Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum

Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura

SISTEM TANAM

NAMA : RAHMATUL FURQAN


NIM : G011171308
KELAS : BTPH E
KELOMPOK :9
ASISTEN : 1. IVAN RAGANTI
2. RAFIKA RAMADHANI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian merupakan sektor yang cukup luas di Indonesia. Hal ini terlihat
dari jumlah dan luas lahan pertaniannya yang banyak. Tujuan utama dari
pertanian adalah untuk mendapatkan hasil yang maksimal untuk memenuhi
kebutuhan. Salah satu cara untuk memperoleh hasil yang maksimal adalah dengan
menggunakan sistem tanam. Pelaksanaan pola sistem tanam juga harus
mengkondisikan tempat atau lokasi dimana tanaman itu akan tumbuh nantinya.
Sistem tanam tegel merupakan sistem tanam yang lazim digunakan di
Indonesia, dimana dalam penanamannya menggunakan jarak tanam yang sama
antar sisinya. Namun karena kebutuhan yang meningkat, maka sistem tanam ini
dinilai kurang produktif. Oleh karena itu,mulai digunakan sistem tanam legowo
2:1, dimana terdapat 2 baris tanaman dalam satu unit legowo.
Produktivitas merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam usaha
pertanian, karena perlu untuk mengimbangi tuntutan sosial ekonomi masyarakat.
Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan hasil-hasil pertanian baik
jenis, jumlah maupun kualitasnya pun ikut meningkat.
Namun, lahan pertanian semakin terbatas karena alih fungsi lahan menjadi
tempat pemukiman, industri, sarana jalan, sarana perdagangan serta sarana
infrastruktur lainnya. Untuk itu, perlunya perencanaan model penanaman agar
lahan terbatas dapat tetap menghasilkan hasil terbaik secara berkelanjutan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlunya dilaksanakan praktikum ini
untuk mengetahui sistem tanam yang sesuai dalam meningkatkan produksi
tanaman itu sendiri agar ketahanan pangan nasional dapat dicapai.

1.2 Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis sistem
tanam yang dapat digunakan untuk budidaya tanaman pangan dan hortikultura
serta perannnya terhadap pertumbuhan tanaman itu sendiri.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat meningkatkan
produktivitas pertanian sesuai dengan jenis sistem tanam yang tepat pula.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman


2.1.1 Jagung (Zea mays)
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan yang sangat penting
karena hingga kini, jagung merupakan makanan pengganti beras sebagian
penduduk Indonesia. Selain itu jagung juga merupakan komoditas strategis karena
mempunyai pengaruh yang besar terhadap kestabilan ekonomi. Hal ini dipicu oleh
semakin bertambahnya permintaan jagung akibat semakin meningkatnya
kemampuan teknik dalam pembuatan bahan makanan dan minuman, serta jagung
juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri (Rahni, 2012).
Menurut pendapat Rahni (2012), klasifikasi tanaman jagung adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poacae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya
berketinggian antara 1 m sampai 3 m, ada varietas yang mencapai tinggi 6 m.
Tinggi tanaman biasanya diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas
sebelum bunga jantan (Rahni, 2012).

2.1.2 Kedelai (Glycine max)


Kedelai berasal dari daratan pusat dan utara Cina. Hal ini didasar- kan
pada adanya penyebaran Glycine ussuriensis, spesies yang diduga sebagai tetua G.
max. Bukti sitogenetik menunjukkan bahwa G.max dan G.usuriensis tergolong
spesies yang sama. Namun bukti sejarah dan sebaran geografis menunjukkan Cina
Utara sebagai daerah di mana kedelai dibudi- dayakan untuk pertama kalinya,
sekitar abad 11 SM. Korea merupakan sentra kedelai dan diduga kedelai yang
dibudidayakannya merupakan hasil introduksi dari Cina, yang kemudian
menyebar ke Jepang antara 200 SM dan abad ke-3 Setelah Masehi (Sutoro, 2008).
Menurut pendapat Sutoro (2008), klasifikasi kedelai adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max (L.) Merr.
Di Indonesia, sejarah perkembangan kedelai pertama kali ditemukan pada
publikasi oleh Rumphius dalam Herbarium Amboinense yang diselesaikan pada
tahun 1673 (namun tidak dipublikasikan sampai tahun 1747) yang menyebutkan
bahwa kedelai ditanam di Amboina (sekarang bernama Ambon). Berdasarkan
penemuan Junghun, pada tahun 1853 budi daya kedelai dilakukan di Gunung
Gamping (pegunungan kapur selatan Jawa Tengah) dan tahun 1855 ditemukan di
dekat Bandung. Penyebutan makanan berbahan kedelai pertama kali di Jawa
dilakukan oleh Prinsen Geerligs pada tahun 1895 yang mendiskusikan tentang
tempe, tahu, tauco, dan kecap kedelai (Sutoro, 2008).

2.2 Syarat Tumbuh


2.2.1 Jagung (Zea mays)
Iklim yang dikehendaki jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang
hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh
didaerah yang terletak antara 0-5 derajat LU hingga 0-40 derajat LS. Pada lahan
yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar
85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji
tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal
musim hujan, dan menjelang musim kemarau (Mislivec, 2018).
Tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung
yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/merana dan memberikan biji
yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. Suhu yang dikehendaki
tanaman jagung antara 21-34°C, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang
ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27°C. Pada proses perkecambahan
benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30°C (Mislivec, 2018).
Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari
pada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan
pengeringan hasil. Jagung dapat ditanam di Indonesia dari dataran rendah sampai
di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah
dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik
bagi pertumbuhan tanaman jagung (Mislivec, 2018).

2.2.2 Kedelai (Glycine max)


Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis
dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok
bagi tanaman jagung. Daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim kering
lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab. Tanaman kedelai dapat
tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan.
Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan
curah hujan antara 100-200 mm/bulan (Harper, 2004).
Suhu yang dikehendaki kedelai antara 21-34°C, akan tetapi suhu optimum
bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27°C. Pada proses perkecambahan benih
kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30°C. Saat panen kedelai yang jatuh
pada musim kemarau akan lebih baik dari pada musim hujan, karena berpengaruh
terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil (Harper, 2004).
Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan
ketinggian 0,5- 300 m dpl.Sedangkan varietasi kedelai berbiji besar cocok
ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan
tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl (Harper, 2004).

2.3 Morfologi
2.3.1 Jagung (Zea mays)
Menurut pendapat Riedell (2009), morfologi jagung adalah sebagai
berikut:
a. Akar
Akar jagung memilki kedalam 8m tetapi umumnya 2m . Tanaman jagung
yang sudah dewasa muncul akar adventif darai buku-buku batang bagian bawah
yang dapat membantu menyokong pertumbuhan pada tanaman.
b. Batang
Batang menjadi bagian morfologi jagung yang berfungsi untuk menopang
tubuh tanaman jagung. Bentuk dari batang tanaman jagung adalah tipis, berbuku-
buku, beruas, dan bercabang-cabang. Ada 3 bagian yang ada pada batang, yakni
bagian epidermis atau bagian kulit luar, bagian jaringan pembuluh dan bagian
pusat batang.
c. Daun
Bagian daun jagung terdiri dari bagian helai daun, pelepah daun, serta
bagian ligula. Daun jagung ini akan tumbuh di setiap ruas yang ada pada batang
jagung.
d. Bunga
Jagung juga mempunyai bagian bunga. Bunga yang memang berfungsi
sebagai mahkota dari tumbuhan. Bunga menjadi bagian yang penting, karena
bunga inilah yang menjadi alat untuk penyerbukan jagung. Ada dua jenis bunga,
yaitu bunga jantan dan bunga betina. Keduanya akan mengalami penyerbukan,
hasilnya adalah berupa pati yang kemudian berkumpul menjadi tongkol jagung.
e. Buah
Buah ini adalah bagian utama pada jagung, dimana bagian inilah hasil
utama yang dipetik. Seperti yang kita kenal, bahwa morfologi jagung pada bagian
tongkol ini diselimuti oleh dinding pericarp. Pericarp ini menempel dengan biji
sehingga dapat melindungi biji jagung dengan baik.
f. Biji
Dalam biji jagung, ada bagian luar atau pericarp, bagian dalam atau
endosperm, serta bagian lembaga atau embrio. Fungsi pericarp adalah menjaga
embrio agar selalu cukup air, kemudian bagian endosperm ini berfungsi sebagai
cadangan makanan pada jagung. Dimana ada kandungan pati sebanyak 90% dan
10% kandungan zat yang lainnya (minyak, protein, dan mineral).

2.3.2 Kedelai (Glycine max)


Menurut pendapat Milton 2011, morfologi kedelai adalah sebagai berikut:
a. Akar
Perakaran pada tanaman kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar
tunggang dan akar sekunder (serabut). Pertumbuhan akar tunggang ini mencapai
2m bahkan lebih sesuai dengan pertumbuhan kedelai, dan menembuh bagian
tanah dengan kedalaman 30-50 cm. Sedangkan akar serabut mencapai kedalaman
20-30 cm. Perkecambahan akar kedelai ini tumbuh dengan baik sekitar 3-4 hari.
b. Batang
Batang pada tanaman kedelai terdiri dari dua tipe, yaitu determinate dan
inderterminate. Batang tipe determinate batang yang tidak tumbuh lagi saat
tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang ytipe indeterminate di
tandai dengan pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun sudah
mulai berbunga. Batang kedelai normal memiliki buku-buku berkisar 15-30 buah.
c. Daun
Daun tanaman kedelai memiliki bentuk bulat oval dan lancip, kedua
bentuk daun ini dapat di pengaruhi faktor genetik. Secara umumnya bentuk daun
kedelai ini mempunyai bentuk yang daun lebar, memiliki stomata dan berjumlah
190-320 buah/m2. Daun memiliki bulu dengan warna cerah dan jumlahnya
bervariasi. Panjang bulu ini bisa mencapai 1 mm bahkan lebih dan memiliki lebar
0,0025 mm tergantung dengan varietes yang digunakan.
d. Bunga
Bunga tanaman kedelai adalah bunga sempurna, bunga tanaman kedelai
ini memiliki 5 helai daun mahkota, 1 helai bendera, 2 helai sayap, dan 2 helai
tunas. Benang sari pada tanaman kedelai ini memiliki 10 buah, 9 buah diantarnya
bersatu yang terdapat di bagian pangkal yang membentuk seludang yang
mengelilingi putik. Bunga kedelai ini tumbuh di ketiak daun yang membentuk
rangkaia bunga yang terdiri dari 3 – 15 buah bunga di setiap tangkainya. Bunga
kedelai ini memiliki warna kemerahan, dan keungguan.
e. Buah
Buah pada tanaman kedelai adalah buah polong (kacang-kacangan).
Memiliki warna hijau jika masih mudah, dan warna coklat, kehitaman jika sudah
tua. Jumlah biji setiap polong 1 – 5 buah, dengan permukaan bulu yang rapat ,
dan ada juga yang berbulu jarang. Bentuk buah kedelai 1-2 cm dengan memiliki
bembatas di bagian polong dan biji yang terdapat di buah kedelai.
f. Biji
Biji tanaman kedelai memiliki bentuk, ukuran dan warna yang sangat
bervariasi tergantung dengan varietesnya. Bentuk biji bulat lonjong, bulat dan
bulat agak pipih. Warna biji berwarna putih, kuning, hijau , cokelat hingga
berwarna kehitaman. Ukuran biji kedelai memiliki ukuran kecil, sedang, dan
besar. Namun, di bebeberapa negara memiliki ukuran sekitar 25 gram/ 100 biji,
sehingga di katakan biji dengan kategori berukuran besar.

2.4 Pola Tanam


Penanaman adalah proses menempatkan bahan tanam pada media tanam
baik media tanah maupun media bukan tanah dalam suatu bentuk pola tanam. Pola
tanam adalah usaha penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur susunan
tata letak dan urutan tanaman selama periode waktu tertentu termasuk masa
pengolahan tanah dan masa tidak ditanami selama periode tertentu. Pola tanam
terdiri atas dua macam, yaitu monokultur dan polikultur (Anwar, 2012).
Lahan pertanaman bisa berupa lahan kosong atau lahan yang sudah
terdapat tanaman yang mampu dilakukan tumpang sari. Pengetahuan tentang pola
tanam sangat perlu untuk diketahui petani. Sebab dari usaha tani yang dilakukan,
diharapkan hasil yang maksimal. Dari hasil ini, petani juga menerima keuntungan
maksimum. Dua hal tersebut harus bisa didapatkan tanpa mengabaikan kualitas
tanah dan kestabilan kesuburan tanah (Musyafa, 2011).
Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama
satu tahun dengan memperhatikan curah hujan, terutama pada daerah atau lahan
yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis maupun varietas
yang ditanam pun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia atau pun
curah hujan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola tanam adalah
ketersediaan air dalam satu tahun, prasarana yang tersedia dalam lahan tersebut,
jenis tanah setempat, kondisi umum daerah tersebut, misalnya genangan, dan
kebiasaan serta kemampuan petani setempat (Anwar, 2012).

2.4.1 Monokultur
Pertanian monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman sejenis.
Penanaman monokultur umumnya menyebabkan terbentuknya lingkungan
pertanian yang kurang baik. Hal ini terlihat dari tanahnya yang harus selalu
diolah, dipupuk dan disemprot dengan insektisida sehingga resisten terhadap
hama. Salah satu keuntungan pola tanam monokultur adalah pertumbuhan serta
hasil produksinya yang besar jika dibandingkan dengan pola tanam lain. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya persaingan antar tanaman dalam memperebutkan
unsur hara maupun sinar dari cahaya matahari (Sartika, 2012).
Pola tanam ini memiliki teknis budidaya yang relatif mudah karena hanya
satu jenis tanaman yang ditanami tetapi, dalam pengendalian hama dan
penyakitnya bisa menjadi sulit sebab jika satu individu terserang, dapat
menginfeksi individu lain. Jika dilihat dari efisiensi penggunaan lahan, maka pola
tanam polikultur lebih baik. Hal tersebut disebabkan karena terdapat lebih dari
satu tanaman dalam satu lahan sehingga hasil produksi lebih bervariasi dan petani
tidak hanya bergantung pada satu jenis tanaman saja. (Sartika, 2012).

2.4.2 Polikultur
Polikultur berasal dari kata poli yang artinya banyak dan kultur artinya
budaya. Pertanian polikultur merupakan pertanian dengan proses penanaman
tanaman yang berbeda jenis dalam suatu lahan. Pola tanam polikultur umumnya
terbagi lagi kedalam beberapa jenis (Handoko, 2010).
Menurut Handoko (2010), Pola tanam ini dapat dibagi menjadi beberapa
pola tanam, yaitu:
1. Tumpang sari (Intercropping)
Tumpang sari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu atau periode
tanam yang bersamaan pada lahan yang sama.
2. Tanaman Bersisipan (Relay Cropping)
Merupakan pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman
selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang
berbeda). Kegunaan dari sistem ini yaitu tanaman kedua dapat melindungi lahan
yang mudah longsor dari hujan sampai selesai panen pada tahun itu.
3. Tanaman Campuran (Mixed Cropping)
Merupakan penanaman jenis tanaman campuran yang ditanam pada lahan dan
waktu yang sama atau jarak waktu tanam yang singkat, tanpa pengaturan jarak
tanam dan penentuan jumlah populasi. Kegunaan sistem ini dapat melawan atau
menekan kegagalan panen total.

2.5 Sistem Tanam


2.5.1 Jajar Legowo
Istilah jajar legowo diambil dari bahasa jawa yang secara harfiah tersusun
dari kata “lego” (lega) dan “dowo” (panjang) yang secara kebetulan sama dengan
nama pejabat yang memperkenalkan cara tanam ini. Sistem tanam jajar legowo
diperkenalkan pertama kali oleh seorang pejabat Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten Banjar Negara Provinsi Jawa Tengah yang bernama Bapak Legowo
yang kemudian ditindak lanjuti oleh Departemen Pertanian melalui pengkajian
dan penelitian sehingga menjadi suatu rekomendasi atau anjuran untuk diterapkan
oleh petani dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman padi. Legowo
diartikan pula sebagai cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan dan
diselingi satu barisan kosong. Baris tanaman (dua atau lebih) dan baris kosongnya
disebut satu unit legowo (Suharno, 2011).
Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi
tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki
barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada
barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan. Sistem tanam jajar legowo
merupakan salah satu rekomendasi yang terdapat dalam paket anjuran
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Sistem tanam jajar legowo juga merupakan
suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki
jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Seperti
diketahui bahwa tanaman padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan dan
perkembangan yang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan
tengah sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi.
Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh
intensitas sinar matahari yang lebih banyak (Suharno, 2011).
Sistem tanam tandur jajar atau yang biasa dikenal dengan pola tanam tegel
ini merupakan pola tanam yang sering dilakukan oleh petani di Indonesia dimana
pola tanam ini sangat sederhana yaitu cukup ditanam sejajar mengikuti alur
tanggulnya dengan membentuk tegel (20x20 atau 25x25) sehingga tidak
memerlukan waktu menanam yang lama. Hal inilah yang membuat petani lebih
sering menggunakan pola tanam ini. Adapun kekurangan pola tanam ini yaitu
dapat menciptakan keadaan kelembaban sehingga kemungkinan untuk terjadinya
penyakit lebih tinggi, selain itu hama-hama akan banyak berkumpul pada lahan
karena keadaan tanaman yang berdekatan yang memungkinkan hama untuk
berkembang biak lebih baik (Sudibya, 2017).
Sistem penanaman padi dengan pola tanam tandur jajar di sawah biasanya
didahului oleh pengolahan tanah secara sempurna seraya petani melakukan
persemaian. Mula-mula sawah dibajak, pembajakan dapat dilakukan dengan
mesin, kerbau atau melalui pencangkulan oleh manusia. Setelah dibajak, tanah
dibiarkan selama 2-3 hari. Namun di beberapa tempat, tanah dapat dibiarkan
sampai 15 hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk
kedua kalinya atau bahkan ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Setelah itu
bibit hasil semaian ditanam dengan cara pengolahan sawah seperti di atas yang
sering disebut pengolahan tanah intensif atau konvensional (Sudibya, 2017).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan di Teaching Farm, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari Selasa, 19 Februari 2019 pukul 16.00
WITA sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah meteran, patok, ember,
sekop, parang, dan cangkul.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih jagung, benih
kedelai, pupuk kandang, Urea, SP36, KCl, furadan, dan tali rafiah.

3.3 Metode Pelaksanaan


3.3.1 Pengolahan Lahan
1 Membersihkan lahan dan mengukur lahan dengan ukuran 1,5 x 2,5 meter
dan jarak antar bedengan 50 cm
2 Menandai ukuran bedengan dengan menggunakan tali rapiah
3 Menggemburkan tanah dengan menggunakan cangkul lalu diratakan
sebelum ditanami
4 Membuat saluran irigasi pada bedengan
5 Mencampurkan tanah dengan menggunakan pupuk kandang

3.3.2 Penanaman
1. Membuat lubang yang ditandai dengan patok dengan jarak tanam kedelai
(Legowo 2:1) yaitu 12,5 cm x 12,5 cm serta jarak tanam jagung (tegel)
yaitu 100 cm x 100 cm
2. Memasukkan 1-2 butir benih padi pada setiap lubang yang telah dibuat
serta menanam batang bawah dan batang atas ubi kayu
3. Memberikan furadan secukupnya di setiap lubang
4. Menutup lubang kembali dengan tanah
5. Melakukan penyiraman

3.3.3 Pemeliharaan
1 Melakukan penyemaian pada semua bibit jagung yang akan ditanam di
bedengan
2 Melakukan penyiangan di bedengan agar bedengan bersih dari gulma
setiap hari
3 Melakukan pemupukan selama 8 minggu berturut-turut dengan dosis urea
60gr/minggu, SP36 40gr/minggu, dan KCl 20gr/minggu.
4 Melakukan penyulaman apabila terdapat tumbuhan yang mati atau rusak
akibat ulah OPT
5 Menyiram benih jagung yang telah ditanam setiap hari

3.3.4 Parameter Pengamatan


Parameter pengamatan yang akan diamati adalah sebagai berikut:
1. Kedelai: umur berbunga, jumlah anakan, dan tinggi tanaman
2. Jagung: kecepatan bertunas, panjang tunas, diameter tunas, dan jumlah
daun
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, S. 2012. Pola Tanam Agroekoteknologi. Litbang: Departemen Pertanian.


Handoko, T.H. 2010. Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia. BPFE:
Yogyakarta.
Harper. 2004. Soil and Symbiotic Nitrogen Requirements for Optimum Soybean
Production. Crop Science Journal, Vol 14 (2): 255-260.
Milton. 2011. Effect of Phosphorus Deficiency on Spectral Reflectance and
Morphology of Soybean Plants. Environmental Journal, Vol. 36 (2): 121-127
Mislivec, Philip. 2018. Temperature and Relative Humidity Requirements of
Species of Penicillium Isolated from Yellow Dent Corn Kernels. Agriculture
Journal, Vol 7 (1): 75-88.
Musyafa. 2011. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Rahni, Nini. 2012. Efek Fitohormon PGPR Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Jagung (Zea mays). Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah, Vol. 2 (3):
27-35.
Riedell, Walter. 2009. Maize Morphology and Shoot CO2 Assimilation after Root
Damage by Western Corn Rootworm Larvae. Crop Science Journal, Vol 39 (5):
1332-1340.
Sartika, T.V. 2012. Kelebihan dan Kekurangan Pola Tanam Monokultur dan
Tumpang Sari. Universitas Brawijaya: Malang.
Sudibya, W. 2017. Dasar-Dasar dan Budidaya Tanaman Padi Sawah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Suharno. 2011. Sistem Tanam Jajar Legowo (Tajarwo) Salah Satu Upaya
peningkatan Produktivitas Padi. Yogyakarta: STTP Yogyakarta.
Sutoro. 2008. Hubungan Sifat Morfofisiologis Tanaman dengan Hasil Kedelai.
Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, Vol. 27 (3):185-190.
LAMPIRAN

Gambar 1. Tanaman Jagung dan Kacang Hijau

Gambar 2. Proses Penanaman dan Hasil


Gambar 3. Tanaman Jagung dan Kacang Hijau
Lampiran Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Jagung
Pengamatan Tanaman Jagung
Jumlah Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7
Tanaman TT JD TT JD TT JD TT JD TT JD TT JD TT JD
1 4.3 2 8 5 23 7 33 9 50 12 120.5 15 159.5 20
2 1.8 2 6 5 20 6 45.2 8 67 13 143.2 16 190 20
3 1.8 2 7 5 19 8 34 11 45.3 15 90.6 17 145 20
4 2 2 5 5 22 8 56.7 11 80 13 120 18 168 20
5 1.8 2 5.6 5 22 6 50 7 80 9 134 12 154 19
6 4.2 3 5.2 4 19.5 9 56 12 94 12 110.2 15 175 18
7 1.5 2 5.1 5 17 7 43.5 15 76.2 19 130.2 21 154 22
8 1.8 2 6.5 6 24 8 33 12 93.4 14 123 19 180 20
9 1.5 3 7 6 21 8 56 13 87.4 19 160.2 20 182 23
10 1.8 2 5.5 5 22 9 45.6 11 90 13 150.9 13 174 17
11 1 2 3.5 5 18 8 43.2 12 89 15 132 16 147 18
12 2 3 6.5 4 20.5 8 34.5 13 97 14 120.6 19 165 20
13 2 3 4 4 14.5 8 54.3 12 86 15 105 20 128 22
14 2 2 6 5 20 8 43 13 80 14 98 18 120 20
15 2.7 3 5.5 5 23 8 45.7 10 76 16 130 19 200 23
16 2 3 7 5 23 7 56.8 10 67.2 13 120.3 18 147 23
17 2 3 1.5 4 16.7 8 54 13 60.7 17 125 20 189 23
18 1.5 3 4.5 5 21.6 9 44 12 68.9 14 124 19 159 24
19 2.7 3 5.5 5 18.5 8 36 11 78.8 15 149 18 180 24
20 1.3 2 3.5 4 11 6 41.7 11 60 16 103 18 147 20
21 1.5 2 4 5 17.5 9 32 11 68.7 15 110 17 130.5 22
22 2 3 5.5 4 24 10 30.5 13 67 15 127 20 149 25
23 1.5 3 4.5 6 18 8 32 13 77 15 147 20 190 24
24 2.5 3 6 5 21 8 56.7 11 89.3 15 101 19 180 23
Rerata 2.1 2 5.4 5 19.9 8 44.1 11 76.2 15 123.9 18 163.0 21

Lampiran Tinggi dan Jumlah Daun Kacang Hijau Sistem Tegel


Sistem Tegel Pada Tanaman Kacang Hijau
Minggu
Tanaman m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7
T JD T JD T JD T JD T JD T JD T JD
t1 11 2 15 4 19 6 24 8 30 11 36.7 16 38.2 18
t2 10 2 14 4 19.5 6 23 8 33 11 37.4 15 38.2 18
t3 11.5 2 14 4 18.7 5 23.3 9 31 10 35.4 16 39 17
t4 13 2 15.8 4 19.5 6 25 8 31.5 9 35.8 16 37 17
t5 6.5 2 12 4 17.5 5 25.3 8 32 12 36 16 38 18
t6 12 2 14.2 4 18.8 5 24 9 34 12 37.2 14 38.5 16
t7 10 2 14.5 4 18.7 6 24.7 8 33.5 10 36.6 16 39 18
t8 11 2 15 4 19 6 25 8 30 11 33.7 15 36.6 17
t9 10 2 14.8 4 19.3 6 23.2 8 31 10 34.2 16 36.7 18
Rerata 10.6 2.0 14.4 4.0 18.9 5.7 24.2 8.2 31.8 10.7 35.9 15.6 37.9 17.4
Lampiran Tinggi dan Jumlah Daun Kacang Hijau Sistem Legowo
Sistem Jajar Legowo 2:1 Tanaman Kacang Hijau
Minggu
Tanaman m1 m2 m3 m4 m5 m6 m7
T JD T JD T JD T JD T JD TT JD T JD
t1 8.5 2 12 4 18.5 6 23.3 8 29 10 32 14 33 15
t2 8 2 11 4 19.2 6 22 8 29 9 32.2 16 34.5 17
t3 8 2 10.8 4 17.8 5 22.8 9 28 9 31.8 15 35.6 18
t4 5 2 9.8 4 16.6 6 22.7 8 28 10 30.9 15 34.4 18
t5 11 2 13.6 4 16.9 5 24 8 29 10 32.6 16 35.4 17
t6 8 2 11.2 4 16.8 5 23.5 9 31 11 34.3 16 36 17
t7 9 2 12.3 4 17.2 6 24.7 8 30 12 34.4 14 35.4 18
t8 7 2 9 4 18 6 25 8 29.5 12 33.7 16 35 18
t9 10 2 13 4 17.6 6 23.2 8 28.8 13 35.4 16 37.8 19
t10 6 2 9.8 4 16.5 6 20.9 8 29 10 35 16 34 17
t11 10 2 13 4 16 6 21.4 8 31 12 34.7 14 36.6 16
t12 7 2 12 4 18.7 5 23 8 30 12 33.7 14 36.7 17
t13 8 2 11.7 4 19.5 6 23.3 8 30 11 34.2 14 36 15
t14 7 2 9.8 4 17.5 6 25 9 29 9 32.1 16 34 17
t15 6 2 9.5 4 18.8 6 25.3 8 29 9 33.8 15 35 18
t16 9.5 2 12.7 4 18.7 6 24 8 27 10 33.5 14 35 19
t17 6.5 2 11.8 4 19 6 23.5 8 25 9 31.3 16 34 18
t18 8.5 2 11.6 4 19.3 6 23.3 8 26.7 13 30.7 15 34 19
t19 10 2 13.4 4 18 6 22.4 9 27 12 32.5 16 35 18
t20 8 2 12.5 4 17 6 23 9 29.3 11 33.9 16 34 18
Rerata 8.05 2 11.53 4 17.88 5.8 23.32 8.25 28.77 10.7 33.14 15.2 35.07 17.45

Anda mungkin juga menyukai