Anda di halaman 1dari 2

Assalammualaikum Wr. Wb.

Alhamdulilah, Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan curahan nikmatnya
sehingga pada hari ini kita semua dapat berkumpul di tempat ini dalam keadaan sehat wal’afiat.
Sholawat serta salam semoga terus tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW yang telah membimbing kita menuju jalan yang lurus dan terbebas dari kebodohan dan ke
jahiliahan. Pada kesempatan yang berbahagia ini saya akan sedikit berceramah mengenai adab
memotong kuku.

Dalam beberapa perkara hukum Islam, kuku tidak seharusnya diabaikan oleh umat Islam.
Misalnya ketika seorang dalam keadaan ihram haji atau umrah didenda membayar dam karena
memotong kukunya. Demikian juga kuku bisa menyebabkan tidak sah-nya wudhu atau mandi
junub, jika air tidak atau terhalang sampai ke kuku.

Beberapa permasalahan lainnya, yang berhubungan dengan kuku dari segi hukum, hikmah
memotong kuku, memanjangkan dan mewarnanya akan dibincangkan dalam bahasan kali ini.

1. Hukum Dan Hikmah Memotong Kuku


Memotong kuku adalah amalan sunah. Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari ‘Aisyah
Radhiallahu ‘anha: “Sepuluh perkara yang termasuk fitrah (sunnah): memotong kumis,
memelihara jenggot, bersiwak, memasukkan air ke hidung, memotong kuku, membasuh sendi-
sendi, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu ari-ari, bersuci dengan air (beristinja), berkata
Zakaria: “berkata Mus’ab: “Aku lupa yang kesepuluh kecuali berkumur.”
Sekali lagi ini adalah bentuk menghilangkan segala kotoran yang melekat di celah kuku, apalagi
jika kuku dibiarkan panjang.

2. Cara Dan Benda Untuk Memotong Kuku


Menurut Imam an-Nawawi, sunah memotong kuku bermula jari tangan kanan keseluruhannya
dan dimulai dari jari kelingking lalu sampai pada ibu jari, kemudian tangan kiri dari jari
kelingking ke ibu jari.
Sementara alat untuk memotong kukunya dapat menggunakan gunting, pisau atau benda khas
yang tidak menyebabkan mudharat pada kuku atau jari seperti alat pemotong kuku.
Setelah selesai memotong kuku, sebaiknya segera membasuh tangan dengan air. Ini karena jika
seseorang itu menggaruk anggota badan, dikahawatirkan akan menyebabkan penyakit kusta.
Menurut kitab al-Fatawa al-Hindiyah dalam mazhab Hanafi bahawa makruh memotong kuku
dengan menggunakan gigi juga akan menyebabkan penyakit kusta.

3. Waktu Memotong Kuku


Sebagaimana diriwayatkan daripada Anas bin Malik:
“Telah ditentukan waktu kepada kami memotong kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak
dan mencukur bulu ari-ari agar kami tidak membiarkannya lebih daripada empat puluh malam.”
“Adapun menurut Imam asy-Syafi’e dan ulama-ulama asy-Syafi’eyah, sunah memotong kuku itu
sebelum mengerjakan sembahyang Juma’at, sebagaimana disunatkan mandi, bersiwak, memakai
wewangian, berpakaian rapi sebelum pergi ke masjid untuk mengerjakan shalat Juma’at,” (Hadis
riwayat Muslim)
4. Menanam Potongan Kuku
Sebagaimana disebutkan dalam kitab Fath al-Bari, bahawa Ibnu ‘Umar Radhiallahu ‘anhu
menanam potongan kuku.

5. Memotong Kuku Ketika Haid, Nifas Dan Junub


Menurut kitab Al-Ihya’, jika seseorang dalam keadaan junub atau berhadas besar, janganlah dia
memotong rambut, kuku atau memotong sesuatu yang jelas daripada badannya sebelum dia
mandi junub. Kerana segala potongan itu di akhirat kelak akan kembali kepadanya dengan
keadaan junub.

6. Memanjangkan Kuku Dan Mewarnainya ( Cutex)


Tabiat memanjangkan kuku dan membiarkannya tanpa dipotong adalah perbuatan yang
bertentangan dengan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihhi wasallam, karena beliau
menggalakkan supaya memotong kuku. Jika dibiarkan kuku itu panjang, niscaya banyak perkara-
perkara yang membabitkan hukum seperti wudhu, mandi wajib dan sebagainya.
Adapun dalam hal mewarnai kuku (cutex), perempuan yang bersuami adalah haram mewarnai
kuku jika suaminya tidak mengizinkan. Sementara perempuan yang tidak bersuami pula, haram
baginya mewarnai kuku. Demikian juga jika pewarna itu diperbuat dari benda najis karena akan
menghalang daripada masuknya air saat berwudhu.

Demikian ceramah agama yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dan
kurangnya mohon dimaafkan, yang benar datangnya hanya dari Allah SWT Yang Maha Benar,
dan yang salah, khilaf, atau keliru itu datangnya dari saya pribadi sebagai manusia biasa yang
tidak pernah luput dari salah, khilaf dan dosa.

Wassalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh

Anda mungkin juga menyukai