Shally Olivia - 107 - Alelopati

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

Shally Olivia Yulietha

140410180107
Kel 5A / Teh Dea
LAPORAN PRAKTIKUM FISTUM

ALELOPATI

Pada tanggal 13 Maret 2020 dilakukan praktikum fisiologi tanaman tentang Alelopati.
Praktikum ini bertujuan untuk melihat pengaruh zat alelopati dari rimpang alang-alang terhadap
daya kecambah benih padi. Alelopati adalah suatu pelepasan senyawa yang bersifat toksik datau
racun, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman disekitarnya dan senyawa yang bersifat
alelopati disebut alelokimia (Yanti, 2016). Beberapa senyawa aleolopati menghambat pembelahan
sel-sel akar, menghambat pertumbuhan yaitu dengan mempengaruhi pembesaran sel, menghambat
respirasi akar, menghambat sintesis protein, mengambat aktivitas enzim, serta menurunkan daya
permeabilitas membrane pada sel tumbuhan (Soetikno, 1990). Senyawa dari alelopati sendiri
merupakan senyawa kimia pada tumbuhan yang dilepaskan ke lingkungan tempat ia tumbuh dan
dapat menghambat atau mematikan tumbuhan lainnya yang ada disektarnya, sehingga tanaman
disekitarnya tersebut mati dan tanaman yang mengeluarkan zat alelopat dapat bertahan hidup lebih
baik. Tanaman yang biasanya banyak ditemukan zat alelopat ini merupakan tanaman hama atau
tanaman gulma.

Senyawa-senyawa alelopat antara lain adalah fenol, asam fenolat, asam lemak rantai
panjang, asam amino non protein, flavonoid, terpenoid, tannin, lakton, sulfida, quinon, kumarin,
asam sinamat, nukleosida, asam organic larut air, asam benzoat dan derivate-derivatnya. Zat-zat
alelopat ini dapat dilepaskan ke lingkungan melalui volatilasi (untuk atsiri), eksudasi akar, basuhan
daun atau hasil dekomposisi residu tumbuhan yang telah terdekomposisi dan transformasi dari
mikroorganisme tanah (Hasanuzaman, 1995). Zat alelopat ini dapat menghambat penyerapan unsur
hara,menghambat daya permeabilitas dinding sel, pembentukan sel akar, menghamat sintesis
protein dan aktivitas enzimatis tanaman pesaingnya. Beberapa jenis tanaman lain yang memiliki zat
alelopat adalah Benalu, Pinus, Cyperus rotunus, Cyperus papyrus, Lantana camara, Mangifera indica,
Eucalyptus, Salvia sp., dan Artemisia sp.

Prosedur yang harus dilakukan salam praktikum ini yang pertama adalah dipilihnya 100
benih padi yang lalu direndam dalam air selama satu jam dan setiap lima belas menit diganti. Hal ini
dilakukan untuk melepaskan benih padi dari masa dormansinya dan melunakkan kulit padi. Lalu,
rimpang alang-alang dibersihkan dari tanah dan dicuci, Ditimbang rimpang alang-alang sebanyak
masing-masing 5, 10, 20, dan 30 gram, dan digerus sampai halus menggunakan mortar dan lumpang
agar estrak zat alelopat keluar dan lebih mudah menyatu dengan akuades. Tiap rimpang alang-alang
ditambahkan akuades 100 mL dan disaring dengan kertas saring, hasilnya disimpan di dalam tabung
erlenmeter, hasil ini merupakan ekstrak alang-alang yang akan digunakan. Kemudian, disiapkan
empat petridish yang telah dialasi kertas saring, tiap petridih ditetesi 5 mL ekstrak alang-alang 5%,
10%, 20%, dan 30%. Disiapkan juga petridish kontrol yang berisi akuades 5 mL. Di dalam tiap
petridish disusun 100 benih padi yang sudah direndam. Petridish kemudian diinkubasi selama 48
jam. Setelah 48 jam dihitung daya kecambah, panjang koleoptil dan panjang akar primer tiap benih
padi yang ada di masing-masing petridish.

Hasil (dari internet, karena pengamatan hasil tidak dapat dilakukan)

Allelopati
Morfologi
Perakaran
Tinggi tanaman
Berat basah
Kontrol
Tanaman normal daun normal
Akar banyak menyatu ke bawah
15,8 cm
1,5 gram
5%
Daun bercak hitam, daun tidak berkembang dengan baik
Akar banyak seperti akar serabut, akarnya seperti menyebar
12,6 cm

0,9 gram
10%
Ada bercak pada daun, daun tidak berkembang dengan baik
Akar menyatu ke bawah
11,9 cm
1,3 gram
20%
Daun berbercak putih, dan tidak berkembang dengan baik
Akar panjang ke bawah
11,4 cm
2,2 gram
25%
Daun berbercak putih dan bercak coklat, tapi putih lebeh banyak, Daun bagian bawah
keriting
Akar pendek dan menyebar, akar tunggang tidak nampak
12,6 cm

1,4 gram
(Yuliza, 2007)

Ulangan
Konsentrasi
Total

Kontrol
(1:7)
(1 : 14)
(1 : 21)

Ilalang
1
3.3
1
1.8
0.9
7

2
1.8
0.9
1
1
4.7

3
2
0.5
1.4
1.9
5.8


7.1
2.4
4.2
3.8

(Mauliana, 2014)

Pada tabel pertama dan kedua dapat dilihat bahwa konsentrasi dari ekstrak ilalang yang
semakin tinggi membuat pertumbuhan tanaman terhambat. Pada table pertama konsentrasi 5%
didapatkan tinggi benih jagung Zea mays 12,6 cm, pada konsentrasi ilalang 10% didapatkan tinggi
11,9cm, pada konsentrasi ilalang 20% didapatkan tinggi 11,4 cm, dan terakhir pada konsentrasi 25%
didapatkan tinggi 12,6 cm. Sedangkan pada tanaman kontrol didapatkan tinggi 15,8 cm. Pada tabel
kedua, didapatkan panjang akar kacang hijau masing-masing 2,4 cm pada konsentrasi ilalang
terbanyak (I:7), pada konsentrasi ilalang sedang (I:14) didapatkan tinggi 4,2cm, dan pada konsentrasi
ilalang terkceil (I:21) didapatkan 3,8cm. Sedangkan pada percobaan kontrol didapatkan 7,1 cm. Hal
ini menunjukkan bahwa ilalang yang memiliki zat alelopat mampu menghambat pertumbuhan
tanaman yang berbanding lurus dengan konsentrasi zat alelopat itu sendiri. Pada konsentrasi yang
pekat, ekstrak alang-alang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan lebih signifikan dan
lebih terlihat. Zat alelopat menghambat dengan mekanisme sebagai berikut, pertama merusak
struktur membrane sel tanaman lawannya yang mengakibatkan penghambatan fotosintesis, lalu
menghambat sintesis protein pada tumbuhan tersebut, sehingga tanaman terganggu pembelahan
dan pembesaran selnya. Saat hal-hal itu terjadi tentu saja menghambat pertumbuhan tanaman
lawan, sehingga tanaman yang mengeluarkan zat alelopat lebih dapat bertahan hidup.

Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah zat alelopat dapat menghambat pertumbuhan
tanaman lawan disekitarnya dan semakin besar konsentrasi zat alelopat akan semakin menghambat
pertumbuhan tanaman lawannya. Disimpulakn konsentrasi zat alelopat berbanding lurus dengan
seberapa banyak ia akan menghambat pertumbuhan tanaman disekitarnya, dan berbanding terbalik
dengan kuantitatif tumbuhan tersebut (panjang koleoptil, panjang akar primer) begitu pula dengan
daya kecambah. Pada petridish dengan konsentrasi ekstrak ilalang makin banyak maka makin sedikit
daya kecambahnya, dengan kesimpulan konsentrasi ekstrak ilalang berbanding terbalik dengan daya
kecambah tanaman.

Daftar Pustaka

Hasanuzzaman, M. 1995. Allelopathy. http://www.hasanuzzaman.weebly.com/alelopathy.pdf

Mauliana, V. 2014. Lap Ekologi Tumbuhan Alleopati. Jurusan Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura: Pontianak

Soetikno. 1990. Ekologi Gulma. Kanisius: Yogyakarta

Yanti, M., Indriyanto, dan Duryat. 2016. Pengaruh Zat Alelopati dari Alang-alang Terhadap
Pertumbuhan Semai Tiga Spesies Akasia. Jurnal Sylva Lestari vol 4 (2): 27-38

Yuliza, R. 2007. Lap Ekologi Umum: Allelopathy. Program Studi Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Jambi: Jambi

Anda mungkin juga menyukai