Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ivan Delius Harefa

Nim : 175020301111004

Kelas : Audit SP (CA)

1.  Secara Umum, Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh


dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara
pernyataan- pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, s
erta penyampaian hasil-hasilnyakepada pemakai yang berkepentingan.

Audit sektor publik adalah pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan
suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan
keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan
dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.

2. Bukti audit ialah Segala informasi yang mendukung angka – angka atau informasi lain yang
disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk
menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data
akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor. Neraca, (LRA), (LO), (LE),
(LAK), dan (CALK) bukan termasuk sebagai bukti audit melainkan melainkan sebagai informasi
bagi auditor untuk melakukan audit.

3. Perencanaan audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melakukan perencanaan audit awal sampai pada pengembangan rencana audit dan
program audit menyeluruh. Variabel ini diukur dengan menggunakan jam
perencanaan audit. Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan
oleh kualitas perencanaan audit yang dibuat oleh auditor.

Pra Plan (Perencanaan Awal). Beberapa hal penting yang terdapat dalam


perencanaan awal ini adalah menyangkut informasi mengenai alasan klien untuk di
audit,menerima atau menolak klien baru maupun klien lama, mengidentifikasi alasan
klien untuk diaudit, menentukan staf untuk penugasan dan memperoleh surat
penugasan.
Memperoleh informasi mengenai latar belakang klien.  Auditor harus
memiliki tentang ciri-ciri lingkungan kegiatan perusahaan klien yang akan diaudit
yang berguna sebagai acuan dalam menentukan surat penugasan atau perlu
tidaknya prosedur-prosedur audit khusus. Hal-hal yang harus dilakukan untuk
memperoleh informasi sehingga dapat memahami latar belakang klien adalah
dengan cara : meninjau lokasi pabrik dan kantor, menelaah kebijakan-kebijakan
penting perusahaan,mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa serta mengevaluasi kebutuhan akan spesialis dari luar.
Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien. Faktor-faktor
yang menyangkut lingkungan hukum industri klien mempunyai dampak besar
terhadap hasil audit. Pengetahuan auditor untuk menafsirkan fakta yang berkaitan
selama pekerjaan berlangsung akan meyakinkan bahwa pengungkapan yang
semestinya telah dilaksanakan dalam laporan keuangan. Dalam hal ini dokumen-
dokumen hukum yang penting untuk diperiksa oleh auditor adalah Akta Pendirian
Perusahaan,anggaran dasar perusahaan, masalah rapat dewan komisaris,
para pemegang saham, komite audit dan para pejabat eksekutif termasuk
didalamnya adalah ringkasan pokok mengenai keputusan yang dibuat oleh direksi
dan pemegang saham serta dokumen mengenai kontrak penjualan maupun
pembelian.
Melaksanakan prosedur menurut penelitian persiapan. Melakukan
analisis ini sangat penting artinya karena dengan demikian keseluruhan kegiatan
pemeriksaan dapat tergambar didalamnya. Prosedur analitis ini diantaranya :
Memahami bidang usaha klien, penetapan kemampuan satuan usaha untuk menjaga
kelangsungan hidupnya, indikasi adanya kemungkinan kekeliruan dalam laporan
keuangan dan mengurangi pengujian yang terinci.
Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat
diterima. Besarnya salah saji dalam informasi akuntansi dapat membuat
pertimbangan pengambilan keputusan terpengaruh. Tanggung jawab auditor adalah
menetapkan apakah suatu laporan keuangan terdapat salah saji material, apabila
auditor berpendapat adanya salah saji yang material ia harus memberitahukan hal
ini pada klien, sehingga koreksi dapat dilakukan. Jika klien menolak untuk
mengoreksi laporan keuangan tersebut maka auditor dapat memberikan pendapat
dengan pengecualian.
Memahami struktur pengawasan intern dan menilai resiko kendali.
Mengembangkan program audit dan rencana audit. Untuk melaporkan
serta memberikan pendapat yang tepat maka auditor harus melakukan wawancara,
melakukan pemeriksaan dan meneliti keaslian bukti-bukti. Guna mempermudah
pelaksanaan maka auditor harus menyusun program yang direncanakan secara logis
untuk prosedur-prosedur audit bagi setiap pemeriksaan. Program pemeriksaan juga
merupakan suatu alat pengendalian dimana pemeriksa dapat menyesuaikan
pemeriksaannya dengan anggaran dan jadwal yang telah ditetapkan dalam
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam hal ini Ikatan Akuntansi Indonesia
(2001:311.3) menyatakan bahwa: “Dalam perencanaan auditnya, auditor harus
mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan
harus membuat suatu program audit secara tertulis. Program audit membantu
auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai pekerjaan yang harus
dilakukan. Bentuk program audit dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi”.

4. Risiko audit (audit risk) merupakan Risiko kesalahan auditor dalam memberikan
pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan yang salah saji secara
material. 

risiko audit terdiri dari 3 komponen:

- Risiko bawaan (Inherent risk) merupakan kerentanan asersi terhadap salah saji
(misstatement) yang material, dengan mengasumsikan bahwa tidak ada
pengendalian yang berhubungan. Risiko salah saji (misstatement) seperti itu
lebih besar dalam beberapa asersi laporan keuangan dan saldo-saldo atau
pengelompokan yang berhubungan daripada yang lainnya. Risiko ini
dipertimbangkan pada tahap perencanaan audit. Sebagai contoh, perhitungan
yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika dibandingkan dengan perhitungan
yang sederhana. Akun yang terdiri dari jumlah yang berasal estimasi akuntansi
cenderung mengandung risiko lebih besar dibandingkan dengan akun yang
sifatnya relatif rutin dan berisi data berupa fakta.
- Risiko Pengendalian (Control Risk) merupakan risiko bahwa suatu salah saji yang
material yang akan terjadi dalam asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara
tepat waktu oleh pengendalian perusahaan. Risiko ini merupakan fungsi
keefektifan perancangan dan operasi pengendalian internal dalam mencapai
tujuan entitas yang relevan untuk menyusun laporan keuangan entitas. Beberapa
risiko pengendalian akan selalu ada karena keterbatasan yang melekat pada
pengendalian internal.
- Risiko Deteksi (Detection Risk) merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat
mendeteksi salah saji yang material dalam suatu perusahaan. Risiko ini
merupakan fungsi keefektifan prosedur audit dan aplikasinya oleh auditor. Hal ini
sebagian muncul dari ketidakpastian yang ada ketika auditor tidak memeriksa
semua saldo akun atau kelompok transaksi untuk mengumpulkan bukti tentang
asersi lainnya.
5. Karena dengan melakukan sempling secara statistik kita dapat meperoleh sampel yang
representatif dan mudah menemukan faktor yang mengandung kesalahan dalam sempling.
6. asersi audit atas laporan keuangan dan asersi audit kinerja
- Asersi Exsistensi / Keterjadian atau Keberadaan
Auditor menguji Keterjadian transaksi-transaksi yang ada dalam akun-akun laporan keuangan
benar-benar terjadi (Bukan fiktif). Dan apakah transaksi yg terjadi telah sesuai tanggal dan
obyektif (metode Accrual basic) telah di cutt of / di tutup per tanggal Neraca. Auditor akan
memrikasa memeriksa semua bukti transaksi berdasarkan sampel yg telah dipilih, seperti:
Kuitansi,
faktur pembelian dan penjualan,
Nota debet,
Nota kredit,
Nota kontan, cek / Giro ;Jika anda lupa materinya,
Silahkan buka : Dasar akuntansi keuangan dan 5 macam laporan keuangan di indonesia
Bukti transaksi yang terkumpul akan ditentukan Auditor untuk diambil sebagai sampel
pemeriksaan agar audit laporan keuangan dapat berjalan dengan efisien dan selesai tepat
waktu.

- Asersi Completnes / Kelengkapan


Auditor menguji bahwa jumlah saldo-saldo yang telah tersaji dalam laporan keuangan dalam
laporan neraca atau laporan laba/rugi sudah kesemuanya (Complete) tercatat sesuai transaksi
yang terjadi dari tanggal 1 januari hingga 31 desember (satu periode). pemeriksaan ini untuk
memastikan tidak ada catatan transaksi yang terlewat atau terselip dalam laporan keuangan
yang kemungkinan belum dicatat oleh pihak manajemen perusahaan.

- Asersi Pembuktian Hak dan Kewajiban


Pemeriksaan ini dilakukan Auditor untuk membuktikan bahwa klien perusahaan mempunyai hak
atas aktiva yang dilaporakan dalam neraca dengan melihat bukti kepemilikan aktiva, seperti:
Kendaraan dengan bukti STNK,
Aset tetap (tanah dan bangunan) dengan bukti kepemilikan surat jual-beli tanah, dan
Sertifikat tanah dengan bukti pembayaran pajak bumi dan bangunan, serta lain sebaginya.
Membuktikan kebenaran akan adanya pasiva/kewajiban-kewajiban berupa utang jangka pendek
dan atau utang jangka panjang benar-benar dimiliki oleh klien perusahaan yang tersaji dalam
laporan neraca perusahaan dengan cara konfirmasi dan memakai Prosedur audit test Hutang.
Jika anda Lupa materinya, silahkan buka: Apa itu Aktiva dan Pasiva pada Posisi Keuangan?
- Asersi Penilaian dan Alokasi
Pemeriksaan yang dilakukan Auditor untuk Penilaian pada rekening neraca dan laba/rugi yang
sudah dicatat oleh manajemen perusahaan apakah sudah dicantumkan atau dicatat pada jumlah
saldo yang sebenarnya, seperti:
Manajemen membuat asersi bahwa aset tetap dicatat berdasarkan harga pemerolehan
dikurangkan dengan penyusutan aset tetap berdasarkan golongan dan prosentase aset tetap.
Pemerolehan aset tetap secara sistematis dialokasikan ke dalam periode-periode akuntansi
selanjutnya dalam laporan neraca perusahaan.
Pemeriksaan auditor selanjutnya mengecek kebenaran alokasi untuk rekeing Laba/rugi disajikan
manajemen perusahaan dengan benar antara pendapatan dan biaya/beban,seperti:
Manajemen membuat asersi bahwa harga perolehan dari Harga pokok produk (HPP) dengan
prosentase 80%. Kami rasa semua pembaca mengerti arti angka 80% tersebut.
- Asersi Penyajian dan Pengungkapan
Dalam hal Penyajian, Auditor harus mengidentifikasi apakah rekening dalam neraca atau laporan
laba/rugi harus jelas identitas dan klasifikasi akunnya (apakah asset atau kewajiban atau
equitas). Dalam hal Pengungkapan auditor harus memastikan bahwa akun-akun dan komponen
dalam laporan keuangan yang diungkapakan manajemen dalam laporan keuangan perusahaan
telah tersaji dengan benar dan semestinya.

Semua pemeriksaan yang telah Auditor lakukan dilapangan dengan semua bukti-bukti yang
terkumpul untuk pemeriksaan audit laporan keuangan harus sesuai dengan Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku di indonesia. Adanya auditor dalam hal laporan keuangan
untuk mencegah pembaca laporan keuangan atau pihak-pihak berkepentingan
(internal/eksternal) tersesat atau disesatkan atau salah mengidentifikasi.

7. Karena kecukupan bukti audit meyakinkan auditor bahwa kualitas bukti tersebut sudah cukup
dan bisa dipercaya oleh auditor dalam menyatakan atau meberikan opini terhadap laporan
keuangan yang diaudit.
8. Hubungan keduanya terumuskan dengan jumlah bukti dan materialitasnya, suatu yang diaudit,
karena sesuatu yg diaudit yang jumlah nya materialitas dapat mencakup hasil dari keseluruhan
yg diaudit, dari hasil tersebut bukti yang kita kumpulkan juga material atau cukup berdasarkan
penilaian auditornya.
9. Kita dapat meperoleh kepasatian resiko pengendalian pada perhitungan

AR = IR X CR X DR

AR = Audit Risk
IR = Inherent Risk
CR = Control Risk
DR = Detection Risk

10. Karena dengan memahami sia dan lapkeu objek audit auditor dapat menilai kinerja
atau hasil dari laporan keuangan yg dihasilkan perusahaan

Anda mungkin juga menyukai