Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karuniaNya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ ” ini dapat
diselesaikan. Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat membantu para pembaca
bidang sains dan teknologi.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang telah
memberi dukungan dan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Akhirnya penulis menyadari pembuatan karya tulis ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pihak terkait, teman sejawat
maupun pembaca lainnya sangat diharapkan untuk perbaikan karya tulis ilmiah
ini. Terima kasih.

Medan, April 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................


3.1 Prinsip Penelitian.........................................................................................
3.2 Bahan dan alat yang digunakan..................................................................
3.3 Cara pembuatan...........................................................................................
3.4 Rincian biaya pembuatan..........................................................................
3.5 Metode memeperoleh data/informasi........................................................
3.6 Cara pengolahan data.............................................................................
3.7 Analisis yang dilakukan...........................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................
4.1 Hasil...............................................................................................................
4.2 Pembahasan...................................................................................................
BAB V PENUTUP....................................................................................................
5.1 Kesimpulan..........................................................................................................
5.2 Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman jagung (Zea mays) merupakan salah satu jenis tanaman pangan
biji-bijian dari Familia Graminae. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman
pangan yang penting, selain tanaman gandum dan padi. Tanaman jagung berasal
dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-
orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya
ke Asia termasuk Indonesia.
Jagung sampai saat ini masih merupakan komoditi strategis kedua setelah
padi karena di beberapa daerah, jagung masih merupakan bahan makanan pokok
kedua setelah beras. Jagung juga mempunyai arti penting dalam pengembangan
industri di Indonesia karena merupakan bahan baku untuk industri pangan
maupun industri pakan ternak khusus pakan ayam. Dengan semakin
berkembangnya industri pengolahan pangan di Indonesia maka kebutuhan akan
jagung akan semakin meningkat pula.
Pada percobaan ini jagung ditanam dengan jenis tanah yang berbeda. Jenis
tanah yang digunakan pada percobaan ini yaitu tanah bekas kotoran hewan, tanah
campuran detergen dan tanah sisa pembakaran. Kandungan kimia dari masing-
masing tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung.
Tanah dari kotoran hewan kandang dimanfaatkan sebagai pupuk alami
yang dapat mempercepat proses pertumbuhan suatu tanaman. Pupuk berperan
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Komposisi unsur hara
yang terdapat pada pupuk kandang sangat tergantung pada jenis hewan, umur, alas
kandang dan pakan yang diberikan pada hewan tersebut. Setiap jenis hewan
tentunya menghasilkan kotoran yang memiliki kandungan hara unik. Namun
secara umum kotoran hewan mengandung unsur hara makro seperti nitrogen (N),
posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan belerang (S). Bila
dibandingkan dengan pupuk kimia sintetis, kadar kandungan unsur hara dalam
pupuk kandang jauh lebih kecil. Oleh karena itu, perlu pupuk yang banyak untuk
menyamai pemberian pupuk kimia. Tanah campuran deterjen mengandung
berbagi bahan kimia seperti Surfaktan , deterjen digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
1.2 Rumusan masalah
- Apa itu tanaman jagung ?
- Apa saja manfaat dari tanaman jagung ?
- Apa saja kandungan kimia yang terdapat pada tanaman jagung ?
- Bagaimana pengaruh media tanah terhadap pertumbuhan jagung ?

1.3 Tujuan Penelitian


- Untuk mengetahui bagaimana pengaruh media tanah terhadap pertumbuhan
jagung
- Untuk mengetahui hasil perbandingan tinggi tanaman jagung beserta
jumlah daun terhadap media tanah yang berbeda

1.4 Manfaat Penelitian


- Agar pembaca dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan jagung
- Agar pembaca dapat mengetahui jenis media tanah yang cepat dan cocok
untuk pertumbuhan jagung
- Agar pembaca dapat melihat hasil perbandingan tinggi tanaman dan
jumlah daun jagung yang diperoleh dari media tanah yang berbeda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Jagung


Jagung (Zea Mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang
terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di
Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di
Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura
dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir,
dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari
tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang
dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa
genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Kata “jagung” atau corn memiliki arti yang berbeda-beda tergantung dari
tiap Negara. Di Amerika Serikat jagung disebut dengan maize atau jagung india.
Jagung di Inggirs berarti gandum, di Skotlandia dan Irlandia mengacu pada
gandum (Lance and garren, 2002). Jagung merupakan anggota dari keluarga
rumput (Gramineae) yang termasuk dalam 6 kelompok sereal (gandum(wheat),
barley, gandum(oats), beras(rice), gandum hitam(rye) (AAK, 1998., Robinson,
2011). Jagung merupakan tanaman semusim (annual), satu silklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian
(serelia) dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke
Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar
abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia.
Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn
(Budiman, 2008).
2.2 Taksonomi Tanaman Jagung
Tanaman jagung termasuk dalam famili Gramineae dengan
spesies Zea mays L. Menurut Purworno dan Rudi Hartono (2008) klasifikasi dan
sistematika tanaman jagung adalah:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermathophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledonenae (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea Mays L.

2.3 Morfologi Tanaman Jagung


Akar jagung terdiri atas tiga tipe akar yaitu akar seminal, akar adventif,
dan akar udara. Akar seminal tumbuh dari radikula dan embrio. Akar adventif
disebut juga akar tunjang. Akar ini tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4
cm di bawah permukaan tanah. Akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau
lebih buku terbawah dekat permukaan tanah (Budiman, 2008).
Batang menyerupai bambu, berlubang, beruas-ruas, dan berwarna hijau.
Tingginya antara 180-210 cm. Batang tanaman diselimuti oleh pelepah-pelepah
daun yang berwarna hijau tua. Daun jagung merupakan daun sempurna berbentuk
memanjang dengan ujung meruncing, lurus dan tipis. Di antara pelepah terdapat
ligula, tulang daun sejajar dengan tulang daun, permukaan daun ada yang licin
berambut (Purworno dan Hartono, 2008).
Bunga jantan dan bunga betina hidup dalam satu tanaman (monoecious).
Bunga jantan berbentuk karangan bunga (inflorosence) yang terdapat di batang,
sedangkan bunga betina berbentuk rambut yang terdapat di dalam ketiak daun ke-
6 atau ke-8 dari bunga jantan (Purworno dan Hartono, 2008). Biji tersusun rapi
pada tongkol. Dalam satu tongkol terdapat 200-400 biji. Biji terdiri dari empat
bagian yaitu : kulit luar (pericarp), endosperma, tudung biji(tin cap) dan embrio
atau lembaga (Budiman, 2008).

2.4 Manfaat Tanaman Jagung


Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan
karena hampir semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan. Bagian jagung yang
dapat dimanfaatkan adalah batang, daun, biji, tongkol dan rambut jagung. Batang
dan daun muda digunakan sebagai pakan ternak, sedangkan batang dan daun tua
(setelah panen) digunakan sebagai pupuk hijau atau kompos (Budiman, 2008).
Buah jagung muda dibuat sebagai sayuran, bergedel, bakwan dan sambel goreng
sedangkan biji jagung tua sebagai pengganti nasi, marning, brondong, roti jagung,
tepung, bihun, bahan campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak,
bahan baku industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, industry tekstil dan bisa
juga dibuat menjadi roti jagung (Budiman, 2008; Purworno dan Hartono, 2008).
Bagian tongkol dan rambut jagung berkhasiat sebagai obat. Berikut adalah
beberapa jenis penyakit yang dapat ditanggulangi antara lain: melancarkan air
seni, diabetes, diare, batu empedu, batu ginjal, busung air pada radang ginjal,
hepatitis, kencing manis, radang kandung empedu, sirosis dan tekanan darah
tinggi (Budiman, 2008).
Jagung merupakan tanaman sumber bahan pangan pokok bagi sebagian
masyarakat, selain gandum, padi atau beras. Jagung kaya akan karbohidrat.
Kandungan karbohidrat yang terkandung dalam jagung dapat mencapai 80% dari
seluruh bahan kering biji jagung. Karbohidrat itulah yang dapat menambah atau
memberikan asupan kalori pada tubuh manusia, yang merupakan sumber tenaga
sehingga jagung dijadikan sebagai bahan makanan pokok (Mubyarto, 2002).
Menurut (Mubyarto, 2002) manfaat jagung sebagai berikut :
1. Buahnya merupakan sumber karbohidrat bagi manusia.
2. Sebagai salah satu sumber pangan pokok.
3. Daunnya dapat digunakan untuk pakan ternak kambing, sapi, maupun kerbau.
4. Batangnya yang sudah kering dapat digunakan untuk kayu bakar.
5. Tulang jagung (jenggel) dapat digunakan sebagai kayu bakar.
6. Kulit dari buah jagung dapat digunakan sebagai pengganti kertas sigaret pada
rokok, serta dapat digunakan sebagai bungkus makanan kecil seperti dodol
7. Buahnya dapat diolah menjadi berbagai macam makanan, seperti nasi jagung,
jagung bakar, berondong (popccorn), dan juga sebagai pakan ternak.

2.5 Kandungan Kimia Tanaman Jagung


Biji jagung kaya akan karbohidrat, sebagian besar berada pada
endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan
kering biji. Biji jagung terdiri dari empat bagian utama, yaitu: kulit luar (perikrap)
5%, lembaga 12%, endosperma 82% dan tudung biji (tin cap) 1%. Kulit luar
merupakan bagian yang banyak mengandung serat kasar atau karbohidrat yang
tidak larut (non pati), lilin dan beberapa mineral. Lembaga banyak mengandung
minyak, total kandungan minyak dari setiap biji jagung adalah 4%. Sedangkan
untuk bagian tudung biji dan endosperma banyak mengandung pati. Pati dalam
tudung biji adalah pati yang bebas sedangkan pati pada endosperma terikat kuat
dengan matriks protein (gluten). Tongkol jagung mengandung air 7,68%, serat
38,99%, selulosa 19,49%, 12,4 % xylan, dan lignin 12,4% (Budiman, 2009).
Sedangkan untuk rambut jagung mengandung flavonoid, alkaloid, fenol,
steroid, glikosida karbohidrat, terpenoid, tanin, protein, mineral, garam,
karbohidrat dan komponen senyawa volatil (Bhaigyabati dkk., 2011., Sholihah
dkk., 2012). Kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada rambut
jagung (stigma maydis) sangat berperan sebagai antioksidan alami. Senyawa
metabolit sekunder tersebut adalah senyawa flavonoid atau fenolik (Sholihah
dkk., 2012).

2.4 Kajian teori tentang Tanah


Tanah merupakan suatu sistem kehidupan yang kompleks yang
mengandung berbagai jenis organisme dengan beragam fungsi untuk menjalankan
berbagai proses vital bagi kehidupan terestrial. Tanah sangat vital peranannya bagi
semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan
menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang
berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan
tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi
sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak. Ilmu
yang mempelajari berbagai aspek mengenai tanah dikenal sebagai ilmu tanah
(ekosari,2013).
Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai
penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat tererosi.
Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan
udara merupakan bagian dari tanah. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan
bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses
pembentukan tanah dikenal sebagai ''pedogenesis''.
Hans Jenny (1899-1992), menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan
induk yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim,
organisme (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring
dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut
terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.
Tubuh tanah (solum) tidak lain adalah batuan yang melapuk dan
mengalami proses pembentukan lanjutan. Usia tanah yang ditemukan saat ini
tidak ada yang lebih tua daripada periode Tersier dan kebanyakan terbentuk dari
masa Pleistosen. Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan
mineral. Tanah non-organik atau tanah mineral terbentuk dari batuan sehingga ia
mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik (organosol / humosol) terbentuk
dari pemadatan terhadap bahan organik yang terdegradasi (ekosari,2013).
Tanah organik berwarna hitam dan merupakan pembentuk utama lahan
gambut dan kelak dapat menjadi batu bara. Tanah organik cenderung memiliki
keasaman tinggi karena mengandung beberapa anorganik (substansi humik) hasil
dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya miskin
mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan
makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur
(porus, sarang) sehingga mampu menyimpan cukup air namun karena memiliki
keasaman tinggi sebagian besar tanaman pangan akan memberikan hasil terbatas
dan di bawah capaian optimum (ekosari,2013).
Istilah bahan organik tanah lebih mengacu pada bahan (sisa jaringan
tanaman/hewan) yang telah mengalami perombakan/dekomposisi baik sebagian
atau seluruhnya, yang telah mengalami humifikasi maupun belum. Kononova
(1966) dan Schinitzer (1978) membagi bahan organik tanah menjadi 2 kelompok
yaitu bahan yang telah terhumifikasi yang disebut bahan humik (humic
substances) dan bahan bukan humik (non-humic substances). Kelompok pertama
lebih dikenal sebagai “humus” yang merupakan hasil akhir proses dekomposisi
bahan organik. Humus bersifat stabil dan tahan terhadap proses biodegradasi
(Tan, 1982). Kelompok ini meliputi fraksi asam humat, asam fulfat dan humin.
Humus menyusun 90% bagian bahan organik tanah (Thompson dan Troeh, 1978).
Sedangkan kelompok kedua meliputi senyawa-senyawa organik seperti
karbohidrat, asam amino, peptida, lemak, lilin, lignin, asam nukleat dan protein.
Tanah non-organik didominasi oleh mineral. Mineral ini membentuk
partikel pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga
partikel pembentuk tanah: pasir, debu, dan liat. Tanah berpasir didominasi oleh
pasir, tanah berliat didominasi oleh liat. Tanah dengan komposisi pasir, debu, dan
liat yang seimbang dikenal sebagai tanah lempung.
Warna tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata,
jingga, kuning, hingga putih. Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan
dengan perbedaan warna yang kontras sebagai akibat proses kimia (pengasaman)
atau pencucian (leaching). Tanah berwarna hitam atau gelap seringkali
menandakan kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi
maupun proses pengendapan di rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan
oleh kehadiran Mangan, belerang, dan nitrogen. Warna tanah kemerahan atau
kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi; warna
yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya.
Suasana aerobik / oksidatif menghasilkan warna yang seragam atau perubahan
warna bertahap, sedangkan suasana anaerobik / reduktif membawa pada pola
warna yang bertotol-totol atau warna yang terkonsentrasi.
Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari
komposisi antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari
tiga fasa: fasa padatan, fasa cair, dan fasa gas. Fasa cair dan gas mengisi ruang
antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun ini.
Ruang antar agregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi
perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori
berukuran kecil (mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki
agregat yang cukup besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah
menjadi semakin liat apabila berlebihan lempung sehingga kekurangan makropori.
Tanaman untuk pertumbuhannya jelas memerlukan unsur hara. Dari tujuh
belas unsur hara yang diperlukan tanaman, 7 diantaranya diperlukan dalam jumlah
yang begitu kecil sehingga disebut unsur hara mikro atau unsur jarang. Unsur
tersebut adalah besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), tembaga (Cu), boron (B),
Molibden (Mo), kobalt (Co) dan klor (Cl). Unsur lain seperti silikon, vanadium
dan natrium rupanya menunjang pertumbuhan spesies tertentu. Unsur lain
misalnya Iodium (I) dan fluor (F) ternyata sangat diperlukan oleh hewan tetapi
tidak diperlukan oleh tanaman. Sedangkan 10 unsur lainnya disebut unsur hara
makro karena dibutuhkan dalam jumlah yang banyak yaitu karbon (C), hidrogen
(H), oksigen (O), nitrogen (N), fofat (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium
(Mg) dan sulfur (S). Tujuh belas unsur hara tersebut disebut unsur hara esensial
yaitu unsur hara yang sangat diperlukan oleh tanaman, fungsinya dalam tanaman
tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat dalam jumlah
yang cukup di dalam tanah maka tanaman tidak akan tumbuh dengan normal.

Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan 2 teknik dasar yaitu


pengambilan contoh tanah secara utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak
utuh. Sebagaimana dikatakan dimuka bahwa pengambilan contoh tanah
disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti. Sampel Tanah atau Contoh
Tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh
tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan sifat-
sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium. Untuk penetapan sifat-
sifat fisika tanah ada 3 macam pengambilan contoh tanah yaitu :
1. Contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan untuk
analisis penetapan berat isi atau berat volume (bulk density), agihan ukuran pori
(pore size distribution) dan untuk permeabilitas (konduktivitas jenuh)
2. Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil
aggregate) yang diperlukan untuk penetapan agihan ukuran agregat dan derajad
kemantapan agregat (aggregate stability)
3. Contoh tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk
penetapan kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut
singgung, kadar lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture: MOR),
konduktivitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas
(sifat ketererosian) tanah menggunakan hujan tiruan (rainfall simulator) Untuk
penetapan sifat kimia tanah misalnya kandungan hara (N, P, K, dll), kapasitas
tukar kation (KPK), kejenuhan basa, dll digunakan pengambilan contoh tanah
terusik.
Mikroba bersama-sama fauna tanah melaksanakan berbagai metabolisme
yang secara umum disebut aktivitas biologi tanah. Perannya yang penting dalam
perombakan bahan organik dan siklus hara menempatkan organisme tanah sebagai
faktor sentral dalam memelihara kesuburan dan produktivitas tanah. Kemampuan
mengukur kapasitas metabolisme berbagai mikroba dan fauna tanah menjadi basis
bagi konsep perlindungan dan penyehatan
tanah, terutama pada masa kini dan mendatang dimana laju degradasi lahan terus
mengancam sejalan dengan makin terbatasnya sumber daya lahan. Oleh sebab itu,
tersedianya metode analisis biologi tanah yang memadai sangat diperlukan untuk
mempelajari tanggap organisme tanah yang terkait dengan perubahan sifat fisik
dan kimia di lingkungan tanah serta memanfaatkannya, baik sebagai agen
penyubur dan pembaik tanah maupun sebagai indikator laju degradasi lahan.
Tanah dengan kandungan C-organik terbesar di alam, yakni 1,2 – 1,6 x
1015 kg C (Wagner & Wolf, 1997), menyokong kehidupan berbagai jenis
mikroba dari beragam tipe morfologi dan fisiologi, baik yang menguntungkan
maupun yang merugikan. Banyak diantaranya yang sudah dikomersialkan seperti
mikroba penambat N2 dari udara, pelarut P, pemacu tumbuh tanaman, dan
pengendali patogen. Berbagai atribut mikroba seperti keragaman jenis, kepadatan
populasi, dan laju respirasi menjadi indikator yang potensial untuk menilai
kualitas dan kesehatan tanah.
Di dalam tanah, keberadaan mikroba sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik,
kimia, dan biologi tanah. Ungkapan Beijerinck (the Father of Microbial Ecology)
“Every-thing is everywhere and the milieu selects” menjelaskan besarnya peran
faktor lingkungan dalam seleksi mikroba; lingkunganlah yang memilih, jenis
mikroba mana saja yang dapat hidup dan berkembangbiak dalam suatu ekosistem
tanah tertentu. Perbedaan berbagai atribut
mikroba pada berbagai kondisi tanah disebabkan antara lain oleh perbedaan jenis
dan kandungan bahan organik, kadar air, jenis penggunaan tanah dan cara
pengelolaannya. Dengan memperhatikan keberagaman ini, teknik pengambilan
contoh tanah yang tepat perlu
dipahami agar waktu, tenaga, dan biaya yang dicurahkan untuk pengambilan
contoh tanah menjadi lebih efisien. Jumlah contoh yang terlalu banyak merupakan
pemborosan, namun apabila jumlah contoh terlalu sedikit interpretasi data bisa
keliru sehingga informasi yang diperoleh bisa menjadi kurang bermanfaat.
Tanaman untuk pertumbuhannya jelas memerlukan unsur hara. Dari tujuh
belas unsur hara yang diperlukan tanaman, 7 diantaranya diperlukan dalam jumlah
yang begitu kecil sehingga disebut unsur hara mikro atau unsur jarang. Unsur
tersebut adalah besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), tembaga (Cu), boron (B),
Molibden (Mo), kobalt (Co) dan klor (Cl). Unsur lain seperti silikon, vanadium
dan natrium rupanya menunjang pertumbuhan spesies tertentu. Unsur lain
misalnya Iodium (I) dan fluor (F) ternyata sangat diperlukan oleh hewan tetapi
tidak diperlukan oleh tanaman. Sedangkan 10 unsur lainnya disebut unsur hara
makro karena dibutuhkan dalam jumlah yang banyak yaitu karbon (C), hidrogen
(H), oksigen (O), nitrogen (N), fofat (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium
(Mg) dan sulfur (S). Tujuh belas unsur hara tersebut disebut unsur hara esensial
yaitu unsur hara yang sangat diperlukan oleh tanaman, fungsinya dalam tanaman
tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat dalam jumlah
yang cukup di dalam tanah maka tanaman tidak akan tumbuh dengan normal.
Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan 2 teknik dasar yaitu
pengambilan contoh tanah secara utuh dan pengambilan contoh tanah secara tidak
utuh. Sebagaimana dikatakan dimuka bahwa pengambilan contoh tanah
disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti. Sampel Tanah atau Contoh
Tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh
tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan sifat-
sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium. Untuk penetapan sifat-
sifat fisika tanah ada 3 macam pengambilan contoh tanah yaitu :
1. Contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan untuk
analisis penetapan berat isi atau berat volume (bulk density), agihan ukuran pori
(pore size distribution) dan untuk permeabilitas (konduktivitas jenuh)
2. Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil
aggregate) yang diperlukan untuk penetapan agihan ukuran agregat dan derajad
kemantapan agregat (aggregate stability)
3. Contoh tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk
penetapan kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut
singgung, kadar lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture: MOR),
konduktivitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas
(sifat ketererosian) tanah menggunakan hujan tiruan (rainfall simulator) Untuk
penetapan sifat kimia tanah misalnya kandungan hara (N, P, K, dll), kapasitas
tukar kation (KPK), kejenuhan basa, dll digunakan pengambilan contoh tanah
terusik.
Mikroba bersama-sama fauna tanah melaksanakan berbagai metabolisme
yang secara umum disebut aktivitas biologi tanah. Perannya yang penting dalam
perombakan bahan organik dan siklus hara menempatkan organisme tanah sebagai
faktor sentral dalam memelihara kesuburan dan produktivitas tanah. Kemampuan
mengukur kapasitas metabolisme berbagai mikroba dan fauna tanah menjadi basis
bagi konsep perlindungan dan penyehatan tanah, terutama pada masa kini dan
mendatang dimana laju degradasi lahan terus mengancam sejalan dengan makin
terbatasnya sumber daya lahan. Oleh sebab itu, tersedianya metode analisis
biologi tanah yang memadai sangat diperlukan untuk mempelajari tanggap
organisme tanah yang terkait dengan perubahan sifat fisik dan kimia di
lingkungan tanah serta memanfaatkannya, baik sebagai agen penyubur dan
pembaik tanah maupun sebagai indikator laju degradasi lahan.
Tanah dengan kandungan C-organik terbesar di alam, yakni 1,2 – 1,6 x
1015 kg C (Wagner & Wolf, 1997), menyokong kehidupan berbagai jenis
mikroba dari beragam tipe morfologi dan fisiologi, baik yang menguntungkan
maupun yang merugikan. Banyak diantaranya yang sudah dikomersialkan seperti
mikroba penambat N2 dari udara, pelarut P, pemacu tumbuh tanaman, dan
pengendali patogen. Berbagai atribut mikroba seperti keragaman jenis, kepadatan
populasi, dan laju respirasi menjadi indikator yang potensial untuk menilai
kualitas dan kesehatan tanah.
Di dalam tanah, keberadaan mikroba sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik,
kimia, dan biologi tanah. Ungkapan Beijerinck (the Father of Microbial Ecology)
“Every-thing is everywhere and the milieu selects” menjelaskan besarnya peran
faktor lingkungan dalam seleksi mikroba; lingkunganlah yang memilih, jenis
mikroba mana saja yang dapat hidup dan berkembangbiak dalam suatu ekosistem
tanah tertentu. Perbedaan berbagai atribut mikroba pada berbagai kondisi tanah
disebabkan antara lain oleh perbedaan jenis dan kandungan bahan organik, kadar
air, jenis penggunaan tanah dan cara pengelolaannya. Dengan memperhatikan
keberagaman ini, teknik pengambilan contoh tanah yang tepat perlu dipahami agar
waktu, tenaga, dan biaya yang dicurahkan untuk pengambilan contoh tanah
menjadi lebih efisien. Jumlah contoh yang terlalu banyak merupakan pemborosan,
namun apabila jumlah contoh terlalu sedikit interpretasi data bisa keliru sehingga
informasi yang diperoleh bisa menjadi kurang bermanfaat.
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG
(Zea mays L.) TERHADAP PERBEDAAN MEDIA TANAM
Nurhasana
Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi USU Medan
Email: nurhasana807@gmail.com

Abstract
This study aims to determine the growth and yield response of corn ( Zea mays L. ) on chicken
manure and liquid organic fertilizer plus . The design used was a Randoimized Block Design
Factorial with two factors studied, namely : Chicken Manure Factor ( K ) consists of 3 levels and
consists of K0 = 0 kg / plot , K1 = 1.5 kg / plot and K2 = 3 kg / plot. Factor Plus Liquid Organic
Fertilizer ( Sea Horse Star ) ( B ) is divided into 4 levels without giving B0 = B1 = 3 ml / l of
water , B2 = 6 ml / l of water and B3 = 9 ml / l of water. The parameters measured were plant
height ( cm ), number of leaves ( blade ), days to flowering ( days ), ear length ( cm ) , cob weight
per sample ( g ), weight of cobs per plot ( kg , number of seeds per cob ( seed ) and dry weight of
seeds per plot ( g ).
Key words: Growth, response, corn, organic, fertilizer

A.PENDAHULUAN
B. METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP), Jl.
Binjai KM 10, Kecamatan Sunggal, dengan ketinggian tempat + 27 meter di atas permukaan laut.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai dengan bulan September 2012.
Bahan dan Alat
Bahan
Benih jagung varietas Pioneer 4, pupuk Urea, NPK 16-16-16, pupuk kandang ayam dan pupuk
organik cair plus (Bintang Kuda Laut), bambu, insektisida Decis 2,5 EC, fungisida Dithane M-45,
air, serta bahan yang mendukung dalam penelitian.
Alat
Alat-alat yang digunakan terdiri atas meteran, tali rafia, parang babat, cangkul, garu, pisau,
ember, gembor, handsprayer, alat-alat tulis, timbangan analitik (g), timbangan (kg), kalkulator,
dan alat-alat yang dianggap perlu dalam penelitian.
Penanaman
Sebelum biji jagung ditanam terlebih dahulu biji direndam dalam air hangat selama satu jam dan kemudian
ditanam di lapangan. Penanaman dilakukan secara manual dengan meletakkan dua butir jagung pada setiap
lubang tanam dengan kedalaman 3 cm dengan jarak tanam 25 cm x 60 cm. Setelah biji dimasukkan ke dalam
lubang lalu ditutup dengan tanah yang halus di atasnya.
Pemeliharaan
Penyiraman
Tanaman yang telah ditanam disiram setiap harinya dengan dua kali penyiraman yaitu pagi dan sore hari. Bila
turun hujan dan keadaan tanah cukup basah, maka penyiraman tidak perlu dilakukan. Penyiraman ini dilakukan
dengan menggunakan gembor dengan jumlah air yang diberikan sama untuk setiap plotnya.
Penjarangan
Penjarangan dilakukan pada saat tanaman mencapai umur 10 hari setelah tanam, dengan meninggalkan hanya
satu tanaman pada setiap lubang tanam.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan cara manual dengan mencabut gulma yang ada disekitar tanaman jagung.
Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur satu minggu setelah tanam atau tergantung kondisi
pertumbuhan gulma di lapangan.
Pemupukan
Pemupukan pupuk kandang ayam diberikan sekali yaitu 1 minggu sebelum tanam dan ditambahkan pupuk Urea
dengan dosis (15 g/plot) dan NPK 16-16-16 (15 g/plot) sebagai pupuk dasar, pupuk Urea dan NPK 16-16-16
bukan bagian dari perlakuan. Sedangkan pemupukan pupuk organik cair plus (Bintang Kuda Laut) diaplikasikan
pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam, dengan interval pemberian 2 minggu sekali. Pemupukan
dilakukan dengan cara disemprotkan dibagian bawah daun dan batang sampai basah, Penyemprotan dilakukan
sampai tanaman berumur 6 minggu setelah tanam.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang tidak tumbuh dengan baik ataupun mati karena serangan hama
dan penyakit atau pertumbuhannya abnormal. Penyulaman dapat dilakukan setelah tanaman berumur 7 sampai
14 hari.
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, agar
tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah. Kegiatan ini
dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan apabila terjadi gejala serangan pada tanaman. Pengendalian
hama menggunakan insektisida Decis 2,5 EC dengan dosis 2 ml/liter air dan untuk pengendalian penyakit
menggunakan fungisida Dhitane M-45 dengan cara menyemprotkan ke tanaman.
Panen
Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 85 – 90 hari setelah tanam. Tanaman jagung dapat dipanen
jika buah jagung sudah matang fisiologis dengan ciri morfologi rambut berwarna cokelat, kelobot berwarna
hijau tua, daun tanaman telah menguning dan telah memenuhi kriteria untuk dipanen.
Parameter Pengamatan
Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman dari pangkal batang atau permukaan tanah sampai ke ujung daun terpanjang. Untuk
memudahkan pengukuran tanaman sampel dibuat patok standar dengan tinggi 3 – 5 cm dekat pangkal batang di
permukaan tanah dan pengukuran dilakukan dari ujung patok dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi
tanaman dimulai setelah tanaman berumur dua minggu sampai tanaman berbunga dengan interval pengamatan
dua minggu sekali.
Jumlah Daun (Helai)
Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun yang sudah terbuka sempurna.
Jumlah daun dihitung sampai tanaman telah mengeluarkan bunga jantan dan bunga betina dengan interval
pengamatan dua minggu sekali.
Umur Berbunga (hari)
Umur berbunga dihitung pada saat tanaman telah mengeluarkan bunga jantan 75 % dari populasi setip plot.
Panjang Tongkol (cm)
Pengukuran panjang tongkol dimulai dari pangkal tongkol sampai ujung tongkol. Pengukuran dilakukan setelah
mematahkan tangkai dan melepas kelobot dengan menggunakan meteran pada setiap tanaman sampel yang
dilakukan setelah pemanenan.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Prinsip Penelitian


Pada percobaan ini, biji jagung (Zea mays) ditanam kedalam polybag di waktu pagi
hari dengan menggunakan tiga jenis media tanah yang berbeda. Media tanah yang digunakan
yaitu tanah bekas kotoran hewan, tanah campuran detergen dan tanah sisa pembakaran.
Percobaan ini akan dilakukan selama 10 hari, sampel tersebut diletakkan pada tempat yang
terang (terkena cahaya matahari). Lakukan penyiraman setiap hari sebanyak dua kali dalam
sehari di waktu pagi dan sore hari. Amati perubahan tinggi tanaman jagung setiap hari dan
catat hasil pengamatannya.

3.2 Bahan dan alat yang digunakan


3.2.1 Bahan
- Bibit jagung yang telah kering 9 biji
- Deterjen
- Air
3.2.2 Alat
- Polybag berukuran kecil
1. Berisi tanah kotoran hewan
2. Berisi tanah hasil siraman deterjen
3. Berisi tanah sisa pembakaran sampah

3.3 Cara pembuatan


- Disediakan bibit jagung yang telah kering sebanyak 9 biji.
- Direndam bibit jagung tersebut selama satu malam sebelum melakukan
penanaman ( sebaiknya bibit jagung ditanam di waktu pagi hari / sore hari).
- Disediakan 9 polybag yang masing-masing sudah berisi tanah.
a. 3 buah polybag yang berisi tanah kotoran hewan
b. 3 buah polybag yang berisi tanah hasil siraman deterjen
c. 3 buah polybag yang berisi tanah sisa pembakaran sampah
- Dimasukkan bibit jagung kedalam masing-masing polybag (1/3 dari permukaan
polybag) yang sudah disediakan lalu timbun lagi bibit tersebut dengan tanah sampai
penuh.
- Diletakkan bibit tersebut di tempat yang terang (terkena sinar matahari).
- Dilakukan penyiraman setiap hari sebanyak dua kali (pagi dan sore hari).
- Diamati setiap hari.
- Dicatat perubahan tinggi tanaman jagung tersebut.

3.4 Rincian biaya pembuatan


- Polybag 9 buah = Rp.

3.5 Metode memperoleh data/informasi

3.6 Cara pengolahan data


Setiap hari tanaman jagung tersebut disiram, lalu amati dan ukur perubahan tinggi
(cm) tanaman jagung tersebut. Catat hasil pengamatan serta foto tanaman jagung tersebut
untuk memperoleh hasil yang lebih baik dan akurat.

3.7 Analisis yang dilakukan


Pada pecobaan ini digunakan tiga jenis media tanah yang mana kandungan/zat yang
terdapat didalamnya akan berbeda-beda, sehingga masing-masing tanaman jagung
tersebut akan diperoleh tinggi yang bermacam-macam. Mungkin hasil pengukuran
tanaman jagung dari media tanah kotoran hewan lebih tinggi dari media tanah lainnya.
Karena sebagaimana kita ketahui bahwa tanah kotoran hewan digunakan sebagai pupuk
alami untuk mempercepat proses pertumbuhan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Parameter : Tinggi tanaman jagung (Zea mays)


Pengamatan : Tanah kotoran hewan (kotoran kucing)

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai)


No Hari/Tanggal
Pot I Pot II Pot III Pot I Pot II Pot III
1 Rabu / 06 April 2016 - - - - - -
2 Kamis / 07 April 2016 2,5 - 4,2 - - -
3 Jumat / 08 April 2016 3,7 - 4,8 - - -
4 Sabtu / 09 April 2016 4 - 5,3 - - -
5 Minggu / 10 April 2016 5,2 - 5,2 - - -
6 Senin / 11 April 2016 5,9 - 6,7 - - -
7 Selasa / 12 April 2016 6 - 6,9 1 - 1
8 Rabu / 13 April 2016 6,5 - 7,4 1 - 2
9 Kamis / 14 April 2016 6,8 - 8,1 1 - 2
10 Jumat / 15 April 2016 7,1 - 8,8 2 - 3
11 Sabtu / 16 April 2016 7,4 - 9 2 - 3

4.1.2 Parameter : Tinggi tanaman jagung (Zea mays)


Pengamatan : Tanah hasil siraman deterjen
Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai)
No Hari/Tanggal
Pot I Pot II Pot III Pot I Pot II Pot III
1 Rabu / 06 April 2016 - - - - - -
2 Kamis / 07 April 2016 - - - - - -
3 Jumat / 08 April 2016 - - - - - -
4 Sabtu / 09 April 2016 - - - - - -
5 Minggu / 10 April 2016 5,5 - 3,2 - - -
6 Senin / 11 April 2016 5,8 - 4 - - -
7 Selasa / 12 April 2016 6,5 - 5 - - -
8 Rabu / 13 April 2016 7,2 - 5,5 2 - 1
9 Kamis / 14 April 2016 9,5 - 6,2 2 - 2
10 Jumat / 15 April 2016 10,8 - 6,8 3 - 2
11 Sabtu / 16 April 2016 12 - 7,6 3 - 2

4.1.3 Parameter : Tinggi tanaman jagung (Zea mays)


Pengamatan : Tanah sisa pembakaran sampah
Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai)
No Hari/Tanggal
Pot I Pot II Pot III Pot I Pot II Pot III
1 Rabu / 06 April 2016 - - - - - -
2 Kamis / 07 April 2016 - - - - - -
3 Jumat / 08 April 2016 - - - - - -
4 Sabtu / 09 April 2016 4,5 - - - - -
5 Minggu / 10 April 2016 6 - - 1 - -
6 Senin / 11 April 2016 7,5 - - 1 - -
7 Selasa / 12 April 2016 9 - - 2 - -
8 Rabu / 13 April 2016 11 - - 2 - -
9 Kamis / 14 April 2016 13 - - 3 - -
10 Jumat / 15 April 2016 14,5 - - 3 - -
11 Sabtu / 16 April 2016 16 - - 4 - -

4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun dari tanaman
jagung yang masing-masing di tanam kedalam polybag dengan menggunakan tiga jenis media tanah
yaitu tanah kotoran hewan, tanah hasil campuran deterjen dan tanah sisa pembakaran sampah.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil yang tinggi tanaman dan jumlah daun
yang berbeda-beda, dapat kita lihat hasilnya pada tabel di atas. Bibit tanaman jagung dengan
menggunakan media tanah kotoran hewan dan tanah hasil campuran deterjen ada dua bibit yang
tumbuh, sedangkan tanah sisa pembakaran sampah hanya satu bibit yang tumbuh. Hal ini
dikarenakan kualitas dari bibit tanaman jagung yang digunakan. Dari data diatas, diperoleh hasil
terakhir tanaman jagung yang paling tinggi dan memiliki jumlah daun yang paling banyak ialah
tanaman jagung dengan menggunakan media tanah sisa pembakaran sampah, tinggi = 16 cm dan
jumlah daunnya 4 helai. Tanaman jagung dengan media tanah hasil sisa pembakaran sampah
tingginya mencapai 12 cm dan jumlah daun 3 helai. Sedangkan tanaman jagung dengan
menggunakan tanah kotoran hewan diperoleh tinggi = 9 cm dan jumlah daun 3 helai.
Namun secara umum kotoran hewan mengandung unsur hara makro seperti nitrogen (N),
posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan belerang (S). Bila dibandingkan
dengan pupuk kimia sintetis, kadar kandungan unsur hara dalam pupuk kandang jauh lebih
kecil. Oleh karena itu, perlu pupuk yang banyak untuk menyamai pemberian pupuk kimia.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

- Perbedaan media tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman jagung,


karena masing-masing tanah tersebut mengandung bahan/zat yang terdapat
didalamnya. hal tersebut terbukti pada percobaan yang telah dilakukan.Tinggi
tanamandan jumlah daun yang diperoleh bermacam-macam.
- Berdasarkan hasil percobaan tersebut untuk mendapatkan tanaman yang lebih tinggi
serta jumlah daun yang lebih banyak sebaiknya menggunakan media tanah sisa
pembakaran sampah. Hal itu berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Tetapi
untuk memperoleh data pertumbuhan yang paling cepat sabaiknya kita menggunakan
media tanah kotoran hewan.

5.2 Saran
- Sebaiknya untuk percobaan selanjutnya menggunakan jenis media tanah yang
berbeda, seperti tanah campuran jerami yang juga dapat mempercepat proses
pertumbuhan.
- Sebaiknya untuk percobaan selanjutnya menggunakan jenis tanaman yang lain, seperti
kacang tanah. Agar kita mengetahui bentuk morfologi luar dari setiap tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin,S.(ed).2010.Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.Yogyakarta : Fakultas Pertanian Universitas


Gadjah Mada.Vol 10.

Ekosari.2013.Petunjuk Praktikum Biologi Tanah.Yogyakarta : Universitas Yogyakarta.Halaman 2-6.

Tjitrosoeopomo,G.2009.Morfologi Tumbuhan.Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.Halaman


146,191.

Saraswati, R. 2007.Metode Analisis Biologi Tanah.Bogor : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian.Halaman 1, 10.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Anda mungkin juga menyukai