Muka Cekung
Tiang Panjang
Tiang Panjang
Muka Bertangga
Gelombang
JANUARI 2009
Published
Buku ini by
dapathttp://jcpoweryogyakarta.blogspot.com/
didownload secara bebas diblog berikut;
http://jcpoweryogyakarta.blogspot.com/2014/11/pra-desain-bangunan-pengendali-erosi.htm
https://app.box.com/s/skkb3dgrw1o2q5ar2tpm
PRA DESAIN BANGUNAN PENGENDALIAN EROSI PANTAI Joko Cahyono, e book & free download
KATA PENGANTAR
Buku ini merupakan buku catatan, karena disusun tidak dalam kerangka keperluan
akademi, dan ditulis berdasarkan pengetahuan dan pengalaman penulis serta bahan bacaan
yang terkait. Sumber utama buku catatan ini adalah EM 1110-2-1614, Design of Revetments,
Seawalls and Bulkheads, USACE, 1995. Penulis memuatkan buku ini ke blogspot.com dan
copy format pdf dimuatkan ke box.net, dengan harapan dapat diakses dan diunduh dari mana
saja, kapan saja, dan oleh siapa saja yang berminat membacanya.
Pada umumnya bangunan pengaman pantai, seperti; tembok laut (seawall), talud pantai
(revetment), dinding penahan tanah atau tebing pantai (bulkhead) dan pemecah gelombang
(breakwater) berfungsi untuk mengendalikan erosi akibat gelombang, yang berlangsung
terus-menerus. Kecuali pemecah gelombang yang dibangun di laut, bangunan lainnya berada
di daratan. Salah satu dari bangunan pengaman pantai mungkin cocok di suatu pantai, tetapi
mungkin saja tidak sesuai di pantai lainnya. Reventmen timbunan batu merupakan bangunan
yang kuat dan tahan lama, tetapi menjadi penghalang, dibanding revetmen blok-blok beton
seragam dan teratur serta tidak menyulitkan bagi pejalan kaki untuk masuk-keluar pantai,
meskipun revetment blok-blok beton rentan terhadap penurunan tanah (settlement). Bangunan
pengaman pantai harus kuat untuk melindungi pantai terhadap tenaga gelombang, agar tidak
terjadi kerugian sebagaimana perencanaan. Perkiraan muka air laut maksimum dan tinggi
gelombang pecah sangat diperlukan untuk menentukan stabilitas bangunan dan tinggi
luncuran air (runup) ataupun tinggi luapan air (overtopping) di bangunan. Data catatan tinggi
gelombang dan pengamatan langsung gelombang sering tidak menerus atau jarang-jarang dan
sangat terbatas, sehingga terpaksa digunakan metoda interpolasi. Perkiraan muka air laut
minimum juga penting untuk mendesain pelindung kaki bangunan yang berada di bawah
permukaan air. Sebagian besar, kerusakan bangunan pengaman pantai diawali dari kerusakan
bagian yang sering tidak langsung bisa dilihat ini. Siklus kering-basah di zona percikan air
laut ke bahan metal, komponen ultraviolet sinar matahari, dan vandalisme sering
menyebabkan bangunan pengaman pantai rusak atau hancur sebelum ”waktunya”. Semuanya
diuraikan dalam buku catatan ini, meskipun hanya sekilas.
Buku catatan ini hanya sekedar sumbangan kecil untuk pengetahuan umum mengenai
penanggulangan daya rusak air laut, dengan harapan semoga bermanfaat.
Penulis
Joko Cahyono
___________________________________________________________________________
i
PRA DESAIN BANGUNAN PENGENDALIAN EROSI PANTAI Joko Cahyono, e book & free download
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
___________________________________________________________________________
ii
PRA DESAIN BANGUNAN PENGENDALIAN EROSI PANTAI Joko Cahyono, e book & free download
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB 1
Bangunan pengaman pantai, antara lain; tembok laut (seawall), talud pantai
(revetment), dinding penahan tanah atau tebing pantai (bulkhead) dan pemecah gelombang
(breakwater) berfungsi untuk mengendalikan erosi pantai akibat gelombang yang
berlangsung terus-menerus. Kecuali pemecah gelombang yang dibangun di laut, bangunan
lainnya dibangun di daratan. Tembok laut dan revetmen adalah bangunan pelindung tebing
pantai, sedang dinding penahan tanah adalah bangunan yang menahan tanah agar tidak runtuh
atau longsor. Oleh karena berkaitan dengan tanah, maka faktor utama dalam desain tembok
laut, revetmen dan dinding penahan tanah adalah tekanan tanah. Bangunan-bangunan tersebut
dapat dibangun tegak lurus, antara lain; dinding penahan tanah, dan miring, antara lain;
revetmen, tanggul banjir (levee) dan tanggul (dike). Tanggul banjir dibuat di daerah yang
semula tidak pernah banjir, sedang tanggul dibuat di daerah yang sejak awal selalu banjir
(dataran banjir). Tembok laut juga dapat dibangun cekung, miring dan bertangga.
Tembok laut adalah bangunan besar (masisive) untuk menahan gelombang laut dan
biasanya dibangun di pantai-pantai yang menpunyai kekayaan (property) bernilai tinggi.
Tembok laut dapat berupa bangunan tipe gravitasi (gravity) atau bangunan yang ditompang
tiang-tiang pancang, serta dibuat dari beton atau timbunan batu-batu dengan bentuk dan muka
bermacam-macam, seperti Gambar 1.1.
Bentuk muka cekung digunakan untuk mengakomodasi benturan dan luncuran (runup)
gelombang besar serta mengalihkan aliran gelombang kembali ke laut untuk melindungi
daratan. Aliran gelombang yang menghamtam tembok laut akan disalurkan melalui cekungan
ke permukaan tanah dengan tidak menimbulkan kerusakan atau dikembalikan ke laut. Tenaga
gelombang besar akan ditahan dan dipantulkan kembali ke arah laut. Oleh sebab itu, tembok
laut harus merupakan bangunan besar, kokoh dan stabil serta perlindungan kaki bangunan
yang kuat agar tidak mudah tererosi. Bentuk muka bertangga digunakan untuk membatasi
luncuran (runup) dan luapan (overtopping) air akibat hempasan gelombang. Pada umumnya,
tembok laut dengan bentuk muka bertangga tidak sebesar tembok laut dengan bentuk muka
cekung, meskipun demikian kebutuhan stabilitas tembok laut bentuk muka bertangga sama
dengan tembok laut bentuk muka cekung. Kombinasi bentuk muka cekung dan bertangga
adalah bentuk yang menggabungkan kehandalan keduanya. Tembok laut timbunan batu
mempunyai fungsi sama dengan pemecah gelombang. Permukaan timbunan batu yang kasar
cenderung menyerap dan meredam energi gelombang, pantulan gelombangnya minimum
sehingga gerusan lokalnya tidak dalam.
__________________________________________________________________________________
1-1
PRA DESAIN BANGUNAN PENGENDALIAN EROSI PANTAI Joko Cahyono, e book & free download
Muka Cekung
Tiang Panjang
Tiang Panjang
Muka Bertangga
Tiang Panjang
Timbunan Batu
Batu Amor Besar
Inti Batu
Lebih
Kecil)
1.3. Revetmen
Permukaan revetmen dapat dibuat dari batu atau beton tahan abrasi. Revetmen berfungsi
melindungi tebing atau urugan dari erosi gelombang. Tiga komponen utama revetmen adalah
lapisan amor, lapisan filter dan kaki bangunan, seperti Gambar 1.2.
Lapisan Amor
Gelombang
Lapisan Filter
Kaki
__________________________________________________________________________________
1-2
PRA DESAIN BANGUNAN PENGENDALIAN EROSI PANTAI Joko Cahyono, e book & free download
Dinding penahan tanah berfungsi menahan tebing pantai atau urugan di pantai agar tidak
longsor. Untuk melindungi dinding penahan tanah agar tidak tererosi dan menambah
stabilitasnya, maka dibagian kakinya diberi pelindung dari timbunan batu. Dinding penahan
tanah banyak dipakai dalam reklamasi pantai, dimana urugan tanah maju ke arah laut. Selain
itu, dinding penahan tanah digunakan juga sebagai dermaga dan lain sebagainya, agar dapat
langsung berhubungan denga laut yang dalam.
Gambar 1.3 Bentuk tipikal dinding penahan tanah (EM 1110-2-1614, USACE, 1995)
__________________________________________________________________________________
1-3
PRA DESAIN BANGUNAN PENGENDALIAN EROSI PANTAI Joko Cahyono, e book & free download
BAB 2
PERTIMBANGAN DESAIN
Suatu bangunan pengaman pantai mungkin sesuai atau cocok di suatu pantai, tetapi
tidak sesuai atau cocok untuk pantai yang lain. Reventmen timbunan batu mungkin akan
menjadi penghalang bagi pejalan kaki, sedang revetment blok-blok beton yang halus hanya
sedikit menyulitkan bagi pejalan kaki untuk masuk-keluar pantai. Hal yang sama juga terjadi
untuk tembok laut dan dinding penahan tanah, sehingga untuk mengatasi ha-hal tersebut perlu
dibuat tangga agar pejalan kaki mudah masuk-keluar pantai atau dermaga.
Garis pantai berubah-ubah (maju ke arah laut dan mundur ke arah daratan) secara
musiman. Perkiraan perubahan garis pantai tersebut dapat dihitung berdasarkan pengamatan
langsung secara periodik di lapangan. Data maju-mundurnya garis pantai merupakan faktor
penting untuk menentukan tipe dan dimensi pelindung kaki bangunan atau tebing pantai.
Bangunan harus kuat untuk melindungi pantai agar tidak terjadi kerugian sebagaimana
yang diperkirakan dalam perencanaan. Semua elemen harus tidak mudah rusak atau kuat
menahan energi gelombang agar tidak terjadi kerusakan melebihi biaya pemeliharaan normal.
Pada umumnya, biaya kerusakan tidak boleh lebih besar dari biaya pemeliharaan. Minimal,
bangunan harus direncanakan dengan probabilitas kekuatan 50% lebih besar dari kekuatan
yang kerusakan fatal selama umur ekonomi bangunan. Sebagai tambahan, jika terjadi
kerusakan bangunan harus tidak menyebabkan korban jiwa atau harta benda.
Perkiraan tinggi muka air maksimum sangat diperlukan untuk menentukan tinggi
gelombang pecah di bangunan. Elevasi puncak bangunan harus mempertimbangkan tinggi
luncuran (runup) dan luapan (overtopping) gelombang. Selain itu, perkiraan tinggi muka air
minimum sangat penting diketahui agar kedalaman gerusan lokal yang mingkin terjadi dan
kedalaman dimana lapisan amor harus diperpanjang dapat diantisipasi.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan muka air laut adalah;
1. Pasang surut astronomi.
2. Angin dan tekanan angin.
3. Gelombang badai.
4. Effek muka air danau akibat pengoperasian bangunan pengontrol.
__________________________________________________________________________________
2-1
PRA DESAIN BANGUNAN PENGENDALIAN EROSI PANTAI Joko Cahyono, e book & free download
Hs d c1
exp co s 2 (1)
H mo gTp
dimana Tp adalah kerapatan puncak energi dalam spektrum gelombang, co dan c1 adalah
koefisien regresi, masing-masing nilainya 0.00089 dan 0.834 (Shore Protection
Manual,USACE, 1984).
Apabila nilai co sama dengan 0.00136 akan diperoleh tinggi gelombang Hs yang konservatif
(berada di batas atas kurva-kurva hasil penelitian Hughes and Borgman). Rumus (1) tidak
berlaku, jika d gTp2 0.0005 , karena lautnya dangkal. Pada umumnya, Hs diestimasi
berdasarkan gelombang laut dalam menggunakan model gelombang beraturan metode Goda
(1975, 1985). Metode ini merupakan salah satu bagian dari paket Automated Coastal
Engineering System, ACES (Leenknecht et al. 1989). Goda (1985) merekomendasi untuk laut
dengan kedalaman lebih kecil satu setengah tinggi gelombang signifikan laut dalam, maka
bangunan timbunan batu harus didesain berdasarkan tinggi gelombang signifikan dengan
kedalaman laut satu setengah tinggi gelombang signifikan laut dalam.
Periode gelombang Tp. adalah kerapatan rata-rata puncak-puncak gelombang. Jarang ditemui
referensi yang menguraikan rumus-rumus desain bangunan tidak mengguna rata-rata periode
gelombang atau rata-rata periode gelombang signifikan.
Tinggi gelombang yang dipakai untuk analisa stabilitas bangunan sangat tergantung sifat
bangunan; kaku, setengah kaku atau fleksibel. Pada umumnya, bangunan kaku dihitung
bedasarkan tinggi gelombang rencana H1, meskipun bangunan tersebut akan hancur total jika
beratnya melebihi daya dukung tanah. Bangunan setengah kaku dihitung berdasarkan tinggi
__________________________________________________________________________________
2-2
PRA DESAIN BANGUNAN PENGENDALIAN EROSI PANTAI Joko Cahyono, e book & free download
gelombang rencana antara H1 s/d H10. Bangunan fleksibel biasanya dihitung berdasarkan
tinggi gelombang rencana H5 atau H10. Koefisien stabilitas bangunan dihitung berdasarkan
kombinasi tinggi gelombang-gelombang tersebut, agar tingkatan kerusakan, termasuk tidak
terjadi kerusakan dapat ditentukan.
Data tinggi gelombang dan pengamatan langsung gelombang yang akan digunakan untuk
desain sering tidak kontinyu atau jarang-jarang dan sangat terbatas. Selain itu, data yang ada
kadang-kadang berupa catatan analog yang belum dianalisa dan sukar diproses. Pada
umumnya, biaya dan waktu pelaksanaan suatu proyek tidak memungkinan untuk membuat
program pengadaan data pengamatan gelombang yang dapat diproses secara digital.
Meskipun pengamatan langsung kondisi gelombang di suatu lokasi dapat dilakukan dengan
biaya yang murah, tetapi ketelitiannya dipertanyakan dan kadang-kadang tidak menjangkau
peristiwa-peristiwa ektrem serta sukar diekstrapolasi.
Untuk membantu prakiraan gelombang, para ahli pantai dapat mempelajari metode sederhana
yang ada di ACES (Leenknecht et al. 1989), metode ini dikembangkan oleh U.S. Army
Engineer Waterways Experiment Station (WES) (Resio and Vincent 1976-1978; Corson et al.
1981) menggunakan model numerik. Tinggi dan periode gelombang dinyatakan sebagai
fungsi dari musim, arah gelombang datang, dan periode ulang. Tinggi gelombang dinyatakan
sebagai fungsi dari kombinasi periode ulang dan musim. Periode gelombang dinyatakan
sebagi fungsi tinggi dan sudut gelombang datang, baik untuk laut dangkal maupun laut
dalam.
Tinggi gelombang yang diperoleh berdasarkan metode tersebut di atas harus dicek
terhadap tinggi maksimum gelombang pecah yang dihitung berdasarkan desain kedalaman
muka air laut rata-rata dan slope dasar laut dekat tepi pantai. Tinggi gelombang rencana akan
lebih kecil dari tinggi maksium gelombang pecah atau tinggi gelombang yang dihitung
dengan metode tersebut.
Untuk kondisi paling jelek (parah), Hmo dibatasi oleh tinggi gelombang pecah. Tinggi
maksimum Hmo dapat dihitung memakai rumus; (Hmo )mak = 0,10 Lp tanh (kp.h), dimana Lp
dan kp adalah panjang gelombang dan jumlah gelombang dihitung berdasarkan Tp dan
kedalaman laut, h.
Tinggi gelombang yang dipilih sebagai acuan desain bangunan pengaman pantai harus
mempertimbangakan kemungkinan penurunan bangunan (settlement), tinggi luncuran
gelombang (runup) dan luapan gelombang (overtapping). Elevasi bangunan merupakan satu-
satunya faktor yang penting dalam desain bangunan pengaman pantai.
Elevasi tersebut dihitung dari rata-rata muka air rendah terendah, MARR (mean lower low
water, MLLW) seperti Gambar 2.1, sebagai berikut;
he = t + s + w + H + F (2)
dimana s adalah tinggi gelombang badai rencana, t adalah kisaran tinggi pasang surut, w
adalah tinggi gelombang yang ditetapkan, H adalah tinggi gelombang rencana dan F adalah
tinggi jagaan.
__________________________________________________________________________________
2-3
PRA DESAIN BANGUNAN PENGENDALIAN EROSI PANTAI Joko Cahyono, e book & free download
Tinggi jagaan
Freeboard
F
Reflected
Tinggi wave
pantulan height
gelombang
H
Tinggi gelombang yang ditetapkanWave
(waveset-up
setup)
w
Storm surge
Tinggi gelombang badai he
s
Meantinggi
Kisaran highpasang
springsurut
tide
t
Rata-tata MARR (MLLW)
MLLW
Referensi Chart Datum
tinggi (datum)
D
Dredgegalian
Kedalaman line
S
Kedalaman gerusandepth
Scouring lokal
Gambar 2.1 Tipikal tinggi rencana bangunan pengaman pantai (EM 1110-2-1614, USACE, 1995)
Rata-rata MARR (MLLW) bersifat setempat dan bervariasi dari suatu tempat ke tempat
lainnya, serta dihitung dari suatu datum (titik referensi). Dengan demikian, titik referensi
(datum) yang ada di setiap lokasi atau yang terdekat harus diketahui terlebih dahulu.
Selain kedalaman galian dan kedalaman gerusan lokal, perlu ditambah perkiraan kedalaman
penurunan bangunan (settlement).
Kadang-kadang, jika terlalu tinggi dan berdasarkan alasan praktis, elevasi bangunan didesain
lebih rendah dari elevasi hasil perhitungan. Sehingga kemungkinan akan terjadi luapan
gelombang (overtopping) ketika terjadi gelombang badai. Dalam hal ini, ahli pantai harus
mempertimbangkan resiko kerusakan bangunan dan daerah yang akan diamankan, serta
sudah merencanakan bangunan pangaman tambahan agar tidak terjadinya kerusakan yang
lebih parah. Kerusakan tersebut dapat diartikan kehilangan sebagian atau seluruh bangunan
pengaman tersebut.
Tinggi luncuran (runup) adalah ketinggian vertical muka air di atas rata-rata muka air
(still water level, SWL) yang disebabkan oleh gelombang menabrak bangunan, sehingga
terjadi luncuran air ke atas.
tan 2H mo
gTp2 (4)
Tabel 1 Faktor koreksi luncuran gelombang di slope permukaan kasar (Carstea et al. 1975)
Tipe Amor Slope Tinggi Relatif Faktor Koreksi
(Tipe Lapisan Permukaan) ( cot ) H/Kra,b r
Timbunan batu hasil penambangan (Quarrystone) 1.5 3 to 4 0.60
Timbunan batu hasil penambangan (Quarrystone) 2.5 3 to 4 0.63
Timbunan batu hasil penambangan (Quarrystone) 3.5 3 to 4 0.60
Timbunan batu hasil penambangan (Quarrystone) 5 3 0.60
Timbunan batu hasil penambangan (Quarrystone) 5 4 0.68
Timbunan batu hasil penambangan (Quarrystone) 5 5 0.72
Blok-blok betonc ; Any 6b 0.93
Slope curam dengan bidang luncur tegak lurus (risers) 1.5 1 Ho'/Krd
0.75
Slope curam dengan bidang luncur tegak lurus (risers) 2.0 1 Ho'/Krd
0.75
Slope curam dengan bidang luncur tegak lurus (risers) 3.0 1 Ho'/Krd
0.70
Slope curam dengan bidang luncur tegak lurus (risers) 3.0 1 Ho'/Krd
0.86
Unit amor beton;
Tetrapod acak dua lapis 1.3 to 3.0 - 0.45
Tetrapod seragam dua lapis 1.3 to 3.0 - 0.51
Tibar acak dua lapis 1.3 to 3.0 - 0.45
Tribar seragam dua lapis 1.3 to 3.0 - 0.50
a
Kr adalah karakteristik tinggi tegak lurus permukaan amor. Untuk timbunan batu hasil penambangan
(Quarrystone) dipakai dimeter nominal unit amor.
b
Gunakan Ho' untuk ds/Ho' > 3; dengan tinggi gelombang setempat, dan gunakan Hs untuk ds/ Ho' 3m
dimana Ho' adalah tinggi gelombang laut dalam yang tidak terefraksi.
c
Permukaan blok-blkok beton, Gobi Blocks dan Monoslaps
d
Kr adalah tinggi bidang luncuran (riser)
__________________________________________________________________________________
2-5
PRA DESAIN BANGUNAN PENGENDALIAN EROSI PANTAI Joko Cahyono, e book & free download
Co expC1 F C2 m
Q
Q (5)
2
gH mo
dimana tinggi jagaan tanpa dimensi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut;
F F H mo
2
Lo
1/ 3
(6)
dan F adalah tinggi jagaan bangunan, m adalah cotangent (cot ) slope revetment, dan
Co, C1, C2 adalah koefisien regresi, nilai masing-masing sama dengan 0,4578; ‒29,45;
0.8464. Koefisien tersebut dipakai untuk menghitung tinggi jagaan tanpa dimensi sebesar
0.25 < F' < 0.43 dengan slope revetment antara 1:2 s/d 1:3.5.
__________________________________________________________________________________
2-6
PRA DESAIN BANGUNAN PENGENDALIAN EROSI PANTAI Joko Cahyono, e book & free download
Luapan gelombang di dinding penahan tanah dan tembok laut tegak lurus tanpa revetment di
depannya dan tanpa parapet di puncaknya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut;
Q F
Co exp C1 F C2 (7)
gH 2
mo ds
dimana ds adalah kedalaman kaki bangunan, F' adalah tinggi jagaan banguna, dan Co, C1, C2
adalah koeefisien regresi, nilainya masing-masing sama dengan 0,338; -7,385; -2.178.
Untuk tembok laut dengan bentuk lainnya dapat dilihat di laporan Ward and Ahrens (1992)
atau ditemtukan berdasarkan uji model fisik. Rumus-rumus lainnya untuk menghitung tinggi
luapan gelombang tembok laut dapat dilihat di manual pengamanan pantai (Shore Protection
Manual,USACE, 1984).
Satu unit batu yang dipakai sebagai lapisan penutup harus berkisar antara 0,75 s/d 1,25 W,
asalkan 50% dari batu-batu yang timbunan beratnya paling tidak sama dengan W dan
gradasinya seragam untuk lapisan penutup tersebut.
Rumus tersebut dapat dipakai sebagai desain awal atau desain akhir, jika H < 1,5 m dan tidak
ada luapan gelombang. Untuk gelombang besar, uji model fisik harus dilakukan agar
diperoleh desain yang optimal. Selain itu, rumus tersebut berdasarkan gelombang
monokromatik (teratur), sehingga pehitungan berat amor pada saat dilakukan uji model fisik
garus diverifikasi menggunakan sepektrum gelombang (gelombang tidak beraturan).
2) Tebal lapisan
Tebal lapisan amor dengan n = 2 dapat dihitung sebagai berikut;
1/ 3
W
r nk (10)
a
__________________________________________________________________________________
2-7
PRA DESAIN BANGUNAN PENGENDALIAN EROSI PANTAI Joko Cahyono, e book & free download
P a
2/3
Na
nk 1 (11)
A 100 W
dimana rmin adalah tebal minimum lapisan riprap tegak lurus slope.
Semakin tebal lapisan riprap cenderung semakin besar kekuatan bangunan menghadapi
tekanan gelombang lebih besar dari gelombang rencana. Gradasi hanya sedikit pengaruhnya
terhadap stabilitas batu yang beratnya W50 (batu yang dipakai untuk lapisan penutup).
Pedoman untuk menentukan batas gradasi batu (EM 1110-2-1601, lihat juga Ahrens 1981),
sebagai berikut;
(1) Batas bawah dari batu W50 (atau W50min) harus dihitung berdasarkan stabilitas
menggunakan rumus Hudson.
(2) Batas atas dari batu W100 (atau W100max) harus sama dengan ukuran maksimun batu yang
secara ekonomi dapat ditambang, tetapi tidak lebih besar dari 4 kali batu W50min.
(3) Batas bawah dari batu W100 (atau W100min) harus tidak lebih kecil dari 2 kali batu W50min.
(4) Batas atas dari batu W50 (atau W50max) harus 1,5 kali batu W50min.
(5) Batas bawah dari batu W15 ( atau W15min) harus 0.4 kali W50min.
(6) Batas atas dari batu W15 (atau W15max) harus dipilih berdasarkan kebutuhan lapisan filter
mengikuti EM1110-2-1901. Pada umumnya lebih besar dari batu W50min.
Pelindung kaki bangunan adalah bangunan tambahan di ujung bawah yang menjorok ke dasar
pantai, berfungsi untuk mencegah terjadinya gerusan lokal. Beberapa faktor yang
mempengaruhi gerusan lokal di kaki bangunan, antara lain; gelombang pecah yang terjadi di
sekitar kaki bangunan, luncuran gelombang, arus balik (backwash), pantulan gelombang, dan
distribusi ukuran butiran material di pantai atau di dasar pantai. Stabilitas kaki bangunan
sangat penting, karena kerusakan kaki bangunan akan menyebabkan kerusakan seluruh
bangunan. Pedoman khusus untuk mendesain kaki bangunan berdasarkan proptotipe atau
__________________________________________________________________________________
2-8
PRA DESAIN BANGUNAN PENGENDALIAN EROSI PANTAI Joko Cahyono, e book & free download
I. Batu hasil penambangan atau unit-unit amor beton IV. Blok-blok beton dengan dinding di kaki
Potensi gerusan lokal dangkal. Potensi gerusan lokal dangkal s/d sedang
m
1
a 1 a
a≈H m a ≈ H
Perkiraan
H ; tinggi gelombang H ; tinggi gelombang
kedalaman
r m = 1,5 (minimum) gerusan lokal
II. Batu hasil penambangan atau unit-unit amor beton V. Blok-blok beton dengan kaki menancap
Potensi gerusan lokal dangkal s/d sedang. r Potensi gerusan lokal dangkal s/d sedang
m
2r 1
a a
1
H ≤ a ≤ 1,25 H
H ; tinggi gelombang m
H ≤ a ≤ 1,25 H
H ; tinggi gelombang
III. Batu hasil penambangan atau unit-unit amor beton r VI. Blok-blok beton dengan kaki timbunan batu
Potensi gerusan lokal sedang s/d dalam. Potensi gerusan lokal sedamg s/d dalam m
b = 2a 1
2r
1
m a
a
H ≤ a ≤ 1,5 H
H ≤ a ≤ 1,5 H
H ; tinggi gelombang
H ; tinggi gelombang
Gambar 2.2 Kaki revetment yang disarankan (EM 1110-2-1614, USACE, 1995)
__________________________________________________________________________________
2-9
PRA DESAIN BANGUNAN PENGENDALIAN EROSI PANTAI Joko Cahyono, e book & free download
S H 3
Wmin (13)
N s3 SG 1
3
dimana Ns adalah desain angka stabilitas untuk timbunan batu pelindung kaki di depan
tembok laut tegak lurus, dan nilai maksimum Ns sebagai berikut;
1 K h
N s 1.3 1/ 3 t 1.8 exp 1.5
1 K 2 ht
(14)
K H K 1/ 3 H
atau Ns = 1,8 dengan nilai K sebagai berikut (ACES Technical Ref, USACE, ch. 4);
2kht
K sin 2 kBt (15)
sinh 2kht
Untuk bangunan kaki yang langsung menghadapi gelombang, maka berat batu dapat dihitung
memakai rumus Hudson untuk berat batu pemecah gelombang timbunan batu yang berada di
dekat atau di permukaan air, dan memakai rumus tersebut diatas. Sebagai catatan, rumus
diatas menghasilkan berat minimum batu, sedang rumus Hudson menghasilkan berat medium
batu. Jika gerusan lokal disebabkan oleh arus pasang surut atau arus sungai maka harus
mengacu ke EM 1110-2-1601, Hydraulic Design of Flood Control Channels. Hampir tidak
ada data mengenai proses arus terhadap bangunan pelindung kaki, baik disebabkan oleh
gelombang badai, pasang surut maupun aliran sungai. Gerusan lokal di bangunan pelindung
kaki hanya merupakan anggapan dan bersifat tambahan guna antisipasi kemungkinan kondisi
terburuk. Dalam kasus perlindungan kaki revetment, beberapa ahli menggunakan desain
angka stabilitas untuk bangunan pelindung kaki tembok laut vertical sebagaimana tersebut di
atas.
2) Pelindung Kaki tembok laut dan kaki dinding penahan tebing pantai
(a) Pelindung kaki tembok laut
Desain pelindung kaki tembok laut dan kaki dinding penahan tebing pantai harus
mempertimbangkan faktor geoteknik dan hidrolika. Model kantilever, jangkar, atau berat
sendiri (gravitasi), masing-masing tergantung daya dukung tanah di kaki bangunan. Untuk
model kantilever dan jangkar, maka stabilitas bangunan terhadap guling harus
memperhitungkan tekanan tanah pasif. Untuk model berat sendiri, maka stabilitas terhadap
geser harus memperhitungkan kekasaran antara permukaan tanah dan dasar bangunan.
Momen dari gaya berat bangunan itu sendiri dan daya dukung tanah yang ada di bawah kaki
bangunan menahan agar bangunan tidak terguling. Desain kaki tembok laut atau kaki tebing
pantai disarankan seperti Gambar 2.3.
__________________________________________________________________________________
2-10
PRA DESAIN BANGUNAN PENGENDALIAN EROSI PANTAI Joko Cahyono, e book & free download
I. Tembok tegak lurus dengan II. Tembok tegak lurus dengan III. Tembok tegak lurus dengan
timbunan batu di kaki timbunan batu di kaki bronjong di kaki
Potensi gerusan lokal Potensi gerusan lokal Potensi gerusan lokal
dangkal s/d sedang sedang s/d dalam sedang s/d dalam
a
2D
a L
4D
t
IV. Tembok tegak lurus dengan V. Tembok tegak lurus dengan VI. Tembok tegak lurus dengan
karung diisi semen di kaki vegetasi di kaki vegetasi dan sill di kaki
Potensi gerusan lokal Potensi gerusan lokal Potensi gerusan lokal
dangkal s/d sedang dangkal dangkal
Filter geotektil
Semua ukuran Karung pasir atau lainnya untuk
karung dapat dipakai, pelindung sementara selama masa
tetapi lebih baik tumbuh vegetasi.
karung berukuran besar.
Zona tekanan Zona tekanan
tanah pasif tanah pasif Zona tekanan
tanah pasif
Gambar 2.3 Pelindung kaki depan tembok laut atau tebing pantai (EM 1110-2-1614, USACE, 1995)
Ditinjau dari faktor hidrolika, lebar apron kaki untuk dinding terbuat dari tiang pancang harus
dua kali tinggi gelombang penyebab kerusakan, sedang untuk tembok laut yang
mengandalkan berat sendiri (gravitasi) harus sama dengan tinggi gelombang penyebab
kerusakan. Sebagai tambahan, kedalaman permukaan apron minimum 40% dari kedalaman
bangunan, de. Nilai yang paling besar dari perhitungan lebar apron berdasarkan geoteknik dan
hidrolika dipakai untuk desain. Selain itu, untuk menghindari agar ujung apron tidak rusak,
maka beberapa upaya harus dilakukan. Untuk ini, ahli perencana dapat mengambil inisatif
sendiri.
Jangkar Pedoman
Geoteknik
de
B > = d e Kp
hs tan (45 - ϕ/2)
dI
ds Hidrolika
B = 2 Hi atau B = 0,4 ds
(pilih nilai terbesar)
Gambar 2.4 Pelindung kaki depan tembok laut atau tebing pantai (EM 1110-2-1614, USACE, 1995)
Lapisan filter adalah lapisan peralihan antara tanah dan bangunan. Lapisan filter dapat dibuat
dari material kerikil, batu-batu kecil atau buatan pabrik. Lapisan filter menahan lolosnya
partikel tanah halus melalui pori-pori bangunan, menyebarkan gaya berat unit-unit amor
sehingga penurunan bangunan berlangsung bersamaan di seluruh tapak bangunan, serta
manpu menahan tekanan hidrostatik yang ada di lapisan tanah. Lapisan filter juga melindungi
muka air yang berada lapisan tanah di atas permukaan air laut dari akibat erosi yang terjadi di
bawah bangunan (mis. Riprap).
menambah batasan variasi ukuran rongga-rongga yang mungkin terjadi akibat lapisan amor
bergeser ketika terkena gelobang besar. Untuk riprap berukuran besar, setiap lapisan di
bawahnya harus sesuai dengan kondisi tersebut di atas dan ketebalan lapisannya paling tidak
3 kali diameter rata-rata batu. Untuk amor dan lapisan dibawahnya dari timbunan batu
seragam hasil penambangan, maka tebal lapisan pertama yang berada dibawahnya harus
paling tidak 2 kali diameter batu dengan berat satu batu harus sepersepuluh berat batu di
lapisan amor. Jika digunakan unit-unit amor beton dengan KD > 12, maka lapisan
dibawahnya harus lapisan batu-batu hasil penambangan dengan berat satu batu seperlima
berat unit amor beton di atasnya.
3) Kain filter buatan pabrik
Kain filter buatan pabrik mempunyai ukuran lubang rajutan ekuivalen (equivalent opening
size, EOS) mengikuti ukuran standar lubang alat saringan (sievers). Di Amerika Serikat,
lubang rajutan kain filter mempunyai ukuran hampir sama dengan ukuran standar lubang alat
saringan. Material akan berada dibawah kain filter harus diukur terlebih dahulu diameter nya
menggunakan alat saringan dengan ukuran lubangnya sama dengan EOS, sebagai berikut;
(a) Untuk lapisan tanah granular yang mengandung material halus (lumpur dan lempung)
kurang dari 50% berat total ( atau lolos saringan No. 200), maka kain filter harus
memenuhi;
EOS sieve
1 (18)
d 85 soil
(b) Untuk jenis tanah lainnya, EOS harus sama atau lebih kecil dari lubang saringan No. 70.
Sebagai tambahan, kain sintektik dengan EOS lebih besar dari 100 tidak dapat digunakan
sebagai filter. Jika lapisan tanah mengandung material lolos saring No. 200 lebih dari
85% dari total berat, maka kain filter tidak dapat dipakai sendirian, tetapi harus diberi
lapisan pasir dibawahnya.
(c) Rasio kemiringan (gradient ratio) kain filter maksimum 3. Hal ini berdasarkan pengujian
permeabilitas. Kemiringan hidrolik yang melalui kain filter dan lapisan tanah ke 1 yang
berada dibawah kain filter tersebt ( i1 ) dibagi dengan kemiringan hidrolik lapisan tanah
ke 2 yang berada di antara lapisan tanah ke 1 dan 3 yang berada di atas kain filter ( i2 ),
mempunyai rasio kemiringan sebagai berikut;
i1
Gradient Ratio
Rasio gadien 3 (18)
i2
__________________________________________________________________________________
2-13
PRA DESAIN BANGUNAN PENGENDALIAN EROSI PANTAI Joko Cahyono, e book & free download
(c) Tumpang-tindih (overlapping) sambungan harus cukup lebar. Untuk revetmen yang
ringan, lebar tupang-tindih kurang lebih 30 cm, Untuk bangunan yang berat dan besar
serta berada di bawah permukaan air, maka tumpang tindih kurang lebih 125 cm.
(d) Lipatan sambungan harus cukup panjang untuk mengantisipasi regangan dan tekanan
ketika terjadi penurunan. Pin dan washer dengan interval 60 cm sampai dengan 150 cm
perlu dipasang di tengan-tengah bagian tumpang-tindih (overlapping) sambungan.
(e) Peletakan batu-batu harus hati-hati dan dimulai dari unjung kaki terus naik ke atas
mengikuti slope bangunan. Di atas permukaan air, batu yang dijatuhkan, meskipun
jaraknya hanya 30 cm akan merobek kain filter. Batu dapat dijatuhkan hanya untuk
bangunan yang berada di bawah permukaan air.
Bangunan pengaman pantai dapat dibuat dari massa monolit yang besar agar tahan terhadap
tekanan gelombang, atau dibuat dari unit-unit kecil agregat yang diletakkan secara acak atau
ditata dengan teratur. Contoh; tembok laut yang dibuat dari beton bertulang, batu-batu besar
hasil penambangan atau riprap revetment dan revetment yang dibuat dari blok-blok beton
seragam.
Bangunan massa monolit yang besar atau blok-blok beton saling terkunci sangat kaku dan
kuat menghadapi tekanan gelombang, tetapi tidak lentur (flexible). Sehingga tidak dapat
menyesuaikan diri apabila terjadi penurunan bangunan (settlement) atau gerusan lokal di
bagian kakinya yang merupakan kerusakan awal.
Sebaliknya, unit-unit armor beton atau batu-batu besar yang ditimbun secara acak mudah
menyesuaikan diri, apabila terjadi penurunan bangunan (settlement). Kadang-kadang
bangunan semacam ini kekuatan lebih besar dari apa yang direncanakan dan jika terjadi
kerusakan kecil tidak akan segera menjalar menjadi kerusakan fatal.
Pada umumnya, uji model hidrolik harus dilakukan untuk memverifikasi stabilitas bangunan.
Untuk gelombang tertinggi atau terbesar, uji model fisik harus dilakukan agar diperoleh
desain yang optimal.
Kualitas bangunan pengaman pantai yang dibuat dari batu-batu yang ditimbun secara acak
sudah dikenal sejak lama. Bangunan tersebut mampu menyesuaikan dan mengatur kembali
__________________________________________________________________________________
2-14
PRA DESAIN BANGUNAN PENGENDALIAN EROSI PANTAI Joko Cahyono, e book & free download
susunan batu-bata dalam kondisi terkena gelombang besar yang menyebabkan kerusakan
ringan. Fenomena ini dikenal sebagai “pengembalian kekutana atau pengembalian stabilitas”.
Bangunan pengaman pantai yang dibuat dari blok-blok beton seragan yang diletakan secara
teratur hanya mempunyai atau tidak sama sekali penguatan kembali atau menstabilkan
kembali. Sehingga bangunan semacam ini mudah rusak jika terkena gelombang yang
melebihi gelombang rencana.
Angka koefisien stabilitas, KD mencapai 5 % kerusakan dalam kondisi gelombang rencana.
Jika berat batu amor yang tersedia di lokasi lebih ringan dari berat batu yang dihitung
berdasarkan tinggi gelombang di lokasi tersebut, maka tinggi gelombang yang menyebabkan
kerusakan nol untuk batu-batu yang tersedia di lokasi tersebut dapat dihitung. Sehingga rasio
tinggi gelombang yang berpotensi menyebabkan kerusakan untuk batu-batu yang tersedia di
lokasi tersebut dapat dihitung.
Dalam Shore Protection Manual (USACE, 1984), nilai-nilai H/HD=0 diterapkan untuk desain
pemecah gelombang dalam kondisi gelombang tidak pecah dengan tingkat kerusakan sampai
30%. Oleh karena bentuk revetment berbeda dengan pemecah gelombang, maka revetmen
akan rusak sebelum mencapai 30% tersebut. Nilai-nilai tersebut harus diterapkan untuk
kondisi, baik gelombang pecah maupun gelombang tidak pecah.
Informasi mengenai pengembalian stabilitas untuk revetment telah dikemukakan oleh Ahrens
(1981). Pengembalian stabilitas revetment sangat tergantung ketebalan lapisan, meskipun
berat rata-rata batu dan slope bangunan juga mempengaruhi pengembalian stabilitas tersebut.
Pelindung sayap atau ujung samping (flank) bangunan pengaman pantai sangat penting untuk
menghindari kerusakan akibat erosi yang terjadi di se kitar ujung samping bangunan tersebut.
Diding penahan tanah (tebing) pantai dari tiang-tiang pancang sering diikatkan atau dijangkar
ke tebing-tebing atau daratan yang ada di belakangnya, atau unjung awal dan akhir bangunan
dibengkokan (menutup) ke dalam tebing pantai. Tetapi, hal ini sulit dilakukan untuk
revetment, sehingga ujung revetment cenderung diperpanjang sampai ke bagian pantai yang
tidak mengalami erosi. Perpanjangan revetment, jika memungkinkan harus sampai melewati
bagian pantai yang mengalami erosi, meskipun kadang-kadang tidak layak secara ekonomi.
Salah satu alternatif untuk mengatasi hal ini, maka ujung awal dan akhir revetment diberi
pelindung seperti pelindung untuk kaki revetment, jika erosi di bagian tersebut relatif ringan
atau laju erosinya relatif lambat.
__________________________________________________________________________________
2-15
PRA DESAIN BANGUNAN PENGENDALIAN EROSI PANTAI Joko Cahyono, e book & free download
BAB 3
PERTIMBANGAN PELAKSANAAN
1) Pantai Tebing
Pantai berbentuk tebing dengan material kohesif (lempung) atau material granular (pasir,
kerikil dan batu-batu) mudah runtuh atau longsor, jika di bagian kaki tebing terjadi gerusan
lokal, atau kemiringan tebing tidak stabil disebabkan kondisi drainasi yang buruk, infiltrasi,
dan berkurangnya daya dukung efektif tanah akibat tekanan rembesan yang sangat besar.
Dinding penahan tanah, baik sistem kantilever maupun jangkar dapat dipakai untuk
melindungi tebing pantai terhadap gerusan lokal dan longsor. Tinggi tebing merupakan faktor
yang paling dalam menentukan jenis bangunan pengamanan tebing tersebut. Sehingga dalam
mendisain bangunan pengaman tebing harus mempertimbangkan perkiraan kedalaman
gerusan lokal dan beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi ketidak stabilan lereng tebing
tersebut. Dalam kondisi tertentu, tembok laut dan dinding penahan tanah gravitasi dapat
dipakai untuk mengatasi gerusan lokal di kaki tebing.
2) Pantai Pasir
Di pantai pasir, bangunan revetmen, tembok laut dan dinding penahan tanah dapat digunakan
melindungi daratan yang ada disepanjang pantai pasir tersebu. Faktor utama yang harus
diperhatikan adalah; apakah pantulan gelombang dari bangunan tersebut akan mengerosi
pantai pasir yang ada di depannya. Bangunan pengamanan pantai yang dibuat miring mampu
meredam energi gelombang lebih besar dari pada bangunan yang tegak lurus.
Garis sepadan tebing pantai adalah posisi dimana bangunan boleh dibangun. Di Amerika
Serikat, peraturan pemerintah pusat dan negara bagian dan/atau peraturan daerah, kadang-
kadang perlu membatasi lokasi dan posisi bangunan pangaman pantai.
Oleh sebab itu, garis sepadan tebing pantai ditetapkan berdasarkan kombinasi beberapa faktor
sebagai berikut;
(a) Manfaat bangunan
(b) Karateristik lokasi bangunan
(c) Peraturan-peraturan terkait yang berlaku
Karat merupakan masalah utama dalam penggunaan bahan metal di air payau dan air asin,
terutama di zona percikan air, dimana material metal terus-menerus mengalami sklus basah-
kering. Baja karbon akan cepat berkarat dalam kondisi tersebut. Dalam hal ini, harus
digunakan besi baja anti karat, besi galvanis, dan besi yang dilapisi bahan anti karat. Kadang-
___________________________________________________________________________
3-1
PRA DESAIN BANGUNAN PENGENDALIAN EROSI PANTAI Joko Cahyono, e book & free download
Referensi
1. Shore Protection Manual, USACE, 1984
2. EM 1110-2-1614, Design of Revetments, Seawalls and Bulkheads, USACE, 1995
3. Breakwaters, Jetties, Bulkheads and Seawalls, Pile Buck, 1992
4. Coastal, Estuarial and Harbour Engineers' Reference Book, M.B. Abbot and W.A. Price, 1994,
(Chapter 27)
__________________________________________________________________________________
3-2
PRA DESAIN BANGUNAN PENGENDALIAN EROSI PANTAI Joko Cahyono, e book & free download
Additional References
Ahrens, J. P. 1975 (May). “Large wave tank tests of riprap stability,” CERC Technical Memorandum 51, U.S.
Army Engineer Waterways Experiment Station, Vicksburg, MS.
Ahrens, J. P. 1981 (Dec). “Design of riprap revetments for protection against wave attack,” CERC Technical
Paper 81-5, U.S. Army Engineer Waterways Experiment Station, Vicksburg, MS.
Ahrens, J. P. 1981 (Dec). “Design of riprap revetments for protection against wave attack,” CERC Technical
Paper 81-5, U.S. Army Engineer Waterways Experiment Station, Vicksburg, MS.
Ahrens, J. P. and Heimbaugh, M. S. 1988 (May). “Approximate upper limit of irregular wave runup on riprap,“
Technical Report CERC-88-5, U.S. Army Engineer Waterways Experiment Station, Vicksburg, MS.
Carstea, D., et al. 1975. “Guidelines for the environmental impact assessment of small structures and related
activities in coastal bodies of water,” Technical Report MTR-6916, The Mitre Corp., McLean, VA.
Eckert, J. W. 1983. “Design of toe protection for coastal structures,” Coastal Structures ’83 ASCE Specialty
Conference, 331-41.
Goda, Y. 1985. Random seas and design of maritime structures. University of Tokyo Press.
Herbich, J.B. 1991, Coastal Engineering Handbook
Mather, B. 1957 (Jun). “Factors affecting the durability of concrete in coastal structures,” CERC Technical
Memorandum 96, U.S. Army Engineer Waterways Experiment Station, Vicksburg, MS.
Richart, F. E., Jr., and Schmertmann, J. H. 1958. “The effect of seepage on the stability of sea walls.” Sixth
International Conference on Coastal Engineering, 105-28.
Sorensen, R.M. 1997, Basic Coastal Engineering
Ward, D. L. 1992 (Apr). “Prediction of overtopping rates for irregular waves on riprap revetments,” CERC
Miscellaneous Paper 92-4, U.S. Army Engineer Waterways Experiment Station, Vicksburg, MS.
Ward, D. L., and Ahrens, J. P. 1992 (Apr). “Overtopping rates for seawalls,” CERC Miscellaneous Paper 92-3,
U.S. Army Engineer Waterways Experiment Station, Vicksburg, MS.
Weggel, J. R. 1972. “Maximum breaker height for design,” Journal, Waterways, Harbors and Coastal
Engineering Division, American Society of Civil Engineers 98 (WW4), Paper 9384.
EM 1110-2-1601, Hydraulic Design of Flood Control Channels, USACE
__________________________________________________________________________________
3-3