Makalah Kelompok 4 Pendidikan Pancasila
Makalah Kelompok 4 Pendidikan Pancasila
UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Raya Puspiptek, Buaran, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten
15310
2019
1
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang mungkin sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang
“DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959”
Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran
Pendidikan Pancasila, Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
1
0
DAFTAR ISI
BAB II – PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN IJTIHAD ......................................................... 3
B. KEDUDUKAN IJTIHAD ......................................................... 4
C. BENTUK BENTUK IJTIHAD ............................................. 5
D. SYARAT SYARAT SEORANG MUJTAHID ..................... 7
E. PENGERTIAN AQIDAH ......................................................... 8
F. FUNGSI DAN PERAN AQIDAH ............................................. 8
G. GARIS BESAR AQIDAH ......................................................... 9
H. GARIS BESAR AQIDAH ISLAM ............................................. 11
A. Latar Belakang
Setelah secara resmi diakui sebagai sebuah negara yang berdaulat pada
tanggal 27 Desember 1949 dengan nama RIS, Indonesia kemudian
dihadapkan kepada berbagai persoalan dalam negeri. Pada tanggal 17
Agustus 1950 RIS dibubarkan dan kembali menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pada masa ini, Indonesia menerapkan demokrasi liberal
yang condong ke arah Barat. Pada masa ini, gejolak politik begitu banyak
mewarnai. Sebut saja dengan begitu singkatnya umur sebuah kabinet. Bahkan
terhitung terjadi pergantian kabinet sebanyak tujuh kali pada masa 1950 –
1959.
a. Waktu Pemilihan
b. Partai Peserta
1) PNI
2) Masyumi
3) Nahdatul Ulama
4) PKI
c. Hasil Pemilihan
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_legislatif_Indonesia_195
5
No Jumlah Jumlah
Partai Persentase
. Suara Kursi
Partai Komunis
4. 6.179.914 16,36 39
Indonesia (PKI)
Partai Kristen
6. 1.003.326 2,66 8
Indonesia (Parkindo)
Ikatan Pendukung
9. 541.306 1,43 4
Kemerdekaan Indonesia (IPKI)
Pergerakan Tarbiyah
10. 483.014 1,28 4
Islamiyah (Perti)
Sila (GPPS)
Angkatan Comunis
27. 64.514 0,17 1
Muda (Acoma)
Tabel 1.2
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_legislatif_Indonesia_195
5
Ikatan Pendukung
9. Kemerdekaan Indonesia 544.803 1,44 8
(IPKI)
No Jumlah Persentas Jumlah
Partai/Nama Daftar
. Suara e Kursi
Pergerakan Tarbiyah
10. 465.359 1,23 7
Islamiyah (Perti)
2. Terbentuknya Konstituante
a. Sidang Konstituante
Pemungutan suara kembali di adakan pada 1 dan 2 Juni 1959. Dari dua kali
pemungutan suara, Konstituante kembali gagal mencapai dua pertiga suara yang
dibutuhkan. Untuk meredam kemacetan, Konstituante memutuskan untuk reses
(istirahat dari kegiatan sidang) yang ternyata untuk selama-lamanya.
Kegagalan Konstituante dalam menyusun UUD yang baru terjadi karena sering
terjadi perpecahan pendapat antara anggota Konstituante. Terlebih, konstituante
terpecah ke dalam dua kelompok besar yang saling bertentangan, yaitu kelompok
Islam dan kelompok Nasionalis. Kelompok Islam menghendaki dasar Negara
Islam. Sedangkan kelompok nasionalis menghendaki dasar Negara Pancasila.
Kegagalan konstituante juga terjadi karena pada saat pemungutan suara tidak bisa
memenuhi kuorum seperti yang di amanatkan pada pasal 137 UUDS 1950 bahwa
untuk mengesahkan suatu keputusan harus mendapat persetujuan 2/3 jumlah
anggota.
3. Konsepsi Presiden
Pemilu 1955 ternyata tidak mampu menciptakan stabilitas politik seperti yang
diharapkan. Bahkan muncul perpecahan antara pemerintah pusat dengan beberapa
daerah. Beberapa daerah mengumumkan berdirinya gerakan-gerakan bersifat
kedaerahan seperti berdirinya Dewan Manguni di Sulawesi Utara, Dewan Gajah
di Sumatera Utara, Dewan Benteng di Sumatera Tengah, Dewan Garuda di
Sumatera Selatan, Dewan Lambung Mangkurat di Kalimantan Selatan yang
kemudian menjadi gerakan yang ingin memisahkan diri. Daerah – daerah tersebut
tidak mengakui pemerintah pusat dan bahkan membentuk pemerintahan sendiri
seperti PRRI dan PERMESTA.
Selanjutnya dengan gagalnya konstituante merumuskan UUD yang baru dan juga
tidak berhasil pada saat melakukan pemungutan suara untuk memberlakukan
kembali UUD 1945, dan reses sejak 3 Juni 1959, pemerintah menganggap negara
semakin dalam keadaan berbahaya. Untuk menanggulangi hal – hal yang dapat
membahayakan negara, Letjen AH. Nasution selaku Kepala Staf Angkatan Darat
mengeluarkan larangan bagi semua kegiatan politik dengan
megeluarkan Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf Angkatan Darat
No. Prt/Peperpu/045/1959 tanggal 23 Juli 1959, disementara daerah
No. Prt/Peperpu/040/1959 tanggal 3 Juli 1959. Peraturan ini pada tahun 1960
diperkuat dengan dikeluarkannya Peraturan Penguasa Perang Tertinggi Republik
Indonesia Nomor 60. Isi dari peraturan tersebut pada intinya adalah melarang
semua kegiatan politik yaitu setiap perbuatan yang aktif dalam bentuk nyata
secara lahir yang dilakukan baik didepan umum maupun secara tertutup, baik oleh
perorangan, maupun secara kerja sama dari sejumlah orang yang mempunyai
persamaan faham, azas tujuan politik atau azas tujuan kepentingan golongan yang
langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi haluan negara.
1. Pengertian Dekrit
Dengan melihat berbagai kondisi yang terjadi selama masa demokrasi Liberal,
pemilu yang tidak bisa menciptakan stabilitas politik, gejolak di berbagai daerah,
diperparah dengan kekagagalan Konstituante dalam merumuskan UUD yang baru,
maka presiden menganggap Indonesia dalam keadaan bahaya sehingga pada
tanggal 5 Juli 1959 ia mengeluarkan dekrit sebagai berikut :
Bahwa dengan dukungan bagian terbesar rakyat Indonesia dan didorong oleh
keyakinan kami sendiri, kami terpaksa menempuh satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan Negara Proklamasi;
Ditetapkan di Jakarta
Atas nama Rakyat Indonesia
SOEKARNO
a) Pembentukan MPRS
Presiden Soekarno membentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
(MPRS) melalui Penetapan Presiden No. 2 Tahun 1959. Keanggotaan MPRS
terdiri atas anggota – anggota DPR sebanyak 261 orang, utusan daerah 94 orang,
dan wakil golongan sebanyak 200 orang.
Pada tahun 1960 – 1965 MPRS telah melakukan tiga kali persidangan yang
dilaksanakan di Gedung Merdeka Bandung. Adapun sidang – sidang tersebut
sebagai berikut :
b) Pembentukan DPAS
c) Pembentukan DPR – GR
Melalui Penpres No. 13 Tahun 1959 dibentuk Front Nasional pada tanggal 31
Desember 1959. Lembaga ini merupakan organisasi massa yang berusaha
memperjuangkan cita-cita proklamasi dan cita – cita bangsa yang terkandung
dalam UUD 1945.
3. Demokrasi Terpimpin
Kebijakan – kebijakan politik luar negeri Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin
selain bertentangan dengan politik bebas aktif, juga dianggap menguntungkan
PKI. Kebijakan yang dianggap menyimpang dari politik bebas aktif antara lain adanya
pandangan tentang kekuatan yang saling berlawanan yaitu Oldefo dan Nefo, yang dalam
hal ini memposisikan Indonesia masuk kedalam kelompok Nefo. Selain itu Indonesia juga
menggunakan politik mercusuar dan membentuk poros Jakarta – Peking