Anda di halaman 1dari 20

43

BAB II

PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA

2.1 Akuntabilitas

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri 61 Tahun 2007, akuntabilitas

merupakan kejelasan fungsi, struktur, sistem yang dipercayakan pada BLUD agar

pengelolaannya dapat dipertanggungjawabkan. Akuntabilitas terdiri dari

akuntabilitas program, akuntabilitas kegiatan, dan akuntabilitas keuangan,

akuntabilitas kinerja pelayanan publik, akuntabilitas biaya pelayanan publik, dan

akuntabilitas laporan pengelolaan keuangan.

1. Akuntabilitas Program

Akuntabilitas program dibuat untuk setiap tahapan, mulai dari tahap:

a) Perencanaan

Perencanaan program dilakukan dengan rapat bersama

mengusulkan program dan kegiatan yang berasal dari masing-masing

unit di Puskesmas ........ (diisi nama Puskesmas) Rapat bersama

tersebut juga membahas dan menetapkan program-program yang akan

diprioritaskan untuk dilaksanakan. Hasil keputusan rapat kemudian

dituangkan dalam dokumen perencanaan yaitu rencana bisnis dan

anggaran (RBA) disertai dengan target capaian program dan indikator

program.

b) Pelaksanaan
44

Pelaksanaan program-program di Puskesmas ........ (diisi nama

Puskesmas) mengacu pada RBA dan DPA. Pelaksanaan program

dilakukan dengan menunjuk penanggung jawab program.

c) Pengukuran

Pengukuran pelaksanaan program-program dilakukan

berdasarkan realisasi capaian program dibandingkan dengan targetnya

oleh masing-masing unit.

d) Pelaporan

(a) Pelaporan pelaksanaan program dilakukan oleh penanggung

jawab program secara periodik, yaitu bulanan, triwulanan,

semesteran dan tahunan. Pelaporan pelaksanaan program di

pusat dan dari unit-unit pelaksana yang ditujukan ke bagian

perencanaan umum dan keuangan untuk dikompilasikan dan

dilaporkan menjadi laporan akuntabilitas dan kinerja Puskesmas

........ (diisi nama Puskesmas).

(b) Laporan akuntabilitas dan kinerja Puskesmas ........ (diisi nama

Puskesmas) memuat capaian realisasi program dibandingkan

dengan targetnya dan disertai dengan faktor-faktor penyebab

keberhasilan pencapaian program dan/atau tidak tercapainya

target.

(c) Laporan akuntabilitas dan kinerja Puskesmas ........ (diisi nama

Puskesmas) disampaikan tiap semester dalam satu tahun

anggaran dan disusun mengacu pada Peraturan Pemerintah


45

Nomor 8 Tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja

instansi pemerintah.

e) Pemantauan dan pengawasan

Pemantauan dilakukan secara teratur dan berkesinambungan

yang dilaksanakan secara bulanan, triwulanan, semesteran dan

tahunan. Pemantauan dilakukan oleh penanggung jawab program

masing-masing unit pelaksana kepada atasan/pimpinan. Pelaksanaan

pemantauan juga melibatkan pihak-pihak terkait baik dari unsur

pelaksana maupun fungsi pengawasan internal/SPI. Hasil pemantauan

sebagai evaluasi dan pengukuran kinerja pelaksanaan program

dan/atau sebagai rekomendasi yang disampaikan kepada kepala

Puskesmas untuk mendapatkan perhatian dan tindak lanjut terhadap

hal-hal yang memerlukan tindak lanjut.

2. Akuntabilitas Kegiatan

Akuntabilitas kegiatan dibuat untuk setiap tahapan, mulai dari tahap:

1. Perencanaan

Perencanaan program dilakukan dengan usulan program dan kegiatan

yang berasal dari masing-masing unit di Puskesmas ........ (diisi nama

Puskesmas) Rapat bersama membahas dan menetapkan program-program

yang akan diprioritaskan untuk dilaksanakan. Hasil keputusan rapat

kemudian dituangkan dalam dokumen perencanaan yaitu rencana bisnis dan

anggaran (RBA) disertai dengan target capaian program dan indikator

program/outcome.
46

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan-kegiatan di Puskesmas ........ (diisi nama

Puskesmas) mengacu pada RBA dan DPA. Kegiatan dilaksanakan oleh unit

yang mengajukan proposal, dan telah disesuaikan dengan RBA dan DPA

yang telah disahkan.

3. Pengukuran

Setiap kegiatan yang telah dilaksanakan harus diukur kinerjanya baik

input, proses, dan output sebagaimana telah tercantum dalam perencanaan.

Proses pengukuran pelaksanaan kegiatan/kinerja ini dilakukan dengan

membandingkan realisasi capaian kegiatan dengan target outputnya oleh

masing-masing unit. Setiap gap/variance harus dapat dijelaskan mengapa

terjadi, sehingga perbaikan kinerja dapat dilakukan secara terus-menerus.

4. Pelaporan

(a) Pelaporan pelaksanaan program dilakukan oleh penanggung

jawab program secara periodik, yaitu bulanan, triwulanan,

semesteran dan tahunan. Pelaporan pelaksanaan program di

pusat dan dari unit-unit pelaksana ditujukan ke bagian

perencanaan umum dan keuangan untuk dikompilasikan dan

dilaporkan menjadi laporan akuntabilitas dan kinerja Puskesmas

........ (diisi nama Puskesmas).

(b) Laporan akuntabilitas dan kinerja Puskesmas ........ (diisi nama

Puskesmas) memuat capaian realisasi program dibandingkan

dengan targetnya dan disertai dengan faktor-faktor penyebab


47

keberhasilan pencapaian program dan/atau tidak tercapainya

target.

(c) Laporan akuntabilitas dan kinerja Puskesmas ........ (diisi nama

Puskesmas) disampaikan tiap semester dalam satu tahun

anggaran dan disusun mengacu pada Peraturan Pemerintah

Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja

Instansi Pemerintah.

(d) Pemantauan dan Pengawasan

Pemantauan dilakukan secara teratur dan berkesinambungan

yang dilaksanakan secara bulanan, triwulanan, semesteran dan

tahunan. Pemantauan dilakukan oleh penanggung jawab program

masing-masing unit pelaksana kepada atasan/pimpinan. Pelaksanaan

pemantauan juga melibatkan pihak-pihak terkait baik dari unsur

pelaksana maupun fungsi pengawasan internal/SPI. Hasil pemantauan

sebagai evaluasi dan pengukuran kinerja pelaksanaan program

dan/atau sebagai rekomendasi yang disampaikan kepada kepala

Puskesmas untuk mendapatkan perhatian dan tindak lanjut terhadap

hal-hal yang memerlukan tindak lanjut.

3. Akuntabilitas Keuangan

Akuntabilitas keuangan dibuat untuk setiap tahapan, mulai dari tahap :

1) Perencanaan

a) Perencanaan keuangan dilakukan berdasarkan kebijakan umum

anggaran yang ditetapkan dalam rapat pimpinan dan rapat


48

pembahasan mengenai anggaran per program/kegiatan, unit-unit

pelaksana di lingkungan Puskesmas ........ (diisi nama

Puskesmas) mengajukan anggaran mengacu pada rencana-

rencana kegiatan yang telah dituangkan dalam RBA dan

pelaksanaan/realisasi keuangan berdasarkan pada kegiatan yang

telah dilaksanakan (pagu ideal).

b) Pembahasan anggaran dilakukan secara berjenjang yang

bertujuan agar anggaran benar-benar ditujukan untuk mencapai

visi dan misi Puskesmas. Setiap anggaran yang disusun oleh

unit/instalasi, juga harus mencantumkan indikator input, proses,

dan output, sehingga setiap rupiah yang nantinya akan

dibelanjakan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.

c) Setiap anggaran harus tercantum dalam RBA yang disampaikan,

kemudian akan ditetapkan sebagai pagu sementara. RKA yang

dilampirkan dengan RBA Puskesmas ........ (diisi nama

Puskesmas) disampaikan DPRD. Hasil keputusan berupa pagu

definitif.

d) Setelah mendapat persetujuan DPRD, Kementerian Keuangan

menerbitkan rincian Satuan Anggaran Per Satuan Kerja

(SAPSK) dan menjadi acuan dalam menyesuaikan anggaran di

RKA. RBA yang telah dilakukan penyesuaian tersebut

ditandatangani oleh Pemimpin BLUD/Kepala Puskesmas

sebagai RBA Definitif. Pengesahan dengan mengacu pada RBA

hasil pembahasan.
49

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan keuangan di Puskesmas ........ (diisi nama

Puskesmas) mengacu pada RBA dan DPA.

a) Pelaksanaan keuangan yang bersumber dari dana APBN rupiah

murni mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal

Perbendaharaan Nomor 66 Tahun 2005 tentang Mekanisme

Pelaksanaan Pembayaran atas Beban Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara. Dengan berpedoman pada peraturan ini,

mekanisme pelaksanaan keuangan dilakukan dengan mengacu

pada prosedur penggunaan DPA BLUD. Pejabat yang

bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan mengajukan Surat

Permintaan Pembayaran (SPP) beserta dokumen pendukungnya

kepada Kepala Biro Perencanaan Umum dan Keuangan. Setelah

melakukan pengujian secara substansi, kelengkapan berkas dan

kelayakan SPP, Kepala Biro Perencanaan Umum dan Keuangan

menyampaikan SPP kepada Kepala Puskesmas untuk

memperoleh persetujuan penerbitan Surat Perintah Membayar

(SPM). SPM yang telah disetujui dan ditandatangani oleh

Kepala Puskesmas ........ (diisi nama Puskesmas) sebagai Kuasa

Pengguna Anggaran (KPA) disampaikan ke Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara (KPPN). KPPN menguji SPM tersebut

baik secara substansi maupun formal, hasil pengujian tersebut

menjadi dasar bagi KPPN untuk menerbitkan Surat Perintah

Pencairan Dana (SP2D). SP2D yang telah diterbitkan oleh


50

KPPN di sampaikan ke Bank Operasional mitra kerja Puskesmas

untuk SPM Belanja Pegawai, sedangkan SPM Non belanja

Pegawai dicairkan oleh rekanan berdasarkan prestasi kerja ke

banknya masing-masing.

b) Pelaksanaan keuangan yang bersumber dana APBN-PNBP

berpedoman pada SPO Kegiatan Keuangan Internal yang telah

diketahui dan disetujui oleh Kepala Puskesmas, antara lain:

(1) Pendapatan dari jasa layanan yang diberikan oleh

Puskesmas ........ (diisi nama Puskesmas), hibah yang

diterima langsung, dan pendapatan dari hasil kerja sama

dengan pihak lain disetorkan kepada Bendahara

Penerimaan dengan disertai bukti transaksi.

(2) Kegiatan yang telah dilaksanakan dan anggaran yang

disediakan untuk melaksanakan kegiatan tersebut diajukan

kepada Bagian Perencanaan Umum dan Keuangan. Di

Bagian Perencanaan Umum dan Keuangan dilakukan

pengujian substantif dan formal kemudian melalui

Bendahara Pengeluaran dimintakan persetujuan kepada

Kepala Puskesmas sebagai KPA. Apabila KPA setuju

untuk melakukan pengeluaran maka, atas kegiatan tersebut

pembayaran dapat dilakukan. Terhadap belanja barang

yang menunjang kegiatan utamanya dapat dimintakan

uang persediaan (UP) yang sifatnya dapat diisi kembali


51

sesuai dengan usulan kegiatan yang dapat didanai dengan

UP.

(3) Setiap triwulan, Kepala Puskesmas melakukan pengesahan

pendapatan yang telah diterima dan belanja yang telah

dikeluarkan selama triwulan tersebut ke daerah, yaitu

dengan mengajukan SPM Pengesahan dan oleh daerah

akan diterbitkan SP2D Pengesahan.

3) Pengukuran

Proses pengukuran pelaksanaan kegiatan/kinerja keuangan ini

dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian keuangan dengan

anggaran. Setiap pengeluaran memperhatikan prinsip efisiensi dan

penganggaran berbasis kinerja. Setiap gap/variance harus dapat

dijelaskan mengapa terjadi, sehingga perbaikan kinerja dapat

dilakukan secara terus-menerus.

4) Pelaporan

Pelaporan Keuangan di Puskesmas mengacu pada mengacu pada

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintah.

a) Pelaporan keuangan Puskesmas ........ (diisi nama Puskesmas)

setelah ditetapkan sebagai Puskesmas PPK BLUD mengacu

pada Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh

Asosiasi Profesi Akuntansi Indonesia;

b) Laporan Keuangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

71 Tahun 2010 terdiri dari:


52

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan

Perubahan SAL);

3. Neraca;

4. Laporan Operasional (LO);

5. Laporan Arus Kas (LAK);

6. Laporan Perubahan Ekuitas; dan

7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

5) Pemantauan dan Pengawasan

a) Pemantauan dan pengawasan;

b) Pemantauan dilakukan secara teratur dan

berkesinambungan yang dilaksanakan setiap bulan,

semesteran, dan akhir tahun;

c) Pemantauan dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan

masing-masing unit pelaksana. Pelaksanaan pemantauan

juga melibatkan pihak-pihak terkait seperti fungsi

pengawasan internal;

d) Hasil pemantauan disampaikan kepada Kepala Puskesmas

........ (diisi nama Puskesmas) oleh fungsi pengawasan

internal, sebagai evaluasi dan pengukuran kinerja

pelaksanaan keuangan dari masing-masing unit/instalasi

pelaksana;

e) Pengawasan keuangan Puskesmas ........ (diisi nama

Puskesmas) secara menyeluruh dilaksanakan oleh Dewan


53

dan Inspektorat Jenderal dan hasil pengawasan tersebut

beserta rekomendasinya disampaikan kepada Pemimpin

BLUD;

f) Pengawasan eksternal dilakukan oleh Auditor Eksternal

dan hasil.

4. Akuntabilitas Kinerja Pelayanan Publik

a. Akuntabilitas kinerja pelayanan dimaksudkan untuk

mempertanggungjawabkan:

a) Tingkat keakurasian  pelayanan;

b) Profesionalisme  petugas pelayanan;

c) Kelengkapan  sarana dan prasarana pelayanan; dan

d) Kejelasan aturan.

b. Akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus dilakukan sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan, dan penyimpangan terhadap

akuntabilitas kinerja pelayanan publik harus diberikan kompensasi

terhadap penerima pelayanan. Masyarakat juga diharapkan dapat

melakukan penilaian terhadap kinerja pelayanan sesuai mekanisme

yang berlaku.

c. Sebagai bentuk akuntabilitas kinerja pelayanan publik, Puskesmas

........ (diisi nama Puskesmas) membuat suatu laporan kinerja

pelayanan secara berkala (bulanan/triwulanan/semesteran/tahunan).

Selain itu Puskesmas ........ (diisi nama Puskesmas) juga membuat

Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang dapat digunakan untuk

membandingkan antara kinerja aktual dengan kinerja standar.


54

5. Akuntabilitas Biaya Pelayanan Publik

Akuntabilitas ini dimaksudkan untuk menilai kelayakan biaya

pelayanan yang dikeluarkan oleh Puskesmas ........ (diisi nama Puskesmas)

sebagai dasar penilaian mengacu pada standar analisis biaya.

6. Akuntabilitas Laporan Pengelolaan Keuangan

1) Pengelolaan keuangan BLUD dipertanggungjawabkan secara periodik

kepada para stakeholder baik internal dan eksternal.

2) Periodisasi pertangungjawaban keuangan.

2.2 Transparansi

Transparasi mengungkapkan aspek transparasi yang dimiliki dan/atau akan

dikembangkan serta mekanisme pengendalian internal untuk menciptakan

transparansi. Ketersediaan informasi kepada publik misalnya informasi dan media

apa saja yang dapat diakses dengan mudah oleh publik.

Transparansi pelayanan publik meliputi:

1. Manajemen dan Penyelenggaraan Publik

Manajemen dan penyelenggaraan publik meliputi kebijakan,

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan oleh masyarakat.

2. Prosedur Pelayanan

Rangkaian proses atau tata kerja yang berkaitan satu sama lain,

sehingga menunjukkan adanya tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara
55

yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian suatu pelayanan. Prosedur

pelayanan publik harus sederhana, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan

mudah dilaksanakan. Secara umum bagan alur mempunyai fungsi sebagai

berikut:

a) Petunjuk kerja bagi  pemberi pelayanan;

b) Informasi bagi  penerima pelayanan;

c) Media publikasi secara terbuka  pada semua unit pelayanan;

d) Pendorong terwujudnya sistem dan mekanisme kerja yang efektif dan

efisien; dan

e) Pengendali atau kontrol dan acuan bagi masyarakat maupun aparat

dalam penilaian terhadap konsistensi pelaksanaan kerja.

Dalam pembuatan bagan alir perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Bagan alir harus mampu menggambarkan proses pelayanan, petugas

yang bertanggungjawab untuk setiap tahap pelayanan, unit kerja

terkait, waktu dan dokumen yang diperlukan selama proses pelayanan,

dan biaya yang harus ditanggung oleh penerima pelayanan, bila ada.

b) Bagan alir harus dibuat sesuai dengan kebutuhan unit kerja masing-

masing.

c) Ukuran dan penempatan bagan alir harus mudah dilihat dan dibaca

oleh penerima pelayanan.

3. Persyaratan Teknis dan Administrasi Pelayanan


56

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat yang akan

memperoleh pelayanan. Persyaratan tersebut harus diinformasikan secara

jelas kepada penerima pelayanan.

4. Perincian Biaya Pelayanan

Segala biaya pelayanan dan rinciannya sebagai imbalan atas

pemberian pelayanan harus ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Biaya tersebut harus

diinformasikan secara jelas kepada penerima pelayanan. Setelah menjadi

BLUD, Puskesmas perlu didukung dengan sistem pembiayaan yang

memadai dan menunjang sistem penetapan tarif yang otonom sebagai sistem

terpadu dalam pembiayaan Puskesmas.

Pengertian tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan

kegiatan pelayanan di Puskesmas, yang dibebankan kepada pasien sebagai

imbalan atas jasa pelayanan yang diterima.

a) Biaya penyelenggaraan Puskesmas dipikul bersama oleh masyarakat

(pasien) dan pemerintah daerah dengan memperhatikan kemampuan

keuangan daerah dan keadaan sosial ekonomi masyarakat;

b) Tarif Puskesmas dihitung atas dasar unit cost dari setiap jenis

pelayanan dan kelas perawatan dengan memperhatikan kemampuan

ekonomi masyarakat dan tarif Puskesmas lain; dan

c) Penetapan unit cost didasarkan pada perhitungan fixed cost dan

variable cost atas pelayanan dan pemakaian sarana dengan

memperhatikan standar akuntansi biaya Puskesmas.


57

1) Fixed cost terdiri dari:

a. Biaya jasa pelayanan

b. Biaya sarana prasarana

2) Variabel cost terdiri dari:

a. Biaya tenaga kerja langsung

b. Biaya bahan habis pakai

c. Biaya makan dan minum pasien

d. Biaya bahan dan reagen pemeriksaan penunjang medik

e. Biaya bahan penunjang lainnya.

Besaran tarif untuk semua jenis pelayanan selain kelas III ditetapkan

oleh Kepala Puskesmas.

1) Tarif pelayanan kesehatan dikelompokkan, menjadi:

a) Pelayanan Rawat Jalan;

b) Unit Gawat Darurat;

c) Poliklinik; dan

d) Pelayanan Rawat Inap.

2) Tarif pelayanan berdasarkan jenisnya, meliputi :

a) Pelayanan Medik;

b) Pelayanan Penunjang Medik;

c) Pelayanan Non Medik.

5. Waktu Penyelesaian Pelayanan

Kepastian dan kurun waktu penyelesaian pelayanan harus

diinformasikan secara jelas kepada penerima pelayanan. Pemberian


58

pelayanan hendaknya dilakukan dengan asas first come first served, yaitu

yang pertama datang adalah yang pertama kali dilayani.

6. Pejabat yang berwenang dan Bertanggung Jawab

Pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab memberikan

pelayanan harus jelas (mudah diketahui/memakai tanda pengenal) serta

harus dapat menciptakan citra positif terhadap penerima pelayanan.

7. Lokasi pelayanan

Tempat dan lokasi pelayanan harus jelas, tetap (tidak berpindah-

pindah), mudah dijangkau, dan dilengkapi sarana dan prasarana yang

memadai atau bila memungkinkan dibentuk Unit Pelayanan Terpadu (UPT).

8. Janji pelayanan

Janji pelayanan merupakan komitmen tertulis unit kerja instansi

pemerintah dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat.

9. Standar Pelayanan Publik

Standar Pelayanan Publik merupakan ukuran kualitas kinerja yang

dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh

pemberi dan/atau penerima. Standar pelayanan publik hendaknya realistis,

jelas dan mudah dimengerti.

10. Informasi pelayanan


59

Setiap instansi pemerintah harus melakukan publikasi dan/atau

sosialisasi kepada masyarakat mengenai prosedur, persyaratan, biaya,

waktu, standar, janji pelayanan/motto, lokasi, dan petugas yang bertanggung

jawab. Hal yang sangat penting bagi stakeholder adalah kemudahan

mendapatkan informasi mulai dari program, kegiatan, pelaksanaan

pelayanan sampai dengan pertanggungjawaban. Media yang akan digunakan

dalam rangka transparansi tersebut adalah dengan media cetak serta media

IT yaitu melalui website dan email ........................@gmail.com. Untuk

program rintisan pelayanan medik dan pelayanan kesehatan juga akan

dibuatkan sistem informasi manajemen yang mencakup informasi secara

detail pelayanan, keuangan, kepegawaian dan informasi lainnya.

2.3 Responsibilitas

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007,

merupakan kesesuaian atau kepatuhan di dalam pengelolaan organisasi terhadap

prinsip bisnis yang sehat serta perundang-undangan, termasuk yang berkaitan

dengan masalah pajak, perlindungan lingkungan hidup, kesehatan/keselamatan

kerja, standar penggajian dan persaingan yang sehat. Prinsip responsibilitas

diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengurangi kesenjangan

pendapatan dan kesempatan kerja untuk masyarakat.

Pegawai puskesmas untuk puskesmas yang telah menjadi BLUD adalah

pegawai PNS dan Non PNS. Puskesmas ........ (diisi nama Puskesmas) akan

membutuhkan juga pegawai bidang non kesehatan sehingga bagi daerah setempat

dan sekitarnya akan mendapatkan manfaat berupa lapangan pekerjaan. Selain itu
60

Puskesmas ........ (diisi nama Puskesmas) juga akan bertanggung jawab atas

lingkungan sekitar puskesmas apabila operasional puskesmas mengganggu

kenyamanan/keselamatan masyarakat sekitar.

2.4 Independensi

Independensi merupakan kemandirian pengelolaan organisasi secara

profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak

manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip

bisnis yang sehat. Sehingga diharapkan setelah menjadi BLUD, SKPD mampu

menghidupi dirinya sendiri secara operasional.

Puskesmas ........ (diisi nama Puskesmas) setelah menjadi BLUD

diberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan untuk operasional

Puskesmas. Fleksibilitasnya berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik-

praktik bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,

seperti pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya.

2.5 Kebijakan Pengelolaan Lingkungan dan Limbah

1) Tujuan Pengelolaan Lingkungan Limbah

Tujuan pengelolaan lingkungan limbah adalah terciptanya cara kerja,

lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan pegawai Puskesmas ........ (diisi nama

Puskesmas)

2) Manfaat Pengelolaan Lingkungan Limbah


61

Manfaat pengelolaan lingkungan limbah Puskesmas ........ (diisi nama

Puskesmas), antara lain:

a. Melindungi pegawai dari Penyakit Akibat Kerja (PAK);

b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK);

c. Meningkatkan standar kualitas dalam menjalankan pelayanan

kesehatan;

d. Mempertahankan kelangsungan operasional Puskesmas;

e. Kepuasaan pasien dan pengunjung; dan

f. Meningkatkan citra Puskesmas.

3) Organisasi Pelaksana Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3)

Pelaksana K3 merupakan unit organisasi fungsional yang dipimpin

oleh ketua yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas

........ (diisi nama Puskesmas).

4) Kegiatan Pengelolaan Lingkungan dan Limbah

a. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor risiko.

Identifikasi sumber bahaya dengan mempertimbangkan kondisi dan

kejadian yang akan menimbulkan potensi bahaya dan jenis kecelakaan

dan Penetapan Areal Kerja (PAK) yang mungkin dapat terjadi.

Sumber bahaya yang ada di Puskesmas diidentifikasi dan dinilai untuk

menentukan tingkat risiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan

terjadinya kecelakaan dan PAK. Pengendalian faktor resiko dilakukan


62

dengan sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah/tidak

ada, administrasi dan alat pelindung pribadi.

b. Pengelolaan lingkungan dan limbah Puskesmas diwujudkan dalam

SPO sesuai dengan peraturan, yang bersifat dinamis sehingga

memungkinkan dilakukan evaluasi, diperbaharui dan dikomunikasikan

kepada semua pegawai Puskesmas dan stakeholders.

5) Pemantauan/Evaluasi Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3)

Unit Pelaksana K3 melakukan pemantauan/evaluasi secara berkala

untuk menilai keadaan K3 Puskesmas sehingga kejadian PAK dan KAK

dapat dicegah. Laporan beserta rekomendasi hasil pemantauan/evaluasi K3

disampaikan kepada Kepala Puskesmas. Pemantauan dan evaluasi dilakukan

dengan tujuan:

a. Menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan.

b. Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai

ketentuan.

c. Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta

pengembangan mutu.

Anda mungkin juga menyukai