Anda di halaman 1dari 7

BAB I

Benzodiazepine yang digunakan sebagai anastetik ialah diazepam, lorazepam, dan


midazolam. Dengan dosis untuk induksi anastesia, kelompok obat ini menyebabkan
tidur, mengurangi rasa cemas, dan menimbulkan amnesia anterograd, tetapi tidak
berefek analgesik. Efek pada SSP ini dapat diatasi dengan antagonisnya, flumazenil.
Benzodiazepine digunakan untuk menimbulkan sedasi untuk
tindakan yang tidak memerlukan analgesia seperti endoskopi, kateterisasi,
kardioversi, atau tindakan radiodiagnostik. Benzodiazepine juga digunakan
untuk medikasi pra-anastetik (sebagai neurolepanalgesia) dan untuk
mengatasi konvulsi yang disebabkan oleh anastetik lokal dalam anastetik
regional. Bersama dengan tiopental dan obat pra-anastetik, benzodiazepine
digunakan dalam anastesia berimbang. Penggunaan benzodiazepine ini
menyebabkan pemulihan lebih lama, tetapi amnesia yang ditimbulkannya
bermanfaat mengurangi kecemasan pascabedah.
Diazepam IV secara distribusi ke otak, tetapi efek baru tampak
setelah beberapa menit. Kadarnya segera turun karena adanya redistribusi,
tetapi sedasi sering muncul lagi setelah 6-8 jam akibat adanya penyerapan
ulang diazepam yang dibuang melalui empedu. Masa paruh diazepam
memanjang dengan meningkatnya usia, kira-kira 20 jam pada usia 20 tahun,
dan kira-kira 90 jam pada usia 80 tahun. Klirens plasma hampir konstan (20-
32 mL/menit), karena itu pemberian diazepam jangka lama tidak
memerlukan koreksi dosis. Sedasi lebih cepat timbul oleh midazolam dan
lebih lambat oleh lorazepam. Mula kerja midazolam lebih cepat dan
potensinya lebih besar dengan metabolit yang aktif sehingga midazolam
lebih disukai untuk induksi dan mempertahankan anastesia. Waktu paruh
redistribusi midazolam lebih panjang daripada diazepam.
Sistem kardiovaskular relatif stabil pada penggunaan benzodiazepine
karena itu obat ini banyak dipakai untuk pasien gangguan jantung. Tetapi,
depresi kardiovaskular dapat terjadi dalam kombinasi dengan opioid. Begitu
juga dengan pernapasan, dapat terjadi depresi bila digunakan bersama opioid
sebagai medikasi pra-anastetik. Untuk mencegah rasa terbakar nyeri pada
penyuntikan IV dan mengurangi kemungkinan flebitis dan trombosis,
benzodiazepine harus disuntikkan perlahan.
Dosis diazepam untuk induksi ialah 0,1-0,5 mg/kgBB. Pada orang
sehat, dosis diazepam 0,2 mg/kgBB sebagai medikasi pra-anastetik yang
diberikan bersama narkotik analgesik sudah menyebabkan tidur. Pada pasien
dengan risiko tinggi (poor risk) hanya dibutuhkan 0,1-0,2 mg/kgBB. Untuk
menimbulkan sedasi, diberikan penambahan 2,5 mg diazepam tiap 30 detik
sampai pasien tidur ringan atau terjadi nistagmus, ptosis, atau gangguan
bicara. Umumnya dibutuhkan 5-30 mg untuk sedasi ini.

I. TINJAUAN PUSTAKA
Diazepam bekerja di sinaps GABA-A, dan efeknya dalam
mengurangi spastisitas diperantarai, paling tidak sebagian, di korda spinalis
karena obat ini sedikit banyak efektif pada pasien dengan transeksi korda
spinalis. Meskipun diazepam dapat digunakan pada pasien dengan spasme
otot oleh hampir semua sebab (termasuk trauma otot lokal) namun obat ini
juga menimbulkan sedasi pada dosis yang diperlukan untuk mengurangi
tonus otot. Dosis awal adalah 4 mg/hari yang kemudian ditingkatkan secara
bertahap hingga maksimal 60 mg/hari. Benzodiasepin lain pernah digunakan
sebagai spasmolitik (mis. midazolam) tetapi pengalaman klinis dengan obat-
obat ini masih terbatas.
ED50 ( Effective Dose 50 ) adalah dosis yang menimbulkan efek
terapi pada 50% individu. Pemberian fenobarbital dan diazepam secara
intraperitoneal digunakan untuk menentukan ED50 yaitu dosis yang
memberikan efek tidur pada 50% individu atau separuh dari jumlah individu
yang diamati memberi respon tidur. Dosis yang menimbulkan efek terapi
pada 50% individu disebut dosis terapi median atau dosis efektif median
(ED50).

II. METODE
A. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mengamati perubahan aktivitas perilaku setelah pemberian diazepam
secara intraperitoneal.
2. Menentukan ED50 (dosis yang memberi efek tidur) diazepam.
B. Alat dan Bahan
1. Kapas, Kain, Spuit, Kasa, Klem
2. Kandang, Tikus 3 ekor
3. Alkohol
4. Diazepam ( dosis 5 mg/kgBB, 7.5 mg/kgBB, 15 mg/kgBB )
C. Prosedur Kerja
1. Membersihkan permukann abdomen tikus dengan kapas alkohol
2. Menyuntikkan pada masing masing tikus : diazepam dengan dosis
dosis 5 mg/kgBB, 7.5 mg/kgBB, 5 mg/kgBB secara intraperitoneal
3. Mengamati perubahan perilaku tikus dengan seksama

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Berat Tikus
Berat Tikus I : 129 g = 0,129 kg
Berat Tikus II : 122 g = 0,122 kg
Berat Tikus III : 117 g = 0,117 kg
B. Dosis
a) Tikus I :
0,129 kg x 5 mg/kgBB = 0,645 mg
1 mL = 5 mg
X mL = 0, 645 mg
 0,645 mg : 5 mg = 0,129 mL
Jadi, dosis yang diperlukan untuk tikus dengan berat 0,129 kg
yaitu sebesar 0,129 mL.
b) Tikus II :
0, 122 kg x 7,5 mg/kgBB = 0, 915 mg
1 mL = 5 mg
X mL = 0, 915 mg
 0,915 mg : 5 mg = 0,183 mL
Jadi, dosis yang diperlukan untuk tikus dengan berat 0,122 kg
yaitu sebesar 0,183 mL.
c) Tikus III :
0, 117 kg x 15 mg/kgBB = 1,755 mg
1 mL = 5 mg
X mL = 1, 755 mg
 1,755 mg : 5 mg = 0,351 mL
Jadi, dosis yang diperlukan untuk tikus dengan berat 0,117 kg
yaitu sebesar 0,351 mL.
C. Tabel Pengamatan
Postu
No. Rightin
Meni r Aktivita Ataxi Test Analges Ptosi Tidu
Eksper g
t Tubu s Motor a Kasa ia s r
imen Reflex
h
1 + + + + + + + -
+++
5 2 ++ ++++ +++ + + +
+
3 +++ ++++ +++ + +++ + +
1 + + + + + + +
10 2 +++ ++ +++ + + + +
3 +++ ++++ +++ ++ +++ ++ ++
1 + + + + + + +
2 +++ +++ +++ + + + +
15
+++
3 ++ ++++ +++ ++ + +
+
1 + + + + + + + -
+++
20 2 +++ +++ +++ +++ ++ ++
+
3 +++ ++++ +++ +++ ++ ++ ++
1 + + + + + + + -
+++
25 2 +++ +++ +++ +++ ++ ++
+
3 +++ ++++ +++ +++ +++ ++ ++
30 1 + + + + + + + -
2 +++ ++++ +++ +++ +++ ++ ++
+
+++
3 +++ ++++ +++ +++ ++ ++
+
1 + + + + + + + -
+++
2 +++ ++++ +++ +++ ++ +++
35 +
+++
3 +++ ++++ +++ +++ ++ +++
+
1 + + + + + + + -
+++
2 +++ ++++ +++ +++ ++ +++
40 +
+++
3 +++ ++++ +++ +++ ++ +++
+
1 + + + + + + + -
+++
2 +++ ++++ +++ +++ ++ +++
45 +
+++
3 +++ ++++ +++ +++ ++ +++
+
1 + + + + + + + -
+++
2 +++ ++++ +++ +++ ++ +++
50 +
+++
3 +++ ++++ +++ +++ ++ +++
+
1 + + + + + + + -
+++
2 +++ ++++ +++ +++ ++ +++
55 +
+++
3 +++ ++++ +++ +++ ++ +++
+
1 + + + + + + + -
+++
2 +++ ++++ +++ +++ ++ +++
60 +
+++
3 +++ ++++ +++ +++ ++ +++
+

Keterangan :
1. Postur Tubuh
+ = jaga = kepala dan punggung tegak
++ = ngantuk = kepala tegak, punggung mulai datar
+++ = tidur = kepala dan punggung datar
2. Aktivitas motor
+ = gerak spontan
++ = gerak spontan bila dipegang
+++ = gerakan menurun saat dipegang
++++ = tidak ada gerak spontan pada saat dipegang
3. Ataksia : gerakan berjalan inkoordinasi
+ = inkoordinasi terlihat kadang-kadang
++ = inkoordinasi jelas terlihat
+++ = tidak dapat berjalan lurus
4. Righting reflex
+ = diam pada satu posisi miring
++ = diam pada dua posisi miring
+++ = diam pada waktu terlentang
5. Test Kasa
+ = tidak jatuh apabila kasa dibalik dan digoyang
++ = jatuh apabila kasa dibalik
+++ = jatuh apabila posisi kasa 90o
++++ = jatuh apabila posisi kasa 45o
6. Analgesia
+ = respon berkurang pada saat telapak kaki dijepit
++ = tidak ada respon pada saat telapak kaki dijepit
7. Ptosis
+ = ptosis kurang dari ½
++ =½
+++ = seluruh palpebra tertutup

D. Tabel ED50
Dosis (x) Respon tidur (+/-) tikus pada kelompok % Indikasi yang berespon
(y)
1 2 3 4 5 6
5 mg + - - + - + 50%
7,5 mg + + + + + + 100%
15 mg + + + + + + 100%

E. Grafik % efek vs Dosis


Dari tabel ED diatas dapat diperoleh data berdasarkan persamaan regresi
sebagai berikut :
a= b=
Maka, y = a+bx

Jadi, dosis yang menyebabkan efek tidur dari diazepam pada 50%
populasi adalah

120%

100% 100% 100%


%Indikasi yang berespons (y)

80%

60%
50%
40%

20%

0%
5 mg 7,5 mg dosis (x) 15 mg

Anda mungkin juga menyukai