Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI

Nama : Rahmaniar Jasan

NIM : 01.2016.019

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KURNIA JAYA PERSADA

PALOPO

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayahnyalah sehingga ASUHAN KEPERAWATAN dapat

diselesaikan dengan tepat waktu. Tak lupa pula selawat serta salam selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Penulisan Asuhan keperawatan ini tentang ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA DENGAN ANAK DEWASA yang meliputi tentang tinjauan teori

keluarga dewasa dan hipertensi

Semoga ASUHAN KEPERAWATAN ini dapat berguna baik untuk kami

maupun untuk pembacanya. Amin

Penulis , maret 2020

Rahmaniar jasan

2
DAFTAR ISI

Halaman sampul................................................................................................i

Kata pengantar..................................................................................................ii

Daftar isi..........................................................................................................iii

BAB I

PENDAHULUAN............................................................................................1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................15

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS..................................................................................17

BAB V

PENUTUP..........................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................36

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia
termasuk Indonesia. Hal ini karena secara statistik jumlah penderita yang
terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai faktor yang berperan
dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan
makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok,
minum kopi serta gaya hidup sedetarian adalah beberapa hal yang
disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi ini. Penyakit
ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai
penyebab berbagai penyakit non infeksi. Hal ini berarti juga menjadi
indikator bergesernya dari penyakit infeksi menuju penyakit non infeksi,
yang terlihat dari urutan penyebab kematian di Indoensia. Untuk lebih
mengenal serta mengetahui penyakit ini, maka kami akan membahas
tentang hipertensi. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan darah
sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan
tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg.
            Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa
melihat usia atau jenis kelamin, semua orang bisa terkena hipertensi dan
biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya. Hipertensi juga dapat
mengakibatkan kerusakan berbagai organ target seperti otak,
jantung,ginjal,aorta,pembulu darah perifer dan retina.
Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di
segala bidang perlu memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat
untuk mencegah timbulnya penyakit seperti hipertensi, kardiovaskuler,

4
penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat lebih
dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke
atas memerlukan tindakan atau program pencegahan yang terarah.
Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah
secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu check-up kesehatan atau
saat periksa ke dokter.

B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan keluarga ?
2. Apakah yang dimaksud hipertensi
3. Bagaimanakah asuhan keperawatan keluarga tentang hipertensi ?

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori keluarga


1. Defenisi Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga
2. Struktur keluarga
a. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun
melalui jalur ayah.
b. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu.
d. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau
istri.
3. Ciri – ciri struktur keluarga

6
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan
antara anggota keluarga.
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam mejalankan
fungsi dan tugasnya masing-masing
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
4. Macam-Macam Struktur / Tipe / Bentuk Keluarga
a. The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah
c. Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri
d. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan
karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
e. The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah seperti nuclear family disertai : paman,
tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll)
f. The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu)
dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses
perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan)
g. Commuter family

7
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang
bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga
pada saat akhir pekan (week-end)
h. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah
i. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang
dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi,
televisi, telpon, dll)
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult living alone / single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti :
perceraian atau ditinggal mati
l. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah
m. The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri
n. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu
rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang
sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok /
membesarkan anak bersama
o. The nonmarital heterosexual cohabiting family

8
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan
p. Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
q. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu
r. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu
dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan
membesarkan anaknya
s. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-
barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung
jawab membesarkan anaknya
t. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya
u. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental
v. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang

9
mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan
dan kriminal dalam kehidupannya.

5. Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga


a. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-
laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan
yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-
masing :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman,
kelompok sosial
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak
4) Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari
kehamilan samapi kelahiran anak pertama dan berlanjut
damapi anak pertama berusia 30 bulan :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran,
interaksi, hubungan sexual dan kegiatan keluarga
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan
c. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi

10
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam
maupun di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan
sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
(tahap yang paling repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang
anak

d. Keluarga dengan anak sekolah


Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia
enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya
keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal,
sehingga keluarga sangat sibuk :
1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan
lingkungan
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang
semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk
meningkatkan kesehatan anggota keluarga

e. Keluarga dengan anak remaja


Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat
anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini
adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab
serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri
menjadi lebih dewasa :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung
jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan
meningkat otonominya

11
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan
orangtua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga
f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan
rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan
rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam
keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap
tinggal bersama orang tua :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu
pasangan meninggal :
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
teman sebaya dan anak-anak
3) Meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada
saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu
pasangan meninggal damapi keduanya meninggal :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

12
2) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling
merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial
masyarakat
5) Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

B. Tinjauan teori hipertensi


1. Defenisi
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis
(dalam waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit
diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui
hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di
mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka
waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga
bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat
diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.        
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka
yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik),
angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi
(diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan
sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi
kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi
pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua
lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya.

13
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
lain. Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita
hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh hipertensi
sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan
pasti penyebabnya, data-data 12 penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
2. Etiologi
a. Gaya hidup modern
Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya hidup
masa kini menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi ini memicu
berbagai penyakit seperti sakit kepala, sulit tidur, gastritis, jantung
dan hipertensi. Gaya hidup modern cenderung membuat
berkurangnya aktivitas fisik (olah raga). Konsumsi alkohol tinggi,
minum kopi, merokok. Semua perilaku tersebut merupakan
memicu naiknya tekanan darah.
b. Pola makan tidak sehat
Tubuh membutuhkan natrium untuk menjaga keseimbangan
cairan dan mengatur tekanan darah. Tetapi bila asupannya
berlebihan, tekanan darah akan meningkat akibat adanya retensi
cairan dan bertambahnya volume darah. Kelebihan natrium
diakibatkan dari kebiasaan menyantap makanan instan yang telah
menggantikan bahan makanan yang segar. Gaya hidup serba cepat
menuntut segala sesuatunya serba instan, termasuk konsumsi
makanan. Padahal makanan instan cenderung menggunakan zat
pengawet seperti natrium berzoate dan penyedap rasa seperti
monosodium glutamate (MSG). Jenis makanan yang mengandung
zat tersebut apabila dikonsumsi secara terus menerus akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah karena adanya natrium
yang berlebihan di dalam tubuh.
c. Obesitas

14
Saat asupan natrium berlebih, tubuh sebenarnya dapat
membuangnya melalui air seni. Tetapi proses ini bisa terhambat,
karena kurang minum air putih, berat badan berlebihan, kurang
gerak atau ada keturunan hipertensi maupun diabetes mellitus.
Berat badan yang berlebih akan membuat aktifitas fisik menjadi
berkurang. Akibatnya jantung bekerja lebih keras untuk memompa
darah. Obesitas dapat ditentukan dari hasil indeks massa tubuh
(IMT).
d. Ras
Suku yang berkulit hitam lebih cenderung terkena hipertensi
e. Genetik
Hipertensi merupakan penyakit keturunan, apabila salah satu
orang tuanya hipertensi maka keturunannya memiliki resiko 25%
terkena hipertesi, tetapi bila kedua orang tuanya menderita
hipertensi maka 60 % keturunannya menderita hipertensi.
f. Usia
Hipertensi bisa terjadi pada semua usia, tetapi semakin
bertambah usia seseorang maka resiko terkena hipertensi semakin
meningkat. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan – perubahan pada , elastisitas dinding
aorta menurun, katub jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya,
kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
g. Jenis kelamin
Laki-laki cenderung lebih sering terkena penyakit hipertensi.
h. Ginjal (Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut,
Tumor)

15
i. Vaskular (Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma,
Emboli kolestrol ,Vaskulitis)
j. Kelainan endokrin (Diabetik Melitus, Hipertiroidisme,
Hipotiroidisme)
k. Saraf (Stroke, Ensepalitis,SGB)
l. Obat – obatan (Kontrasepsi oral, Kortikosteroid)
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf
pascaganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norpinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norpinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Korteks
adrenal mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya yang dapat
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dapat
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukkan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

16
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal sehingga menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Perubahaan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer bertanggung jawab pada perubahaan tekanan darah yang terjadi
pada lanjut usia. Perubahaan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah yang menyebabkan penurunan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Akibat hal tersebut, aorta dan arteri besar
mengalami penurunan kemampuan dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) sehingga
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
perifer
4. Manifestasi klinis
a. Pusing
b. muka merah
c. sakit kepala
d. keluar darah dari hidung secara tiba-tiba
e. tengkuk terasa pegal
f. kerusakan ginjal
g. pendarahan pada selaput bening (retina mata)
h. pecahnya pembuluh darah di otak
i. kelumpuhan.
5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis :
1) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan
BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan
penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron
dalam plasma

17
2) Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan
kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis :
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau
minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulakn intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi
ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
(meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat
meningkatkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiofaskuler)

18
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan
vasikonstriksi dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme
primer (penyebab).
i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan atau adanya diabetes.
j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat
mengindikasikan adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24
jam dapat digunakan untuk pengkajian feokromositoma bila
hipertensi hilang timbul.
k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor
resiko terjadinya hipertensi.
l. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar
renin dapat juga meningkat.
m.IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;
deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
p. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

7. Komplikasi
a. Stroke Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global
akut, lebih dari 24 jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak
dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah. Stroke
dengan defisit neurologik yang terjadi tiba-tiba dapat disebabkan
oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh

19
oklusi fokal pembuluh darah yang menyebabkan turunnya suplai
oksigen dan glukosa ke bagian otak yang mengalami oklusi Stroke
dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya anurisma
b. Infark miokardium Infark miokard dapat terjadi apabila arteri
koroner yang arterosklerotik tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menyumbat aliran
darah melalui pembuluh tersebut. Akibat hipertensi kronik dan
hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin
tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang
menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi dapat menimbulkan
perubahaan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung dan peningkatan risiko
pembentukan bekuan
c. Gagal ginjal Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan
ginjal yang progresif dan irreversible dari berbagai penyebab, salah
satunya pada bagian 25 yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme
terjadinya hipertensi pada gagal ginjal kronik oleh karena
penimbunan garam dan air atau sistem renin angiotensin aldosteron
(RAA). hipertensi berisiko 4 kali lebih besar terhadap kejadian gagal
ginjal bila dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami
hipertensi
d. Ensefalopati (kerusakan otak) Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat
terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat
cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong ke dalam ruang

20
intersitium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron
disekitarnya kolaps yang dapat menyebabkan ketulian, kebutaan dan
tak jarang juga koma serta kematian mendadak. Keterikatan antara
kerusakan otak dengan hipertensi, bahwa hipertensi berisiko 4 kali
terhadap kerusakan otak dibandingkan dengan orang yang tidak
menderita hipertensi

21
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Umum klien yaitu meliputi nama kepala keluarga, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, usia, pekerjaan, alamat,dan komposisi keluarga
2. Genogram yaitu menggambarkan silsila keluarga nya sebanyak 3 turuan
3. Tipe keluarga yaitu menjelaskan tentang tipe keluarga yang dikaji
4. Suku bangsa yaitu mengkaji suku bangsa keluarga
5. Agama yaitu mengkaji agama yang dianut keluarga
6. Status sosial ekonomi kelurga yaitu mengkaji bagaimana sosial
ekonomi seperti penghasilan dalam keluarga
7. Aktivitas rekreasi keluarga yaitu mengkaji aktivitas rekreasi keluarga
baik dalam rumah maupun di luar rumah
8. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga meliputi tahap
perkembanga keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga yang
belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, dan riwayat keluarga
sebelumnya
9. Mengkaji Lingkungan yang meliputi karakteristik Rumah, karekteristik
tetangga, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga, interaksi
dengan masyarakat dan sistem pendukung keluarga
10. Mengkaji Struktur keluarga meliputi pola komunikasi keluarga, struktur
kekuatan keluarga, struktur peran, nilai dan norma keluarga
11. Mengkaji Fungsi keluarga yang meliputi fungsi afektif, fungsi sosial,
fungsi perawatan kesehatan, fungsi reproduksi dan fungsi ekonomi
12. Mengkaji Stress dan Koping Keluarga meliputi stressor jangka pendek,
stressor jangka panjang, kemampuan keluarga berespon terhadap
masalah, strategi koping yang digunakan, dan strategi adaptasi
disfungsional
13. Mengkaji tentang Harapan Keluarga

22
14. Mengkaji hasil Pemeriksaan fisik dari masing masing anggota keluarga

B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah masalah penyakit
hipertensi berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gejala hipertensi
2. Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan dalam
melaksanakan tindakan yang tepat untuk segera berobat kesarana
kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan dengan kurang
pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat berobat kesarana kesehatan
3. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan keluarga berhubungan kesehatan keluarga
berhubungan dengan tidak dapat melihat keuntungan dan manfaat
pemeliharaan lingkungan serta ketidaktahuan tentang usaha pencegahan
penyakit hipertensi
4. Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada dimasyarakat guna
memelihara kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
klien dan keluarga tersedianya fasilitas kesehatan seperti JPS, dana
sehat dan tidak memahami manfaatnya
5. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagian salah satu
penyebab terjadinya hipertensi adalah berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan cara pengaturan diet yang benar
6. Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi
penderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah yang benar
7. Ketidakmampuan meyediakan makanan rendah garam bagi penderita
hipertensi berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan
sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang bnayak mengandung
garam

23
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

            Ny.H (41th) mempunyai dua orang anak An.R (21th)  seorang


perempuan, mahasiswa di salah satu perguruan tinggi, An.Y(17 th) perempuan,
bersekolah di SMA kelas 3, dan An. S(11 thn) duduk di bangku kelas 5 SD. yaitu
Ny.H menderita penyakit Hipertensi, klien selalu termenung sendiri dan mengeluh
selalu pusing, 2 tahun yang lalu pasien pernah MRS karena pingsan dan di
diagnosa penyakit yang sama dan dulu ibu Ny.H juga memiliki riwayat penyakit
yang sama dan bahkan mengalami stroke hingga meninggal dunia. Untuk
mengatasi masalah tersebut, keluarga ny. H selalu memeriksakan keadaanya ke
fasilitas kesehatan, meskipun setelah mengontrol tekanan darahnya ny. H selalu
merasa cemas dengan penyakitnya. Setelah dilakukan pemeriksaan di dapatkan
hasil TD :160/90 mmHg, N : 100x/menit, R : 20x/menit, S : 37,0°C

Pengkajian

1. Data Umum :
a. Nama Kepala Keluarga             : ny. H
b. Alamat dan Telepon : Murante kec. Suli / 082296823838
c. Pekerjaan Kepala Keluarga       : IRT
d. Pendidikan Kepala Keluarga     : SMA
e. Komposisi Keluarga     :ibu, dan 3 orang anak

No Nama (inisial) Jenis kelamin Hubungan Umur pendidikan


dengan
KK
1. Ny. H P Istri 41 tahun SMA
2. An. R P Anak 21 tahun Kuliah
3. An. Y P Anak 17 tahum 3 SMA

24
4. An. S P Anak 11 tahun 5 SD

f. Genogram

Ny.H(41)

An.R (21 thn) An.Y(17 thn) An.S(11thn)

keterangan :
= perempuan = meninggal

= laki laki = meninggal

= klien

= tinggal dalam serumah


g. Tipe Keluarga : Keluarga inti terdiri dari  Ny.H dan ketiga anak
kandung.
h. Suku bangsa : Bugis – Indonesia. 
i. Agama :
Semua isi keluarga menganut agama Islam. Tidak ada
keyakinan yang berdampak buruk  pada status
kesehatan keluarga Ny.H

25
j. Status Sosial Ekonomi Keluarga.
Keluarga ny. H tidak memiliki peghasilan sendiri hanya di
biayai oleh kedua adik ny.H
1. Aktifitas Rekreasi Keluarga.
Anak- anak mereka biasanya menghabiskan waktu liburannya
dengan bermain dengan teman sebayanya dan menonton TV
dirumah.
2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga
dengan anak dewasa
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Tidak ditemukannya tahap perkembangan keluarga yang
belum terpenuhi.anak pertama berusia 21 th, yang kedua berusia 17
th dan yang terakhir berusia 11 th.  masih bersekolah masing-
masing perguruan tinggi, SMA dan SD.  Ny. H mengatakan
komunikasi dengan anak pertamanya bersifat tertutup dan anak
kedua anak lainnya bersifat terbuka.
3. Riwayat keluarga inti :
Ny.H mengatakan mempunyai riwayat penyakit keturunan yaitu
darah tinggi karena ibu ny. H   juga mengalami tekanan darah tinggi
dan terkena stroke yang telah meninggal 4 tahun yang lalu. Ny.H  juga
pernah MRS karena tekanan darah yang tinggi sekitar 2 th yang lalu,
sedangkan. Sedangkan ketiga anaknya tidak pernah mengalami
penyakit yang parah. (sembuh dengan obat yang dibeli di toko).
Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga :

No Nama Umur Bb Keadaan Imunisasi Masalah Tindaka


(K Kesehata ((BCG/Pol kesehata n yang
g) n io/ n dilakuk

26
DPT/HB/ an
Campak)
2. Ny. H 41 75 sakit Lengkap Nyeri Minum
tahun kepala obat
berat warung
dan
ketika
sudah
parah
baru ke
RS

3. An. R 20 70 baik Lengkap - -


tahun
4. An. Y 17 55 baik Lengkap - -
tahun
5. An. S 10 30 baik lengkap - -
tahun

4. Riwayat keluarga sebelumnya


Ny.H adalah anak Pertama dari tiga  bersaudara,
saudara Ny.H masih hidup dan dalam keadaan sehat.
5. Lingkungan
a. Karakteristik rumah :
Luas rumah 64 m2 dengan panjang 8 m dan lebar 8 m
terdiri dari dua kamar tidur, satu ruang tamu, satu ruang
keluaga, satu kamar mandi, dan satu dapur rumah permanent
dan milik sendiri. Setiap ruangan memiliki jendela kecuali
kamar mandi sehingga sirkulasi udaranya cukup baik. lantai
rumah terbuat dari semen, sumber air adalah air tanah atau
sumur. Sedangkan untuk pembuangan saluran air dibuatkan

27
pipa menuju belakang rumah yang berdekatan dengan
septitank kira-kira 10 m dari jarak belakang rumah.      

Kamar mandi Dapur

Kamar keluarga
Kamar tidur

Ruang tamu
Kamar tidur

Teras

28
   

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW :


Keluarga Ny.H bertetangga dengan beberapa keluarga
petani,satu pegawai negeri sipil, dan penjual kue khas daerah
luwu.
Semua tetangga Ny.H beragama islam dan besuku bugis
meskipun berasal dari berbagai daerah kebetulan tempat
tinggal mereka dekat dengan masjid sehingga mereka
biasanya sholat bersama ke masjid sehingga tampak ramai dan
komunikasi mereka cukup baik.
c. Mobilitas geografis keluarga :
Semenjak tn.j meninggal ny. H dan anak anaknya pindah
kerumah peninggalan orang tua ny.H
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Keluarga ny. H  tergolong anggota masyarakat yang aktif
dalam mengikuti musyawarah dan kerja bakti yang diadakan di
masyarakat, Serta dapat berinteraksi dengan baik. Keluarga ny.
H merupakan Keluarga  aktif dengan kegiatan keagamaan di
lingkungan rumahnya. Ny.H aktif dengan Pengajian rutin yang
dilaksanakan di masjid.
e. Sistem pendukung keluarga :
Selama Ny.H sakit, anak-anaknya yang merawat, meskipun
kadang - kadang anaknya  harus alpa kesekolah karena tidak
ada yang menemani ny.H.
6. Struktur keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga :
Keluaga Ny.H  melakukan komunikasi secara tertutup,
sehingga ank-anaknya juga jarang berkomunikasi, anak anak
Ny.H adalah ibu yang gampang stres dan panik, sehingga
terkadang Ny.H merasa depresi.

29
b. Struktur Peran Keluarga :
Ny. H adalah ibu rumah tangga seutuhnya
c. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga) :
1) Ny. H sebagai kepala rumah tangga sekaligus ibu rumah
tangga
2) An. R sebagai anak pertama merupakan mahasiswa
disalah satu perguruan tinggi
3) An. Y sebagai anak kedua sekolah di SMA kelas 3.
4) An. S sebagai anak ketiga sekolah di SD kelas 5.
d. Nilai dan Norma Keluarga :
Tidak ada nilai dan norma dalam keluarga yang dapat
mempengaruhi penyakit menurut mereka. Ny.H sakit memang
karena disebabkan oleh suatu penyakit bukan karena hal-hal
tertentu.sehingga mereka lebih memilih untuk memeriksakan
kesehatannya ke dokter atau dengan obat-obat tradisional.
7. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif :
Ny.H  menganggap anaknya sudah tumbuh menjadi anak-
anak yang baik dan saling menghormati dalam
keluarga,meskipun kadang-kadang ada pertengkaran kecil
antara anak-anak mereka dikarenakan hal yang sepele tapi
dengan cepat mereka juga berbaikan lagi.
b. Fungsi Sosial :
Keluarga ny. H semua muslim sehingga mereka
aktif dengan kegiatan keagamaan meskipun tidak mengikuti
organisasi.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan :
keluarga dapat mengidentifikasi penyakit Ny.H,
,saat Ny.H kelelahan atau sedang memikirkan sesuatu
tentang anaknya.tetapi keluarga sulit mengambil keputusan
dengan cepat ketika Ny.H sakit karena keadaan ekonomi

30
keluarga yang hanya bergantung ke saudara ny. H ,
sehingga keluarga masih belum mampu meningkatkan
status kesehatan keluarga.
d. Fungsi Reproduksi :
Ny. H berstatus seorang janda dan tidak ingin menikah lagi
e. Fungsi Ekonomi :
Keluarga mengatakan kondisi keuangan keluarga mereka
kurang stabil sedangkan  Ny.H  sakit dan anak-anaknya belum
ada yang bekerja
8. Stres dan Koping Keluarga
a. Stresor Jangka Pendek dan panjang :
Sejak 2 minggu yang lalu Ny.H sakit dia semakin cemas
karena memikirkan keadaanya dan ank-anaknya yang masih
membutuhkan biaya untuk masa depan
b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stresor :
Keluarga berharap anak-anaknya dapat menjalani
sekolahnya dengan baik dan kelak menjadi anak yang berguna.
c. Strategi Koping Yang Digunakan :
Keluarga Ny.H dan anak-anaknya membicarakan tentang
harapan-harapan mereka ke depannya
9. Strategi Adaptasi Disfungsional :
Tidak pernah terdapat perselisihan antar anggota keluarga dalam
mengambil suatu keputusan.

10. Pemeriksaan fisik

No Pemeriks Ny.H An. R An. Y An. S


aan

Fisik
1 Kepala Simetris,tidak Simetris, Simetris, Simetris, rambut

31
ada rambut rambut berwarna hitam,
ketombe,Ram berwarna berwarna tidak ada
but sedikit hitam, tidak hitam, tidak ketombe.
kusut ada ketombe. ada ketombe.
2. Leher leher tidak leher tidak leher tidak leher tidak
nampak nampak nampak nampak adanya
adanya adanya adanya peningkatan
peningkatan peningkatan peningkatan tekanan vena
tekanan vena tekanan vena tekanan vena jugularis dan
jugularis dan jugularis dan jugularis dan arteri carotis,
arteri carotis, arteri carotis, arteri carotis, tidak teraba
tidak teraba tidak teraba tidak teraba adanya
adanya adanya adanya pembesaran
pembesaran pembesaran pembesaran kelenjar tiroid
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid (struma).
(struma). (struma). (struma).
3. Mata Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva
tidak terlihat tidak terlihat tidak terlihat tidak terlihat
anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak ada
ada katarak, ada katarak, ada katarak, katarak,
penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan jelas
jelas jelas jelas
4. Telinga Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
keadaan keadaan keadaan keadaan
bersih,Fungsi bersih,Fungsi bersih,Fungsi bersih,Fungsi
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
baik baik baik baik
5. Hidung Simetris,kead Simetris,keada Simetris,keada Simetris,keadaan
aan an an bersih,Tidak ada
bersih,Tidak bersih,Tidak bersih,Tidak kelainan yang
ada kelainan ada kelainan ada kelainan ditemukan
yang yang yang

32
ditemukan ditemukan ditemukan
6. Mulut Mukosa mulut Mukosa mulut Mukosa mulut Mukosa mulut
agak sedikit lembab,keadaa lemb,keadaan lemb,keadaan
kering,Mulut n bersih,Tidak bersih,Tidak bersih,Tidak ada
sedikit kotor, ada kelainan ada kelainan kelainan
makan 1x/hari
porsi habis ½.
7. Dada Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan dada
dada terlihat dada terlihat dada terlihat terlihat simetris,
simetris, suara simetris, suara simetris, suara suara jantung S1
jantung S1 jantung S1 dan jantung S1 dan dan S2
dan S2 S2 S2 tunggal,tidak
tunggal,tidak tunggal,tidak tunggal,tidak terdapat
terdapat terdapat terdapat palpitasi, suara
palpitasi, palpitasi, suara palpitasi, suara mur-mur (-),
suara mur- mur-mur (-), mur-mur (-), ronchi (-),
mur (-), ronchi (-), ronchi (-), wheezing (-)
ronchi (-), wheezing (-) wheezing (-)
wheezing (-)
8. Abdomen Pada Pada Pada Pada
pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan
abdomen abdomen tidak abdomen tidak abdomen tidak
tidak didapatkan didapatkan didapatkan
didapatkan adanya adanya adanya
adanya pembesaran pembesaran pembesaran
pembesaran hepar, tidak hepar, tidak hepar, tidak
hepar, tidak kembung, kembung, kembung,
kembung, pergerakan pergerakan pergerakan
pergerakan peristaltik usus peristaltik usus peristaltik usus
peristaltik 30x/mnt, tidak 30x/mnt, tidak 30x/mnt, tidak
usus 30x/mnt, ada bekas luka ada bekas luka ada bekas luka

33
tidak ada operasi operasi operasi
bekas luka
operasi
9. TTV TD : 160/90 TD : 110/80 TD: 90/80 TD: -
mmhg mmhg mmHg
R: 18 x/mnt
N : 100x/mnt N : 82x/mnt R: 20 x/mnt
N: 74 x/mnt
R : 20x/mnt R : 20x/mnt N: 80 x/mnt
S : 37°C
S : 37°C S : 36,2°C S: 37°C

34
11. Keluhan utama Ny.H : mengeluh sering pusing, dan sering
termenung sendiri
12. Harapan keluarga
Keluarga berharap Ny.H dapat sembuh dan petugas kesehatan
dapat memberi pelayanan kesehatan dengan baik.
13. Analisa data, Perumusan masalah dan Diagnosa Keperawatan

Data Etiologi Masalah


Ds : Kurang Ketidakmampuan
pengetahuatn keluarga mengambil
Ny. H mengatakan kurang mampu
keluarga keputusan berhubungan
mengambil keputusan yang tepat
tentangkeputusan dengan kurang
yang tepat pengetahuan tentang
Ny. H mengatakan kekurangan dana
pengambilan keputusan
untuk ke RS karena dia lebih memilih
yang tepat
untuk uang sekolah anak-anaknya

Ny. H jarang mengontrol tekanan


darahnya karena dia mudah panik

Do :

Ny. H termasuk keluarga yang hanya ke


RS jika dalam keadaan yang sangat
parah

Ny.H mengatakan jarang berkomunikasi


untuk mengambil keputusan
DS: Kurang mampu Ketidakmampuan
memodifikasi keluarga memodifikasi
Ny.H mengatakan kalau harus berhati
lingkungan yang lingkungan yang tepat
hati jika masuk kamar mandi karena
tepat untuk ny.H yang sedang

35
sakit hipertensi
alas rumah masih terbuat dari semen

Ny.H mengatakan di dalam keluarganya


tidak ada yang mampu memodifikasi
lingkungan yang tepat

Do :

Rumah keluarga ny. H masih beralas


semen

Kamar mandi rumah ny. H masih


beralas semen

DS : Ketidakmampuan Ketidak mampuan


keluarga dalam keluarga mengenal
Ny. H mengatakan selalu merasa pusing
mengenali masalah masalah berhubungan
yang terjadi pada dengan kurang
Ny. H mengatakan jika nyeri kepala
anggota keluarga pengetahuan tentang
yang dirasakan kadang kadang
penyakit hipertensi
membuat dia merasa mual

Do :

Klien nampak gelisah

Klien terus menanyakan tentang


hipertensi

A. Diagnosa keperawatan.

36
1. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang pengambilan keputusan yang
tepat
2. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang tepat
untuk ny.H yang sedang sakit hipertensi
3. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang penyakit hipertensi

B. Skala Prioritas Pemecahan Masalah Dalam Rencana Perawatan Keluarga


ny. H Terlebih Dahulu Dibuat Sistem Skoring Masalah Kesehatan Sebagai
Berikut :
1. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang pengambilan keputusan yang
tepat

No Kriteria Perhitunga bobot Pembenaran


n
1. Sifat masalah : 1/3 x 1 = 1 Keluarga ny. H jarang
1/3 melakukan diskusi untuk
 aktual (3) mengambil keputusan
 resiko tinggi (2)
 potensial (1)

2. Kemungkinan masalah dapat 2/2x 2 = 2 2 Keluarga ny. H masih


diubah : melakukan diskusi walaupun
hanya sesekali
 tinggi (2)
 sedang (1)
 rendah (0)

3. Potensi untuk mence-gah 2/3 x 1 1 Ny.H mengatakan pernah ke


masalah : =2/3 dokter jika ada keadaan yang
dianggap berbahaya

37
 Mudah (3)
 Cukup (2)
 Tidak dapat (1)

4. Menonjolnya masalah : 1/2 x 1 1 Keluarga ny. H merasa sulit


=1/2 dalam mengambil keputusan
 Masalah dirasakan dan yang tepat
perlu penanganan segera.
(2)
 Masalah di rasakan, tidak
perlu di tangani segera (1)
 Masalah tidak dirasakan
(0)

Total Skor 2 2/3

2. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang tepat


untuk ny.H yang sedang sakit hipertensi

No Kriteria Perhitungan bobot Pembenaran


1. Sifat masalah 2/3 x 1 = 2/3 1 Lantai rumah ny. H masih
dari semen.
 Aktual (3)
 Resiko tinggi (2)
 Potensial (1)

2. Kemungkinan masalah dapat 2/2 x 2 = 2 2 Ny.H selalu berhati hati jika


diubah berjalan dalam rumah

 Tinggi (2)
 Sedang (1)
 Rendah (0)

38
3. Potensi untuk mence-gah masalah 2/3 x 1 = 2/3 1 Ny. H mengatakan selalu
berhati hati dalam rumah.
 Mudah (3)
 Cukup (2)
 Tidak dapat (1)

4. Menonjolnya masalah 1/2 x 1 = 1/2 1 Kemampuan keluarga untuk


memodifikasi lingkungan
 Masalah dirasakan dan masih kurang
perlu penanganan segera
(2)
 Masalah dirasakan, tidak
perlu di tangani segera (1)
 Masalah tidak di rasakan
(0)

Total Skor 2 5/6

3. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah berhubungan dengan


kurang pengetahuan tentang penyakit hipertensi

No Kriteria Perhitungan bobot Pembenaran


1. Sifat masalah 3/3x1 =1 1 Ny.H mengeluh selalu
merasa pusing dan selalu
 Aktual (3) termenung sendiri
 Resiko tinggi (2)
 Potensial (1)

2. Kemungkinan masalah dapat 2/2x2= 2 2 Jika pasien merasa nyeri


diubah kepala hebat klien minum
obat warung  
 Tinggi (2)
 Sedang (1)

39
 Rendah (0)

3. Potensi untuk mence-gah masalah 2/3x1 = 2/3 1 Klien selalu menyiapkan


obat dalam kotak obat
 Mudah (3) dirumah.
 Cukup (2)
 Tidak dapat (1)

4. Menonjolnya masalah 2/2 x 1= 1 1 Klien sangat membutuhkan


pengetahuan tentang
 Masalah dirasakan dan hipertensi
perlu penanganan segera
(2)
 Masalah dirasakan, tidak
perlu di tangani segera (2)
 Masalah tidak di rasakan
(0)

Total Skor 4 2/3

C. Prioritas masalah
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang penyakit hipertensi (4 2/3)
2. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang tepat untuk
ny.H yang sedang sakit hipertensi (2 5/6)
3. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang pengambilan keputusan yang tepat (2 2/3)

D. Intervensi keperawatan

Diagnosa keperawatan Intervensi


Ketidakmampuan keluarga 1. kontrol tekanan darah klien secara

40
mengenal masalah teratur
berhubungan dengan kurang 2. Kaji pengetahuan klien tentang
pengetahuan tentang hipertensi
penyakit hipertensi 3. Berikan penyuluhan tentang
pengetahuan hipertensi yang belum
diketahui
4. Berikan penkes tentang
pencegahan corona
5. Ajarkan cuci tangan yang benar
dan batuk efektif
6. Himbau keluarga berjemur di
bawah matahari

Ketidakmampuan keluarga 1. Kaji lingkungan klien


memodifikasi lingkungan 2. Berikan saran kepada keluarga
yang tepat untuk ny.H yang tentang lingkungan yang tepat
sedang sakit hipertensi untuk penderita hipertensi
3. Ajarkan cara memodifikasi
lingkungan yang tepat untuk
penyakit hipertensi
4. Lakukan semprot desinfektan di
rumah
5. Himbau keluarga untuk tetap
dirumah

Ketidakmampuan keluarga 1. Kaji masalah yang dihadapi


mengambil keputusan keluarga dalam pengambilan
berhubungan dengan kurang keputusan
pengetahuan tentang 2. Berikan saran yang tepat kepada
pengambilan keputusan yang keluarga untuk memecahkan
tepat masalah yang dihadapi dalam
pengambilan keputusan

41
3. Anjurkan keluarga untuk
melakukan diskusi kecil untuk
mengambil keputusan
4. Anjurkan makan sayur dan buah
untuk meningkatkan sistem imun

E. Implementasi keperawatan

42
No Waktu Implementasi
1. 24/03/2020  mengontrol tekanan darah klien secara
teratur
 mengKaji pengetahuan klien tentang
hipertensi
 memberikan penyuluhan tentang
pengetahuan hipertensi yang belum
diketahui
 memberikan penkes tentang pencegahan
corona
 mengajarkan cuci tangan yang benar dan
batuk efektif
 menghiimbau keluarga berjemur di bawah
matahari
2. 25/03/2020  Mengkaji lingkungan klien
 Memberikan saran kepada keluarga
tentang lingkungan yang tepat untuk
penderita hipertensi
 Mengajarkan cara memodifikasi
lingkungan yang tepat untuk penyakit
hipertensi
 melakukan semprot desinfektan di rumah
 menghimbau keluarga untuk tetap dirumah

3. 26/03/2020  MengKaji masalah yang dihadapi


keluarga dalam pengambilan keputusan
 Memberikan saran yang tepat kepada
keluarga untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dalam pengambilan
keputusan
 menganjurkan keluarga untuk melakukan
diskusi kecil43
untuk mengambil keputusan
 Menganjurkan makan sayur dan buah
untuk meningkatkan sistem imun
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah yang abnormal dengan diastol > 90 mmHg dan sistol > 140
mmHg yang dipengaruhi oleh banyak faktor risiko. Hipertensi dibagi
menjadi dua golongan besar, yaitu hipertensi primer (essensial) dan
hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar dengan
presentase 90% dibandingkan dengan hipertensi sekunder dengan
presentase 10% karena penyebab dari langsung (etiologi) dari hipertensi
primer tidak diketahui dan penderita yang mengalami hipertensi primer
tidak mengalami gejala (asimtomatik). Terapi hipertensi dibagi menjadi
dua kelompok besar, yaitu terapi medis dan non-medis. Kontrol pada
penderita hipertensi sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih
lanjut.

B. Saran
Untuk menurunkan resiko hipertensi, pasien yang menderita
hipertensi hendaknya melakukan terapi medis maupun non-medis secara
kontinyu, melakukan pola gaya hidup sehat seperti olahraga teratur, diet
teratur sesuai dengan kebutuhan dan lain-lain.

44
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. (2012) Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: DIVA


Press.

Friedman, M.M, V, Jones Elaine G. (2010) Buku Ajar Keperawatan Keluarga


Riset Teori dan Praktik. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Kowalak, J, dkk (2011) Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta. EGC.

Muhlisin, A. (2012) Keperawatan Keluarga. Surakarta: Gosyem Publishing.

Padila. (2013) Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Saferi, A &.Mariza, Y. (2013) KMB 2 :Keperawatan Medikal Bedah


(Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep). Yogyakarta : Nuha
Medika.

Muttaqin, A. (2014) Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

45
46
47
48
49

Anda mungkin juga menyukai