Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asuhan keperawatan profesional menuntut perawat untuk dapat
melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, dan
pengevaluasian, sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan
asuhan keperawatan yang efektif dan efisien bagi individu, keluarga dan
masyarakat (Nursalam, 2011). Profesionalisme perawat dapat diwujudkan
dibidang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas dan professional tersebut adalah
pengembangan model asuhan keperawatan professional (MAKP) yang
memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan
tersebut. Perawat dapat memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap
pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit dengan adanya MAKP.
Implementasi MAKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana
dan prasarana yang memadai. MAKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter,
pasien dan profesi lain dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data bahwa metode asuhan
keperawatan yang diterapkan adalah Model Modular atau MAKP Modular
Modifikasi. Oleh karena itu kami menggunakan pedoman buku dari
Prof.Dr.Nursalam yang berjudul Manajemen Keperawatan sebagai acuan
dalam melakukan praktek manajemen ini. Keuntungan yang dirasakan dalam
penerapan adalah klien merasa dimanusiakan karena kebutuhannya terpenuhi
secara individu. Disamping itu asuhan keperawatan yang diberikan memiliki
mutu yang tinggi serta bentuk pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan
advokasi menjadi pelayanan yang efektif tercapai. Kelemahannya adalah
hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis,
penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin
ilmu (Nursalam, 2016).
Dalam pemberian asuhan keperawatan yang menekankan pada aspek
Bio-Psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, sehingga pasien mendapatkan
pelayanan yang profesional. Selain itu kelompok menekankan pada
pelaksanaan dokumentasi keperawatan dengan melibatkan perawat ruangan.
Diharapkan model asuhan keperawatan ini mampu menyelesaikan masalah
dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan profesional sehingga mampu
memenuhi tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan Praktik Managemen Keperawatan selama 4 (empat)
minggu, mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan sistem
managemen keperawatan yang baik dan benar.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan Praktik Manajemen Keperawatan, mahasiswa


mampu:

1. Mampu melakukan orientasi terhadap ruangan dan rumah sakit.


2. Mampu melakukan pengumpulan data tentang ruangan melalui
pengkajian M1-M5.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi pasien
1. Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.
2. Menerima asuhan keperawatan yang paripurna dan berkesinambungan
3. Meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.
1.3.2 Bagi perawat
1. Melakukan managemen keperawatan dengan baik untuk melaksanakan
asuhan keperawatan profesional
2. Meningkatkan kinerja perawat
3. Meningkatkan kepuasan kerja perawat.
4. Menumbuhkan minat perawat untuk berpikir kritis
1.3.3 Bagi rumah sakit
1. Mencapai visi dan misi rumah sakit.
2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Manajemen


2.1.1 Definisi Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses untuk melaksanakan pekerjaan
melalui upaya orang lain. Menurut Liang Lie, manajemen adalah suatu ilmu dan
seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, dan pengontrol dari benda dan
manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya (Liang Lie, 2008
dalam Nursalam, 2011).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Didalam manajemen tersebut
mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling)
terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant
dan Massey, 1999 dalam Nursalam, 2011).

2.1.2 Fungsi Manajemen


Manajemen berasal dari Manage, yaitu mengatur. Dimana dalam hal
mengatur ada beberapa pertanyaan; mengapa harus diatur dan apa tujuan
pengaturan tersebut diadakan. Manajemen merupakan usaha dari orang-orang
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan (Visi dan Misi) sehingga
akan ada hubungan antara administrasi, manajemen, dan organisasi. Manajemen
dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen, semua usaha akan
sia-sia dan pencapaian tujuan  akan lebih sulit. Ada tiga alasan utama
diperlukannya manajemen:
1. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi.
2. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-
tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-
pihak berkepentingan dalam organisasi, seperti pemilik dan karyawan,
maupun kreditur, pelanggan, konsumen, supplier, serikat kerja,  asosiasi
perdagangan, masyarakat dan pemerintah.
3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas suatu kerja organisasi dapat
diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum
adalah efisiensi dan efektivitas.
Fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning), perencanaan merupakan:
a. Gambaran apa yang akan dicapai.
b. Persiapan pencapaian tujuan.
c. Rumusan suatu persoalan untuk dicapai.
d. Persiapan tindakan-tindakan.
e. Rumusan tujuan tidak harus tertulis.
f. Tiap-tiap organisasi perlu perencanaan
2. Pengorganisasian (Organizing), merupakan pengaturan setelah rencana,
mengatur dan menentukan apa tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit
kerja, alat-alat keuangan dan fasilitas.
3. Penggerak (Actuating)
Menggerakkan orang-orang agar mau/suka bekerja. Ciptakan suasana
bekerja   bukan hanya karena perintah tetapi harus dengan kesadaran
sendiri dan termotivasi.
4. Pengendalian/pengawasan (Controlling) merupakan fungsi pengawasan
agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana. Pengendalian juga
berfungsi agar kesalahan dapat segera diperbaiki.
5. Penilaian (Evaluasi)
Merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil pekerjaan
yang seharusnya dicapai.

2.2 Konsep Manajemen Keperawatan


2.2.1 Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan dapat didefinisikan sebagai suatu proses
koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai perawatan, tujuan pelayanan dan obejektif (Huber,
2006).
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber yang ada, baik
sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan
yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat (Suyanto, 2008).
Muninjaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga
prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam
pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk
mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan
manajerial.
Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif, karena
manajemen adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan rencana perawat
manajer klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip dan metode
yang berkaitan pada instusi yang besar dan organisasi keperawatan di dalamnya,
termasuk setiap unit. Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi dan tujuan dari
institusi tetapi dapat memerlukan pengembangan atau perbaikan termasuk misi
atau tujuan devisi keperawatan. Dari pernyataan pengertian yang jelas perawat
manajer mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis untuk pelayanan
keperawatan (Swanburg, 2000).
Menurut Swanburg (2000), ketrampilan manajemen dapat
diklasifikasikan dalam tiga tingkatan yaitu: 1) Keterampilan intelektual, yang
meliputi kemampuan atau penguasaan teori, keterampilan berfikir. 2)
Keterampilan teknikal meliputi: metode, prosedur atau teknik. 3) Keterampilan
interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam berinteraksi dengan
individu atau kelompok.

2.2.2 Fungsi Manajemen Keperawatan


Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama
yaitu Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Staffing (Kepega
waian), Directing (Pengarahan), Controlling (Pengendalian/Evaluasi).
1. Planning (Perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam
manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi
manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan
merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa
ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat
dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan pola pandang
secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa
yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan
tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.
Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa
luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses
untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-
langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
a. Tujuan Perencanaan
1) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan.
2) Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif.
3) Membantu dalam koping dengan situasi kritis.
4) Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya.
5) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang.
6) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.
7) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b. Tahap Dalam Perencanaan
1) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif.
2) Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta..
3) Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah.
4) Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin
dicapai.
5) Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam
pelaksanaan program.
6) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
c. Jenis Perencanaan
1) Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan,
proses yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan
masa kini dengan kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari
efek-efek perencanaan pada masa depan, mengorganisasikan upaya-
upaya yang perlu untuk melaksanakan keputusan ini terhadap hasil
yang diharapkan melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya.
Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk memperbaiki
alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang dan waktu, dan
untuk mengatur pekerjaan divisi keperawatan.
2) Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang
akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan,
menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap
aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang
untuk bekerja dan juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien.
Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana
tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang
sudah ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang
terdiri dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan peraturan.
Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari program dan proyek.
d. Manfaat Perencanaan
1) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
2) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk
pelaksanaan.
3) Memudahkan kordinasi.
4) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
operasional secara jelas.
5) Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat.
6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah
dipahami.
7) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti.
8) Menghemat waktu dan dana
e. Keuntungan Perencanaan
1) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak
produktif.
2) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai.
3) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya
terutama fungsi keperawatan.
4) Memodifikasi gaya manajemen.
5) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
f. Kelemahan Perencanaan
1) Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan
informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang.
2) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak.
3) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis.
4) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif.
5) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu
diambil
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-
tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka
mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan
semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata cara
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 1999).
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai
rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi
segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan
mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta
menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.
a. Manfaat Pengorganisasian
1) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
2) Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi
tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.
3) Pendelegasian wewenang.
4) Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik
b. Langkah-langkah Pengorganisasian
1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah
tertuang dalam fungsi perencanaan.
2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan.
3) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan
yang praktis.
4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf
dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.
5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
6) Mendelegasikan wewenang
3. Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,
sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah
personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg,
2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff
adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff, penguasaan rencana
pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi Manajemen
Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan
pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga
perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan
kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan
mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah
yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien
selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu dalam setahun.
Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan kebutuhan rumah
sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau rumusan tenaga/pasien
yang sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan
dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan
pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan
pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu
dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan
jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel
perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi
keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur
departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi,
filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab,
kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program staff efektif, dan
evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip
rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi
pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang
berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui serangkaian aktivitas.
Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam
menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih
sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja.
Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk
memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada
cara ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang
pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift
10-12 jam dan metode lain yang biasa.
4. Directing (Pengarahan)
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat
dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan
yang nyata. Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan
manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah
suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam
upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000),
menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan
memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk
kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan
pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus
mampu  untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca,
memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan
menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka mampu melaksanakan
tugas-tugas pokok organisasi. Menurut Lewin dalam Swanburg (2000),
terdapat beberapa macam gaya kepemimpinan yaitu:
a. Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung
memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan.
Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif
atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.
b. Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan
keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada
hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis
meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.
c. Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang
memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu
kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal
ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku
yang merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan
keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk
promosi autonomi, membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh
perawat professional.
5. Controlling (Pengendalian/Evaluasi)
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi
yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan
fungsi yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu
apakah terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi
yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang
bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat
diperbaiki (Fayol, 1998).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang
sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan
dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan
(Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah
diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998).
Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan
beberapa prinsip berikut:
a. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan
hasilnya mudah diukur, misalnya menepati jam kerja.
b. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam
upaya mencapai tujuan organisasi.
c. Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada
semua staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung
jawab dan komitmen terhadap kegiatan program.
d. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan
bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah
tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.
e. Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik:
1) Harus menunjukkan sifat dari aktivitas.
2) Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera.
3) Harus memandang ke depan.
4) Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis.
5) Harus objektif.
6) Harus fleksibel.
7) Harus menunjukkan pola organisasi.
8) Harus ekonomis.
9) Harus mudah dimengerti.
10) Harus menunjukkan tindakan perbaikkan

Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat


manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung
jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian
dan mingguan, dan penugasan, serta pengunaan sumber-sumber secara
efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat. Dua
metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-
tujuan keperawatan adalah:
a. Analisa tugas: Kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur
yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan,
anggaran. Hanya mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif
beberapa alat digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.
b. Kontrol kualitas: Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas
dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.

Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan


dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat:
a. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan
sesuai dengan standard atau rencana kerja.
b. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan
pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
c. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
d. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan

2.2.3 Prinsip Dasar Manajemen

2.2.4
2.3

Anda mungkin juga menyukai