Anda di halaman 1dari 8

Nugroho Priambudi M

0701519059/HE19B
Karya Ilmiah UTS

Tragedi Semanggi

a. Pembukaan
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah
tentang Pelanggaran HAM saat Tragedi Semanggi.
Saya sangat berharap karya ilmiah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pelanggaran HAM saat tragedi semanggi.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam karya ilmiah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan karya ilmiah yang telah saya buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
b. Pendahuluan
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia sejak
manusia masih dalam kandungan sampai akhir kematiannya. Di di dalamnya tidak jarang
menimbulkan gesekan-gesekan antar individu dalam upaya pemenuhan HAM pada
dirinya sendiri. Hal inilah yang kemudian bisa memunculkan pelanggaran HAM seorang
individu terhadap individu lain,kelompok terhadap individu, ataupun sebaliknya.
Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami kemajuan dalam bidang
penegakan HAM bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen HAM pun didirikan
sebagai upaya menunjang komitmen penegakan HAM yang lebih optimal. Namun seiring
dengan kemajuan ini, pelanggaran HAM kemudian juga sering terjadi di sekitar kita
Seorang penganut hukum alam Locke menyatakan bahwa masyarakat yang
idealadalah masyarakat yang tidak melanggar hak-hak dasar manusia. Makna terdalam
dari pernyataan Locke adalah untuk mencapai suatu tatanan kehidupan masyarakat
diperlukanaturan ataupun perlengkapan yang dapat digunakan untuk menjaga eksistensi
hak-hak dasar manusia. Lalu apa perlengkapan yang diperlukan dalam upaya penegakan
HAM. Jawaban yang paling tepat tentunya adalah hukum. Seperti ungkapan dari Kant
bahwa manusia sebagai mahluk berakal dan berkehendak bebas sehingga negara

1
Nugroho Priambudi M
0701519059/HE19B
Karya Ilmiah UTS

Memiliki tugas untuk menegakkan hak-hak dan kebebasan warganya. Oleh karena
itu penguasadalam hal ini pemerintah tidak boleh melanggar maupun menghalangi.
Kemakmuran dankebahagian rakyat merupakan tujuan negara dan hokum
Kasus pelanggaran HAM pada Tragedi Semanggi I telah ditindaklanjuti melalui jalur
hukum yaitu dengan menghukum pelaku di lapangan. Namun belum mengena pada “otak
pelaku” yang seharusnya paling bertanggung jawab pada tragedi tersebut. Sampai sekarang
kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia, belum ada satupun yang dapat diselesaikan melalui
pengadilan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain belum adanya pengadilan khusus
yang berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM yang berat. Hal inilah yang
kadang menimbulkan gejolak dalam masyarakat dan hilangnya kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah dan hukum di Indonesia
Kasus pelanggaran HAM memang selalu menjadi isu yang menarik. Bahkan semua yang
melanggar kebebasan seseorang dinilai melanggar HAM. Kondisi ini mengingatkan pada
mencuatnya isu kebebasan dan hak-hak dasar manusia yang pernah menjadi ikon kosmologi
pada abad ke-18. Pada masa itu hak-hak dasar tidak hanya dipandang sebagai kewajiban yang
harus dihormati penguasa. Tetapi, juga hak yang mutlak dimiliki oleh rakyat. Bahkan pada abad
18 muncul kredo ( pernyataan kepercayaan ) tiap manusia dikaruniakan hak-hak yang kekal. Hak
yang tidak dapat dicabut dan yang tidak pernah ditinggalkan
ketika umat manusia beralih untuk memasuki era baru dari kehidupan pramodern ke
kehidupan modern. Serta tidak pernah berkurang karena tuntutan hak memerintah penguasa.
Betapa HAM telah mendapatkan tempat khusus di tengahtengah perkembangan kehidupan
manusia mulai abad 18 sampai sekarang (Sumber:
https://id.scribd.com/doc/21236942/Pelanggaran-HAM-dalam-tragedi-semanggi)
c. Pokok Permasalahan
 Hilangnya kebebasan berpendapat yang dilakukan mahasiswa
Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum, pada Pasal 1 angka 1 menjelaskan:
Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk
menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan

2
Nugroho Priambudi M
0701519059/HE19B
Karya Ilmiah UTS

bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jaminan kebebasan berpendapat telah tertuang dalam peraturan perundang-


undangan seperti dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Pasal 28 UUD
1945 menyatakan: kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang, Pasal 28 E
ayat (2): setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

Pasal 28 E ayat (3): setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul,
dan mengeluarkan pendapat. Pasal 28 F: setiap orang berhak berkomunikasi dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Selain jaminan dalam UUD, berbagai undang-undang juga mengatur dan


menjamin bahwasannya kemerdekaan menyatakan pendapat sebagai Hak Asasi Manusia.
Hal ini bisa dilihat Pasal 2 Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum, yang menyatakan setiap warga negara,
secara perorangan atau kelompok, bebas menyampaikan pendapat sebagai perwujudan
hak dan tanggung jawab berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Begitu juga Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Dalam Pasal 23 ayat (2) menyebutkan bahwa setiap orang bebas untuk mempunyai,
mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan dan atau
tulisan melalui media cetak maupun elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama,
kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan Negara.

3
Nugroho Priambudi M
0701519059/HE19B
Karya Ilmiah UTS

 Upaya Penyelesaian
1. Pembentukan Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Peristiwa Semanggi I dan Semanggi II  Meskipun DPR RI telah
merekomendasikan agar kasus Semanggi I dan II ditindak lanjuti dengan
Pengadilan Umum dan Pengadilan Militer, namun sehubungan dengan
adanya dugaan telah terjadinya pelanggaran HAM berat, tuntutan keadilan
bagi keluarga korban dan masyarakat, dan dalam rangka penegakan hukum
dan penghormatan hak asasi manusia, dipandang perlu Komnas HAM
melakukan penyelidikan dengan membentuk Komisi Penyelidikan
Pelanggaran HA Semanggi I, dan Semanggi II. Maka dalam Rapat
Paripurna Komnas HAM tanggal 5 Juni 2001 menyepakati pembentukan
Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Peristiwa Semanggi
I dan Semanggi II yang selanjutnya dituangkan dalam SK Nomor
034/KOMNAS HAM/VII/ 2001 tanggal 27 Agustus 2001.
2. Landasan Hukum Pembentukan Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak
Asasi Manusia peristiwa Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II didasarkan
atas:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia
b. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia
c. Keputusan Rapat Paripurna Komnas HAM tanggal 5 Juni 2001
d. Keputusan Ketua Komnas HAM Nomor 034/KOMNAS
HAM/VII/2001 tanggal 27 Agustus 2001 tentang Pembentukan Komisi
Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia peristiwa Semanggi I&
II.
3. Tugas dan Wewenang Tugas dan wewenang KPP HAM Semanggi I, dan
Semanggi II adalah:

4
Nugroho Priambudi M
0701519059/HE19B
Karya Ilmiah UTS
a. Melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang
terjadi dan kasus-kasus yang berkaitan
b. Meminta keterangan pihak-pihak korban
c. Memanggil dan memeriksa saksi-saksi dan pihak-pihak yang diduga
terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia
d. Mengumpulkan bukti-bukti tentang dugaan pelanggaran hak asasi
manusia
e. Meninjau dan mengumpulkanketerangan di tempat kejadian dan tempat
lainnya yang dianggap perlu
f. Kegiatan lain yang dianggap perlu Penyelesaian kasus trisakti nasibnya

kurang lebih sama dengan reformasi, yaitu mati suri.

Bertahun-tahun sudah kasus terjadi, tapi para pelaku tidak pernah terungkap
dengan terang benderang, sehingga mereka tak pernah dibawa ke meja hijau. Padahal
Komnas HAM menengarai adanya pelanggaran HAM berat pada penangan demonstrasi
mahasiswa Trisakti 12 Mei 1998. Salah satu indikasi sulitnya membongkar kasus ini
adalah keterlibatan orang-orang penting (berkuasa) pada saat itu atau bahkan sampai saat
ini sehingga ada banyak kepentingan yang menghalang-halangi penuntasa kasus
ini.Tahun demi tahun terus bergulir. Pemerintah (presiden) pun telah beberapa kali
berganti, namun penyelesaian kasus trisakti tidak tahu rimbanya (Sumber:
https://brainly.co.id/tugas/3017695)

 Pelanggaran HAM yang terjadi saat peristiwa tersebut

Berdasarkan fakta-fakta, dokumen, keterangan dan kesaksian berbagai pihak,


KPPHAM menemukan berbagai kekerasan yang pada dasarnya melanggar hak asasi
manusia seperti pembunuhan, penganiayaan, penghilangan paksa, perkosaan, perampasan
kemerdekaan dan kebebasan fisik yang dilakukan secara sistematis serta meluas
yangdilakukan oleh pelaku tertentu dengan sasaran masyarakat tertentu. Masyarakat
tersebut secara khusus adalah mahasiswa maupun masyarakat yang berdemonstrasi
terhadap kekuasaan politik untukmenuntut perubahan, termasuk terhadap rencana
melahirkan UUPKB

5
Nugroho Priambudi M
0701519059/HE19B
Karya Ilmiah UTS

a. Pembunuhan
Telah terjadi pembunuhan yang sistematis di berbagai daerah
dalam waktu yang panjang, yaitu pada Mei 1998, Nopember 1998,
serta September 1999. Tindakan pembunuhan itu dilakukan terhadap
mahasiswa demonstran, petugas bantuan medis, anggota masyarakat
yang berada disekitar lokasi demonstran, ataupun anggotamasyarakat
yang dimobilisasi untuk menghadapi demonstran. Pembunuhan serupa
juga dilakukan dalam kerusuhan massa yang diciptakan secara
sistematis sebagaimanaterjadi di Jakarta dan Solo pada Mei 1998 (lihat
laporan TGPF)
b. Penganiayaan
Telah terjadi penganiayaan untuk membubarkan demonstrasi yang
dilakukan sejumlah mahasiswa dan anggota masyarakat yang
dilakukan oleh aparat TNI dan POLRI (dahulu disebut ABRI).
Penganiayaan ini terjadi secara berulang-ulang di berbagailokasi,
seperti pada kampus Universitas Trisakti, dan Universitas Atmajaya,
danSemanggi yang mengakibatkan timbulnya korban fisik (seperti
terbunuh, luka ringandan luka berat) dan mental. Hal ini dikarenakan
terkena gas air mata, pukulan,tendangan, gigitan anjing pelacak dan
tembakan sehingga harus mengalami perawatan yang serius.
c. Perkosaan atau bentuk kekerasan seksual lain yang setara
Terutama pada Mei 1998, telah terjadi tindak kekerasan seksual
termasuk perkosaanyang mengakibatkan sejumlah perempuan
mengalami trauma dan penderitaan fisik danmental. Trauma yang
dialami sulit diatasi karena korban tidak berani tampil untuk
menceritakan apa yang dialaminya.
d. Perampasan Kemerdekaan dan Kebebasan Fisik
Sebagai bagian dari tindakan kekerasan, dilakukan pula tindakan
penggeledahan, penangkapan dan penahanan yang dilakukan secara

6
Nugroho Priambudi M
0701519059/HE19B
Karya Ilmiah UTS

sewenang-wenang dan melewati batas-batas kepatutan sehingga


menimbulkan rasa tidak aman dan trauma. Perbuatanini dilakukan
sebagai bagian yang tidak terpisah dari upaya penundukan secara fisik
dan mental terhadap korban (Sumber:
https://id.scribd.com/doc/21236942/Pelanggaran-HAM-dalam-tragedi-
semanggi)

d. Kesimpulan
Dari permasalahan yang berhubungan tentang kemanusiaan yang telah penulis
jelaskan di pembahasan tentang pelanggaran HAM di Indonesia yang masih saja kurang
diperhatikan. Penulis merasa iba melihat bagaimana para korban dan keluarga korban
yang sampai saat ini tidak mendapat apa-apa dari pelanggaran HAM tersebut. Di kejadian
tersebut, jelas bahwa para pejabat dan pemimpin negara saat itu yang mengikuti sidang
tidak ada yang peduli akan kejadian diluar sana. Para mahasiswa, para penerus bangsa
yang telah berusaha mengeluarkan aspirasi mereka, berjuang demi Indonesia yang lebih
baik, namun malah hal seperti itu yang mereka dapat. Penulis bersyukur bahwa saat ini
penulis sebagai pelajar dapat belajar dengan baik dan tidak perlu merasakan apa yang
para mahasiswa saat itu rasakan.
Dari permasalahan itu juga penulis jadi semakin tergerak untuk menggunakan
kompetensi penulis untuk terus menimba ilmu demi Indonesia kita yang lebih baik. Hati
nurani penulis juga semakin tergerak untuk memilih mana yang baik dan mana yang
buruk, jika kita sebagai pelajar tidak mengasah hati nurani kita maka akan berakhir sama
dengan pemerintahan saat tragedi Semanggi berlangsung. Rasa kepedulian penulis juga
semakin tergerak untuk semakin peduli dan terbuka pada apa yang terjadi di sekitar
penulis, dan bisa melakukan aksi-aksi nyata untuk membantu. Penulis juga semakin
tergerak untuk berkomitmen untuk melakukan yang terbaik dalam hal apapun terutama
belajar, dan berkomitmen untuk terus membela bangsa dan negara kita Indonesia.
(Sumber:
https://www.kompasiana.com/christoforus27750/5cdc1f4d7506572f296d3e86/kemanusiaan-
di-tragedi-semanggi?page=all)

7
Nugroho Priambudi M
0701519059/HE19B
Karya Ilmiah UTS

e. Penutup
Kasus pelanggaran HAM atau hak asasi manusia masih banyak di Indonesia baik
yang terungkap maupun yang tidak terungkap, tragedi Semanggi hanya lah satu
contohnya. Maka dari itu sebagai makhluk sosial kita harus tetap menghargai HAM dan
menghargai sesama manusia dan tergerak untuk bisa melihat dan peka terhdapat
kejadian-kejadian di sekitar kita, berani untuk melaporkan segala bentuk pelanggaran
HAM dan hanya dengan melapor kita sudah menjadi bagian dalam membantu korban dan
bangsa kita dalam memberantas pelanggaran HAM.
Demikian Karya Ilmiah yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap agar
makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat membawa dampak yang positif.
Penulis mohon maaf atas segala bentuk kesalahan dan jika ada perkataan yang tidak
mengena di hati.

Anda mungkin juga menyukai