Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM PIO

“PCNE”

Disusun oleh :
Meja 3

Jasson Karamoy 168114127


Margaretha Arihta Lestari 168114133
Thessalonika 168114134
Theresia Jenny Haryanto 168114136
Jacinda Yakub 168111437
Ni Putu Intan Ratnadi 168114138
Maria Galgani Desi Syukur 168114159
Tuyantri Destri Veranita Bana 168114164
Julio Anjelus Magang 168114171

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
Prioritas
ke

1. Masalah Terapi Obat (M1.2 Efek obat tidak optimal)

Alasan: Target (SMART)?


Glukosa darah dan nilai HbA1c pasien
tidak terkontrol. Menurut ADA (2018) target
- Gula puasa: 162 mg/dL penurunan glukosa bagi pasien
- HbA1c = 8,8% dewasa yaitu :
HbA1c = < 7%
Penyebab: Gula puasa = 80 - 130 mg/dL
P5.2 Informasi penting terkait
pengobatan tidak tersedia
P6.1 Waktu penggunaan obat atau
interval pemberian dosis tidak tepat
P6.4 Obat tidak diminum atau tidak
diberikan

Kemungkinan solusi Implementasi?


1. Apoteker yang menerima resep I2.1 Konseling pengobatan pasien
sebaiknya memberikan konseling I2.4 Dibicarakan dengan anggota
secara tepat terkait penggunaan keluarga/ pemberi perawatan
obat. I3.4 Mengubah aturan penggunaan
2. Aturan penggunaan obat obat
hendaknya diperjelas dengan
tambahan sebelum/sesudah
makan dan waktu penggunaan
Monitoring
seperti pagi/siang/malam hari.
1. Monitoring kadar gula darah
3. Solusi yang dapat diberikan pada
pasien agar terkontrol
masalah ini adalah dengan
2. Monitoring outcome untuk
mengingatkan pasien untuk
melihat apakah outcome pasien
selalu teratur meminum obat,
tercapai atau tidak
bila perlu pada jam penggunaan
3. Monitoring nilai HbA1c
obat diberi pengingat/alarm.
4. Mengingatkan pasien untuk
menjaga pola makan.
5. Memberikan edukasi kepada
pasien sebagai bagian dari upaya
pencegahan dan merupakan
bagian yang sangat penting
dalam pengelolaan DM. Materi
edukasi bisa terdiri dari perlu
atau pentingnya pengendalian
dan pemantauan DM secara
berkelanjutan, interaksi antara
asupan makanan, aktivitas fisik,
obat antihiperglikemia dan obat-
obat lain, dan pentingnya
melakukan olahraga secara
teratur.

Solusi yang dipilih :


1. Aturan penggunaan obat
hendaknya diperjelas dengan
tambahan sebelum/sesudah
makan dan waktu penggunaan
seperti pagi/siang/malam hari.
2. Solusi yang dapat diberikan pada
masalah ini adalah dengan
mengingatkan pasien untuk
selalu teratur meminum obat,
bila perlu pada jam penggunaan
obat diberi pengingat/alarm.

2 Masalah Terapi Obat


(M1.3 Ada indikasi atau gejala yang
tidak diterapi)

Alasan : Target (SMART)?


Pada kasus ini pasien juga memiliki Adapun target nilai lipid panel yaitu :
riwayat penyakit dislipidemia. Hal ini ● Total cholesterol <200 mg/dL
dapat dilihat dari hasil pemeriksaan (<5.17 mmol/L)
laboratorium pasien yaitu nilai Lipid ● LDL cholesterol <100 mg/dL
Panel : (<2.59 mmol/L)
● TC = 214 mg/dL ● HDL cholesterol <40 mg/dL
● LDL = 138 mg/dL (<1.03 mmol/L)
● HDL = 40 mg/dL ● Triglycerides <150 mg/dL
● TG = 160 mg/dL (<1.70 mmol/L)
(Dipiro, 2015).
Kemungkinan Penyebab :
P1.6 Ada indikasi baru dan obat
belum diresepkan.
P6.4 Obat tidak diminum atau tidak
diberikan

Kemungkinan solusi : Implementasi?


1. Menanyakan kepada pasien I2.1 Konseling pengobatan pasien
apakah sebelumnya sudah I2.2 Menediakan informasi tertulis
pernah diberikan obat untuk I3.6 Obat baru mulai diberikan
problem medik dislipidemia.
2. Memberitahukan kepada pasien Monitoring?
untuk mengunjungi dokter 1. Monitoring kadar trigliserida,
apabila belum pernah LDL, dan HDL pasien agar dalam
menggunakan obat dislipidemia. keadaan normal.
3. Memberitahukan terapi untuk 2. Monitoring outcome jika pasien
dislipidemia sesuai dengan sudah mendapatkan terapi
guideline PERKI (2013) yaitu dislipidemia.
dengan memberikan statin. Statin 3. Monitoring adanya gejala efek
terbukti dapat menurunkan samping setelah pemberian obat
mortalitas dan morbiditas dislipidemia.
kardiovaskular, maka obat ini
adalah pilihan pertama bagi
pasien dengan tingkat risiko
tinggi dan sangat tinggi yang
mempunyai konsentrasi TG
moderat.
4. Menganjurkan terapi non
farmakologi yaitu memperbaiki
gaya hidup seperti mengkonsumsi
makanan sesat seperti sayur
mayur, buah-buahan, dan roti
dengan tepung gandum,
5. Menyarankan pasien untuk
melakukan aktivitas fisik secara
teratur.

Solusi yang dipilih :


1. Memberitahukan kepada pasien
untuk mengunjungi dokter
apabila belum pernah
menggunakan obat dislipidemia.
2. Memberitahukan terapi untuk
dislipidemia sesuai dengan
guideline PERKI (2013) yaitu
dengan memberikan statin. Statin
terbukti dapat menurunkan
mortalitas dan morbiditas
kardiovaskular, maka obat ini
adalah pilihan pertama bagi
pasien dengan tingkat risiko
tinggi dan sangat tinggi yang
mempunyai konsentrasi TG
moderat.

3 Masalah Terapi Obat (M1.1 Efek obat


tidak optimal)

Alasan Target (SMART)?


Pasien masih mengeluh kesemutan/ Rasa kesemutan pulih
mati rasa pada jempol kaki dan masih Vitamin B12 dalam rentang normal
belum ada perbaikan. Salah satu obat
yang diduga tidak optimal digunakan,
yaitu multivitamin. Multivitamin
dikatakan tidak optimal dikarenakan
multivitamin mengandung beberapa
vitamin (Vitamin C, D, A) yang
sebenarnya tidak terlalu diperlukan
pasien tapi diberikan meskipun di
dalamnya ada beberapa vitamin yang
dibutuhkan pasien, yaitu Vitamin B
kompleks tapi karena kombinasi jadi
jumlah Vitamin B kompleks yang
dibutuhkan untuk terapi kesemutan
pasien kurang efisien sesuai kebutuhan
seharusnya (B12 : 2,4 mcg/hari; B6 :
1,5 mg/hari) (Medscape, 2019).
Penyebab :
P1.1 Pemililhan obat tidak sesuai
dengan guideline karena seharusnya
jika pasien mengonsumsi metformin
jangka panjang kemungkinan
mengalami defisiensi vitamin B12 dan
juga pasien mengeluh masih
kesemutan dan jika kesemutan dan
menggunakan metofrmin jangka
panjang tersebut harus disertai vitamin
B12 dan B6 dosis yang sesuai
sedangkan dalam multivitamin kurang
jelas jumlahnya

Kemungkinan solusi Implementasi?


1. Penggantian Multivitamin
menjadi Vitamin B kompleks I1.3 Intervensi diusulkan kepada
Generik tanpa ada gabungan penulis resep
dengan vitamin lain yang I1.4 Intervensi didiskusikan dengan
termasuk di dalamnya Vitamin penulis resep
B6, dan B12. I2.1 Konseling pengobatan pasien
2. Jika tidak ada, maka dapat I3.1 Mengubah jenis obat
diberikan Vitamin B12 saja. I3.5 Obat dihentikan
3. Menggunakan multivitamin yang I3.6 Obat baru mulai diberikan
sama tapi dosis atau frekuensi
minum dinaikkan

Solusi yang dipilih

Penggantian Multivitamin menjadi


Vitamin B kompleks 1 x sehari 1
tablet pagi hari setelah makan

Monitoring?
1. Kadar B12 pasien dalam darah
2. Rasa kesemutan yang pasien

Permasalahan lain (non terapi)


1. P8.2 Lain-lain yaitu efek obat yang tidak tercapai akibat gaya hidup pasien belakangan
ini.
Pada kasus ini, pasien mengaku sering melewatkan beberapa jadwal makannya karena
kesibukannya dan kemudian membeli makanan fast food di sepanjang jalan kembali ke
rumah. Dia berusaha memilih makanan sehat ketika makan di luar rumah. Berdasarkan
data pasien, TB/BB : 165 cm/90 kg maka diperoleh BMI pasien yaitu 33,1. Menurut
ketentuan FAO/WHO, di atas 70,0 dikategorikan sebagai kelebihan berat badan tingkat
berat. Maka target dari BMI normal yaitu 18,5 - 25,0 (Depkes, 2011). Pasien dianjurkan
untuk mengatur pola makan dengan baik dan pasien dianjurkan untuk melakukan
olahraga secara teratur.
Cara menurunkan berat badan yang dianjurkan:
1. Diet
- Makan teratur (2 atau 3 kali sehari) dengan gizi seimbang.
- Kurangi jumlah makanan terutama sumber energi
- Kurangi makanan yang berminyak, berlemak atau bersantan karena memberikan
energi yang tinggi.
- Kurangi konsumsi gula dan makanan yang manis, karena makanan tersebut juga
menghasilkan energi yang tinggi.
- Makan banyak sayuran dan buah-buahan karena makan tersebut banyak
mengandung serat.
- Hindari minuman beralkohol karena merupakan sumber kalori dan berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan.
2. Olahraga dan kegiatan fisik
- Olahraga secara teratur selama ½ - 1 jam minimal 3 kali seminggu.
- Pilihlah olahraga yang sesuai dengan usia dan kondisi kesehatan.
- Tingkatkan kegiatan fisik sesuai yang dilakukan sehari-hari.
(Depkes RI, 2011).

Pembahasan :
1. Dosis B12 yang dibutuhkan pasien harusnya berapa? Dan jika multivitamin vitamin B
nya sudah sesuai dengan kebutuhan pasien tidak usah diganti
Jawaban:
Multivitamin yang dimaksud dalam kasus ini tidak diketahui sehingga kemungkinan
multivitamin yang dimaksud juga mengandung vitamin lain seperti vitamin C, D, zinc
dan sebagainya namun kurang efisien dalam dosis vitamin B nya. Contoh dalam
multivitamin bermerek, yaitu Enervon-C mengandung B12 hanya 5 mcg saja bila
dibandingkan dengan vitamin B kompleks bermerek seperti Neurobion tablet yang
mengandung vitamin B12 sebesar 200 mcg, B1 sebesar 100 mg, dan B6 sebesar 100 mg.
Hal ini dilakukan untuk mengatasi defisiensi vitamin B12, yaitu metformin sehingga
pasien mengalami rasa kesemutan tersebut. Bila mengacu pada penelitian menurut Rizvi
(2013), pasien dengan konsumsi vitamin B1 (100 mg), B6 (100 mg), dan B12 (200 mcg)
terbukti efisien dalam penurunan gejala neuropati (kesemutan, rasa kebas) pada pasien
diabetes mellitus.

2. Apa yang dilakukan bila ada interaksi antara obat antihipertensi ACEi (Lisinopril) dan
obat antidiabetes Sulfonilurea (Glipizide)?
Jawaban:
Interaksi yang mungkin terjadi antara obat ACEi dan obat diabetes ialah meningkatnya
risiko hipoglikemia. Apabila hipoglikemia terjadi, saran yang dapat diberikan ialah
penggantian obat diabetes yang risiko hipoglikemia lebih rendah dibandingkan obat
golongan sulfonilurea (SU). Adapun obat diabetes yang dapat disarankan ialah:

Kesimpulan :
1. Terapi farmakologi yang telah diberikan tetap dilanjutkan dan diedukasi lebih jelas
terkait penggunaan obatnya
2. Multivitamin diganti dengan vitamin B kompleks
3. Edukasi perubahan pola hidup pasien

Daftar Pustaka :
Rizvi, A., Ahmad, A., dan Rizvi, Z., 2013. Efficacy of Combination of Vitamin B1, B6, and B12
in Management of Diabetic Peripheral Neuropathy. Pakistan Journal of Medical and Health
Sciences, 7(3), 801-803.

Tambahan Diskusi Pak Yosef :


● Indikasi (diagnosis) : sign symptom, hasil lab, tetapkan goal terapi, lalu tentukan obat
(pastikan tidak kontraindikasi dahulu, tentukan produk obat, dosis, dan outcome terapi.
Adakah indikasi yang tidak diobati. Kemudian adakah indikasi yang sudah diobati tapi
butuh tambahan obat
● Regimen obat : Efektif atau tidak obatnya. Kalau obatnya tidak efek apa yang salah
(rendah atau tidak dosisnya) kalau tidak masalah pada dosis maka lihat efek sampingnya.
Kalau efek samping itu mengganggu ini bisa dipertimbangkan untuk penggantian obat
● Jika kedua poin di atas tidak masalah tapi outcomenya tidak tercapai maka ragukan
kepatuhan pasien.

Anda mungkin juga menyukai