F. Komplikasi
a. Kerusakan paru
b. Kerusakan tulang
c. Meningitis
d. Spondilitis
e. Pleuritis
f. Bronkopneumoni
g. Atelektasis
G. Pencengahan
Penularan perlu diwaspadai dengan mengambil tindakan –tindakan
pencegahan selayaknya untuk menghindarkan droplet infectiondari penderita ke
orang lain. Salah satu cara adalah batuk dan bersin sambil menutup mulut atau
hidung dengan sapu tangan atau kertas tissue untuk kemudian didesinfeksi
dengan Lysol atau dibakar. Bila penderita berbicara dianjurkan untuk tidak
terlalu dekat dengan lawan bicaranya.Ventilasi yang baik dari ruangan juga
memperkecil bahaya penularan. (Ikn’s 2006)
H. Pemeriksaanpenunjang
TB merupakan salah satu penyakit menular dengan angka kejadian yang
cukup tinggi di Indonesia.Diagnosis pasti TB seperti lazimnya penyakit menular
yang lain adalah dengan menemukan kuman penyebab TB yaitu kuman
Mycobacterium tuberculosispada pemeriksaan sputum, bilas lambung, cairan
serebrospinal, cairan pleura ataupun biopsi jaringan.
Diagnosis pasti TB ditegakkan berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi
yang terdiri dari beberapa cara, yaitu pemeriksaan mikroskopis apusan langsung
atau biopsi jaringan untuk menemukan BTA dan pemeriksaan biakan kuman
TB. Pada anak dengan gejala TB, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
mikrobiologi. Pemeriksaan serologi yang sering digunakan tidak
direkomendasikan oleh WHO untuk digunakan sebagai sarana diagnostik TB
dan Direktur Jenderal BUK Kemenkes telah menerbitkan Surat Edaran pada
bulan Februari 2013 tentang larangan penggunaan metode serologi untuk
penegakan diagnosis TB.
Pemeriksaan mikrobiologik sulit dilakukan pada anak karena sulitnya
mendapatkan spesimen.Spesimen dapat berupa sputum, induksi sputum atau
pemeriksaan bilas lambung selama 3 hari berturut-turut, apabila fasilitas
tersedia. Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
histopatologi (PA atau Patologi Anatomi) yang dapat memberikan gambaran
yang khas. Pemeriksaan PA akan menunjukkan gambaran granuloma dengan
nekrosis perkijuan ditengahnya dan dapat pula di temukan gambaran sel datia
langhans atau kuman TB (KEMENKES 2013).
Perkembangan Terkini Diagnosis TB
Cara Mendapatkan sampel pada Anak
a. Berdahak
Pada anak lebih dari 5 tahun dengan gejala TB paru, dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan dahak mikrokopis, terutama bagi anak yang mampu
mengeluarkan dahak.Kemungkinan mendapatkan hasil positif lebih tinggi
pada anak >5 tahun.
b. Bilas lambung
Bilas lambung dengan NGT (Naso Gastric Tube) dapat dilakukan pada
anak yang tidak dapat mengeluarkan dahak.Dianjurkan spesimen
dikumpulkan selama 3 hari berturut-turut pada pagi hari.
c. Induksi Sputum
Induksi sputum relatif aman dan efektif untuk dikerjakan pada anak
semua umur, dengan hasil yang lebih baik dari aspirasi lambung, terutama
apabila menggunakan lebih dari 1 sampel.Metode ini bisa dikerjakan secara
rawat jalan, tetapi diperlukan pelatihan dan peralatan yang memadai untuk
melaksanakan metode ini.
Pemeriksaan penunjang lain yang cukup penting adalah pemeriksaan foto
toraks. Namun gambaran foto toraks pada TB tidak khas karena juga dapat
dijumpai pada penyakit lain. Dengan demikian pemeriksaan foto toraks saja
tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis TB, kecuali gambaran TB milier.
Secara umum, gambaran radiologis yang menunjang TB adalah sebagai berikut:
A. Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan atau tanpa infiltrat
(visualisasinya selain dengan foto toraks AP, harus disertai foto toraks
lateral)
B. Konsolidasi segmental atau lobar
C. Efusi pleura
D. Milier
E. Atelektasis
F. Kavitas
G. Kalsifikasi dengan infiltrate
H. Tuberkuloma
I. Pengobatan Tuberculosis Pada Anak
Tatalaksana medikamentosa TB Anak terdiri dari terapi (pengobatan) dan
profilaksis (pencegahan). Terapi TB diberikan pada anak yang sakit TB,
sedangkan profilaksis TB diberikan pada anak yang kontak TB (profilaksis
primer) atau anak yang terinfeksi TB tanpa sakit TB (profilaksis sekunder).
Beberapa hal penting dalam tatalaksana TB Anak adalah:
a. Obat TB diberikan dalam paduan obat tidak boleh diberikan sebagai
monoterapi.
b. Pemberian gizi yang adekuat.
c. Mencari penyakit penyerta, jika ada ditatalaksana secara bersamaan.
Paduan OAT Anak
Prinsip pengobatan TB anak:
a. OAT diberikan dalam bentuk kombinasi minimal 3 macam obat untuk
mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman intraseluler
dan ekstraseluler.
b. Waktu pengobatan TB pada anak 6-12 bulan. Pemberian obat jangka
panjang selain untuk membunuh kuman juga untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya kekambuhan.
c. Pengobatan TB pada anak dibagi dalam 2 tahap:
1) Tahap intensif, selama 2 bulan pertama. Pada tahap intensif,
diberikan minimal 3 macam obat, tergantung hasil pemeriksaan
bakteriologis dan berat ringannya penyakit.
2) Tahap Lanjutan, selama 4-10 bulan selanjutnya, tergantung hasil
pemeriksaan bakteriologis dan berat ringannya penyakit.
3) Selama tahap intensif dan lanjutan, OAT pada anak diberikan setiaphari
untuk mengurangi ketidakteraturan minum obat yang lebih sering terjadi
jika obat tidak diminum setiap hari.
4) Pada TB anak dengan gejala klinis yang berat, baik pulmonal maupun
ekstrapulmonal seperti TB milier, meningitis TB, TB tulang, dan lainlain
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan.
5) Pada kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB,
TB endobronkial, meningitis TB, dan peritonitis TB, diberikan
kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari, dibagi dalam
3 dosis. Dosis maksimal prednisone adalah 60mg/hari. Lama pemberian
kortikosteroid adalah 2-4 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan
tappering off dalam jangka waktu yang sama. Tujuan pemberian steroid
ini untuk mengurangi proses inflamasi dan mencegah terjadi perlekatan
jaringan.
6) Paduan OAT untuk anak yang digunakan oleh Program Nasional
Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia adalah:
1) Kategori Anak dengan 3 macam obat: 2HRZ/4HR
2) Kategori Anak dengan 4 macam obat: 2HRZE(S)/4-10HR
1. Pengkajian
a. Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal
kota dan daerah, jumlah keluarga)
b. Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama
hamil
2) Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi
menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom
3) Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi ,
asfiksia ikterus
d. Riwayat Masa Lampau
1) Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk
yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang
lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh?
Tanyakan, apakah pernah berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah
berobat tapi tidak teratur?)
2) Pernah dirawat dirumah sakit
3) Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan
4) Riwayat kontak dengan penderita TBC
5) Alergi
6) Daya tahan yang menurun.
7) Imunisasi/Vaksinasi : BCG
e. Riwayat Penyakit Sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat
benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan
sub mandibula)
f. Riwayat Keluarga (adakah yang menderita TB atau Penyakit Infeksi lainnya,
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi
1) Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah),
pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota
keluarga yang banyak), pola sosialisasi anak.
2) Kondisi rumah
3) Merasa dikucilkan
4) Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik
diri)
5) Biasanya pada keluarga yang kurang mampu
6) Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu
waktu yang lamadan biaya yang banyak
7) Tidak bersemangat dan putus harapan.
h. Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan dengan anggota
keluarga, Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan secara umum,
Pelaksanaan spiritual)
i. Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, dan DDST
1) Pertumbuhan
a) Kaji BBL, BB saat kunjungan
b) BB normal
c) BB normal, mis : ( 6-12 tahun ) umur
d) Kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64 x 77R
= usia dalam tahun
e) LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan
2) Perkembangan
a) lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti objek
dengan mata, mengoceh.
b) usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda,
tertawa, dan mengais meringis
c) usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik sendiri,
merangkak, meraih benda, memindahkan benda dari tangan satu ke
tangan yang lain dan mengeluarkan kata-kata tanpa arti.
d) usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu
mengeluarkan kat-kata, mengerti ajakan sederhana, dan larangan
berpartisipasi dalam permainan.
e) usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya
menyusun 2-3 kata dapat mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu,
bersaing
f) usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata menunjuk kata
dan hidung, belajar makan sendiri, menggambar garis,
memperlihatkan minat pada anak lain dan bermain dengan mereka.
g) usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan dengan 3
kotak, menyusun kalimat dan lain-lain.
h) usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar berbicara
dengan baik, menyebut warna, dan menyayangi saudara.
i) usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan
menghitung.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya
pembentukan sputum yang berlebih ditandai dengan batuk tidak efektif,
tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi, wheezing dan atau ronkhi
kering.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar kapiler ditandai dengan fekuensi nafas meningkat, penggunaan
otot bantu nafas, nafas dangkal, nilai gas darah arteri abnormal.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi ditandai dengan
Penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung, fase
ekspirasi memanjang, pola nafas abnormal (takipnea, bradipnea,
hiperventilasi)
4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme ditandai
dengan suhu tubuh diatas normal
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi menurun ditandai
dengan berat badan menurun 10% dibawah rentang normal, bising usus
hiperaktif
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan
pasien tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi dan tekanan darah
meningkat, sulit tidur.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan
frekuensi jantung menigkat >20% dari kondisi istirahat
8. Gangguan pola tidur behubungan dengan sesak nafas, batuk, serta stimulus
lingkungan ditandai dengan pasien mengeluh sulit tidur, sering terjaga,
pola tidur berubah, istirahat tidak cukup
9. Risiko infeksi berhubungan dengan organisme purulen
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
3. NOC : NIC :
Setelah diberikan asuhan 1. Posisiskan pasien untuk
keperawatan selama ……x…… memaksimalkan ventilasi
jam dihrapkan pola nafas efektif 2. Ausjkultasi suara nafas dan cata
adanya penggunaan otot nafas
tambahan
Kriteria hasil : 3. Monitor tanda-tanda vital
1. Mendemonstrasikan batuk 4. Kaji skala nyeri
efektif dan suara nafas bersih, 5. Ajarkan dan evaluasi latihan
tidak ada sianosis, dan dyspnea batuk efektif
(mampu mengeluarkan 6. Lakukan pemeriksaan ventilator
sputum, mampu bernagas tiap 1-2 jam, evaluasi selama
dengan mudah) semua alarm dan tentukan
2. Menunjukkan jalan nafas yang penyebabnya.
paten (paien merasa tidak 7. Pertahankan alat resusitasi
tercekik, irama nafas, manual pada posisi yang mudah
frekuensi pernafasan dalam dijangkau
rentang normal, tidak ada 8. Monitor selang dari kemungkinan
suara nafas abnormal, dan terlepas, terlipat, bocor, atau
penggunaan otot bantu nafas tersumbat
tambahan) 9. Evaluasi tekana atau kebocoran
3. Tanda vital dalam rentang balon cuff tiap 3 jam
normal 10. Kolaborasi pembeian oksigen
sesuai indikasi
11. Kolaborasi mengenai perlunya
alat jalan nafas buatan
12. Kolaborasi tambahan analgeti
untuk mengurangi rangsangan
nyeri
4. NOC : NIC :
Setelah diberikan asuhan 1. Pantau suhu klien (menggigil,
keperawatan selama …..x….jam diaphoresis)
diharapkan tidak terjadi perubahan 2. Pantau suhu lingkungan
3. Pantau intake/output cairan
suhu tubuh
4. Pantau takikardi, takipnea
5. Pertahankan cairan parenteral
Kriteria hasil : sesuai indikasi
1. Suhu tubuh normal (35,80C- 6. Mengurangi kegiatan fisik sesuai
37,50C) toleransi
2. Kulit lembab dan kering 7. Beri kompres sesuai indikasi
3. Bebas dari kedinginan 8. Pantau sisi IV adanyakemerahan,
4. Tanda vital dalam rentang bengkak
normal 9. Ganti IV line tiap 3 hari
5. Bebas takipnea 10. Kolaborasi pemberian antibiotic,
6. Hasil DL (Leukosit normal) antipiretik
11. Kpemantauan DL, elektrolit,
glukosa
5. NOC : NIC :
Setelah diberikan asuhan 1. Beri makanan sesuai diet
keperawatan selama …..x….jam 2. Sajikan makanan menarik dan
diharapkan pasien dapat hangat
3. Pantau status nutrisi (BB, TB,
mempertajhankan nutrisi yang
LILA, Tinggi lutut) tiap…hari
adekuat 4. Tentukan kemampuan pasien
untuk memenuhi kebutuhan
Kriteria hasil : nutrisi/residu (pada anak)
1. Tidak terjadi penurunan BB 5. Berikan informasi yang tepat
2. Menyebutkan kembali manfaat tentang kebutuhan nutrisi dan
nutrisi bagaimana memenuhinya
3. Mengattakan 6. Kolaborasi dengan ahli gizi
keinginan/toleransi untuk dalam menentukan kebutuhan
mengikuti diet nutrisi, diet dan pemberian
4. Nilai laboratorium (albumin, informasi kepada pasien
hemoglobin dalam batas 7. Kolaborasi dengan dokter untuk
normal) pemantauan nilai laboratorium
teransferin, albumin, dan
elektrolit
6. NOC : NIC :
Setelah diberikan asuhan 1. Istirahatkan pasien pada posisi
keperawatan selama …..x….jam yang nyaman dalam batas yang
diharapkan pasien dapat dapat ditoleransi oleh pasien
2. Berikan informasi tentang nyeri
mempertahankan perilaku adaptasi
meliputi penyebab, lamanya nyeri
terhadap nyeri (nyeri terkontrol) yang berlangsung, faktor yang
dapat memperburuk atau
Kriteria hasil : merdakan nyeri
1. Melaporkan secara verbal 3. Bantu pasien untuk
nyeri berkurang atau hilang mengidentifikasi tindakan
2. Skala nyeri 0-3 memenuhi kebutuhan ras nyaman
3. Wajah tampak rileks/tenang yang telah berhasil dilakukan
4. Tidak gelisah, pucat oleh pasien
berkeringat aibat menahan 4. Observasi tanda-tanda vital
nyeri 5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
5. Tidak berhati-hati dan (relaksasi nafas dalam, distraksi,
menghindari daerah yang yyeri kompres hangat/dingin, terapi
6. Tanda-tanda vital (nadi dan music, massage punggung)
pernafasan) dalam batas 6. Kaji kembali keluhan nyeri yang
normal dirasakan pasien meliputi lokasi,
karakteristik, frekuensi, durasi,
kualitas, dan intensitas nyeri
7. Kolaborasi pemberian analgetik
jika diperlukan
8. Ajrkan tentang metode
penggunaan analgetik untuk
mengurangi nyeri
7. NOC : NIC :
Setelah diberikan asuhan 1. Tentukan penyabab keletihan
keperawatan selama …..x….jam (karena perawatan, pengobatan,
pasien menunjukkan toleransi nyeri)
2. Gunakan teknik relaksasi
terhadap aktivitas yang biasa
distraksi, selama aktivitas
dilakukan dengan daya tahan, 3. Pantau respon kardioterapiratori
penghematan energy dan terhadap aktivitas (takipnea,
perawatan diri takikardia, pucat, berkeringat)
4. Kaji respon emosi, sosial, dan
Kriteria hasil : spiritual terhadap aktivitas
1. Mengidentikasi faktor-faktor 5. Evaluasi motivasi dan keinginan
yang menurunkan intoleransi pasien untuk meningkatkan
aktivitas aktivitas
2. Menunjukkan penghematan 6. Ajarkan kepada pasien dan
enrgy (menyadari keterbatasan keluarga teknik perawatan diri
energy, menyeimbangan yang meminimalkan konsumsi
aktivitas dan istirahat) oksigen selama aktivitas
3. Melaporkan penurunan gejala- 7. Ajarkan pengataran waktu
gejala intoleransi aktivitas aktivtas dan istirahat
4. Memperlihatkan penurunan 8. Monitor tanda-tanda vital dan
tanda-tanda hipoksia pada status nutrisik
peningkatan aktivitas (nadi, 9. Kolaboras pengobatan nyeri
tekanan darah, respirasi dalam sesuai program dokter sebelum
batas normal) aktivitas
8. NOC : NIC :
Setelah diberikan asuhan 1. Bantu pasien mengidentifikasi
keperawatan selama …..x….jam faktor yang menyebabkan kurang
diharapkan pasien dapat tidur
2. Penggunaan lampu tidur
meningkatkan kualitas tidur
disesuaikan dengan kebiasaan
pasien
Kriteria hasil : 3. Beri lingkungan tenang, damai,
1. Perasaan segar setelah tidur dan meminimalkan gangguan
2. Terjaga dengan waktu yang 4. Batasi pengunjung
sesuai 5. Beri waktu istirahat
3. Tidur siang sesuai usia 6. Jaga kebersihan lingkungan
4. Tidak ada masalah dengan ruang pasien
pola, kualitas, rutinitas tidur 7. Anjurkan pasien untuk
5. Jumlah jam tidur tidak membatasi tidur disiang hari
terganggu 8. Beri posisi tidur yang nyaman
9. Batasi masukan makanan yang
mengandung kafein
10. Kolaborasi pemberian obat tidur
9. NOC : NIC :
Setelah diberikan asuhan 1. Pantau tanda gejala infeksi dan
keperawatan selama …..x….jam tanda vital
tidak ada faktor resiko infeksi 2. Kaji faktor yang menigkatkan
seragan infeksi (misalnya usia
Kriteria hasil :
lanjut, tanggap imun rendah, dan
1. Terbebas dari gejala atau tanda malnutrisi)
infeksi 3. Batasi pengunjung dan ajarkan
2. Menunjukkan hygiene pribadi cara cuci tangan sewaktu masuk
yang adekuat dan meninggalkan ruangan
3. Mengindikasikan status pasien
gastrointestinal, pernafasan, 4. Lakukan teknik isolasi jika
dan imun dalam batas normal memungkinkan
4. Menggambarkan faktor yang 5. Instruksikan untuk menjaga
menunjang penularan infeksi hygiene pribadi
5. Melaporkan tanda gejala 6. Lakukan pembersihan mulut 2-3
infeksi jam dengan cairan antiseptic
7. Pertahankan teknik aseptic pada
saat melakukan pengisapan
(suction)
8. Evaluasi warna , jumlah
konsistensi, dan bau sputum
setiap kali pengisapan
9. Jaga kebersihan ambubag dan
lakukan desinfeksi sesudah
pemakaian
10. Berikan terapi antibiotic jika
diperlukan
4.IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan.
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
kriteria hasil yang diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi mencakup melakukan membantu dan mengarahkan kerja aktivitas
kehidupan sehari-hari.Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat.
5.EVALUASI
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya pembentukan
sputum yang berlebih ditandai dengan batuk tidak efektif, tidak mampu batuk,
sputum berlebih, mengi, wheezing dan atau ronkhi kering.
1) Pasien tidak mengeluh sesak
2) Pernafasan pasien teratur (12-20x/mnt
3) Pasien mampu mengeluarkan sputum/batuk efektif atau sputum mudah
dikeluarkan dengan suctioning
4) Suara paru pasien bersih vesikuler tidak ada suara nafas abnormal
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar
kapiler ditandai dengan fekuensi nafas meningkat, penggunaan otot bantu nafas,
nafas dangkal, nilai gas darah arteri abnormal.
1) AGD pasien dalam rentang normal (pH darah arteri 7.35-7.45; pCO2 35-45
mmHg)
2) Tidak ada sianosis
3) Pasien tenang, tidak gelisah
4) Kesadaran komposmentis (kecuali pada pasien dengan gangguan SSP)
5) Pasien tidak tampak sesak
6) Frekuensi dan irama nafas pasien teratur (12-20x/menit)
7) Nadi teratur (60-100 x/menit)
8) Warna kulit pasien tidak pucat
9) Tidak ada keringat dingin
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi ditandai dengan
Penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung, fase ekspirasi
memanjang, pola nafas abnormal (takipnea, bradipnea, hiperventilasi)
1) Paien mampu mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas bersih, tidak ada
sianosis, dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernagas dengan
mudah)
2) Pasien mampu menunjukkan jalan nafas yang paten (paien merasa tidak
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal, dan penggunaan otot bantu nafas tambahan)
3) Tanda vital pasien dalam rentang normal
4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme ditandai dengan
suhu tubuh diatas normal
1) Suhu tubuh pasien dalam rentang normal (35,80C-37,50C)
2) Kulit lembab dan kering
3) Pasien Bebas dari kedinginan
4) Tanda vital pasien dalam rentang normal
5) Pasien bebas dari takipnea
6) Hasil DL (Leukosit normal)
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi menurun ditandai dengan berat
badan menurun 10% dibawah rentang normal, bising usus hiperaktif
1) Pasien tidak mengalami penurunan BB
2) Paien mampu menyebutkan kembali manfaat nutrisi
3) Pasien mampu untuk mengatakan keinginan/toleransi untuk mengikuti diet
4) Nilai laboratorium pasien (albumin, hemoglobin) dalam batas normal
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan pasien
tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi dan tekanan darah meningkat, sulit tidur.
1) Pasien mampu melaporkan secara verbal nyeri berkurang atau hilang
2) Skala nyeri pasien 0-3
3) Wajah pasien tampak rileks/tenang
4) Pasien tidak gelisah, pucat berkeringat aibat menahan nyeri
5) Tidak berhati-hati dan menghindari daerah yang nyeri
6) Tanda-tanda vital (nadi dan pernafasan) dalam batas normal
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan
frekuensi jantung menigkat >20% dari kondisi istirahat
1) Pasien mampu mengidentikasi faktor-faktor yang menurunkan intoleransi
aktivitas
2) Paien mampu menunjukkan penghematan enrgy (menyadari keterbatasan
energy, menyeimbangan aktivitas dan istirahat)
3) Pasien dapat melaporkan penurunan gejala-gejala intoleransi aktivitas
4) Pasien mpenurunan tanda-tanda hipoksia pada peningkatan aktivitas (nadi,
tekanan darah, respirasi dalam batas normal)
8. Gangguan pola tidur behubungan dengan sesak nafas, batuk, serta stimulus
lingkungan ditandai dengan pasien mengeluh sulit tidur, sering terjaga, pola tidur
berubah, istirahat tidak cukup
1) Perasaan segar setelah tidur
2) Terjaga dengan waktu yang sesuai
3) Tidur siang sesuai usia
4) Tidak ada masalah dengan pola, kualitas, rutinitas tidur
5) Jumlah jam tidur tidak terganggu
9. Risiko infeksi berhubungan dengan organisme purulent
1) Pasien terbebas dari gejala atau tanda infeksi
2) Psien mampu menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat
3) Paasien mampu menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi
4) Pasien mampu melaporkan tanda gejala infeksi
Daftar Pustaka
Didapat dari Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2019.Senin
02-12-2019 19.04 WIB.
Buleche, G.M., Butcher, H.K., & Dochterman, J.C. (Eds.). (2008). Nursing Interventions
Classification (NOC) (5th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier
FKUI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika
Herdman, T. Heather. (2012). Nursing Diagnosis : Defenitions and Clasification 2012 -2014.
Jakarta : EGC.
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Aanak Dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info
Media.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (Eds). (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (4th ed.). St. Louis: Mosby/Elsevier