.

2.3 Patofisiologi
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung
akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner
berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat penyempitan
arteri koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh
emboli (plak) atau thrombus. Penurunan aliran darah koroner juga bisa
diakibatkan oleh syok atau perdarahan. Pada setiap kasus ini selalu terjadi
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen jantung.
Iskemia yang terjadi berlangsung cukup lama (>30-45menit)
menyebabkan kerusakan seluler yang irreversibel. Plak aterosklerosis
menyebabkan bekuan darah atau trombus yang akan menyumbat pembuluh
darah arteri, jika bekuan terlepas dari tempat melekatnya dan mengalir ke
cabang arteri koronaria yang lebih perifer pada arteri yang sama.
Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi
hemodinamik dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA daerah miokard
setempat akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat
penurunan ejection fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan peningkatan
volume akhir distolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
naik dengan akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium
kiri di atas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan transudasi cairan ke
jaringan interstisium paru (gagal jantung).
Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi,
khususnya dengan bantuan rangsangan adrenergeik, untuk mempertahankan
curah jantung, tetapi dengan akibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard.
Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila daerah yang bersangkutan juga
mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotic. Sebagai akibat IMA sering
terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung
ventrikel baik yang terkena infark maupun yang non infark.
Perubahan tersebut menyebabkan remodeling ventrikel yang nantinya
akan mempengaruhi fungsi ventrikel dan timbulnya aritmia. Bila IMA makin
tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini
disebabkan karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan.
Daerah-daerah diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik, karena terbentuk
jaringan parut yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi.
Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi
mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik
jantung. Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada
menit-menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh
perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan
terhadap rangsangan.

2.4 Manifestasi Klinik


a. Nyeri :
1) Gejala utama adalah nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan
terus-menerus tidak mereda, biasanya dirasakan diatas region
sternal bawah dan abdomen bagian atas.
2) Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri
tidak tertahankan lagi.
3) Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat
menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya
lengan kiri).
4) Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan
tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin.
5) Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
6) Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis
berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
7) Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang
hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptor.
b. Pada ACS dapat ditemukan juga sesak napas, diaphoresis, mual,
dan nyeri epigastric.
c. Perubahan tanda vital, seperti takikardi, takipnea, hipertensi, atau
hipotensi, dan penurunan saturasi oksigen (SpO2) atau kelainan irama
jantung.

2.5 Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat ditemukan, antara lain :
a. Aritmia
b. Kematian mendadak
c. Syok kardiogenik
d. Gagal Jantung ( Heart Failure)
e. Emboli Paru
f. Ruptur septum ventikuler
g. Ruptur muskulus papilaris
h. Aneurisma Ventrikel

2.6 Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang


2.6.1 EKG
1) STEMI : Perubahan pada pasien dengan Infark Miokard Akut, meliputi:
hiperakut T, elevasi segmen ST yang diikuti dengan terbentuknya Q
pathologis, terbentuknya bundle branch block/ yang dianggap baru.
Perubahan EKG berupa elevasi segment ST ≥ 1 mm pada 2 sadapan
yang berdekatan pada limb lead dan atau segment elevasi ≥ 2 mm pada
2 sadapan chest lead.
2) NSTEMI : Perubahan EKG berupa depresi segment ST ≥ 1 mm pada 2
sadapan yang berdekatan pada limb lead dan atau segment depresi ≥ 2
mm pada 2 sadapan chest lead.
2.6.2 Enzim Jantung, yaitu :
1) CKMB : dapat dideteksi 4-6 jam pasca infark, mencapai puncaknya
pada 24 jam pertama, kembali normal setelah 2-3 hari.
2) Troponin T : spesifik untuk kerusakan otot jantung, dapat dideteksi 4-8
jam pasca infark
3) LDH : dapat dideteksi 24-48 jam pasca infark, mencapai puncaknya
setelah 3-6 hari, normal setelah mencapai 8-14 hari.
2.6.3 Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
misalnya hipokalemi, hiperkalemi.
2.6.4 Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan dengan proses inflamasi.
2.6.5 Rontgen Dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga PJK atau
aneurisma ventrikuler.

2.7 Penatalaksanaan Medis


a. Pasien dianjurkan istirahat total
b. Pasien puasa 4-6 jam, setelah pasien tidak ada keluhan nyeri dada dapat
diit cair
c. Pasang iv line dan infuse untuk pemberian obat-obatan intra vena
d. Atasi nyeri, dengan :
- Morfin 2.5-5 mg iv atau pethidine 25-50 mg
- Lain-lain : Nitrat, Calsium antagonis, dan Beta bloker
e. Oksigen 2-4 liter/menit
f. Sedatif sedang seperti Diazepam per oral.
g. Antitrombotik
- Antikoagulan ( Unfractional Heparin/ golongan Heparin atau Low
Molecul Weight Heparin/ golongan Fraxiparin)
- Antiplatelet ( golongan Clopidogrel, Aspirin)
h. Streptokinase/ Trombolitik ( Pada pasien dengan Acute STEMI onset <3
jam)
i. Primary PCI ( Pada pasien dengan Acute STEMI onset > 3 jam)

2.8 Konsep dasar asuhan keperawatan


1. Pengkajian
a. Anamnesa:
1) Identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, nomor RM, Nama
penanggung jawab, hubungan dengan pasien, alamat.
2) Keluhan (nyeri dada, Klien mengeluh nyeri ketika beristirahat , 
terasa panas, di dada retro sternal menyebar ke lengan kiri dan
punggung kiri, skala nyeri 8 (skala 1-10), nyeri berlangsung ± 10
menit)
3) Riwayat penyakit sekarang (Klien mengeluh nyeri ketika
beristirahat, terasa panas, di dada retro sternal menyebar ke lengan
kiri dan punggung kiri, skala nyeri 8 (skala 1-10), nyeri berlangsung
± 10 menit)
4) Riwayat penyakit sebelumnya (DM, hipertensi, kebiasaan merokok,
pekerjaan, stress), dan Riwayat penyakit keluarga (jantung, DM,
hipertensi, ginjal).
b. Pemeriksaan fisik
1) Breathing
Pada pasien dengan ACS biasanya didapatkan tanda dan gejala
dyspnea karena beban kerja jantung yang meningkat.
2) Blood
Denyut nadi biasanya takikardi, terdapat nyeri dada (chest pain) dan
kaji apakah ada suara jantung tambahan.
3) Brain
Klien dengan pneumonia berat biasanya dapat mengalami penurunan
kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi
jaringan berat. Perlu dikaji tingkat kesadaran, besar dan reflek pupil
terhadap cahaya
4) Bladder
Pengukuran volume output dan intake cairan, oleh karena itu
perawat perlu memonitor adanya oliguria karena pada penderita
ACS biasanya ditemukan gejala oliguria.
5) Bowel
Dikaji apakah ada penurunan berat badan, mual, muntah bising usus,
bagaimana pola eliminasi alvi, adakah kelainan pada anus.
6) Bone
Didapatkan kelemahan dan kelelahan secara fisik.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan beban kerja jantung meningkat
b. Gangguan Pertukaran gas berhubungan dengan oedem paru
c. Penurunan curah jantung b/d penurunan kontraktilitas jantung
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anorexia, mual muntah
e. Nyeri akut berhubungan dengan penumpukan asam laktat di otot jantung
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

3. Rencana Tindakan
Diagnosa Keperawatan Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Pola Nafas tidak efektif NOC: NIC:
berhubungan dengan beban Setelah dilakukan tindakan  Posisikan pasien untuk
kerja jantung meningkat keperawatan selama 3x24 jam memaksimalkan ventilasi
pasien menunjukkan  Lakukan fisioterapi dada jika
keefektifan pola nafas, perlu
dibuktikan dengan kriteria  Auskultasi suara nafas, catat
hasil: adanya suara tambahan
 Mendemonstrasikan batuk  Berikan pelembab udara Kassa
efektif dan suara nafas yang basah NaCl Lembab
bersih, tidak ada sianosis dan  Atur intake untuk cairan
dyspneu (mampu mengoptimalkan keseimbangan.
mengeluarkan sputum,  Monitor respirasi dan status O2
mampu bernafas dg mudah,  Bersihkan mulut, hidung dan
tidakada pursed lips) secret trakea
 Menunjukkan jalan nafas  Pertahankan jalan nafas yang
yang paten (klien tidak paten
merasa tercekik, irama nafas,  Observasi adanya tanda tanda
frekuensi pernafasan dalam hipoventilasi
rentang normal, tidak ada
 Monitor adanya kecemasan
suara nafas abnormal)
pasien terhadap oksigenasi
 Tanda Tanda vital dalam
 Monitor  vital sign
rentang normal (tekanan
 Informasikan pada pasien dan
darah, nadi, pernafasan)
keluarga tentang tehnik relaksasi
untuk memperbaiki pola nafas.
 Ajarkan bagaimana batuk efektif
 Monitor pola nafas    
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :
berhubungan dengan oedem Setelah dilakukan tindakan  Posisikan pasien untuk
paru keperawatan selama 3x24 jam memaksimalkan ventilasi
Gangguan pertukaran pasien  Lakukan fisioterapi dada jika
teratasi dengan kriteria hasil: perlu
 Mendemonstrasikan  Monitor respirasi dan status O2
peningkatan ventilasi dan  Catat pergerakan dada,amati
oksigenasi yang adekuat kesimetrisan, penggunaan otot
 Memelihara kebersihan paru tambahan, retraksi otot
paru dan bebas dari tanda tanda supraclavicular dan intercostal
distress pernafasan  Monitor suara nafas, seperti
 Mendemonstrasikan batuk dengkur
efektif dan suara nafas yang  Monitor pola nafas : bradipena,
bersih, tidak ada sianosis dan takipenia, kussmaul,
dyspneu (mampu hiperventilasi, cheyne stokes,
mengeluarkan sputum, mampu biot
bernafas dengan mudah, tidak  Auskultasi suara nafas, catat
ada pursed lips) area penurunan / tidak adanya
 Tanda tanda vital dalam ventilasi dan suara tambahan
rentang normal  Monitor TTV, AGD, elektrolit
 AGD dalam batas normal dan ststus mental
 Status neurologis dalam batas  Observasi sianosis khususnya
normal membran mukosa
 Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang persiapan
tindakan dan tujuan penggunaan
alat tambahan (O2, Suction,
Inhalasi)
 Auskultasi bunyi jantung,
jumlah, irama dan denyut
jantung

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
Penurunan curah jantung b/d NOC : NIC :
penurunan kontraktilitas jantung Setelah dilakukan asuhan  Evaluasi adanya nyeri dada
selama 3x24 jam penurunan  Catat adanya disritmia jantung
kardiak output klien teratasi  Catat adanya tanda dan gejala
dengan kriteria hasil: penurunan cardiac putput
 Tanda Vital dalam rentang  Monitor respon pasien terhadap
normal (Tekanan darah, Nadi, efek pengobatan antiaritmia
respirasi)  Anjurkan untuk menurunkan
 Dapat mentoleransi aktivitas, stress
tidak ada kelelahan  Monitor TD, nadi, suhu, dan
 Tidak ada edema paru, RR
perifer, dan tidak ada asites  Monitor jumlah, bunyi dan
 Tidak ada penurunan irama jantung
kesadaran  Monitor sianosis perifer
 AGD dalam batas normal Kolaborasi:
 Tidak ada distensi vena leher  Berikan obat anti aritmia,
 Warna kulit normal inotropik, nitrogliserin dan
vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas
jantung
 Berikan antikoagulan untuk
mencegah trombus perifer
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakseimbangan nutrisi NOC:  Kaji adanya alergi makanan
kurang dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan  Kolaborasi dengan ahli gizi
berhubungan dengan anorexia, keperawatan selama 3x24 jam untuk menentukan jumlah
mual muntah pemenuhan kebutuhan nutrisi kalori dan nutrisi yang
terpenuhi dengan kriteria hasil: dibutuhkan pasien
 Melaporkan nafsu makan  Yakinkan diet yang dimakan
meningkat mengandung tinggi serat untuk
 Melaporkan tidak ada mual mencegah konstipasi
dan muntah  Monitor adanya penurunan BB
 Terjadi peningkatan BB  Jadwalkan pengobatan  dan
tindakan tidak selama jam
makan
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut
kusam, total protein, Hb dan
kadar Ht
 Monitor mual dan muntah
 Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor intake nuntrisi
 Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan penumpukan asam laktat Setelah dilakukan tindakan  Lakukan pengkajian nyeri
di otot jantung keperawatan selama 3x24 jam secara komprehensif termasuk
nyeri pasien teratasi, dengan lokasi, karakteristik, durasi,
kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan faktor
 Mampu mengontrol nyeri presipitasi
(tahu penyebab nyeri, mampu  Observasi reaksi nonverbal dari
menggunakan tehnik ketidaknyamanan
nonfarmakologi untuk  Kontrol lingkungan yang dapat
mengurangi nyeri, mencari mempengaruhi nyeri seperti
bantuan) suhu ruangan, pencahayaan dan
 Melaporkan bahwa nyeri kebisingan
berkurang dengan  Kurangi faktor presipitasi nyeri
menggunakan manajemen  Kaji tipe dan sumber nyeri
nyeri untuk menentukan intervensi
 Mampu mengenali nyeri  Ajarkan tentang teknik non
(skala, intensitas, frekuensi farmakologi: napas dala,
dan tanda nyeri) relaksasi, distraksi, kompres
 Menyatakan rasa nyaman hangat/ dingin
setelah nyeri berkurang Kolaborasi:
 Tanda vital dalam rentang  Berikan analgetik untuk
normal mengurangi nyeri
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
berhubungan dengan kelemahan Setelah dilakukan tindakan  Observasi adanya
keperawatan selama 3x24 jam pembatasan klien dalam
Pasien bertoleransi terhadap melakukan aktivitas
aktivitas dengan kriteria hasil :  Kaji adanya faktor yang
 Berpartisipasi dalam aktivitas menyebabkan kelelahan
fisik tanpa disertai peningkatan  Monitor nutrisi  dan sumber
tekanan darah, nadi dan RR energi yang adekuat
 Mampu melakukan aktivitas  Monitor pasien akan adanya
sehari hari (ADLs) secara kelelahan fisik dan emosi
mandiri secara berlebihan
 Keseimbangan aktivitas dan  Monitor respon
istirahat kardivaskuler  terhadap
aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak nafas,
diaporesis, pucat, perubahan
hemodinamik)
 Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
 Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial
 Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek

BAB 3
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E.J., 2000, Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC.


Doenges, dkk., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif, 2009, Pengantar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler, Jakarta: Salemba.
Price & Wilson, 1995, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi
4 Buku 1, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai