Anda di halaman 1dari 1

Giro Wajib Minimum

2017____
Bank Indonesia (BI) mengakui, adanya risiko menggelembungnya (bubble) likuiditas.
Maka dari itu bank sentral terus mengeluarkan instrumen moneternya, sehingga diharapkan akan
mengurangi risiko pengetatan likuiditas pada perbankan. Adapun instrumen moneter yang yang
dilakukan BI yakni melalui penerapan Giro Wajib Minimum yang wajib dipenuhi secara rata-
rata (GWM Averaging.
Sebagai informasi BI telah menyempurnakan aturan GWM terkait pemenuhan GWM
Primer dalam rupiah yang dipenuhi secara harian sebesar 5 % dari DPK dan GWM yang wajib
dipenuhi secara rata-rata (GWM Averaging) sebesar 1,5 % dari DPK dalam rupiah selama
periode tertentu. Adapun ketentuan GWM Averaging ini berlaku mulai 1 Juli 2017 dengan masa
transisi selama 1 bulan. Dengan adanya kebijakan ini, maka akan memberikan fleksibilitas bagi
perbankan dalam mengelola likuiditasnya.

2018_____
Ketentuan GWM untuk simpanan bank umum konvensional dalam rupiah adalah batas
pencadangan 6,5 % dari total simpanan bank. Dari total tersebut, setoran GWM yang semula
wajib dijaga secara harian sebesar 5 % diturunkan menjadi 4 %. Sementara itu, GWM rata-rata
dua minggu dinaikkan dari 1,5 % menjadi 2 % .
Untuk simpanan dalam valuta asing (valas), batas pencadangannya 8 %. GWM valas
yang tadinya hanya disetor secara harian kini diubah. GWM harian simpanan valas secara harian
adalah 6 % dan dijaga sebesar 2 % rata-rata hariannya dalam dua pekan. Kebijakan GWM yang
baru itu akan berlaku untuk bank konvensional pada 16 Juli 2018.

2019____
Mulai 1 Juli 2019 ini, BI sudah menurunkan rasio GWM Rupiah sebesar 50 basis poin. Dengan
penurunan tersebut bank umum konvensional memiliki GWM sebesar 6 % dari Dana Pihak
Ketiga (DPK) dari sebelumnya 6,5 %, sementara bank syariah akan memiliki GWM sebesar 4,5
% dari sebelumnya 5 %

Anda mungkin juga menyukai