Disusun Oleh :
Kelompok 6 :
1. ARYANTO YOSAFAT SITOHANG (4181141028)
2. WILHELMINARI BR SARAGIH (4183341030)
3. FADILAH AMALIA TARIGAN (4183341022)
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2019
BAB I PENDAHALUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang kompleks menuntut penanganan untuk
meningkatkan kualitasnya, baik yang bersifat menyeluruh maupun pada beberapa
komponen tertentu saja. Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan pada umumnya termasuk
yang kedua yakni upaya peningkatan mutu pendidikan hanya dalam beberapa komponen
saja. Meskipun demikian, sebagai suatu sistem, penanganan satu atau beberapa komponen
itu akan mempengaruhi pula komponen lainnya. Beberapa dari gerakan-gerakan baru
tersebut memusatkan diri pada perbaikan dan peningkatan kualitas kegiatan belajar
mengajar pada sistem persekolahan, seperti cara guru mengajar dan cara murid belajar.
Guru memang suatu profesi yang unik. Pendekatannya harus dipandang secara individual
dan kelembagaan. Secara individual, seorang guru harus mempunyai jiwa pengabdian yang
tinggi. Lalu jiwa pengabdian yang tinggi ini ditunjang oleh keinginan yang kuat untuk selalu
memberikan dan melayani sebaik mungkin kepada anak didik. Maka dari itu, guru juga harus
selalu belajar, baik untuk ilmu pengetahuan dan keterampilan pengajaran, maupun belajar
memahami aspek psikologis kemanusiaan. Seorang guru juga harus mampu memahami
bagaimana cara murid belajar. Jika guru telah mampu menguasai teknik yang dapat
meningkatkan semangat dan keaktifan anak didiknya dalam belajar, maka dunia pendidikan
akan semakin dewasa dan profesional.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi gaya belajar?
C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui konsep dasar gaya belajar dan gaya berpikir
b. Untuk mengetahui macam-macam gaya belajar dan gaya berpikir
c. Untuk mengetahui tahapan-tahapan gaya belajar dan gaya berpikir pada siswa.
BAB II KAJIAN TEORI
Gaya belajar atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan perilaku
psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil untuk pebelajar merasa saling
berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar (NASSP dalam Ardhana dan Willis, 1989 : 4).
Definisi yang lebih menjurus pada gaya belajar bahasa dan yang dijadikan panduan pada penelitian
ini dikemukakan oleh Oxford (2001:359) dimana gaya belajar didefinisikan sebagai pendekatan yang
digunakan peserta didik dalam belajar bahasa baru atau mempelajari berbagai mata pelajaran.
B. MACAM-MACAM GAYA BELAJAR MENURUT PARA AHLI
1. Gaya Belajar Menurut David Kolb
Tanpa disadari dan direncanakan sebelumnya, setiap anak memiliki cara belajarnya
sendiri. Mencoba mengenali "Gaya Belajar" anak, dan tentunya setelah guru mengenali
"Gaya Belajar"nya sendiri, akan membuat proses belajar-mengajar jauh lebih efektif.
Dari sekian banyak teori atau temuan mengenai "Gaya Belajar", dalam kesempatan ini
kita akan membahas sebuah model yang dikemukakan oleh David Kolb (Styles of
Learning Inventory, 1981).
David Kolb mengemukakan adanya empat kutub (a-d) kecenderungan seseorang dalam
proses belajar, kutub-kutub tersebut antara lain:
1. Kutub Perasaan/FEELING (Concrete Experience)
Anak belajar melalui perasaan, dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret,
lebih mementingkan relasi dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang
lain. Dalam proses belajar, anak cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi
terhadap perubahan yang dihadapinya.
2. Kutub Pemikiran/THINKING (Abstract Conceptualization)
Anak belajar melalui pemikiran dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide,
perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang
dihadapi. Dalam proses belajar, anak akan mengandalkan perencanaan sistematis serta
mengembangkan teori dan ide untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
3. Kutub Pengamatan/WATCHING (Reflective Observation)
Anak belajar melalui pengamatan, penekanannya mengamati sebelum menilai,
menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-
hal yang diamati. Dalam proses belajar, anak akan menggunakan pikiran dan
perasaannya untuk membentuk opini/pendapat.
4. Kutub Tindakan/DOING (Active Experimentation)
Anak belajar melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi kemampuan
melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat
perbuatannya. Dalam proses belajar, anak akan menghargai keberhasilannya dalam
menyelesaikan pekerjaan, pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya.
Menurut Kolb, tidak ada individu yang gaya belajarnya secara mutlak didominasi
oleh salah satu saja dari kutub tadi. Yang biasanya terjadi adalah kombinasi dari dua kutub
dan membentuk satu kecenderungan atau orientasi belajar. Empat kutub di atas
membentuk empat kombinasi gaya belajar.
Pada model di atas, empat kombinasi gaya belajar diwakili oleh angka 1 hingga 4,
dengan penjelasan seperti di bawah ini:
1. Gaya Diverger
Kombinasi dari perasaan dan pengamatan (feeling and watching). Anak dengan tipe
Diverger unggul dalam melihat situasi kongkret dari banyak sudut pandang yang berbeda.
Pendekatannya pada setiap situasi adalah "mengamati" dan bukan "bertindak". Anak seperti
ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide (brainstorming),
biasanya juga menyukai isu budaya serta suka sekali mengumpulkan berbagai informasi.
2. Gaya Assimillator
Kombinasi dari berpikir dan mengamati (thinking and watching). Anak dengan tipe
Assimilator memiliki kelebihan dalam memahami berbagai sajian informasi serta
merangkumkannya dalam suatu format yang logis, singkat, dan jelas. Biasanya anak tipe
ini kurang perhatian pada orang lain dan lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak,
mereka juga cenderung lebih teoritis.
3. Gaya Converger
Kombinasi dari berfikir dan berbuat (thinking and doing). Anak dengan tipe Converger
unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya mereka punya
kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka
juga cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada masalah sosial atau
hubungan antar pribadi.
4. Gaya Accomodator.
Kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and doing). Anak dengan tipe
Accommodator memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang
dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam
berbagai pengalaman baru dan menantang. Mereka cenderung untuk bertindak berdasarkan
intuisi / dorongan hati daripada berdasarkan analisa logis. Dalam usaha memecahkan
masalah, mereka biasanya mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan
masukan / informasi) dibanding analisa teknis.
Menyimak berbagai gaya belajar di atas, sebagai guru perlu kiranya kita tetap
sensitif terhadap strategi belajar kita sendiri, yang mungkin sama atau sama sekali
berbeda dengan orientasi belajar peserta didik di kelas. Perbedaan itu dapat
menimbulkan kesulitan dalam kegiatan belajar-mengajar (dalam interaksi, komunikasi,
kerjasama, dan penilaian).
Jika mengajar kita pahami sebagai kesempatan membantu peserta didik untuk
belajar, maka kita harus berusaha membantu mereka memahami "Style of Learning"nya,
dengan tujuan meningkatkan segi-segi yang kuat dan memperbaiki sisi-sisi yang lemah
dari padanya.
2. Gaya menurut Bobbi DePorter bersama Mike Hernacki didalam bukunya ”Quantum
Learning”
Gaya belajar ada 3 dengan Karakteristik sebagai berikut :
3. Gaya belajar menurut Dave Meier dalam bukunya The Accelerated Learning
Gaya belajar menurut Dave Meier dikenal dengan sebutan pendekatan SAVI
a. Belajar ”Somatis”
”Somatis” berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma (seperti dalam
psikosomatis). Jadi belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestetis,
praktis-melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar.
b. Belajar ”Auditori”
Belajar Auditori adalah cara belajar dengan menggunakan pendengaran. Belajar
auditori merupakan cara belajar standar bagi semua masyarakat sejak adanya manusia.
Telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa
disadari seseorang mampu membuat beberapa area penting didalam otak menjadi aktif.
c. Belajar ”Visual”
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam
diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa didalam otak terdapat lebih banyak perangkat
untuk memproses informasi visual dari pada semua indra yang lain. Setiap orang
(terutama pembelajar visual) lebih mudah belajar jika dapat ”melihat” apa yang sedang
dibicarakan seseorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer dan lain-
lain. Pembelajar visual belajar paling baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia
nyata.
d. Belajar ”Intelektual”
Kata ”Intelektual” menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran
mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenung suatu
pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai dari pengalaman
tersebut. ”Intelektual” adalah bagian dari merenung, mencipta, memecahkan masalah dan
membangun makna.
Intelektual (menurut Dave meier) adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang
digunakan manusia untuk ”berfikir”, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf
baru dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosiaonal dan intuitif
tubuh untuk membuat makana baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan
pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi
pemahaman, dan pemahaman diharapkan menjadi kearifan.
4. Gaya Belajar menurut Depdiknas
Tujuh Gaya Belajar Efektif
Banyak gaya yang bisa dipilih untuk belajar secara efektif. Berikut adalah tujuh gaya
belajar yang mungkin bisa kita ambil :
a. Bermain dengan kata.
Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seorang teman yang senang bermain
dengan bahasa, seperti bercerita dan membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat
menyenangkan karena bisa membantu kita mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal
lainya dengan cara mendengar kemudian menyebutkannya.
b. Bermain dengan pertanyaan.
Bagi sebagian orang, belajar makin efektif dan bermanfaat bila itu dilakukan dengan
cara bermian dengan pertanyaan. Misalnya, kita memancing keinginan tahuan dengan
berbagai pertanyaan. Setiaop kali muncuil jawaban, kejar dengan pertanyaan, hingga
didapatkan hasil yang paling akhirnya atau kesimpulan.
c. Bermain dengan gambar.
Anda sementar orang yang lebih suka belajar dengan membuat gambar, merancang,
melihat gambar, slide, video atau film. Orang yang memiliki kegemaran ini, biasa
memiliki kepekaan tertentu dalam menangkap gambar atau warna, peka dalam
membuat perubahan, merangkai dan membaca kartu. Jika Anda termasuk kelompok ini,
tak salah bila Anda mencoba mengikutinya.
Alam (naturalis)
Kecerdasan naturalis, menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam.
Antar Pribadi(Interpersonal)
Kecerdasan interpersonal, menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan
orang lain.
Intra Pribadi
Kecerdasan intrapersonal, Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk
peka terhadap perasaan dirinya sendiri.
Kecerdasan Visual dan Kecerdasan Spasial
kemampuan untuk mengindera dunia secara akurat dan menciptakan kembali atau mengubah
aspek-aspek dunia tersebut.
BAB III PEMBAHASAN
1. Faktor yang mempengaruhi gaya belajar:
Menurut Gordon Dryden dan Dr. Jeannette Vos, faktor-faktor yang mempengaruhi
gaya belajar seseorang adalah:
Lingkungan fisik: suara, cahaya, suhu, tempat duduk, sikap tubuh sangat
berpengaruh pada proses belajar seseorang.
Kebutuhan emosional: orang juga memiliki berbagai kebutuhan
emosional. Dan emosi berperanan penting dalam proses belajar. Dalam
banyak hal, emosi adalah kunci bagi sistem memori otak. Muatan emosi dari
presentasi dapat berpengaruh besar dalam memudahkan pelajar untuk
menyerap informasi dan ide.
Kebutuhan sosial: sebagian orang suka belajar sendiri. Yang lain lebih suka
bekerja bersama seorang rekan. Yang lain lagi, bekerja dalam kelompok.
Sebagian anak-anak menginginkan kehadiran orang dewasa atau senang
bekerja dengan orang dewasa saja.
Kebutuhan Biologis: waktu makan, tingkat energi dalam sehari, dan
kebutuhan movilitas juga dapat mempengaruhi kemampuan belajar.
c. Pendidikan
Pendidikan adalah solusi terbaik untuk membentuk pola pikir yang unggul.
Seorang aparatur tidak akan membiarkan waktunya berlalu tanpa membaca buku.
Ia akan rajin men-charge dirinya sendiri melalui seminar-seminar yang bermanfaat.
Ia akan gunakan internet untuk mencari berbagai informasi yang dapat mendukung
karirnya sebagai seorang aparatur. Ia akan berusaha untuk meningkatkan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, bukan karena selembar ijazah atau
kebanggaan menyandang sederet gelar akademik, tapi karena kesadaran untuk
terus meningkatkan kompetensi diri. Iapun Ia tidak akan membiarkan dirinya
menonton TV lebih dari satu jam sehari.
Belief System, atau sistem kepercayaan, atau sistem keyakinan, juga mampu
mengarahkan seorang Aparatur untuk memberikan pelayanan terbaik kepada
semua orang yang berurusan dengannya, baik itu masyarakat, atasan, bawahan,
atau kolega.
A. Kesimpulan
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang kompleks menuntut penanganan
untuk meningkatkan kualitasnya, baik yang bersifat menyeluruh maupun pada
beberapa komponen tertentu saja. Beberapa dari gerakan-gerakan baru tersebut
memusatkan diri pada perbaikan dan peningkatan kualitas kegiatan belajar
mengajar pada sistem persekolahan, seperti cara guru mengajar dan cara murid
belajar. Gaya Belajar Siswa ada 3 Jenis, Yaitu : gaya belajar visual (belajar dengan
cara melihat), auditorial (belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik (belajar
dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh).
Guru memang suatu profesi yang unik. Pendekatannya harus dipandang secara
individual dan kelembagaan. Secara individual, seorang guru harus mempunyai jiwa
pengabdian yang tinggi. Lalu jiwa pengabdian yang tinggi ini ditunjang oleh
keinginan yang kuat untuk selalu memberikan dan melayani sebaik mungkin kepada
anak didik. Maka dari itu, guru juga harus selalu belajar, baik untuk ilmu
pengetahuan dan keterampilan pengajaran, maupun belajar memahami aspek
psikologis kemanusiaan.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini
dapat dikatakan sempurna dan lebih baik lagi.