Anda di halaman 1dari 55

Kuliah Kelima

Tegangan Normal Akibat Gaya Normal


dan Momen Lentur dan Tegangan Geser

1. Tegangan Normal Akibat kombinasi


Gaya Normal Sentris dan Momen
Lentur (Tegangan Majemuk)
2. Tegangan Geser
2017
1126
89
Tujuan Kuliah :

Memberikan pengenalan tentang perhitungan tegangan


normal akibat kombinasi gaya normal dan momen lentur
dan perhitungan tegangan geser

Diharapkan pada kuliah kelima mahasiswa mengenali


teori dasar tentang perhitungan tegangan normal akibat
kombinasi gaya normal sentris dan momen lentur dan
teori dasar perhitungan tegangan geser
Materi kuliah : Mengenali cara perhitungan tegangan normal akibat
kombinasi gaya normal sentris dan momen lentur, perhitungan
tegangan geser, statis momen pada balok dan penggambaran
diagram tegangan normal akibat gaya normal sentris dan momen
lentur dan diagram tegangan geser.
2017
1126
89
Tegangan Majemuk

Kombinasi tegangan normal akibat gaya


normal sentris dan momen lentur.
2017
1126
89
Pada materi kuliah ketiga
telah disampaikan teori
dasar perhitungan
tegangan akibat gaya
normal sentris
2017
1126
89
Jika pada sebuah batang bekerja gaya normal
tekan atau tarik (titik tangkap gaya normal pada
titik berat penampang), maka pada seluruh
permukaan penampang batang akan timbul
tegangan normal  = P/A
2017
1126
89
Pada kuliah keempat juga
telah diterangkan tentang
perhitungan tegangan
normal akibat momen
lentur.
2017
1126
89
Untuk menentukan tegangan pada suatu
penampang akibat momen lentur dapat dilakukan
dengan rumus sebagai berikut:

MY

Ix

Dengan y adalah jarak serat ke sumbu


berat penampang dan Ix adalah momen
inersia penampang terhadap sumbu X.
2017
1126
89
Tegangan akibat gaya normal : s = P/A
Tegangan akibat momen lentur : s = MY/Ix
Kedua tegangan dapat di kombinasikan (dijumlahkan) dan
rumus kombinasi tegangan menjadi :

N MY
σ 
A Ix
2017
1126
89
N MY
σ 
A Ix

Tanda + pada rumus tegangan kombinasi dipakai jika


arah tegangan N/A sama dengan MY/Ix
Tanda - pada rumus tegangan kombinasi dipakai jika
arah tegangan N/A berlawanan dengan MY/Ix
2017
1126
89
N M * Ya Akibat gaya N tekan
Pada balok σa   dan M positif, sa
bekerja gaya A Ix selalu akan tekan
normal Tekan Akibat gaya N tekan
dan Momen N M * Yb dan M positif,
Positif σb  
A Ix sb
tarik
tekan
nol
sa adalah tegangan maksimum pada serat atas,
sb adalah tegangan maksimum pada serat bawah
2017
1126
89
N M * Ya Akibat gaya N tekan dan
σa   1   2   M positif, sa selalu akan
A Ix tekan

N M * Yb Akibat gaya N tekan


σb   1   3   dan M positif,
A Ix sb = tarik jika s3 > s1
sb = tekan jika s3 < s1
sb = nol jika s3 = s1
2017
1126
89
sb = tarik
s3>s1

sb = tekan
s3<s1

sb = 0
s3=s1
2017
1126
89
N MY
Pada balok σa  
bekerja gaya A Ix
normal Tekan
dan Momen N MY
Negatif σb  
A Ix
2017
1126
89
N M * Ya
σa    1   2
A Ix
N M * Yb
σb    1   3
A Ix
2017
1126
89
sa = tarik
s2 > s1

sa = tekan
s2 < s1

sa = 0
s2 = s1
2017
1126
89
contoh

Sebuah balok di atas dua


tumpuan menderita beban
merata q = 5 kN/m dan beban
normal N = 20 kN.
Hitung dan gambarkan tegangan
maksimum pada balok akibat
gaya normal dan momen lentur
2017
1126
89
contoh

Pada saat yang bersamaan balok akan menderita dua gaya


dalam yaitu gaya normal tekan (merata sepanjang balok)
sebesar 20 kN dan momen lentur (berubah-ubah) dengan nilai
maksimum terletak di tengah bentang balok
2017
1126
89
contoh

Jika balok berbentuk empat


persegi panjang dengan
ukuran 30*60 cm2

Balok akan menderita


dua jenis tegangan yaitu
tegangan akibat gaya
normal dan akibat
momen lentur
2017
1126
89
contoh

Pada potongan I-I di tengah


bentang balok akan terjadi
tegangan akibat M
σtekan = 7.8125 MPa
σtarik = 7.8125 MPa
Dan tegangan akibat N
σtekan = 0.111 MPa
2017
1126
89
contoh
Hasil penjumlahan
tegangan :
σtekan = 7.9235 MPa
σtarik = 7.7015 MPa
Sumbu netral berjarak
30.426 cm dari sisi atas
2017
1126
89
contoh

Sebuah balok di atas dua tumpuan


menderita beban merata q = 5 kN/m
dan beban normal N = 200 kN.
Hitung dan gambarkan tegangan
maksimum pada balok pada posisi
tumpuan A, B dan pada posisi momen
positif maksimum akibat gaya normal
dan momen lentur
2017
1126
89
Bidang gaya dalam
pada balok
2017
1126
89
Dari gambar bidang gaya dalam
terlihat :
MA = 15.625 kNm (-)
MB = 10 kNm (-)
MC = 127.827 kNm (+)
MC adalah momen positif
maksimum terletak pada jarak
7.575 m dari tumpuan A

Gaya normal N = 200 kN (tekan)


2017
1126
89
contoh

Ix = 1/12*0.3*0.63 m4= 0.0054 m4


A = 0.3*0.6 m2 = 0.18 m2
MA = 15.625 kNm
N = 200 kN
s1 = N/A = 1111.111kN/m2 = 1.111MPa
s2=s3 = 15.625*0.3/0.0054
s2=s3 = 868.056 kN/m2 = 0.868 Mpa.
2017
1126
89
contoh

Tegangan di titik A
2017
1126
89
contoh

Ix = 1/12*0.3*0.63 m4= 0.0054 m4


A = 0.3*0.6 m2 = 0.18 m2
MB = 10 kNm
N = 200 kN
s1 = N/A = 1111.111kN/m2 = 1.111MPa
s2=s3 = 10*0.3/0.0054
s2=s3 = 555.556 kN/m2 = 0.556 Mpa.
2017
1126
89
contoh

Tegangan di titik B
2017
1126
89
contoh

Ix = 1/12*0.3*0.63 m4= 0.0054 m4


A = 0.3*0.6 m2 = 0.18 m2
MB = 127.827 kNm
N = 200 kN
s1 = N/A = 1111.111kN/m2 = 1.111MPa
s2=s3 = 127.827*0.3/0.0054
s2=s3 = 7101.5 kN/m2 = 7.102 Mpa.
2017
1126
89
contoh

Tegangan di titik C
2017
1126
89
Tegangan Geser
2017
1126
89
Untuk melihat bagaimana tegangan geser
dapat terjadi pada elemen batang mari
kita lihat contoh balok ditumpu di atas
dua tumpuan dan menderita beban P.
2017
1126
89
Jika balok berupa benda masif dan kita
potong pada potongan 1-1 dan 2-2 maka
pada potongan 1-1 akan timbul momen
M1 dan pada potongan 2-2 akan timbul
momen M2 dan M1<M2.
Akibat M1 dan M2 maka pada balok akan
mengalami lendutan.
2017
1126
89
2017
89
1126
Jika balok berupa benda yang tersusun
dari dua balok masif dan kita potong
pada potongan 1-1 dan 2-2 maka pada
potongan 1-1 akan timbul momen M1 dan
pada potongan 2-2 akan timbul momen
M2 dan M1<M2.
Akibat M1 dan M2 pada balok akan
terjadi lendutan tetapi juga terjadi
pergeseran diantara bidang batas antara
balok 1 dan balok 2
2017
1126
89
2017
89
1126
Dari gambaran tersebut di atas, maka pada saat balok mengalami
lenturan sebetulnya pada balok terjadi pergerakan dari elemen balok
kesamping (bergeser kesamping). Balok masif tidak bergeser kesamping
karena adanya ikatan yang kuat antara molekul- molekul balok sehingga
dapat menahan pergerakan kesamping. Mengapa pergerakan kesamping
(pergeseran) ini terjadi ?
2017
1126
89
Lihat eleman balok pada potongan 1-1 dan 2-2.
Jarak kedua potongan = dz. Jarak dz sangat kecil.
Pada potongan 1-1 akan ada momen M1
Pada potongan 2-2 akan ada momen M2
2017
1126
89
Akibat momen M + dM maka
pada potongan 2-2 akan
timbul tegangan :

(M  dM) * y
σ
M1 = M Ix
M2 = M+dM

Akibat momen M
maka pada
potongan 1-1 akan
timbul tegangan :

M*y
σ
Ix
2017
1126
89
dz

M * ya 1 2
σ1  σ3 
(M  dM) * ya
y
Ix Ix

C C
M+dM

dy
M

ya
ya

y
Sumbu netral
X

H
yb
yb

M * yb (M  dM) * yb
σ2 σ4 
Ix 1 2 Ix B

Potongan memanjang 1-2 Potongan melintang


2017
1126
89
Lihat pada potongan C-C
dengan jarak y dari sumbu
berat balok (sumbu netral
balok)

tebal “dy “
sangat kecil
2017
1126
89
2017
89
1126
F2 > F1 y
ya ya
M M
F1   σ1 * dA   y dA  S

dy
Ix Ix

ya

y
y y

ya ya X
(M  dM) (M  dM)

H
F2   σ3 * dA 
Ix  y dA 
Ix
S

yb
y y

ya S = statis momen
 y dA  S elemen penampang B
y terhadap sumbu X
2017

Potongan melintang
1126
89
dz
Y
M * ya 1 2 σ3 (MdM)*ya
σ1 
Ix Ix

dy
dy
F1 C C F2
ya

ya
B

y
y

Sumbu netral

X
F2 > F1

Potongan memanjang balok. Potongan melintang balok.


Y merupakan jarak sumbu y merupakan jarak titik berat
netral ke potongan
1 C-C 2 elemen B*dy ke sumbu berat
penampang (X)
2017
1126
89
dz
Y
M * ya 1 2 σ3 (MdM)*ya
σ1 
Ix Ix

dy
dy
F1 C C F2
ya

ya
B

y
y

Sumbu netral

X
F2 > F1

Perhatikan jarak “y” pada potongan memanjang dan potongan


1 nilai “dy” yang
melintang. Untuk 2 sangat kecil, jarak y pada potongan
balok hampir sama dengan jarak titik berat penampang B*dy.
2017
1126
89
dz
Y
M * ya 1 2 σ3 (MdM)*ya
σ1 
Ix Ix

dy
dy
F1 C C F2
ya

ya
B

y
y

F2 > F1
Sumbu netral

S = statis momen elemen penampang


terhadap
1 sumbu
2 X= B*dy*y
S=B*dy*y
2017
1126
89
y

dy
ya

y
X

H
yb
F2 > F1
B

Potongan melintang
Karena gaya F1 tidak sama dengan gaya F2, maka elemen
balok pada potongan C-C tidak seimbang. Elemen batang akan
didorong ke kiri. Jika tidak ada gaya yang menahan
pergerakan tersebut, maka elemen balok akan bergerak
kekiri.
2017
1126
89
y

dy
ya

y
X

H
yb
F2 > F1
B

Potongan melintang

Supaya elemen balok ada dalam kondisi seimbang


maka harus ada gaya yang arahnya kekanan yang
besarnya = F2 – F1
2017
1126
89
ya ya
M M
F1   σ1 * dA 
Ix  y dA 
Ix
S
y y dM
K  F2  F1  S
ya
(M  dM)
ya
(M  dM) Ix
F2  
y
σ3 * dA 
Ix 
y
y dA 
Ix
S

K timbul karena adanya gaya gesek antara dua


lapisan elemen balok pada potongan C-C. Pada
potongan C-C timbul tegangan geser “”
2017
1126
89
dz dz

y 1 2 1 2

dy
C C C C
K
K

y
X
H

Terjadi gesekan antara bagian sebelah atas dan sebelah bawah pada
potongan C-C
Akibat gaya gesek pada kedua permukaan, maka akan timbul
tegangan permukaan pada bagian potongan C-C yang juga dikenal
sebagai tegangan gesek atau tegangan geser (t)
Besarnya tegangan geser (t) sangat dipengaruhi oleh bidang
gesek pada potongan C-C. Luas bidang gesek = B*dz
2017
1126
89
K
τ
B * dz
dM
τ * B * dz  *S
Ix
dM S
dM
τ *
K  F2  F1  S dz B * Ix
Ix
dM
K  τ * B * dz  gaya lintang  D
dz
D*S
τ
B * Ix
2017
1126
89
D*S
τ
B * Ix
untuk elemen dA  B * dy
S  B * y * dy

dz
Y
M * ya 1 2 σ3 (MdM)*ya
σ1 
Ix Ix

dy
dy
F1 C C F2
K
ya

ya
B

y
y

Sumbu netral

X
2017
1126

1 2
89
1
Ix  B* H3
12
1 1 1
S  B * ( H  y) * * ( H  y )
2 2 2
1 1
S  B*( H2  y 2 )
2 4
D*S
τ  diagram geser berbentuk parabolis
B * Ix
2017
1126
89
2017
89
1126
H
y
2
1
Ix  B* H3
12
1 2
S  B*( H  y2 )  0
4
τ0

y0
1
Ix  B * H3
12
1 1 2 1
S  B * ( H )  BH 2
2 4 8
1
D * BH 2
8 D
τ 
1 3 2
B * BH BH
12 3
2017
1126
89
y0
1
Ix  B* H3
12
1 1 1
S  B * ( H 2 )  BH 2
2 4 8
1
D * BH 2
8 D
τ 
1 2
B * BH 3 BH
12 3

D
τ 
2
BH
3
D D
τ  
2 A'
BH
3
2017
1126
89

Anda mungkin juga menyukai