Hal-hal yang harus di perhatikan dalam menyusun masalah non-rutin dapat di simak pada penjelasan berikut.
a. Masukkan situasi kehidupan nyata ke dalam tugas pemecahan masalah. Matematika
adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kembangkan masalah matematika berdasarkan kenyataan. Misalnya, guru menulis masalah yang mengharuskan siswa untuk menjelajahi berbagai jenis kue dan minuman yang dijual di kantin / toko serba ada (misalnya, tiga jenis minuman dan lima jenis kue kering). Mintalah siswa menentukan jumlah yang berbeda dari jenis minuman dan pastry yang mungkin dan kemudian menjelaskan pada siswa lain di mana mereka dapat menggunakan waktu makan siang mereka untuk melihat apakah seluruh kelas dapat membeli semua kombinasi yang berbeda sesuai yang di prediksi. b. Bangun masalah di sekitar akar kognitif. Masalah sering dikembangkan menggunakan apa yang disebut akar kognitif - sebuah konsep, ide, prinsip atau pendekatan penting untuk membangun pemahaman. Contoh akar kognitif adalah luas. Pada intinya, luas merujuk pada jumlah kotak yang dapat digunakan untuk menutupi suatu daerah. Gagasan ini dapat dibangun ke dalam banyak masalah, seperti menentukan area seluas mungkin untuk sebuah persegi panjang dengan perimeter sebanyak 12 unit. c. Ubah masalah rutin menjadi masalah non-rutin. Berikut cara-cara ketika mencoba mengubah masalah rutin menjadi masalah non-rutin. 1. Buat masalah yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi konsep, bukan hanya menerapkan algoritma. Misalnya, dengan meminta siswa untuk membuat pasangan pecahan yang ketika ditambahkan memberikan jumlah 1 atau kurang mereka masih dapat menerapkan algoritma LCM (anak-anak kemungkinan besar akan menggunakannya untuk menambahkan penjumlahan yang mereka membentuk) tetapi mereka juga diminta untuk melakukan yang lebih dari sekadar menerapkan algoritma penjumlahan ini. Mereka harus: - Mempertimbangkan jawaban untuk melihat apakah jawaban lebih dari 1; - Mengeksplorasi peran penyebut dan pembilang dalam menentukan nilai fraksi; dan - Mempertimbangkan fakta bahwa beberapa fraksi tidak dapat digunakan dalam pertanyaan, misalnya 4/3 tidak mungkin. 2. Buat masalah menggunakan prinsip-prinsip umum sebagai panduan sambil memastikan bahwa prinsip-prinsip panduan ini tidak hanya terbatas pada algoritma. Sebagai contoh, LCM dibangun di atas gagasan bahwa peristiwa yang terpisah sering terjadi berulang, tetapi pada interval yang berbeda, dapat terjadi beberapa kali secara bersama-sama. Misalnya, jika ubin kelima pada lantai berbentuk segitiga dan ubin ketiga berwarna merah, maka ubin ke-15 harus berbentuk segitiga dan merah. Banyak masalah yang dapat dibuat menggunakan ini sebagai prinsip panduan.
Masalah non-rutin yang diciptakan guru harus melibatkan atau memungkinkan
pengembangan satu atau lebih keterampilan berikut:
- Membuat dan menguji hipotesis
- Rekaman - Memilih dan menggunakan informasi - Mengidentifikasi dan memperluas pola - Membuat dan membuktikan dugaan - Berkomunikasi - Generalisasi - Mewakili - Mengklasifikasikan - Pemodelan - Menyederhanakan - Membenarkan - Memprediksi Masalah-masalah ini juga harus mendorong siswa untuk:
- Mencari solusi, bukan hanya menghafal prosedur
- jelajahi pola, tidak hanya menerapkan formula - merumuskan dugaan, tidak hanya melakukan latihan - mempertimbangkan solusi, bukan hanya menghasilkan jawaban - mengembangkan metode, tidak hanya mengikuti langkah-langkah - menguji hipotesis, tidak hanya melakukan algoritma dan - belajar mentransfer informasi, bukan hanya mempertahankan.