Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya >140 mmHg dan tekanan diastolic >90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolic 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan
gagal ginjal. Disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hpertensi
sering tidak menampakkan gejala. Institut Nasional Jantung, Paru dan Darah
memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya.
Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur
karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup.
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi. Lebih dari 90% diantara mereka
menderita hipertensi esensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab
medisnya.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi,
patoflodiagram, pemeriksaan diagnostik dan discharge planning dari penyakit
hipertensi.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori dari penyakit hipertensi.
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kasus dari penyakit hipertensi.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah didalam arteri yang
abnormal dandiukur paling kurang padatigakesempatan yang berbeda. Seseorang dikatakan
terkena hipertensi mempunyai tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan tekanan darah diastoltik
≥90mmHg.
Hipertensi dapat definisikan sebagai tekanan darah presisten dengan tekanan sistolik diatas
140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg
(Brunerth & sudarth, 2001). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price 2005). Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah yang melebihi tekanan darah normal seperti apa yang telah
disepakati oleh para ahli yaitu, > 140/90 mmHg (Sudoyo, 2006). Hipertensi adalah suatu
keadaan peningkatan tekanan darah yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian (mortalitas), (Khushariyadi,2008).
1. Klasifikasi hipertensi
Join National Comitten on Detection Evolution and tretment of High Blood Pressur,
badan penelitian hipertensi di Amerika serikat, menentukan batasan tekanan darah yang
berbeda. Sedangkan pada thn 1993, dikenal dengan sebutan JPC-V, tekanan darah pada
orang dewasa berusia 18 thn dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

No Kriteria Tekanan darah


sistolik Diastolik
1. Normal <130 <85
2. Perbatasan (high normal) 130-139 85-89
Hipertensi
3. Derajat 1: ringan 140-159 90-99
4. Derajat 2: sedang 160-179 100-109
5. Derajat 3: berat 180-209 110-119
6. Derajat 4: sangat berat ≥210 ≥120

Jika penderita mempunyai tekanan sistolik yang tidak termasuk dalam satu kriteri
maka ia termasuk dalam kriteria yang lebih tinggi. Misalnya, seseorang mempunya
tekanan darah 180/120 mmHg (dibaca sistolik 180 mmHg, diastolik 120 mmHg)
berdasarkan ketentuan ini orang tersebut tergolong penderita hipertensi derajat 4 atau
sangat besar. Apabila penderita memiliki kerusakan atau resiko hipertensi, maka resiko
tersebut harus disebutkan. Misalnya, hipertensi derajat 4 dengan DM.

Menurut AHA seorang dikatakan hipertensi apabila tekanan sistolnya < 120
mmHg dan tekanan diastolnya < 80 mmHg. Klasifikasi menurut AHA, hipertensi
dikelompokkan menjadi :

Klasifikasi Sistol (mmHg) Diastole (mmHg)


Normal < 120 < 80
Peningkatan 120-129 < 80
tekanan darah
Hipertensi tahap 1 130-139 80-89
Hipertensi tahap 2 ≥ 140 ≥ 90

2. Jenis hipertensi
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. Diderita oleh
sekitar 95% orang. Oleh sebab itu, penelitian dan pengobatan lebih ditujukan bagi
penderita esensial.

Hipertensi primer diperkirakan disebabkan oleh faktor:

1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jaika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika
umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (pria lebih tinggi
dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi
garam yang tinggi (lebih dari 30 g), kegemukan atau makan berlebihan,
stres,merokok, minum alkohol, minum obat-obatan (efedrin, prednison, epinefrin).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas. Salah satu contoh hipertensi
sekunder adalah hipertensi vaskular renal, yang terjadi akibat stenosis arteri renalis.
Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis. Stenosis arteri renalis
menurunkan aliran darah keginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor
ginjal,perangsan pelepasan reniun, dan pembentukan angiotensin II. Angiontensin II
secara langsung meningkatkan tekaan darah, dan secara tidak langsung meningkatkan
sntesis andosteron dan reabsorbsi matrium. apabila dapat dilakukan perbaikan pada
stenosis, atau apabila ginjal yang terkena diangkat, tekanan darah akan kembali
kenormal.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain feokromositoma, yaitu tumor
penghasil epinefrin dikelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan
denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit chusing, yang menyebabkan
peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena
hipersensivitas sistem saraf simpatis aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron
tanpa diketahui penyebanya) dan hipertensi yang berkaitan dengan kontra sepsi oral
juga dianggap sebagai sekunder.
c. Hipertensi akibat kehamilan
Hipertensi akibat kehamilan atau hipertensi gestasional adalah jenis hipertensi
sekunder. Hipertensi gestasional adalah peningkatan tekanan darah (≥140 mmHg pada
sistolik, >90 mmHg pada diastolik) terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu pada
wanita nonhipertensi dan membaik dalkam 12 minggu pascapartum. Hipertensi jenis
ini tampaknya terjadi akibat kombinasi dan peningkatan curah jantung dan
peningkatan total peripheral resistance (TPR) jika hipertensi terjadi setela 12 minggu
pascapartum, atau telah ada sebelum kehamilan 20 minggu, masuk kedalam kategori
hipertensi kronok.
B. Etiologi
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal ginjal. Disebut sebagai
“pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakan gejala.
Institut Nasional Jantung, paru dan darah memperkirakan separuh orang yang menderita
hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien
harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur
hidup.Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% diantara mereka
menderita hipertensi esensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya.
Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder),
seperti penyempitan arteri renalis atau penyakit parenkhin ginjal, berbagai obat, disfungsi
organ, tumor dan kehamilan.
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui sebab-sebabnya. Hipertensi jenis ini
hanya sebagian kecil, yakni hanya sekitar 10%. Beberapa penyebab hipertensi, antara lain:
1. Keturunan
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Jika sesorang memiliki orang tua atau saudara yang
memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi
lebih besar.
2. Usia
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penilitian menunjukkan bahwa seraya usia seseorang
bertambah, tekanan darah pun akan meningkat.
3. Garam
Faktor ini bisa dikendalikan. Garam dapat meningkat tekanan darah dengan cepat pada
beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang
dengan usia tua, dan orang yang berkulit hitam.
4. Kolesterol
Faktor ini bisa dikendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah, dapat
menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah.
5. Obesitas/Kegemukan
Faktor ini bisa dikendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30% berat badan
ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi.
6. Stres
Faktor ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu
tekanan darah tinggi.
7. Rokok
Faktor ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi
tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan
stroke.
8. Alkohol
Faktor ini bisa dikendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan
tekanan darah tinggi.
9. Kurang Olahraga
Faktor ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan
darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan darah tinggi
namun jangan melakukan olahraga yang berat jika menderita tekanan darah tinggi.
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
fasomotor pada medula diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut kebawah kekorda spinalis dan keluar dari kolumna medulaa spinalis keganglia
simpatis ditoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke kepembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriksi. Klien dengan hipertensi
sangat sensitif terhadaprangsangan vasokonstiktor. Klien dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat
terjadi. Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medula adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal menyereksi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan
angiotensinI yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat, yang pada
akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan hipertensi. (Brunner & Suddarth, 2002).

D. Manifestasi klinis
Kien yang menderita hipertensi terkadang tidak menampakan gejala hingga bertahun-tahun.
Gejala jika ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai
sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis
pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan
azetoma (peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin).
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apa pun selain tekanan darah yang tinggi,
tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, perdarahan, eksudat,
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus
optikus).
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien
(transient ischemic attack, TIA) yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi
(hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Smelter, 2002). Gejala umum yang
ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang
timbul tanpa gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi yaitu:
1. Sakit kepala
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3. Perasaan berputar seperti tuju keliling serasa ingin jatuh
4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5. Telinga berdering

Crowing (2000)bmenyebut bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami
hipertensi bertahun-tahun berupa:
1. Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang di sertai mual dan muntah, mudah marah,
telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata
berkunang-kunang, dan mimisanakibat peningkatan tekanan darah intrakranium.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.
3. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
4. Nokturia yang di sebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi, yaitu pusing, muka merah, sakit
kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain
(Novianti, 2006).

E. Komplikasi
1. Strok dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darh tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Strok
dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah kearea otak yang diperdarahi berkurang.
Arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma.
2. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi
ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dan dapat
terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel
sehinga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
3. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler
glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal
yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan dapat berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan
keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan
edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik. 
4. Ensefalopati hipertensi
Ensefalopati hipertensi merupakan sindrom yang ditandai oleh perubahan neurologis
secra mendadak akibat peningkatan tekanan darah arteri. Sindrom tersebut akan hilang
jika tekanan darah dapat diturunkan kembali. Gejala yang sering muncul biasanya berupa
nyeri kepala hebat, bingung, lamban, mual muntah, dan ganguan pengelihatan. Gejala ini
umumnya bertambah berat dalam waktu 12-48 jam, pasien dapat mengalami kejang,
penurunan kesadaran, hingga kebutaan. Kondisi ini sering terjadi hipertensi maligna yang
mengalami peningkatan tekanan darah secara cepat.
5. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi.
Ventrikel dapat menyebabkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi
ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko
pembentukan bekuan darah.
F. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viksositas) dan
dapat mengindikasikan faktor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
a) BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
b) Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
c) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
2. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi (batu ginjal, perbaikan ginjal).
5. Photo dada : menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katub dan pembesaran jantung.
G. Discharge planning
1. Berhenti merokok
2. Pertahankan gaya hidup sehat
3. Priksa tekanan darah secara teratur
4. Batasi konsumsi alcohol
5. Diet garam serta pengendalian berat badan
6. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stress
7. Penjelasan mengenai hipertensi
8. Jika sudah menggunakan obat hipertensi teruskan penggunaannya secara rutin
9. Mengkonsumsi jus buah belimbing
10. Melakukan teknik relaksasi
11. Melakukan pijatan lembut dipunggung
12. Terapi yoga
13. Kombinasi berbagai macam terapi

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata pasien meliputi identitas pasien dan identitas penanggungjawab yang terdiri
dari nama, usia, jenis kelamin, status perkawinan, agama, pendidikan, pekerjaan dan
alamat.
b. Riwayat kesehatan : keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
terdahulu, riwayat alergi dan riwayat kesehatan keluarga.
c. Pengkajian pola Gordon
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Dilakukan pengkajian apakah pasien memiliki riwayat merokok, riwayat
mengonsumsi alcohol, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat keluarga dan
mengkaji bagaimana aktivitas olahraga dari pasien.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Dikaji makanan yang dikonsumsi oleh klien yang menyebabkan penyakit
hipertensi. Kemudian, kaji nafsu makan, berat badan naik turun selama 6 bulan
terakhir, dan kemampuan menelan makanan.
3) Pola eliminasi
Kaji frekuensi BAB dan BAK.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan perawatan diri pasien (apakah dia mampu melakukan aktivitas
sendiri atau dibantu). Biasanya orang yang menderita hipertensi mengalami detak
jantung yang cepat, sakit kepala, lemah letih dan takipnea. Sehingga kemampuan
melakukan aktivitasnya berkurang.
5) Pola tidur dan istirahat
Kaji kemampuan tidur dan istirahat klien, apakah klien dapat tidur dengan nyaman
tanpa adanya sakit kepala.
6) Pola persepsi sensori dan kognitif
Mengkaji kemampuan berinteraksi, membaca, berbicara, status mental,
penglihatan dan kaji nyeri pasien (P : penyebab, Q : Kualitas, seperti apa nyeri
yang dirasakan, R : letak nyeri, S : intensitas nyeri, skala nyeri 1-10, T : kapan
nyeri itu muncul)
7) Pola hubungan dan peran
Mengkaji hubungan klien dengan keluarga dan hubungan sosial, apakah terganggu
atau tidak.
8) Pola reproduksi dan seksual
Kaji hubungan seksualitas klien dengan pasangan (suami/istri. Biasanya orang
yang menderita hipertensi hubungan seksualitasnya terganggu karena adanya
palpitasi (jantung berdebar) dan pusing.
9) Pola tata nilai dan kepercayaan
Kaji apakah ada larangan-larangan agama dan permintaan rohani selama masuk di
Rumah Sakit.
10) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Kaji bagaiamana pasien menggunakan mekanisme koping, koping yang digunakan
mengganggu atau menghalangi prilaku adaptif, prilaku terhadap diri dan orang
lain, perubahan dalam berkomunikasi, tidak dapat memenuhi harapan pasien,
pasien yang memiliki koping yang tidak efektif tidak mampu menggunakan
sumber-sumebr yang tersedia. Koping yang tidak adekuat dapat memicu terjadinya
masalah-masalah psikologis termasuk ansietas dan depresi. Pasien yang
mengalami ansietas dapat dinilai dengan mengkaji prilaku, afektif, fisiologis, dan
kognitif. Pengkajian prilaku difokuskan pada penurunan produktifitas, resah,
gelisah dan kewaspadaan. Kaji afektif, untuk menilai perasaan takut, gugup,
mudah tersinggung, nyeri hebat dan khawatir. Respon fisiologis yang dikaji pada
pasien hipertensi meliputi ; peningkatan denyut nadi, sakit kepala, rasa pegal/tidak
nyaman pada tengkuk. Respon kognitif, dikaji adanya gangguan penglihatan.
11) Pola persepsi dan konsep diri
Mengkaji apakah ada gangguan pada body image, ideal diri, harga diri, peran dan
identitas diri.

2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
b. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke
otak
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
d. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan natrium
e. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi ventrikel atau rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
3. Intervensi dan implementasi

N Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


o (NOC)
1. Nyeri akut berhubungan Tindakan observasi :
dengan peningkatan  Pain Level,
tekanan vaskuler serebral.  Pain control,  Observasi reaksi
DS : Mengeluh nyeri  Comfort level nonverbal dari
DO : Setelah dilakukan tindakan ketidaknyamanan
 Tampak keperawatan selama….x 24 Rasional : kebutuhan
meringis jam nyeri akut dapat teratasi rasa nyaman dapat
 Bersikap dengan kriteria hasil terpenuhi
protektif  Mampu mengontrol  Kaji nyeri secara
(misalnya ; nyeri (tahu penyebab komprehensif
waspada, posisi nyeri, mampu termasuk lokasi,
menghindari menggunakan tehnik karakteristik, durasi,
nyeri) nonfarmakologi untuk frekuensi, kualitas
 Gelisah, mengurangi nyeri, dan faktor presipitasi
frekuensi nadi mencari bantuan) Rasional : untuk
meningkat dan  Melaporkan bahwa mengetahui sejauh mana
sulit tidur nyeri berkurang nyeri terjadi sehingga
 TD dengan menggunakan mempermudah dalam
meningkat, pola manajemen nyeri pengobatan
napas berubah,  Mampu mengenali  Kaji kultur yang
nafsu mkaan nyeri (skala, mempengaruhi
berubah, proses intensitas, frekuensi respon nyeri
berpikir dan tanda nyeri) Rasional : bermanfaat
terganggu,  Menyatakan rasa dalam pengawasan
menarik diri, nyaman setelah nyeri keefektifan obat dan
berfokus pada berkurang kemajuan penyembuhan
diri sendiri dan  Tanda vital dalam  Observasi TTV
diaphoresis. rentang normal sesudah pemberian
analgesic pertama
kali
Rasional : mengurangi
terjadinya komplikasi
serta alergi dan
keefisienan dalam
pemberian obat

Tindakan mandiri :
 Gunakan teknik
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
Rasional : menyakinkan
klien untuk mendapatkan
perawatan yang intensif
 Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
Rasional : meningkatkan
psikologis pasien dan
motivasi keinginan untuk
sembuh
 Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
Rasional : menrunkan
faktor-faktor yang
mempengaruhi nyeri
 Kurangi faktor
pencetus nyeri
Rasional : nyeri dapat
diatasi sedini mungkin
dengan menemukan
faktor presipitasi
 Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
Rasional : menurunkan
terjadinya keracunan obat
 Ajarkan tindakan
penurunan nyeri
noninvasive
(relaksasi dan
distraksi)
Rasional : mengurangi
rasa nyeri
 Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Rasional : rasa nyeri
lebih mudah teratasi
 Tingkatkan istirahat
Rasional : mencegah
nyeri dan meningkatkan
penyembuhan
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Rasional : kebutuhan
obat lebih tepat pada
indikasinya
 Cek riwayat alergi
Rasional : mengurangi
terjadinya gejala lain
yang mungkin muncul
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
Rasional : proses
mengatasi nyeri lebih
cepat dan efisien
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek
samping)
Rasional : dapat
mengkolaborasikan lebih
lanjut tentang keefektifan
pemberian analgesik

Tindakan kolaborasi :
 Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian analgesik
Rasional : mengurangi
nyeri

Penyuluhan kesehatan :
 Melakukan
penyuluhan
kesehatan tentang
mekanisme
terjadinya nyeri dan
cara mengatasinya
(teknik relaksasi dan
distraksi)
Rasional : mempercepat
proses penyembuhan
2. Gangguan perfusi Tindakan observasi :
jaringan cerebral  Circulation status
 Kaji keluhan,
berhubungan dengan  Neurologic status observasi TTV dan
penurunan suplai oksigen  Tissue Prefusion : kesadaran klien
ke otak cerebral Rasional : untuk
DS : - Setelah dilakukan asuhan mengetahui keadaan
DO : selama……… umum pasien untuk
 Gangguan ketidakefektifan perfusi mempermudah dalam
status mental jaringan cerebral teratasi pemberian intervensi
 Perubahan dengan kriteria hasil: selanjutnya.
perilaku  Tekanan systole dan  Monitor AGD,
 Perubahan diastole dalam rentang ukuran pupil,
respon motorik yang diharapkan ketajaman,

 Perubahan  Tidak ada kesimetrisan dan

reaksi pupil ortostatikhipertensi reaksi

 Kesulitan  Komunikasi jelas Rasional : untuk

menelan  Menunjukkan mengetahui sejauh mana

 Kelemaha konsentrasi dan ketidakefektifan perfusi

n atau paralisis orientasi jaringan.

ekstrermitas  Pupil seimbang dan  Monitor adanya


reaktif diplopia, pandangan
 Abnormali
 Bebas dari aktivitas kabur, nyeri kepala
tas bicara
kejang Rasional : untuk
 Tidak mengalami nyeri mengetahui
kepala ketidakadekuatan fungsi
dari serebral
 Monitor adanya
daerah tertentu yang
hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/t
umpul
Rasional : untuk
mengetahui keefektifan
fungsi saraf.
 Monitor pergerakan
tonus otot
Rasional : pergerakkan
otot dapat meningkatkan
aliran darah ke otot
 Monitor tekanan
intrkranial dan
respon nerologis
Rasional : untuk
mengetahui perubahan
nilai GCS, mengkaji
adanya kecenderungan
pada tingkat kesadaran
dan potensial
peningkatan TIK dan
bermanfaat dalam
menentukkan lokasi
 Monitor status cairan
Rasional : untuk
mengetahui pemasukan
dan pengeluaran cairan.

Tindakan mandiri :
 Catat perubahan
pasien dalam
merespon stimulus
Rasional : untuk
mengetahui tingkat
kepekaan pasien terhadap
stimulus
 Pertahankan
parameter
hemodinamik
Rasional : untuk
mengetahui PCWP, CVP
sebagai indikator
peningkatan beban kerja
jantung
 Anjurkan klien untuk
batasi gerakan
kepala, leher,
punggung
Rasional : untuk
mencegah terjadinya
komplikasi
 Posisikan kepala
terlentang atau posisi
elevasi 15-45 derajat
sesuai indikasi
Rasional : untuk
mengurangi tekanan
arteri dengan
meningkatkan draimage
vena dan memperbaiki
sirkulasi serebral
 Instruksikan
keluarga untuk
mengobservasi kulit
jika ada lesi atau
laserasi
Rasional : untuk
mencegah timbulnya
infeksi

Tindakan kolaborasi :
 Kolaborasi
pemberian analgetik
Rasional : untuk
menahan rasa sakit
berlebih

Penyuluhan kesehatan :
 Melakukan
penyuluhan
kesehatan tentang
mengapa terjadi
perubahan prilaku,
perubahan respon
motorik, perubahan
reaksi pupil,
kesulitan menelan,
kelemahan atau
paralisis ektremitas
dan abnormalitas
bicara pada pasien
hipertensi.
Rasional : agar keluarga
serta pasien mampu
mengantisipasi agar tidak
terjadi hipertensi
3.  Energy conservation Tindakan observasi :
Intoleransi aktivitas
 Activity tolerance  Observasi TTV
berhubungan dengan
 Self Care : ADLs sebelum dan sesudah
ketidakseimbangan antara melakukan aktivitas
Setelah dilakukan tindakan Rasional : untuk
suplai dan kebutuhan
keperawatan membatasi aktivitas yang
oksigen. akan dilakukan
selama….pasien dapat  Observasi faktor
DS :
bertoleransi dengan aktivitas penyebab kelemahan
 Mengeluh Rasional : untuk
dengan kriteria hasil : mengurangi terjadinya
lelah
 Berpartisipasi dalam peningkatan TIK
 Dispnea  Monitor respon
aktivitas fisik tanpa psiko, emosi, sosial
saat/setelah
disertai peningkatan dan spiritual
aktivitas Rasional :
tekanan darah, nadi mempermudah dalam
 Merasa tidak
dan RR melakukan aktivitas
nyaman setelah
 Mampu melakukan Tindakan mandiri :
beraktivitas
aktivitas sehari-sehari  Bantu klien
 Merasa melakukan aktivitas
yang mampu
lemah dilakukan
Rasional : memudahkan
DO : dalam proses terapi
 Bantu klien untuk
membuat jadwal
 Frekuensi
latihan diwaktu
jantung luang
Rasional : meningkatkan
meningkat >20%
keseimbangan antara
dari kondisi aktivitas dan istirahat
 Bantu klien
istirahat
mendapatkan alat
 Tekanan bantu aktivitas
Rasional : memudahkan
darah berubah
untuk melakukan
>20% dari aktivitas sehari-hari
secara mandiri
kondisi istirahat
 Bantu pasien untuk
 Gambaran mengembangkan
motivasi diri dan
EKG penguatan
menunjukkan Rasional : untuk
meningkatkan semangat
aritmia pasien
saat/setelah
Tindakan kolaborasi :
aktivitas  Kolaborasi dengan
para ahli terapi
 Gambaran
okupasi, fisik
EKG Rasional : untuk latihan
ketahanan
menunjukkan
 Kolaborasi
iskemia dengan ahli gizi
dalam pemberian
 Sianosis
nutrisi yang kaya
energi.
Rasional : kebutuhan
nutrisi pasien seimbang

Penyuluhan kesehatan :
 Berikan penyuluhan
kepada pasien atau
keluarga tentang
pentingnya nutrisi
yang baik, dan
penggunaan teknik
rekasasi dan
distraksi selama
ativitas
Rasional : memudahkan
pasien dalam melakukan
aktivitas
4. Kelebihan Volume  Electrolit and acid Tindakan observasi :
Cairan berhubungan base balance
 Monitor hasil lab
dengan kelebihan asupan  Fluid balance
yang sesuai dengan
natrium  Hydration
retensi cairan (BUN ,
DS : ortopnea, dispnea, Setelah dilakukan tindakan
Hmt ,osmolalitas
dan paroxysmal nocturnal keperawatan selama ….
urin)
dyspnea (PND) Kelebihan volume cairan
Rasional : untuk
DO : teratasi dengan kriteria:
mengevaluasi
 Berat  Terbebas dari edema,
ketidakseimbangan cairan
badan meningkat efusi, anaskara
dan elektrolit klien.
pada waktu yang  Bunyi nafas bersih, tidak
 Monitor vital sign
singkat ada dyspneu/ortopneu
Rasional : untuk
 Edema  Terbebas dari distensi
mengetahui
anasarka vena jugularis, perkembangan kondisi
dan/atau adema  Memelihara tekanan klien
perifer vena sentral, tekanan  Monitor indikasi
 Jugular kapiler paru, output retensi / kelebihan
venous pressure jantung dan vital sign cairan (cracles,
(JVP) dan/atau DBN CVP , edema,
central venous  Terbebas dari kelelahan, distensi vena leher,
pressure (CVP) kecemasan atau bingung asites)
meningkat Rasional : untuk
 Refleks mengetahui tanda dan
hepatojugular gejala kelebihan.
positif  Kaji lokasi dan luas
 Distensi edema
vena jugularis Rasional : untuk

 Terdengar mengetahui luasnya

suara napas edema agar tidak terjadi

tambahan luka.

 Hematome  Monitor masukan

gali makanan / cairan

 Kadar Rasional : untuk

hb/ht menurun mengetahui


perkembangan intake dan
 Oliguria
output cairan.
 Intake
 Monitor integritas
lebih banyak
kulit pada pasien
dari output
yang mengalami
(balans cairan
imobilisasi dengan
positif)
edema dependen
 Kongestti
Rasional : agar dapat
paru
mencegah terjadinya luka
yang ditimbulkan dari
edema
 Monitor berat badan
Rasional : untuk
mengetahui status
volume cairan klien
 Monitor status
hidrasi (misalnya
membran mukosa
lembab, denyut nadi
adekuat dan tekanan
arah)
Rasional : agar
mengetahui gejala dari
tanda-tanda hidrasi
(normal atau tidak
normal)

Tindakan mandiri :
 Pertahankan catatan
intake dan output
yang akurat
Rasional : catatan intake
dan output merupakan
bahan pertimbangan
terhadap rencana tindak
lanjut
 Berikan terapi IV
seperti yang
ditentukan
Rasional : agar
pemenuhan cairan tepat
sesuai dengan terapi yang
diberikan
 Pasang urin kateter
jika diperlukan
Rasional : untuk
mengetahui jumlah cairan
yang keluar serta
memantau karakteristik
dari urine klien

Tindakan kolaborasi :
 Kolaborasi
pemberian diuretik
seperti :
- spironolak
ton (aldakton)
dan furosemid
(lasix)
rasional : untuk
mengontrol
edema dan asites,
menghambat
efek aldosteron,
meningkatkan
ekskresi air
- obat
inotropik positif
dan vasodilatasi
arterial
rasional : untuk
meningkatkan
curah
jantung/perbaika
n aliran darah
ginjal dan
fungsinya
sehingga
menurunkan
kelebihan cairan

Penyuluhan kesehatan :
 melakukan
penyuluhan
kesehatan kepada
keluarga atau pasien
tentang penyebab
dan cara mengatasi
edema (pembatasan
diet dan penggunaan
dosis serta efek
samping obat yang
diprogramkan)
Rasional :
keluarga/pasien dapat
memahami penyebab dan
cara mengatasi edema
5.  Cardiac Pump Tindakan observasi :
Resiko penurunan
effectivenes
curah jantung
 Circulation Status  Monitor TD, nadi,
berhubungan dengan
 Vital Sign Status RR, sebelum,
Peningkatan afterload,
Setelah dilakukan asuhan selama, dan setelah
vasokonstriksi, hipertrofi
keperawatan selama…… aktivitas
ventrikel atau trigiditas
masalah resiko penurunan Rasional : untuk
ventrikuler dan iskemia
curah jantung dapat teratasi membatasi aktivitas
miokard
dengan kriteria hasil :  Monitor status
DS :
 Tanda vital dalam pernafasan yang
 Perubahan
rentang normal menandakan gagal
irama jantung
(tekanan darah, nadi, jantung
(palpitasi)
respirasi) Rasional : status
 Perubahan
 Dapat mentoleransi respirasi yang buruk bisa
preload (lelah)
aktivitas, tidak ada saja disebabkan oleh
 Perubahan
kelemahan edema paru dan ini erat
afterload
 Tidak ada edema paru, kaitannya dengan gagal
(dispnea)
perifer, dan tidak ada jantung
 Perubahan  Monitor balance
asites
kontraktilitas cairan
 Tidak ada penurunan
(paroxysmal Rasional : untuk
kesadaran
nocturnal mengetahui
dyspnea, perkembangan intake dan
orthopnea, output cairan
batuk)  Monitor adanya
 Perilaku/emo perubahan tekanan
sional (cemas darah
dan gelisah) Rasional : untuk
mengetahui kondisi klien
DO :
 Monitor toleransi
 Perubahan aktivitas pasien
irama jantung Rasional : untuk
(bradikardi/takir mengetahui aktivitas
adi, gambaran yang bisa dilakukan klien
EKG aritmia  Monitor adanya
atau gangguan dyspneu, fatigue,
konduksi) tekipneu dan
ortopneu
 Perubahan
Rasional : untuk
preload (edema,
membatasi aktivitas agar
distensi vena
tidak terjadi dispnea,
jugularis,
fatique, takipnea dan
Central Venous
ortopnea
Pressure
 Monitor respon
meningkat/menu
terhadap terhadap
run, murmur
obat untuk
jantung, berat
mengontrol tekanan
badan bertambah
darah
dan Pulmonary
Rasional : untuk
Artery Wedge
mengetahui reaksi obat
Pressure
 Kaji toleransi pasien
menurun)
terhadap
 Perubahan
perubahan ; nafas
afterload
pendek, nyeri,
(tekanan darah
palpitasi dan pusing.
meningkat/menu
Rasional : untuk melihat
run, nadi perifer
keterbatasan klien yang
teraba lemah,
diakibatkan oleh penyakit
Capillary Refill
yang diderita dan dapat
Time >3 detik,
ditegakkan grade dari
uliguria, dan
suatu gangguan klien
warna kulit
 Monitor berat badan
pucat dan atau
Rasional : untuk
sinosis,
mengetahui status
Pulmonary
volume cairan klien
vascular
resistance
Tindakan mandiri :
meningkat/menu
 Evaluasi adanya
nyeri dada
run, Systemic
(intensitas,lokasi,
vascular
durasi)
resitance
Rasional : melihat
meningkat/menu
karakteristik nyeri yang
run dan
dialami klien sehingga
hematomegali)
akan mempengaruhi
 Perubahan
tindakan keperawatan
kontaktilitas
dan diagnosa yang akan
(terdengar suara
ditegakkan
jantung S3
 Catat adanya
dan/atau S4,
disritmia jantung
Ejection
Rasional : sebagai bukti
Fraction
tertulis dalam tindakan
menurun,
keperawatan tentang
Cardiac Index
kondisi dan tindakan
menurun, Left
yang telah diberikan
Ventricular
 Catat adanya tanda
Stroke Work
dan gejala penurunan
Index menurun,
cardiac putput
Stroke Volume
Rasional : penurunan
Index menurun)
kardiakoutput akan
sangat berpengaruh
terhadap sistemik tubuh
dan mencatat berguna
untuk memberikan
pengarahan dalam
melakukan tindakan
keperawatan
 Atur periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari
kelelahan
Rasional : klien bisa saja
mengalami sesak
mendadak karena
aktivitas yang dilakukan
 Auskultasi bunyi
nafas ; bunyi
tambahan dan bunyi
jantung : murmur
Rasional : S4 umum
terdengar pada pasien
hipertensi berat karena
adanya hipertrofi atrium.
Adanya krakel, mengi
dapat mengindikasikan
kongesti paru sekunder
terjadinya gagal jantung
kronik
 Pertahankan posisi
tirah baring pada
posisi yang nyaman
selama episode akut
Rasional : dengan posisi
tirah baring diharapkan
ekspansi dada klien lebih
optimal
 Pantau dan catat
efek terapeutik
selama pemberian
kalsium antagonis,
beta bloker dan
nitrat
Rasional : karena efek
samping yang
ditimbulkan bisa saja
membahayakan klien
 Melakukan penilaian
komprehensif dari
sirkulasi perifer
(misalnya ;
memeriksa nadi
perifer, edema,
pembuluh kapiler,
warna kulit dan suhu)
Rasional : untuk
mengetahui status
sirkulasi perifer pasien
 Menentukan indeks
branchial pergelangan
kaki secara tepat
Rasional : untuk
memeriksa nadi brakial
klien
 Evaluasi edema
perifer dan nadi
Rasional : untuk
mengetahui
perkembangan kondisi
klien
 Memberikan terapi
IV
Rasional : karena adanya
peningkatan tekanan
ventrikel kiri pasien tidak
dapat bertoleransi
terhadap peningkatan
volume cairan (preload)
 Anjurkan teknik
relaksasi
Rasional : untuk
mengurangi kontraksi
otot

Tindakan kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
diuretik sesuai
program misalnya
spironolakton
(aldakton) dan
furosemid (lasix)
Rasional : untuk
mengontrol edema dan
asites, menghambat efek
aldosteron, meningkatkan
ekskresi air
 Kolaborasi
pemberian oksigen
tambahan dengan
kanula nasal dan
obat sesuai indikasi
Rasional : meningkatkan
sediaan oksigen untuk
kebutuhan miokard guna
melawan efek iskemia

Penyuluhan kesehatan :

 Melakukan
penyuluhan
kesehatan kepada
keluarga atau pasien
tentang pengertian
afterload,
vasokonstriksi,
hipertrofi ventrikel
atau trigiditas
ventrikuler dan
iskemia miokard
serta upaya untuk
mengatasi

4. Evaluasi
a. Klien melaporkan atau menunjukkan tidak ada tanda
dispnea, angina dan distritmia.
b. Klien dapat menujukkan peningkatan toleransi terhadap
aktivitas
c. Klien mendemonstrasikan penurunan tanda fisiologis
intoleransi aktivitas
d. Klien mengidentifikasi metode penghilangan nyeri.
e. Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
f. Klien mendemonstrasikan keterampilan teknik relaksasi
dan distraksi sesuai indikasi
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Kasus

Laki-laki usia 62 tahun, dirawat sejak tanggal 23 Januari 2017 dengan diagnosa
hipertensi grade I masuk melalui UGD. Klien mengatakan badan tiba-tiba lemas saat
bangun tidur, pusing dan sakit kepala, oleh keluarga klien langsung dibawa ke rumah
sakit RSUD dr. Ben Mboi, saat di UGD TTV : TD (160/90 mmHg), N (80 kali/menit),
pernapasan (16 kali/menit), dan pasien dianjurkan dirawat.

Pada saat pengkajian, klien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis,
pasien masih mengeluh lemas, observasi TTV : TD (150/90 mmHg), N (78 kali/menit), P
(16 kali/menit). Klien memiliki riwayat merokok 1 bungkus/hari, tidak pernah melakukan
olahraga rutin.

Hasil pemeriksaan lab tanggal 23 Januari 2017, Hb 14, 2 g/dL, HT 40%, leukosit
14000 uL, trombosit 253000 uL, protein total 6,4 g/dL, SGOT 14 u/L, SGPT 12 u/L,
ureum 26 mg/dl, creatinin 1,0 mg/dl, GDS 120 mg/dl, kolesterol total 350 mg/dl,
sedangkan USG dan Ro thorax normal. Klien mendapat terapi captopil 2x12,5 mg,
nalgestan 3x1 tab, tensivask 1x5 mg.

A. Pengkajian
Pengkajian diambil : 23 Januari 2017
Tanggal masuk rumah sakit : 23 Januari 2017
Diagnosa masuk : Hipertensi Grade I
1. Identitas pasien
Nama : Tn. K
Usia : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Kawin
Agama : Katolik
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Tenda, Ruteng
2. Pengkajian pola Gordon
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1) Keluhan utama : Badan lemas dan pusing
2) Keluhan saat pengkajian : Pasien mengeluh lemas
3) Riwayat penyakit sekarang : Pada tanggal 23 Januari 2017, pasien
mengeluh badan tiba-tiba lemas saat bangun tidur, pusing dan sakit kepala.
Kemudian, keluarga pasien mengantarnya ke rumah sakit BLUD dr. Ben
Mboi, setelah diperiksa di UGD, pasien didiagnosa Hipertensi Grade I.
Sehingga harus dirawat di rumah sakit.
4) Riwayat penyakit keluarga : Tidak memiliki riwayat keluarga
hipertensi. Tetapi klien memiliki riwayat merokok 1 bungkus/hari dan tidak
pernah melakukan olahraga rutin.
b. Pola nutrisi dan metabolik
DS : -
DO : kolesterol total 350 mg/dl
c. Pola eliminasi
DS : klien mengatakan tidak memiliki masalah pada proses BAB dan BAK
DO : klien tidak menggunakan kateter
d. Pola aktivitas dan latihan
DS : klien mengatakan tidak pernah berolahraga secara rutin
DO : klien tampak lemas
e. Pola tidur dan istirahat
DS : klien mengatakan tidak ada gangguan tidur dan istirahat. Tetapi badan tiba-
tiba lemas saat bangun tidur, pusing dan sakit kepala
DO : klien tampak lemas
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
DS : klien mengatakan pusing dan sakit kepala
DO : -
g. Pola peran dan hubungan dengan sesama
DS : klien mengatakan relasinya dengan sesama terjalin dengan baik
DO : -
h. Pola reproduksi dan seksual
DS : -
DO : -
i. Pola tata nilai dan kepercayaan
DS : klien mengatakan tidak ada larangan-larangan agama selama masuk rumah
sakit
DO : -
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
DS : klien mengatakan mekanisme koping dan toleransi terhadap stress baik
DO : klien tidak terlihat stress
k. Pola persepsi dan konsep diri
DS : klien mengatakan tidak ada gangguan body image, harga diri, peran dan
identitas diri.
DO : mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat dengan baik/tidak
minder
3. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : lemas
Tingkat kesadaran : compos mentis
TTV ; TD : 150/90 mmHg
Grade : 1
P : 16 x/mnt
N : 78 x/mnt
4. Pemeriksaan dagnostik
a) Pemeriksaan laboratorium

No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


1. Hemoglobin 14,2 g/dL 12,1-15,1 (P)
13,0-16,0 (L)
2. Hematokrit 40 % 40-50 (P)
45-55 (L)
3. Leukosit 14000 uL 5000-10000
4. Trombosit 253000 UL 150000-
400000
5. Protein total 6,4 g/dL 3,5-5,9
6. SGOT (Serum 14 u/L <21 (P)
Glutamic Oxaloacetic <25 (L)
Transminase)
7. SGPT (Serum 12 u/L <23 (P)
Glutamic Pyruvate <30 (L)
Transminase)

8. Ureum 26 mg/dL 6-20 (P)


8-25 (L)
9. Creatinin 1,0 mg/dL 60-150 (P)
70-160 (L)
10. GDS 120 mg/dL 70-130
11. Kolesterol total 350 mg/dl 200-239
12. USG dan Ro Torax - - Normal
b) Terapi

No Obat Golongan Indikasi Efek samping


1. Captropil Penghambat enzim untuk Pusing
(2x12,5 pengubah pasien yang (terutama
mg) angiotensin (ACE mengalami saat bangkit
inhibitor) tekanan berdiri),
darah tinggi batuk kering,
(hipertensi) gangguan
dan gagal pada indera
jantung. pengecap,
detak jantung
meningkat
(takikardi),
ruam kulit,
sakit dada,
hipotensi,
rambut rotok,
sulit tidur,
mulut
kering ,
konstipasi
atau diare.
2. Nalgestan Kombonasi Untuk Gangguan
(3x1tablet) phenylpropanolamine pasien yang pencernaan,
HCL( mengatasi mengalami kesulitan
hidung tersumbat dan gejala batuk berkemih,
gangguan saluran dan hidung gangguan
pernapasan lain) dan tersumbat psikomotor
chlorpheniramine (flu) (kelemahan
maleate/CTM otot dan
(menghambat gemetar),
produksi histamine mulut kering,
yang menjadi pemicu palpitasi,
timbulnya gejala penglihatan
seperti ; mata berair, kabur, sakit
hidung gatal dan kepala dan
bersin-bersin). Kedua takikardi.
zat tersebut mampu
berperan sebagai
dekongestan
sekaligus
antihistamin
3. Tensivask Calcium channel untuk Sakit kepala,
(5 mg : blockers pasien yang kelelahan,
amlodipine) (menghambat secara mengalami pusing, mual,
sangat ketat hipertensi, nyeri perut,
masuknya ion iskemia kulit
kalsium ke dalam sel miokard memerah,
otot polos pembuluh dan palpitasi,
darah dan sel-sel otot penyakit edema
jantung) arteri perifer,
koroner. impotensi,
depresi,
insomnia,
takikardi.

5. Analisa data

Data
N Etiologi Masalah
DS DO
o
1. Klien mengatakan  Tampak Merokok Nyeri akut
pusing dan sakit meringis berhubunga
kepala saat bangun  Ttv : Nikotin dan n dengan
tidur tekanan karbon peningkatan
darah monoksida tekanan
150/90 masuk ke vaskuler
mmHg. pembuluh serebral
 Efek darah
samping
terapi Vasokonstrik
captropil si
2x12,5
mg dan Kerja jantung
tensivask terganggu
1x5 mg
Suplai O2
menurun

Jantung
memompa
lebih keras

Peningkatan
tekanan darah

Peningkatan
tekanan
vaskuler
serebral

Pusing dan
sakit kepala
(nyeri)
2. Klien mengatakan Tampak Merokok Intoleransi
lemas saat bangun lemas aktivitas
tidur TTV : Nikotin dan
 TD karbon
(UGD : monoksida
160/ 90 masuk ke
mmHg, pembuluh
saat darah
dikaji :
150/90 Vasokonstrik
mmHg) si

Kerja jantung
terganggu
Suplai O2
menurun

Jantung
memompa
lebih keras

Lemas

Intoleransi
aktivitas
3. - TTV : Merokok Resiko
penurunan
 TD curah
(UGD : Nikotin dan jantung
160/ 90 karbon
mmHg, monoksida
saat masuk ke
dikaji : pembuluh
150/90 darah
mmHg)
Vasokonstrik
si

Kerja jantung
terganggu

Suplai O2
menurun

Jantung
memompa
lebih keras

Resiko
penurunan
curah jantung
Klien mengeluh  Ttv : Merokok Resiko
4. pusing dan sakit tekanan gangguan
kepala darah perfusi
150/90 Nikotin dan jaringan
mmHg. serebral
karbon
 Efek monoksida
samping masuk ke
terapi pembuluh
captropil darah
2x12,5
mg dan Vasokonstrik
tensivask si
1x5 mg

Kerja jantung
terganggu

Suplai O2 ke
otak
menurun

Resiko
ganggguan
perfusi
jaringan
serebral
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral ditandai
dengan pusing dan sakit kepala serta peningkatan tekanan darah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemaha, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
3. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler dan iskemia miokard.
4. Resiko gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen ke otak
C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


keperawatan
1. Nyeri akut  Pain Level, Tindakan observasi :
berhubungan dengan  Pain control,
peningkatan tekanan  Comfort level  Observasi reaksi
vaskuler serebral. Setelah dilakukan tindakan nonverbal dari
DS : mengeluh keperawatan selama….x 24 ketidaknyamanan
pusing dan sakit jam nyeri akut dapat teratasi Rasional : kebutuhan rasa
kepala saat bangun dengan kriteria hasil nyaman dapat terpenuhi
tidur  Mampu mengontrol  Kaji nyeri secara
DO : tampak nyeri (tahu penyebab komprehensif
meringis, TD ;150/90 nyeri, mampu termasuk lokasi,
mmHg, efek samping menggunakan tehnik karakteristik, durasi,
obat captropil dan nonfarmakologi untuk frekuensi, kualitas dan
tensivask mengurangi nyeri, faktor presipitasi

mencari bantuan) Rasional : untuk

 Melaporkan bahwa mengetahui sejauh mana


nyeri berkurang dengan nyeri terjadi sehingga
menggunakan mempermudah dalam

manajemen nyeri pengobatan


 Kaji kultur yang
 Mampu mengenali
mempengaruhi respon
nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri
nyeri) Rasional : bermanfaat
 Menyatakan rasa dalam pengawasan
nyaman setelah nyeri keefektifan obat dan
berkurang kemajuan penyembuhan
 Tanda vital dalam  Observasi TTV
rentang normal sesudah pemberian
analgesic pertama kali
Rasional : mengurangi
terjadinya komplikasi serta
alergi dan keefisienan
dalam pemberian obat

Tindakan mandiri :
 Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
Rasional : menyakinkan
klien untuk mendapatkan
perawatan yang intensif
 Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan dukungan
Rasional : meningkatkan
psikologis pasien dan
motivasi keinginan untuk
sembuh
 Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
Rasional : menrunkan
faktor-faktor yang
mempengaruhi nyeri
 Kurangi faktor
pencetus nyeri
Rasional : nyeri dapat
diatasi sedini mungkin
dengan menemukan faktor
presipitasi
 Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
Rasional : menurunkan
terjadinya keracunan obat
 Ajarkan tindakan
penurunan nyeri
noninvasive (relaksasi
dan distraksi)
Rasional : mengurangi
rasa nyeri
 Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Rasional : rasa nyeri lebih
mudah teratasi
 Tingkatkan istirahat
Rasional : mencegah nyeri
dan meningkatkan
penyembuhan
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Rasional : kebutuhan obat
lebih tepat pada
indikasinya
 Cek riwayat alergi
Rasional : mengurangi
terjadinya gejala lain yang
mungkin muncul
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
Rasional : proses
mengatasi nyeri lebih cepat
dan efisien
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
Rasional : dapat
mengkolaborasikan lebih
lanjut tentang keefektifan
pemberian analgesik

Tindakan kolaborasi :
 Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian captropil
dan tensivask
Rasional : mengurangi
nyeri

Penyuluhan kesehatan :
 Melakukan
penyuluhan kesehatan
tentang mekanisme
terjadinya nyeri dan
cara mengatasinya
(teknik relaksasi dan
distraksi)
Rasional : mempercepat
proses penyembuhan
2. Intoleransi aktivitas  Energy conservation Tindakan observasi :
berhubungan dengan  Activity tolerance  Observasi TTV
kelemahan,  Self Care : ADLs sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas
ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Rasional : untuk
antara suplai dan keperawatan selama….pasien membatasi aktivitas yang
akan dilakukan
kebutuhan oksigen. dapat bertoleransi dengan  Observasi faktor
DS : mengeluh lemas aktivitas dengan kriteria penyebab kelemahan
Rasional : untuk
saat bangun tidur hasil : mengurangi terjadinya
DO : tampak lemas,  Berpartisipasi dalam peningkatan TIK
 Monitor respon psiko,
TD UGD 160/90 aktivitas fisik tanpa emosi, sosial dan
mmHg dikaji 150/90 disertai peningkatan spiritual
Rasional : mempermudah
mmHg tekanan darah, nadi dan dalam melakukan aktivitas
RR
Tindakan mandiri :
 Mampu melakukan  Bantu klien
aktivitas sehari-sehari melakukan aktivitas
yang mampu
dilakukan
Rasional : memudahkan
dalam proses terapi
 Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
Rasional : meningkatkan
keseimbangan antara
aktivitas dan istirahat
 Bantu klien
mendapatkan alat
bantu aktivitas
Rasional : memudahkan
untuk melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri
 Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Rasional : untuk
meningkatkan semangat
pasien

Tindakan kolaborasi :
 Kolaborasi dengan
para ahli terapi
okupasi, fisik
Rasional : untuk latihan
ketahanan
 Kolaborasi dengan
ahli gizi dalam
pemberian nutrisi
yang kaya energi.
Rasional : kebutuhan
nutrisi pasien seimbang

Penyuluhan kesehatan :
 Berikan penyuluhan
kepada pasien atau
keluarga tentang
pentingnya nutrisi
yang baik, dan
penggunaan teknik
rekasasi dan distraksi
selama ativitas
Rasional : memudahkan
pasien dalam melakukan
aktivitas
3. Resiko penurunan  Cardiac Pump Tindakan observasi :
curah jantung effectivenes
berhubungan dengan  Circulation Status  Monitor TD, nadi, RR,
peningkatan  Vital Sign Status sebelum, selama, dan
afterload, Setelah dilakukan asuhan setelah aktivitas
vasokonstriksi, keperawatan selama…… Rasional : untuk
hipertrofi ventrikuler masalah resiko penurunan membatasi aktivitas
dan iskemia miokard curah jantung dapat teratasi  Monitor status
DS : - dengan kriteria hasil : pernafasan yang
DO : TTV UGD  Tanda vital dalam menandakan gagal
160/90 mmHg saat rentang normal (tekanan jantung
dikaji 150/90 mmHg darah, nadi, respirasi) Rasional : status respirasi

 Dapat mentoleransi yang buruk bisa saja


aktivitas, tidak ada disebabkan oleh edema
kelemahan paru dan ini erat kaitannya

 Tidak ada edema paru, dengan gagal jantung


perifer, dan tidak ada  Monitor balance

asites cairan
Rasional : untuk
 Tidak ada penurunan
mengetahui perkembangan
kesadaran
intake dan output cairan
 Monitor adanya
perubahan tekanan
darah
Rasional : untuk
mengetahui kondisi klien
 Monitor toleransi
aktivitas pasien
Rasional : untuk
mengetahui aktivitas yang
bisa dilakukan klien
 Monitor adanya
dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
Rasional : untuk
membatasi aktivitas agar
tidak terjadi dispnea,
fatique, takipnea dan
ortopnea
 Monitor respon
terhadap terhadap obat
untuk mengontrol
tekanan darah
Rasional : untuk
mengetahui reaksi obat
 Kaji toleransi pasien
terhadap perubahan ;
nafas pendek, nyeri,
palpitasi dan pusing.
Rasional : untuk melihat
keterbatasan klien yang
diakibatkan oleh penyakit
yang diderita dan dapat
ditegakkan grade dari suatu
gangguan klien
 Monitor berat badan
Rasional : untuk
mengetahui status volume
cairan klien

Tindakan mandiri :
 Evaluasi adanya nyeri
dada
(intensitas,lokasi,
durasi)
Rasional : melihat
karakteristik nyeri yang
dialami klien sehingga
akan mempengaruhi
tindakan keperawatan dan
diagnosa yang akan
ditegakkan
 Catat adanya disritmia
jantung
Rasional : sebagai bukti
tertulis dalam tindakan
keperawatan tentang
kondisi dan tindakan yang
telah diberikan
 Catat adanya tanda
dan gejala penurunan
cardiac putput
Rasional : penurunan
kardiakoutput akan sangat
berpengaruh terhadap
sistemik tubuh dan
mencatat berguna untuk
memberikan pengarahan
dalam melakukan tindakan
keperawatan
 Atur periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
Rasional : klien bisa saja
mengalami sesak
mendadak karena aktivitas
yang dilakukan
 Auskultasi bunyi
nafas ; bunyi
tambahan dan bunyi
jantung : murmur
Rasional : S4 umum
terdengar pada pasien
hipertensi berat karena
adanya hipertrofi atrium.
Adanya krakel, mengi
dapat mengindikasikan
kongesti paru sekunder
terjadinya gagal jantung
kronik
 Pertahankan posisi
tirah baring pada
posisi yang nyaman
selama episode akut
Rasional : dengan posisi
tirah baring diharapkan
ekspansi dada klien lebih
optimal
 Pantau dan catat efek
terapeutik selama
pemberian kalsium
antagonis, beta bloker
dan nitrat
Rasional : karena efek
samping yang ditimbulkan
bisa saja membahayakan
klien
 Melakukan penilaian
komprehensif dari
sirkulasi perifer
(misalnya ; memeriksa
nadi perifer, edema,
pembuluh kapiler,
warna kulit dan suhu)
Rasional : untuk
mengetahui status sirkulasi
perifer pasien
 Menentukan indeks
branchial pergelangan
kaki secara tepat
Rasional : untuk
memeriksa nadi brakial
klien
 Evaluasi edema perifer
dan nadi
Rasional : untuk
mengetahui perkembangan
kondisi klien
 Memberikan terapi IV
Rasional : karena adanya
peningkatan tekanan
ventrikel kiri pasien tidak
dapat bertoleransi terhadap
peningkatan volume cairan
(preload)
 Anjurkan teknik
relaksasi
Rasional : untuk
mengurangi kontraksi otot

Tindakan kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
diuretik sesuai program
misalnya spironolakton
(aldakton) dan
furosemid (lasix)
Rasional : untuk
mengontrol edema dan
asites, menghambat efek
aldosteron, meningkatkan
ekskresi air
 Kolaborasi pemberian
oksigen tambahan
dengan kanula nasal
dan obat sesuai
indikasi
Rasional : meningkatkan
sediaan oksigen untuk
kebutuhan miokard guna
melawan efek iskemia

Penyuluhan kesehatan :

 Melakukan
penyuluhan kesehatan
kepada keluarga atau
pasien tentang
pengertian afterload,
vasokonstriksi,
hipertrofi ventrikel
atau trigiditas
ventrikuler dan
iskemia miokard serta
upaya untuk
mengatasi

4. Resiko gangguan Tindakan observasi :


perfusi jaringan  Circulation status
 Kaji keluhan,
serebral  Neurologic status
observasi TTV dan
berhubungan dengan  Tissue Prefusion :
kesadaran klien
penurunan suplai cerebral
Rasional : untuk
oksigen ke otak. Setelah dilakukan asuhan
mengetahui keadaan umum
DS : mengeluh selama………
pasien untuk
pusing dan sakit ketidakefektifan perfusi
mempermudah dalam
kepala jaringan cerebral teratasi
pemberian intervensi
DO : TD 150/90, dengan kriteria hasil:
selanjutnya.
efek samping  Tekanan systole dan
 Monitor AGD, ukuran
captropil dan diastole dalam rentang
pupil, ketajaman,
tensivask yang diharapkan
kesimetrisan dan
 Tidak ada
reaksi
ortostatikhipertensi
Rasional : untuk
 Komunikasi jelas
mengetahui sejauh mana
 Menunjukkan konsentrasi
ketidakefektifan perfusi
dan orientasi
jaringan.
 Pupil seimbang dan
 Monitor adanya
reaktif
diplopia, pandangan
 Bebas dari aktivitas
kabur, nyeri kepala
kejang
Rasional : untuk
 Tidak mengalami nyeri
mengetahui
kepala
ketidakadekuatan fungsi
dari serebral
 Monitor adanya
daerah tertentu yang
hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tu
mpul
Rasional : untuk
mengetahui keefektifan
fungsi saraf.
 Monitor pergerakan
tonus otot
Rasional : pergerakkan
otot dapat meningkatkan
aliran darah ke otot
 Monitor tekanan
intrkranial dan respon
nerologis
Rasional : untuk
mengetahui perubahan
nilai GCS, mengkaji
adanya kecenderungan
pada tingkat kesadaran dan
potensial peningkatan TIK
dan bermanfaat dalam
menentukkan lokasi
 Monitor status cairan
Rasional : untuk
mengetahui pemasukan
dan pengeluaran cairan.

Tindakan mandiri :
 Catat perubahan
pasien dalam
merespon stimulus
Rasional : untuk
mengetahui tingkat
kepekaan pasien terhadap
stimulus
 Pertahankan parameter
hemodinamik
Rasional : untuk
mengetahui PCWP, CVP
sebagai indikator
peningkatan beban kerja
jantung
 Anjurkan klien untuk
batasi gerakan kepala,
leher, punggung
Rasional : untuk
mencegah terjadinya
komplikasi
 Posisikan kepala
terlentang atau posisi
elevasi 15-45 derajat
sesuai indikasi
Rasional : untuk
mengurangi tekanan arteri
dengan meningkatkan
draimage vena dan
memperbaiki sirkulasi
serebral
 Instruksikan keluarga
untuk mengobservasi
kulit jika ada lesi atau
laserasi
Rasional : untuk
mencegah timbulnya
infeksi

Tindakan kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
analgetik
Rasional : untuk menahan
rasa sakit berlebih

Penyuluhan kesehatan :
 Melakukan
penyuluhan kesehatan
tentang mengapa
terjadi perubahan
prilaku, perubahan
respon motorik,
perubahan reaksi
pupil, kesulitan
menelan, kelemahan
atau paralisis
ektremitas dan
abnormalitas bicara
pada pasien hipertensi.
Rasional : agar keluarga
serta pasien mampu
mengantisipasi agar tidak
terjadi hipertensi
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Perbandingan antara askep teori dan kasus


Pada askep teori faktor resiko terjadinya hipertensi meliputi keturunan, usia,
garam, kolesterol, obesitas, stress, rokok, alcohol dan kurang olahraga. Gejala yang
dirasakan oleh pasien hipertensi pada umumnya adalah sakit kepala, rasa pegal dan
tidak nyaman pada tengkuk, perasaan berputar seperti tuju keliling serasa ingin jatuh,
berdebar atau detak jantung terasa cepat, telinga berdering. Diagnosa utama pada
pasien hipertensi adalah nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan
vascular serebral. Diagnosa lain selain diagnose utama tersebut adalah gangguan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke otak,
intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas
ventrikuler, iskemia miokard dan kelebihan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan asupan natrium.
Sedangkan pada askep teori faktor resiko terjadinya hipertensi grade 1 atau
tingkat ringan meliputi merokok dan kurang aktivitas olahraga. Tanda dan gejala
yang dirasakan antara lain, lemas, sakit kepala, pusing, peningkatan tekanan darah
serta peningkatan leukosit dan ureum. Diagnosa utama pada pasien tersebut adalah
nyer akut berhubungan dengan peningkatan tekanan veskuler serebral. Selain itu,
diagnose lain yang diangkat adalah intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen, resiko penurunan
curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi/rigiditas
ventrikuler dan iskemia miokard dan resiko gangguan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke otak.
B. Daftar pustaka
Ns. Reny Yuli Aspiani, S.kep.(2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Kardiovaskuler Aplikasi NIC dan NOC. Jakarta: EGC.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Suddart, Burner.(1996). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2 Edisi 8.


Jakarta : EGC.

Http://jurnal.fk.unand.ac.id. Hubungan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada


Laki-Laki Usia 35-65 Tahun Di Kota Padang.

Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2013. Maret 2014. Vol. 8, No 1.


Terkontrolnya Tekanan Darah Penderita Hipertensi Berdasarkan Pola Diet Dan
Kebiasaan Olahraga Di Padang Tahun 2011.

Jurnal Psikologi. Vol 40, No 1, Juni 2013. Terapi Relaksasi Untuk Menurunkan
Tekanan Darah Dan Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita Hipertensi.

Nathalia, Vetri. 2017. Ejournal. Sumbarprov.go.id : Pengaruh Pemberian Jus Buah


Belimbing Terhadap Perubahan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di Panti
Jompo.

Jurnal STIKES Volume 5, No 2, Desember 2012. The Implementation Of Slow Stroke


Back Massage In Decreasing Blood Pressure On Hypertension's Patient.

Junal Nurs. Regulasi Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer Dengan
Smoothie Pisang. Volume 6, No 2. Oktober 2011.

Journal Kesehatan Primer. Yoga Terapy Can Reduce Blood Pressure In Hypertention
Patients. Volume 2, No 1. November 2017.

Journal Of The American Society Of Hypertention.Combination Therapy In


Hypertention Patients. Vol 4, No 1. February 2010.

Anda mungkin juga menyukai