Laporan BTPH 1 Furqan
Laporan BTPH 1 Furqan
SISTEM TANAM
2.3 Morfologi
2.3.1 Jagung (Zea mays)
Menurut pendapat Riedell (2009), morfologi jagung adalah sebagai
berikut:
a. Akar
Akar jagung memilki kedalam 8m tetapi umumnya 2m . Tanaman jagung
yang sudah dewasa muncul akar adventif darai buku-buku batang bagian bawah
yang dapat membantu menyokong pertumbuhan pada tanaman.
b. Batang
Batang menjadi bagian morfologi jagung yang berfungsi untuk menopang
tubuh tanaman jagung. Bentuk dari batang tanaman jagung adalah tipis, berbuku-
buku, beruas, dan bercabang-cabang. Ada 3 bagian yang ada pada batang, yakni
bagian epidermis atau bagian kulit luar, bagian jaringan pembuluh dan bagian
pusat batang.
c. Daun
Bagian daun jagung terdiri dari bagian helai daun, pelepah daun, serta
bagian ligula. Daun jagung ini akan tumbuh di setiap ruas yang ada pada batang
jagung.
d. Bunga
Jagung juga mempunyai bagian bunga. Bunga yang memang berfungsi
sebagai mahkota dari tumbuhan. Bunga menjadi bagian yang penting, karena
bunga inilah yang menjadi alat untuk penyerbukan jagung. Ada dua jenis bunga,
yaitu bunga jantan dan bunga betina. Keduanya akan mengalami penyerbukan,
hasilnya adalah berupa pati yang kemudian berkumpul menjadi tongkol jagung.
e. Buah
Buah ini adalah bagian utama pada jagung, dimana bagian inilah hasil
utama yang dipetik. Seperti yang kita kenal, bahwa morfologi jagung pada bagian
tongkol ini diselimuti oleh dinding pericarp. Pericarp ini menempel dengan biji
sehingga dapat melindungi biji jagung dengan baik.
f. Biji
Dalam biji jagung, ada bagian luar atau pericarp, bagian dalam atau
endosperm, serta bagian lembaga atau embrio. Fungsi pericarp adalah menjaga
embrio agar selalu cukup air, kemudian bagian endosperm ini berfungsi sebagai
cadangan makanan pada jagung. Dimana ada kandungan pati sebanyak 90% dan
10% kandungan zat yang lainnya (minyak, protein, dan mineral).
2.4.1 Monokultur
Pertanian monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman sejenis.
Penanaman monokultur umumnya menyebabkan terbentuknya lingkungan
pertanian yang kurang baik. Hal ini terlihat dari tanahnya yang harus selalu
diolah, dipupuk dan disemprot dengan insektisida sehingga resisten terhadap
hama. Salah satu keuntungan pola tanam monokultur adalah pertumbuhan serta
hasil produksinya yang besar jika dibandingkan dengan pola tanam lain. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya persaingan antar tanaman dalam memperebutkan
unsur hara maupun sinar dari cahaya matahari (Sartika, 2012).
Pola tanam ini memiliki teknis budidaya yang relatif mudah karena hanya
satu jenis tanaman yang ditanami tetapi, dalam pengendalian hama dan
penyakitnya bisa menjadi sulit sebab jika satu individu terserang, dapat
menginfeksi individu lain. Jika dilihat dari efisiensi penggunaan lahan, maka pola
tanam polikultur lebih baik. Hal tersebut disebabkan karena terdapat lebih dari
satu tanaman dalam satu lahan sehingga hasil produksi lebih bervariasi dan petani
tidak hanya bergantung pada satu jenis tanaman saja. (Sartika, 2012).
2.4.2 Polikultur
Polikultur berasal dari kata poli yang artinya banyak dan kultur artinya
budaya. Pertanian polikultur merupakan pertanian dengan proses penanaman
tanaman yang berbeda jenis dalam suatu lahan. Pola tanam polikultur umumnya
terbagi lagi kedalam beberapa jenis (Handoko, 2010).
Menurut Handoko (2010), Pola tanam ini dapat dibagi menjadi beberapa
pola tanam, yaitu:
1. Tumpang sari (Intercropping)
Tumpang sari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu atau periode
tanam yang bersamaan pada lahan yang sama.
2. Tanaman Bersisipan (Relay Cropping)
Merupakan pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman
selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang
berbeda). Kegunaan dari sistem ini yaitu tanaman kedua dapat melindungi lahan
yang mudah longsor dari hujan sampai selesai panen pada tahun itu.
3. Tanaman Campuran (Mixed Cropping)
Merupakan penanaman jenis tanaman campuran yang ditanam pada lahan dan
waktu yang sama atau jarak waktu tanam yang singkat, tanpa pengaturan jarak
tanam dan penentuan jumlah populasi. Kegunaan sistem ini dapat melawan atau
menekan kegagalan panen total.
3.3.2 Penanaman
1. Membuat lubang yang ditandai dengan patok dengan jarak tanam kedelai
(Legowo 2:1) yaitu 12,5 cm x 12,5 cm serta jarak tanam jagung (tegel)
yaitu 100 cm x 100 cm
2. Memasukkan 1-2 butir benih padi pada setiap lubang yang telah dibuat
serta menanam batang bawah dan batang atas ubi kayu
3. Memberikan furadan secukupnya di setiap lubang
4. Menutup lubang kembali dengan tanah
5. Melakukan penyiraman
3.3.3 Pemeliharaan
1 Melakukan penyemaian pada semua bibit jagung yang akan ditanam di
bedengan
2 Melakukan penyiangan di bedengan agar bedengan bersih dari gulma
setiap hari
3 Melakukan pemupukan selama 8 minggu berturut-turut dengan dosis urea
60gr/minggu, SP36 40gr/minggu, dan KCl 20gr/minggu.
4 Melakukan penyulaman apabila terdapat tumbuhan yang mati atau rusak
akibat ulah OPT
5 Menyiram benih jagung yang telah ditanam setiap hari