Anda di halaman 1dari 5

A.

PENENTUAN SIFAT ALIRAN


Untuk menentukan sifat aliran serbuk, dapat digunakan parameter seperti berikut:

1. Sudut istirahat
(sudut miring = Agle of repose = Boschung swinkie)
Cara kerja:
Dari suatu corong dengan diameter yang cukup besar, diisi dengan material
(sebelumnya corong ditutup dengan jari). Kemudian jari dilepaskan dari mulut corong
dan material dibiarkan mengalir bebas ke atas kertas grafik. Dari tinggi kerucut material h
dan diameter dasar r, dapat dihitung sudut istirahat serbuk.
Tangen α dinamakan juga koefisien gesekan . Jadi, prinsip pengukuran ini adalah
dari material yang bergerak menjadi suatu sistem pulva, pada keadan diam.
2. Sudut gerak (sudut angkat = Abrutswinkel)
Prinsipnya adalah dari material yang berada dalam keadaan diam menjadi sistem
pulva yang bergerak. Ada 3 metoda yang dapat digunakan untuk mengukur sudut ini :
1. Material terdapat dalam suatu wadah yang berbentuk silinder, dengan mengangkat
dinding silinder akan terbentuk sudut gerak.
2. Material terletak pada wadah datar dan terisi kemudian secara hati-hati wadah
diangkat sampai pada saat material mulai tumpah.
3. Material terdapat dalam wadah silinder yang tertutup, mula-mula dengan permukaan
datar, kemudian silinder secara hati-hati diputar sampai pada saat material bergerak
keluar (tumpah).
Secara teoritis, bertambah kecil sudut ini bertambah baik sifat aliran material, tetapi di
dalam hal ini antara sudut istirahat dan sudut gerak tidak dapat diperbandingkan.
Pada sudut istirahat, tinggi mulut corong, kecepatan aliran, dan besar mulut akan
mempengaruhi hasil pengukuran. Sedangkan pada sudut gerak, tingkat pemadatan material
pada posisi awal juga akan mempengaruhi hasil pengukuran. Boleh dikatakan bahwa kedua
metoda ini mempunyai prinsip yang sama. Dikatakan bahwa bila :
- Sudut yang didapat besar dari 30 derajat, material mempunyai sifat aliran yang jelek.
- Sudut yang lebih kecil dari 30 derajat, sifat aliran material baik.
Tentu saja di dalam praktek tidak akan dijumpai bentuk-bentuk sudut ideal dan
kadang-kadang hasil yang diperoleh tidak menunjukkan pengulangan.

2.3 UKURAN PARTIKEL DAN BULK DENSITY


2.3.1 UKURAN PARTIKEL
Pengukuran besar partikel adalah penentuan dari besar dan distribusi besar partikel
dalam suatu media pembawa. Dalam hal ini, baik fase terdispersi maupun fase pendispersi
dapat dibagi atas 3 sistem yaitu padat, gas dan bentuk cair. Pengukuran besar partikel yang
dimaksud disini bukanlah pengukuran dari suatu sistem dispersa molekul atau campuran
larutan atau dari gas. Tetapi pengukuran yang dilakukan terhadap zat padat sebagai fase
terdispersi dan cairan atau gas sebagai fase pendispersi.
Persoalan statistik akan menggambarkan pengaruh dari jumlah dan besar sampel,
sedangkan dengan cara dan alat apa sampel itu diambil dari sistem itu merupakan persoalan
teknis.
Beberapa metoda pengukuran yang digunakan :
1. Garis tengah martin (dM)
Adalah panjang jarak yang membelah partikel menjadi dua bidang yang sama
luasnya.
2. Garis tengah Ferret (d fer)
Adalah panjang jarak maksimal dari tangen-tangen pada bidang proyeksi yang tegak
lurus pada arah pengukuran.
3. Garis tengah partikel dengan volume yang equivalent dengan suatu bola, artinya
partikel dianggap mempunyai volume sama dengan suatu bola (dF)

Untuk analisa besar dan distribusi besar partikel ada dua metode yang dapat
digunakan:
1. Analisa Perhitungan (Zaehlverfahren)
Pada metode ini diukur parameter fisika dari masing-masing patikel
(dispersitaetgrosse). Dispersitaetgrosse adalah parameter fisika tertentu yang dapat diukur
melalui satuan pengukuran :
Contoh :
- Pada proses pengayakan maka dispersitaetgrosse dari partikel adalah besar lobang
ayakan.
- Pada pengendapan (sedimentasi), maka tercapainya pengendapan adalah dispersi
taetgrosse.
Dispersitaetgrosse ini dibagi 2 menjadi 2 jenis :
 Dispersitaetgrosse geometri (panjang, luas, dan volume).
 Dispersitaetgrosse fisika (massa, kecepatan pengendapan, daya tahanan listrik, massa
jenis, intensitas cahaya dan lain sebagainya).
Untuk memperkecil kesalahan digunakan jumlah partikel (sampel) yang besar.

a. Analisa perhitungan langsung


Pada metoda ini pertikel disuspensikan/didispersikan dalam suatu cairan atau gas dan
dengan alat pengukur tertentu partikel ini ditransportasikan, dimana pada proses pemindahan
ini akan menimbulkan sinyal-sinyal yang tergantung pada parameter partikel (besar partikel)
Bila sinyal ini tidak berupa sinyal listrik, diubah menjadi sinyal listrik, kemudian
didiskriminasi dan dihitung atau bisa juga berdasarkan ekstinksi dan pembiasan sinar.
Pengukuran ini menggunakan alat Coulter Counter.
b. Analisa perhitungan tidak langsung
Prinsip metoda ini adalah dengan mengukur besar partikel dengan suatu mikroskop
dimana terlebih dahulu partikel-partikel disuspensikan dalam suatu cairan. Dalam hal ini,
harus diperhatikan bahwa setiap partikel tidak boleh bersentuhan satu sama lain. Alat
pembantu yang paling sederhana untuk pengukuran adalah okulomikrometer, dimana gambar
partikel dapat dibandingkan (diukur) berdasarkan ukuran panjang. Selain itu dapat juga
digunakan okularnetz, dimana disini partikel diukur berdasarkan pengukuran garis tengah
yang equivalent dengan suatu lingkaran.
Beberapa alat yang dapat digunakan, dan terdapat diperdagangkan adalah alat penganalisa
besar partikel dari Zeiss TGZ 3.
2. Analisa jumlah (Mangenverfahren)
Pada analisa ini yang ditentukan adalah berat total dari fraksi-fraksi besar partikel, dan
bukan jumlah partikel dari masing-masing fraksi.
a. Analisa ayakan
Metoda yang sering digunakan dan paling sederhana dari penentuan besar partikel adalah
analisa ayakan. Seperti yang telah dibahas, disini digunakan ayakan yang tersusun
sedemikian rupa dimana ayakan dengan lobang terbesar terletak paling atas, dan makin
bawah dengan lobang ayakan makin kecil. Setelah diayak beberapa lama (waktu tertentu),
akan diperoleh material yang berada di atas ayakan (yang tidak dapat melewati ayakan), yang
dinamakan Ruecstand (SR), sedang kumpulan partikel yang dapat melewati ayakan yang
dinamakan “Durchgang” (D). Untuk material yang cenderung beraglomerasi dapat dilakukan
pengayakan dengan metoda pengayakan basah.
Data yang diperoleh dapat dibuat dalam bentuk grafik-grafik sebagai berikut:
 Diagram bertingkat (Histogram)
Yaitu kurva hubungan antara S (jumlah berat partikel dari masing-masing ayakan)
dengan d min – d max, dimana disini tinggi kurva adalah proporsional dengan jumlah berat
partikel, bila titik-titik tengah bidang histogram dihubungkan akan diperoleh kurva apa yang
dinamakan kurva distribusi kerapatan (Dichteverteilungskurva) = Frequency distribution
curve), artinya kurva hubungan antara S dengan besar partikel rata-rata (besar rata-rata pori
ayakan).
Pada proses penggerusan suatu material kadang-kadang akan diperoleh kurvi
distribusi normal, yaitu bila dari suatu material dengan besar yang sama digerus akan
diperoleh 2 bagian yang sama, dan deviasi adalah random dan perlakuan ini sangat sering
berulang atau dari suatu kristal yang terbentuk secara lambat, atau partikel-partikel yang
terjadi karena proses biologis. Kurva distribusi normal ditandai dari kurva yang berbentuk
lonceng dan simetris terhadap garis tengah.
 Kurva distribusi jumlah
Bila dibuat grafik hubungan antara % R (frekuensi kumulatif) dengan besar pori
ayakan d didapatkan “ Summenverteilungskurve” (cumulative frequensi curve). Dari kurva
ini dapat dibaca berapa % partikel yang ada yang lebih kecil dari besar pori ayakan rata-rata
yang sesuai.
 Distribusi normal menurut RRSB
(Rosin – Ramler – Sperling – Bennet)
Dengan penggerusan yang lama dan intensif akan dicapai produk akhir yang halus
dan biasanya distribusi partikel ini tidak merupakan distribusi normal, ataupun memenuhi
logaritma distribusi normal. Tetapi dengan dua kali logaritma terhadap harga R sebagai
ordinat dan log d pada absis akan diperoleh kurva garis lurus.
Dengan kurva ini akan diperoleh 2 parameter yang cukup untuk menggambarkan
distribusi besar partikel suatu pulva. Parameter tersebut adalah :
1. Parameter d yang diberikan oleh titik potong kurva garis lurus RRSB dengan garis
horizontal pada R = 36,8%.
2. Harga n yang merupakan kemiringan kurva, didapat dengan menarik garis sejajar
dengan kurva RRSB, sampai memotong POL P, perpanjangan garis ini akan
memotong pinggir pengukur pertama. Titik potong ini adalah sama dengan harga n.
b. Analisa sedimentasi
Dengan metoda ini dapat ditentukan distribusi pulva dengan besar partikel sampai di
bawah 0,040 μm. Kecepatan pengendapan dari partikel dari media gas atau cairan tergantung
pada besar partikel. Jatuhnya partikel dalam media yang tenang (tidak bergerak), dinamakan
pengendapan.
Kecepatan jatuh (kecepatan pengendapan) dari partikel yang berbentuk bola dalam
sutau cairan pendispersi akan memenuhi persamaan Stoke’s:

h 2 −¿ ρ l ). g
=2r .( ρ g ¿
V= t 9.η

Anda mungkin juga menyukai