Anda di halaman 1dari 5

Nama : Aizatun nisa’

Kelas : VI C Keprawatan
Nim : 17.02.01.2439

1. Identifikasi masalah

Kurangnya pengetahuan wanita usia subur dalam memilih kontrasepsi

IUD di BPS Siti Nurjanah, SST, M.Mkes desa Malo Kecamatan Malo

Kabupaten Bojonegoro.

2. Latar belakang

Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbegai progam untuk

mengangani masalah kependudukan yang ada. Salah satu progamnya dengan

keluarga berencana nasional sebagai integral dati pembangunan nasional yang

memepunyai tujuan ganda yaitu mewujudkan pembangunna yang berwarasan

kependdukan dan mewudujkan pembangunan yang berwawasan

kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahaga sejahtera.. keadaan ini

dapat dicapai dengan menganjurkan pasangan usia subur (PUS) untuk

mengikuti progam keluarga berencana (BKKBN, 2011 : 3).

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencagah terjadinya kehamilan.

Upaya ini bersifat sementara maupun permanen, dan upaya ini dapat

dilakukan dengan menggunakan cara, alat, atau obat-obatan (proverawati,

2010 : 1).

Salah satu metode kontrasepsi yang ada adalah alat kontrasepsi dalam

rahim (AKRD). Alat kontrasepsi dalam rahim (AKRD) merupakan pilihan

kontrasepsi yang efektif , aman, dan nyaman bagi banyak wanita. Alat ini
merupakan metode kontrasepsi reversibel yang paling sering digunakan

seluruh dunia dengan pemakaian saat ini mencapai sekitar 100 juta wanita,

sebagian besar di cina. Generasi terbaru AKRD emiliki efektivitas lebih dari

99% dalam mencegah kehamilan padapemakaian 1 tahun atau lebih (glassier,

2005: 116).

Menurut data dari World Health Organisation (WHO) mengatakan

bahwa peserta pemakaian kondom sebanyak 80% - 90%, pil 90% - 96%

suntik 95% - 97%, susuk 97%-99%, IUD 94% - 95%, vasektomi 99,4% -

99,8%, Tubektomi 99,5% - 99,9% (Sinsin, 2008 : 465).

Secara Nasional pada bulan pebruari 2013 sebanyak 663.254 peserta

KB aktif. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka persentasenya adalah

sebagai berikut : 334.217peserta suntik (50,39%), 176.516 pesetra pil

(26,61%), 52.351 pesetra IUD (7,89), 49.557 peserta implant (7,47), 39,062

peserta kondom(5,89%), 9.870 peserta MOW (1,49), dan 1.691 peserta MOP

(0,25%). (Laporan umpan balik hasil pelaksanaan sub sistem pencatatan dan

pelaporan pelayanan kontrasepsi pebruari 2013 BKKBN : 9). Wilayah Jawa

Timur peserta KB aktif per Desember 2012 sebanyak 6.261.346 jiwa. Peserta

KB suntikan sebanyak 3.018.041 jiwa (42,20) , pil sebanyak 1.311.828 jiwa

(20,95%), IUD sebanyak 904.686 jiwa (14,45%), implan sebanyak 580.413

jiwa (9,27%), MOW sebanyak 311.247 jiwa (4,97%) kondom sebanyak

105.919 jiwa (1,69%), dan MOP sebanyak 29.212jiwa (0,47%). Berdasarkan

mini survey yang dilakukan di BKKBN Kabupaten Bojonegoro pada tanggal

3 April 2013, dengan cara melihat data jumlah peserta KB aktif semua
keluarga pada bulan pebruari 2013, jumlah akseptor KB yang aktif sebanyak

221.265 orang, akseptor KB suntik sebanyak 112.391 orang, pil sebanyak

40.365 orang, IUD32.664 orang, implant 24.660 orang, MOW 7.004 orang,

kondom 3.163 orang, dan MOP 978 orang. Sedangkan dikecamatan Mlo

terdapat akseptor KB suntik sebanyak 2.259 orang 946,28%), IUD sebanyak

1.070 orang (21,92), pil sebanyak 767 orang (15,71%), implant sebanyak 536

orang (11,53), MOW sebanyak 176 orang (3,61%), MOP sebanyak 25 orang

(51%), kondom sebanyak 21 orang (0,43%). Data laporan akseptor KB di

BPS Siti Nurjanah, SST, M.Mkes, sampai pada bulan juli 2013 menunjukan

akseptor KB suntik sebanyak 232 orang (68,2%), pil sebanyak 32 orang

(9,4%), implant sebanyak 28 orang (8,2%), IUD sebanyak 22 orang (6,5%),

MOW sebayak 11 orang (3,2%), MOP sebanyak 8 orang (2,4%) dan kondom

sebanyak 7 orang (2,1%).

Data tersebut menunjukkan bahwa di BPS Siti Nurjanah, M.Mkes

penggunaan KB IUD menempati urutan ke empat setelah KB suntk, pil, dan

implan. Hal ini menunjukan bahwa pengguna kontrasepsi IUD di BPS Siti

Nurjanah, SST, M.Mkes tidak cukup banyak.

Pengetahuan akseptor KB tentang kontrasepsi IUD memegang peran

penting dalam menentukan sikap dalam meilih kontrasepsi IUD. Akseptor

KB harus mengenal, mempelajari dan memahami tentang pegertian, macam,

keuntungan, cara pemberian, efek samping dan kontaindikasi dalam

pemakaian kontrasepsi suntik. Pengetahuan dan sikap merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan atau perilaku seseorang.


Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan sikap positif, akan berlangsung

langgeng (Notoatmojo, 2010 : 152).

Cara penggunaan alat kontrasepi ini adalah dengan disisipkan kedalam

rahim, terbuat dari bahan semacam plastik, ada pula yng dililit tambang, dan

bermacam-macam. Penggunaan inilah yang menimbulkan perasaan tidak

nyaman, karena harus memasukan benda asing kedalam rahim. IUD masih

tabu dilingkungan masyarakat sehingga diperlukan motivasi yang cukup

tinggi untuk dapat memilih alat kontasepsi ini.

Kebijakan pemerintah tentang KB saat ini mengarah pada pemakaian

metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Alat kontrasepsi dalam rahim

merupakan salah satu cata efektif yang sangat diprioritaskan pemakaianya

oleh BKKBN. Hal ini dikarenakan tingkat keefektifannya cukup tinggi yaitu

0,1-1 kehamilan per 100 perempuan (BKKBN, 2008 : 3). Berbagai upaya

pemerintah telah dilakukan untuk peningkatan penggunaan kontrasepsi IUD,

diantaranya adalah dengan adanya kebijakan IUD gratis untuk seluruh PUS

diseluruh provinsi di Indonesia (sejak tahun 2004, stok IUD cukup tersedia

walau hanya IUD CuT 380A, pengalaman dalam pengelolaan program KB,

tersedianya dukungan anggaran untuk IUD, tersedianya dana penelitian medis

teknis bagi provider, tersedianya dana penelitian bagi provider dan telah

dikembangkan resize inserter IUD untuk progam pemasangan IUD pasca

persalinan (BKKBN, 2011 : 2). Perlu dilakukan penyuluhan agar masyarakat

mengerti mengenai keuntungan IUD sehingga masyarakat tidak memilih IUD

sebagai alat KB. Kontrasepsi IUD yang tidak memakai efek hormon-hormon
tertentu didalam tubuh dapat dikatakan lebih baik dibandingkan dengan KB

lain. Untuk instansi terkait diharapkan dapat memberi penyuluhan dengan

tenaga medis yang meyakinkan masyarakat agar masyarakat menyadari

keuntungan IUD dibandingkan KB lain dan dipilih sebagai metode

kontrasepsi.

Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk

mengetahui lebih jauh mengenai gambaran pengetahuan wanita usia subur

dalam pemilihan kontasepsi IUD di BPS Siti Nurjanah, SST, M.Mkes Desa

Malo Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro.

3. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah : bagaimana gambaran pengetahuan wanita usia subur dalam

pemilihan kontrasepsi IUD di BPS Siti Nurjanah, SST, M.Mkes Desa Malo

Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro.

Anda mungkin juga menyukai