MY
Ix
N MY
σ
A Ix
2017
1126
89
N MY
σ
A Ix
sb = tekan
s3<s1
sb = 0
s3=s1
2017
1126
89
N MY
Pada balok σa
bekerja gaya A Ix
normal Tekan
dan Momen N MY
Negatif σb
A Ix
2017
1126
89
N M * Ya
σa 1 2
A Ix
N M * Yb
σb 1 3
A Ix
2017
1126
89
sa = tarik
s2 > s1
sa = tekan
s2 < s1
sa = 0
s2 = s1
2017
1126
89
contoh
Tegangan di titik A
2017
1126
89
contoh
Tegangan di titik B
2017
1126
89
contoh
Tegangan di titik C
2017
1126
89
Tegangan Geser
2017
1126
89
Untuk melihat bagaimana tegangan geser
dapat terjadi pada elemen batang mari
kita lihat contoh balok ditumpu di atas
dua tumpuan dan menderita beban P.
2017
1126
89
Jika balok berupa benda masif dan kita
potong pada potongan 1-1 dan 2-2 maka
pada potongan 1-1 akan timbul momen
M1 dan pada potongan 2-2 akan timbul
momen M2 dan M1<M2.
Akibat M1 dan M2 maka pada balok akan
mengalami lendutan.
2017
1126
89
2017
89
1126
Jika balok berupa benda yang tersusun
dari dua balok masif dan kita potong
pada potongan 1-1 dan 2-2 maka pada
potongan 1-1 akan timbul momen M1 dan
pada potongan 2-2 akan timbul momen
M2 dan M1<M2.
Akibat M1 dan M2 pada balok akan
terjadi lendutan tetapi juga terjadi
pergeseran diantara bidang batas antara
balok 1 dan balok 2
2017
1126
89
2017
89
1126
Dari gambaran tersebut di atas, maka pada saat balok mengalami
lenturan sebetulnya pada balok terjadi pergerakan dari elemen balok
kesamping (bergeser kesamping). Balok masif tidak bergeser kesamping
karena adanya ikatan yang kuat antara molekul- molekul balok sehingga
dapat menahan pergerakan kesamping. Mengapa pergerakan kesamping
(pergeseran) ini terjadi ?
2017
1126
89
Lihat eleman balok pada potongan 1-1 dan 2-2.
Jarak kedua potongan = dz. Jarak dz sangat kecil.
Pada potongan 1-1 akan ada momen M1
Pada potongan 2-2 akan ada momen M2
2017
1126
89
Akibat momen M + dM maka
pada potongan 2-2 akan
timbul tegangan :
(M dM) * y
σ
M1 = M Ix
M2 = M+dM
Akibat momen M
maka pada
potongan 1-1 akan
timbul tegangan :
M*y
σ
Ix
2017
1126
89
dz
M * ya 1 2
σ1 σ3
(M dM) * ya
y
Ix Ix
C C
M+dM
dy
M
ya
ya
y
Sumbu netral
X
H
yb
yb
M * yb (M dM) * yb
σ2 σ4
Ix 1 2 Ix B
tebal “dy “
sangat kecil
2017
1126
89
2017
89
1126
F2 > F1 y
ya ya
M M
F1 σ1 * dA y dA S
dy
Ix Ix
ya
y
y y
ya ya X
(M dM) (M dM)
H
F2 σ3 * dA
Ix y dA
Ix
S
yb
y y
ya S = statis momen
y dA S elemen penampang B
y terhadap sumbu X
2017
Potongan melintang
1126
89
dz
Y
M * ya 1 2 σ3 (MdM)*ya
σ1
Ix Ix
dy
dy
F1 C C F2
ya
ya
B
y
y
Sumbu netral
X
F2 > F1
dy
dy
F1 C C F2
ya
ya
B
y
y
Sumbu netral
X
F2 > F1
dy
dy
F1 C C F2
ya
ya
B
y
y
F2 > F1
Sumbu netral
dy
ya
y
X
H
yb
F2 > F1
B
Potongan melintang
Karena gaya F1 tidak sama dengan gaya F2, maka elemen
balok pada potongan C-C tidak seimbang. Elemen batang akan
didorong ke kiri. Jika tidak ada gaya yang menahan
pergerakan tersebut, maka elemen balok akan bergerak
kekiri.
2017
1126
89
y
dy
ya
y
X
H
yb
F2 > F1
B
Potongan melintang
y 1 2 1 2
dy
C C C C
K
K
y
X
H
Terjadi gesekan antara bagian sebelah atas dan sebelah bawah pada
potongan C-C
Akibat gaya gesek pada kedua permukaan, maka akan timbul
tegangan permukaan pada bagian potongan C-C yang juga dikenal
sebagai tegangan gesek atau tegangan geser (t)
Besarnya tegangan geser (t) sangat dipengaruhi oleh bidang
gesek pada potongan C-C. Luas bidang gesek = B*dz
2017
1126
89
K
τ
B * dz
dM
τ * B * dz *S
Ix
dM S
dM
τ *
K F2 F1 S dz B * Ix
Ix
dM
K τ * B * dz gaya lintang D
dz
D*S
τ
B * Ix
2017
1126
89
D*S
τ
B * Ix
untuk elemen dA B * dy
S B * y * dy
dz
Y
M * ya 1 2 σ3 (MdM)*ya
σ1
Ix Ix
dy
dy
F1 C C F2
K
ya
ya
B
y
y
Sumbu netral
X
2017
1126
1 2
89
1
Ix B* H3
12
1 1 1
S B * ( H y) * * ( H y )
2 2 2
1 1
S B*( H2 y 2 )
2 4
D*S
τ diagram geser berbentuk parabolis
B * Ix
2017
1126
89
2017
89
1126
H
y
2
1
Ix B* H3
12
1 2
S B*( H y2 ) 0
4
τ0
y0
1
Ix B * H3
12
1 1 2 1
S B * ( H ) BH 2
2 4 8
1
D * BH 2
8 D
τ
1 3 2
B * BH BH
12 3
2017
1126
89
y0
1
Ix B* H3
12
1 1 1
S B * ( H 2 ) BH 2
2 4 8
1
D * BH 2
8 D
τ
1 2
B * BH 3 BH
12 3
D
τ
2
BH
3
D D
τ
2 A'
BH
3
2017
1126
89