Anda di halaman 1dari 12

Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari Istirahat dan Tidur ?

2. Apakah fungsi dari Istirahat dan Tidur ?

3. Bagaimana tahap-tahap Istirahat dan Tidur?

4. Bagaimana fisiologi tidur ?

5. Bagaimana kebutuhan Istirahat dan Tidur dalam berbagai usia ?

6. Jelaskan factor yang mempengaruhi istirahat dan tidur ?

7. Apa gangguan yang sering kali ditemukan dalam pemenuhan kebutuhan Istirahat dan Tidur ?

8. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien gangguan pemenuhan kebutuhan Istirahat dan Tidur ?

PEMBAHASAN

1. Definisi istirahat dan tidur

Makna istirahat dan kebutuhan tidur bervariasi pada setiap individu. Istirahat bermakna ketenangan,
relaksasi tanpa stres emosional, dan bebas dari ansietas. Istirahat merupakan Keadaan tenang, relaks,
tanpa tekanan emosiaonal dan bebas dari kegelisahan (Wahit & Nurul, 2007). Oleh karena itu, istirahat
tidak selalu bermakna tidak beraktivitas; pada kenyataannya, beberapa orang menemukan ketenangan
dari beberapa aktivitas tertentu seperti berjalan di udara segar. Saat istirahat diprogramkan untuk
seorang klien, perawat dan klien harus sama-sama mengetahui apakah klien tidak boleh beraktivitas dan
apakah inaktivitas tersebut melibatkan seluruh tubuh atau bagian tubuh (misal: sebuah lengan).

Menurut Potter & Pery, (2005) karakteristik istirahat :

1. Merasakan bahwa segala sesuat dapat di atasi

2. Merasa di terima

3. Mengetahui apa yang sedang terjadi

4. Bebas dari ketidaknyamanan

5. Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia, tidur merupakan sebuah proses biologis yang umum
pada semua orang. Ditinjau dari sejarahnya, tidur dianggap sebagai keadaan tidak sadar. Tidur dicirikan
dengan aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran bervariasi, perubahan pada proses fisiologis tubuh, dan
penurunan respons terhadap stimulus eksternal. Beberapa stimulus lingkungan, seperti sebuah alarm
detektor asap, biasanya akan membangunkan orang yang sedang tidur, sementara suara bising lain tidak
akan membangunkannya. Tampaknya bahwa individu berespons terhadap stimulus bermakna saat tidur
dan mengabaikan stimulus yang tidak bermakna secara selektif.

Menurut beberapa ahli berpendapat bahwa tidur merupakan :

1. Keadaan hilangnya kesadaran secara normal & periodik (Lanywati, 2001)

2. Keadaan yg ditandai dg penurunan kesadaran, berkurangnya aktivitas pd otot rangka & penurunan
metabolisme (Harkreader, Hogan & Thobaben, 2007)

3. Kebutuhan dasar manusia yg merupakan proses biologi universal yg biasa terjadi pd tiap org,
dikarakterisikkan dg aktivitas fisik yg minimal, tingkat kesadaran yg bervariasi. Perubahan proses fisiologi
tubuh & penurunan respon thd stimulus eksternal (Kozier, Erb.Berman & Snyder, 2004)

4. Ritme fisiologi yang kompleks & normal, yg melibatkan perubahan keadaan kesadaran dr sseorg
indiv yg dapat di bangunkan oleh stimulus yg tepat (Breger & William, 1992, P.1317)

5. Berasal dr bahasa latin “somnus” yg berarti alami periode pemulihan, keadaan fisiologi dr istirahat
u/ tubuh & pikiran.

6. Suatu keadaan bawah sadar dimana sesorang masih dapat di bangunkan dengan pemberian
rangsangan sensorik/rangsangan lainnya (Gyton & Hall, 1997)

7. Proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaannya
(Potter & Pery,2005)

8. suatu keadaan tidak sadar tetapi dapat di bangukan dengan perangsangan sensori yang sesuai
(Martini,2001)

2. Fungsi Istirahat dan Tidur

Saat ini masih belum di ketahui secara jelas. Namun dari hasil penelitian didapatkan bahwa :

a. Tidur memberi pengaruh fisiologis pada sistem saraf dan struktur tubuh lain.

b. Tidur memulihkan tingkat aktivitas normal dan keseimbangan normal di antara bagian sistem saraf.

c. Tidur juga penting untuk sintesis protein, yang memungkinkan terjadinya proses perbaikan.
d. Peran tidur dalam kesejahteraan psikologis paling terlihat dengan memburuknya fungsi mental
akibat tidak tidur. Individu dengan jumlah tidur yang tidak cukup cenderung menjadi mudah marah
secara emosional, memiliki konsentrasi yang buruk, dan mengalami kesulitan dalam membuat
keputusan.

3. Tahapan dan siklus tidur

a. Non-Rapid eye Movement (NREM)

Adalah tahap tidur yang tenang yang ditandai dengan denyut jantung dan frekuensi pernapasan yang
stabil dan lambat serta tekanan darah yang rendah. Tidur Non rem dibagi menjadi 4 tahap berdasarkan
pola gelombang otak yang muncul :

a. Tahap 1

a. Transisi seseorang beralih dari sadar menjadi tidur

b. Ditandai dgn perasaan rileks, seluruh otot melemas, kedua bola mata bergerak kiri ke kanan

c. Dapat dibangunkan dgn mudah

d. ± 5 menit

b. Tahap II

a. Masuk ke tahap tidur

b. Mulai relaksasi otot

c. ± 10-15 menit

d. Dapat dibangunkan dengan mudah

c. Tahap III
a. Awal tahap dari tidur nyenyak

b. Sulit dibangunkan

c. Relaksasi otot menyeluruh

d. ± 15-30 menit

d. Tahap IV

a. Tidur nyenyak

b. Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus

c. Terjadi mimpi

d. Sekresi lambung menurun

e. Gerakan bola mata cepat

Pada tidur NREM gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur.
Tanda –tanda tidur NREM :

a. Mimpi berkurang

b. Keadaan istirahat

c. Tekanan darah menurun

b. Rapid Eye Movement (REM)

Tahap tidur REM terjadi setelah 90 – 110 menit tertidur ditandai dengan peningkatan denyut nadi,
pernafasan dan tekanan darah, otot – otot relaksasi (Maas, 2002) serta peningkatan sekresi gaster
(Potter & Perry, 2003; Hidayat, 2006). Karakteristik tidur REM adalah pernafasan ireguler, mata cepat
tertutup dan terbuka, sulit dibangunkan, sekresi gaster meningkat, metabolisme meningkat dan
biasanya disertai mimpi aktif (Hidayat, 2006; Tartowo & Wartonah, 2004). Mimpi terjadi selama tidur
baik NREM maupun REM, tetapi mimpi dari tidur REM lebih nyata dan diyakini penting secara fungsional
untuk konsolidasi memori jangka panjang

Pada mimpi-mimpi yang jelas lebih sering muncul. Mimpi merupakan hasil dari neuron-neuron bagian
bawah otak atau yang disebut dengan Pons yang bekerja secara spontan selama tidur REM.
Saraf-saraf ini mengatur pergerakan mata,wajah,keseimbangan dan juga postur tubuh dan serta mereka
juga mengirimkan pesan kepada bagian sensorik maupun motorik yang bertanggung jawab atas
pemprosesan visual dan perilaku selama kita terjaga.

c. Siklus Tidur

Saat tidur, seseorang akan melewati empat sampai enam siklus tidur yang lengkap dimana setiap satu
siklus terdiri dari empat tahap NREM dan satu tahapan REM. Siklus tidur biasanya semakin meningkat
dari tahap satu sampai tahap empat, ke tahap tiga kemudian ke tahap dua dan diakhiri dengan periode
tahapan tidur REM, dengan satu siklus yang berurutan, tahap tiga dan empat akan memendek dan
tahapan tidur REM memanjang. Siklus tidur pada setiap orang berbeda karena memiliki total waktu tidur
yang berbeda pula.

Pada satu siklus sampai tiga siklus pertama , tahap tiga dan tahap empat NREM mendominasi,
sementara pada akhir siklus, tahap dua NREM serta tahapan REM mendominasi dan tahap empat NREM
dapat tidak muncul (Craven & Hirnle, 2001). Jika seseorang terbangun atau dibangunkan oleh tidurnya,
maka individu tersebut akan kembali tidur dengan mengulangi siklus tidur dari tahap satu NREM.

siklus tidur menurut potter&perry(2005)

4. Fisiologis Tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang
secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu
aktvitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur
seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat
pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu,
reticular activating system (RAS) dapat member rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan
juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir.

Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian
juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons
dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari
keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan system limbik. Dengan demikian, system pada
batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2006)
5. Pola Tidur sesuai usia

a. Neonatus

Neonatus sampai usia 3 bulan, rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari. Mata terbuka lebar. Sekitar satu jam
bayi baru lahir menjadi diam dan kurang responsif terhadap stimulus internal dan eksternal. Periode
tidur berakhir beberapa menit sampai 2 atau 4 jam setelahnya (wong, 1995). Kemudian bayi terbangun
kembali dan seringkali menjadi terlalu responsif terhadap stimulus. Pada minggu pertama, bayi baru
lahir tidur dengan konstan.

b. Bayi

Bayi tertidur beberapa kali pada siang hari, tetapi biasanya tidur rata-rata 8 sampai 10 jam pada malam
hari. Sekitar 30% waktu tidur dihabiskan dalam siklus REM. Bangun biasanya pada pagi hari, meskipun
tidak umum bagi bayi untuk terjaga selama malam hari. Bayi yang meminum ASI biasanya memiliki pola
tidur yang lebih pendek, dengan lebih sering terbangun, daripada bayi yang meminum susu botol
(Wong, 1995).

c. Toddler

Pada usia 2 tahun, anak-anak biasanya tidur sepanjang malam dan tidur siang setiap hari. Total tidur
rata-rata 12 jam sehari. Todler mempunyai kebutuhan untuk mengeksplorasi dan memuaskan rasa ingin
tahunya yang dapat menjelaskan mengapa beberapa dari mereka mencoba untuk menunda waktu tidur

d. Pra sekolah

Rata-rata tidur anak usia pra sekolah sekitar 12 jam semalam kurang lebih 20% adalah REM. Pada usia 5
tahun, anak usia pra sekolah jarang tidur siang (Wong, 1995). Memiliki masalah ketakutan pada waktu
tidur, terjaga pada malam hari atau mimpi buruk.

e. Anak usia sekolah


Jumlah tidur yang diperlukan pada usia sekolah individual. Anak usia sekolah biasanya tidak
membutuhkan tidur siang. Pada usia 6 tahun akan tidur malam rata-rata 11-12 jam, sementara anak usia
11 tahun tidur sekitar 9-10 jam (Wong, 1995) Sekitar 20% untuk tidur dihabiskan dalam siklus REM.

f. Remaja

Remaja memperoleh sekitar 7,5 jam untuk tidur setiap malam (Carskadon, 1990a) Pada saat kebutuhan
tidur yang aktual meningkat, remaja umumnya mengalami sejumlah perubahan yang sering kali
mengurangi waktu tidur (Carskadon, 1990b) Remaja mempunyai kebutuhan fisiologis untuk tidur lebih
banyak bila dibandingkan dengan pra remaja (Carskadon 1990b) Sekitar 20% untuk tidur dihabiskan
dalam siklus REM.

g. Dewasa muda

Kebanyakan dewasa muda tidur malam hari rata-rata 6-8,5 jam. Dewasa muda jarang sekali tidur siang.
Sekitar 20% untuk tidur dihabiskan dalam siklus REM. Dewasa muda yang sehat membutuhkan waktu
tidur untuk berpartisipasi dalam kesibukan aktivitas yang mengisi hari-hari mereka.

h. Dewasa tengah

Selama masa dewasa tengah, total waktu yang digunakan waktu tidur malam hari mulai menurun.
Jumlah tidur tahap 4 mulai menurun, suatu penurunan yang berlanjut dengan bertambahnya usia.
Sekitar 20% untuk tidur dihabiskan dalam siklus REM. Mungkin mengalami insomnia dan sulit untuk
mendapatkan waktu tidur.

i. Dewasa Tua (lansia)

Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia. Akan tetapi, kualitas tidur kelihatan menjadi
berubah pada kebanyak usia (Bilwise, 1993). Episode tidur REM cenderung memendek.Tidur sekitar 6
jam perhari. Sekitar 20-25% untuk tidur dihabiskan dalam siklus REM. Mengalami insomnia dan sering
bangun atau terjaga sewaktu tidur terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur NREM 3 dan 4.

6. Faktor yang memengaruhi istirahat dan tidur

Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda – beda. Ada yang kebutuhannya
terpenuhi dengan baik, ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang bisa tidur ataupun tidak
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut :

a. .Status Kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan nyenyak. Tetapi pada
orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan
baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Misalnya pada klien yang menderita gangguan pada
sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirahat
dan tidur (Asmadi, 2008).?

b. Lingkungan

Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada lingkungan yang tenang
memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan
gaduh akan menghambat seseorang untuk tidur. Keadaan lingkungan yang tenang dan nyaman bagi
seseorang dapat mempercepat terjadinya proses tidur (Hidayat, 2008).

c. Stres Psikologis

Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada
kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan
mengurangi tahap IV NREM dan REM(Asmadi, 2008).

d. Diet / Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi
seperti pada keju, susu, daging, dan ikan tuna dapat mempercepat proses tidur, karena adanya triptofan
yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna (Hidayat, 2008). Sebaliknya minuman yang
mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur (Asmadi, 2008).

e. Gaya Hidup

Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah orang dapat tidur
dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM
lebih pendek (Asmadi, 2008).

f. Obat – Obatan

Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi proses
tidur adalah jenis golongan obat diuretic menyebabkan seseorang insomnia, anti depresan dapat
menekan REM, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur,
golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan narkotik dapat menekan
REM sehingga mudah mengantuk (Hidayat, 2008).

g. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, yang dapat mempengaruhi
proses tidur. Selain itu adanya keinginan untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan gangguan
proses tidur (Hidayat, 2008).

7. Gangguan yang berhubungan dengan istirahat dan tidur

a. Insomnia

Orang yang mengalami insomnia selalu merasa bahwa mereka tidak memiliki tidur yang cukup. Gejala
insomnia berupa sulit untuk tertidur dan sering terbangun di tengah malam. Insomnia merupakan
gangguan tidur yang umum, dan dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Insomnia bisa disebabkan
oleh banyak hal, seperti stres, depresi, gelisah, pola tidur yang buruk, atau karena sedang menjalani
pengobatan serta mengkonsumsi obat-obatan tertentu.

b. Mendengkur / mengorok

Kebanyakan orang dewasa mendengkur saat tidur. Suara dengkuran berasal dari udara masuk yang
menggetarkan jaringan halus di tenggorokan. Mendengkur bisa menjadi masalah karena suara yang
dihasilkannya tersebut. Selain itu, mendengkur bisa menjadi pertanda utama masalah tidur yang lebih
serius, yaitu sleep apnea.

c. Sleep Apnea

Gangguan tidur ini terjadi ketika sebagian saluran pernapasan bagian atas tersumbat, menghalangi
proses pernapasan dalam waktu singkat, dan membuat seseorang terbangun dari tidurnya. Apnea
berarti ‘tanpa napas’. Sleep apnea bisa terjadi berulang kali selama tidur, sehingga penderitanya selalu
merasa sangat ngantuk di siang hari. Orang yang tidurnya mendengkur lebih beresiko mengalami
gangguan tidur ini. Penelitian menunjukkan bahwa gejala sleep apnea yang parah dan tidak diobati
dapat dihubungkan dengan penyakit serius seperti hipertensi, stroke dan penyakit jantung.

d. Narkolepsi (Narcolepsy)

Narkolepsi meruapakan gangguan tidur kronis, berupa rasa kantuk yang berlebihan di siang hari. Gejala
tersebut bisa terjadi dimana saja, bahkan di tempat kerja. Kondisi ini sering disebut dengan sleep attack,
alias serangan tidur. Narkolepsi diduga merupakan akibat dari gangguan pada sistem saraf pusat (otak)
yang menyebabkan terganggunya siklus tidur normal tubuh.

e. Parasomnia

Jenis gangguan tidur ini meruapakan kelainan pada perilaku tidur seseorang, sehingga mengganggu
ritme tidur. Gejalanya yang umum adalah berjalan saat tidur (sleepwalking), mimpi buruk, mengigau,
dan lain sebagainya. Gejala parasomnia biasanya terjadi pada fase tidur NREM, dan lebih sering terjadi
pada anak-anak usia 3-5 tahun. Seorang anak yang mengalami mimpi buruk bisa bangun sambil
berteriak, namun tidak dapat menjelaskan ketakutannya. Kondisi ini sebenarnya lebih menakutkan bagi
orang tua dibandingkan sang anak, karena kebingungan yang ditimbulkan akibat perilaku tidur anak
tersebut.

f. Hipersomnia

Jika insomnia merupakan gejala sulit tidur, hipersomnia adalah kebalikannya: kebanyakan tidur.
Penderita hipersomnia biasanya memiliki waktu tidur yang lebih lama dari orang lain, bahkan sering
tidur di siang hari. Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti gangguan pada sistem saraf
atau pada sistem metabolisme tubuh, namun penyebab pastinya belum diketahui secara pasti.

8. Asuhan keperawatan dengan gangguan istirahat dan tidur

1. Pengkajian

Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahat dan
tidur meliputi ( Asmadi, 2008) :

a. Pola tidur

b. Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur

c. Gangguan tidur

d. Kebiasaan tidur siang

e. Lingkungan tidur klien

f. Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup

g. Status emosi klien

h. Perilaku deprivasi klien yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul sebagai akibat gangguan
istirahat tidur

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada klien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan istirahat tidur antara alain ( Asmadi, 2008) :

a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas.

b. Gangguan pola tidar berhubungan dengan kebisingan lingkungan.


c. Gangguan pola tidur (sering terbangun) berhubungan dengan nyeri.

d. Gangguan harga diri berhubungan dengan dengan enuresis.

3. Intervensi

Tujuan :

a. setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien menunjukkan rasa percaya diri dan
menampakkan ekspresi wajah yang ceria sehingga dapat tidur dengan nyaman dan pola tidur kembali
meningkat.

b. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola tidur
dalam batas rentang ±6 jam

Kriterian Hasil :

a. Jam tidur bertambah

b. Kualitas tidur meningkat

c. Tidak sulit lagi untuk tidur

d. Ekspresi wajah tampak ceria (tidak ada kekhawatiran)

e. Lebih percaya diri

f. Perasaan segar setelah tidur

g. Terbangun di waktu yang sesuai

4. Implementasi

a. Menciptakan lingkungan yang nyaman

b. Memehami perspektif klien dalam situasi yang menimbulkan tekanan

c. Tempatkan klien dengan teman yang cocok

d. Membantu kebiasaan klien sebelum tidur misalnya berdoa, mendengar musik, dsb

e. Memberi pijatan pada klien sebelum tidur

f. Memberikan obat untuk klien.


5. Evaluasi

a. Pola tidur klien berada pada rentang normal

b. Klien tidur dengan nyenyak dan tidak terbangun pada malam hari

c. Pada saat bangun klien merasa segar kembali

d. Klien lebih merasa percaya diri

e. Lebih konsentrasi dan wajah tampak segar.

Anda mungkin juga menyukai