Anda di halaman 1dari 11

Nama : Mardiana Indah S

NIM : 25000118130190
Kelas : C 2018

RANGKUMAN TENTANG PENYAKIT GINJAL KRONIK

• Ginjal memerankan berbagai fungsi tubuh yang sangat penting bagi kehidupan.
Menyaring (filtrasi) sisa hasil metabolisme dan toksin dari darah serta mempertahankan
homeostatis cairan dan elektrolit yang kemudian dibuang melalui urine. Pembentukan
urin adalah fungsi ginjal yang paling esensial dalam mempertahankan homeostatis tubuh.
Orang dewasa sehat ± 1200 ml darah / 25% cardiac output, mengalir ke kedua ginjal.
Pada keadaan tertentu, aliran darah ke ginjal dapat meningkat hingga 30% (pada saat
latihan fisik) dan menurun hingga 12% dari cardiac output.
Mekanisme dasar fungsi ginjal
Pada dasarnya fungsi utama ialah membersihkan plasma darah dari zat-zat yang tidak
berguna bagi tubuh dengan cara :
• Filtrasi
• Reabsorbsi
• Sekresi
• Sintesa

Fungsi
1. Regulasi volume dan osmolalitas cairan tubuh
2. Regulasi keseimbangan elektrolit
3. Regulasi keseimbangan asam basa
4. Ekskresi produk metabolit dan substansi asing
5. Fungsi endokrin
• Partisipasi dalam eritropoiesis
• Pengatur tekanan arteri
6. Pengaturan produksi 1,25-dihidroksi vitamin D3
7. Sintesa glukosa
8. Mengeskresi sebagian besar hasil akhir metabolism tubuh
9. Mengatur konsentrasi kebanyakan unsur dari cairan tubuh
10. Mengendalikan keseimbangan dengan cara :
• Mengatur keseimbangan air dalam tubuh
• Mengatur keseimbangan elektrolit
• Mengatur keseimbangan asam basa
• Turut mengatur tekanan darah
• Sebagai Eritrhopoetic System  Hormon Erythropoietin  merangsang sumsum
tulang memproduksi sel darah merah
Gagal ginjal kronis
1. Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan
struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju fltrasi glomerulus (LFG),
dengan manifestasi
2. Kelainan patologis
3. Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin, atau
kelainan dalam tes pencitraan (imaging test)
4. Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60ml/menit/1,73m2 selama 3 bulan, dengan
atau tanpa kerusakan ginjal

Derajat dan progresivitas

Faktor Risiko Ginjal Kronik


1. Umur
Penurunan fungsi ginjal karena penuaan yang seiring dengan bertambahnya umur.
2. Riwayat keluarga
Sebagai faktor suseptibilitas PGK, yaitu faktor yang meningkatkan kerentanan
mengalami PGK.
3. Kebiasaan minum air putih <2000 ml/hari
Keadaan dehidrasi pada tubuh akibat kurang minum bisa memperberat kerja ginjal.
4. Diabetes Melitus
Diabetes bisa menyebabkan stress oksidatif pada sel ginjal hingga terjadi peradangan.
Selain itu, DM juga memperberat kerja ginjal sehingga menimbulkan proses peradangan
dan jaringan parut serta fibrosis ginjal.
5. Hipertensi
6. Memiliki riwayat penyakit glomerulus/tubule-intersisial ginjal dan batu saluran kemih
7. Kebiasaan minum minuman berenergi bersamaan dengan minuman bersoda
8. Batu ginjal
9. Konsumsi obat/suplemen tertentu
Kebiasaan konsumsi kopi, suplemen Vit C & energi, minuman bersoda, obat herbal,
jamu, dan lain-lain dapat meningkatkan risiko PGK. Pada kelompok umur <50 tahun,
konsumsi suplemen energi > 4 kali per minggu terbukti berpengaruh pada kejadian PGK.
10. Merokok
Merokok memberikan efek peningkatan ketahanan pembuluh darah ginjal hingga terjadi
penurunan laju filtrasi glomerulus dan fraksi filter. Pada kelompok umur <50 tahun,
merokok > 10 batang per hari terbukti berpengaruh pada kejadian PGK

Pencegahan dan pengendalian


1. Pada populasi sehat, Kemenkes Ri menganjurkan perilaku “CERDIK” :
C: Cek Kesehatan Berkala
E: Enyahkan asap rokok
R: Rajin aktifitas fisik
D: Diet sehat dengan kalori seimbang
I: Istirahat yang cukup
K: Kelola stress
2. Terapi PGK dapat dilakukan dengan:
a. Kontrol gula darah pada penderita diabetes
b. Kontrol tekanan darah pada penderita hipertensi
c. Pengaturan pola makan yang sesuai dengan konsisi ginjal
3. PGK tidak dapat disembuhkan, tetapi mempertahankan ginjal agar tetap berfungsi
seoptimal mungkin menjadi solusi yang bisa dilakukan dengan cara:
a. Terapi dengan obat-obatan
b. Transplantasi ginjal
c. Hemodialysis
d. Modifikasi gaya hidup

Area penelitian dan pengembangan


Prevalensi PGK secara global telah meningkat setiap tahunnya. The United States Renal
Data System (USRDS) mencatat bahwa jumlah pasien yang dirawat karena End Stage Renal
Disease (ESRD) secara global diperkirakan 3.010.000 pada tahun 2012 dengan tingkat
pertumbuhan 7% dan meningkat 3.200.000 pada tahun 2013 dengan tingkat pertumbuhan 6%.6,7
Berdasarkan data yang dihimpun dari 5th Annual Report of Indonesian Renal Registry, jumlah
penderita PGK di Indonesia pada tahun 2011 tercatat sebesar 22.304 dengan 68,8% kasus baru
dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 28.782 dengan 68,1% kasus baru.
Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi
PGK di Indonesia sekitar 0,2%, meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Meningkat tajam
pada kelompok umur 35-44 tahun (0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), dan umur 55-74
tahun (0,5%), tertinggi pada kelompok umur ≥75 tahun (0,6%). Selain itu, diketahui prevalensi
pada jenis kelamin laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%)
Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya,
tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama.
Ginjal mempunyai kemampuan untuk beradaptasi, pengurangan massa ginjal mengakibatkan
hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai
upaya kompensasi, yang di perantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors.
Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti peningkatan tekanan kapiler dan
aliran darah glomerulus.
Proses adaptasi ini berlangsung singkat, kemudian terjadi proses maladaptasi berupa sklerosis
nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang
progresif walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktivitas aksis
reninangiotensin-aldosteron intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya
hiperfiltrasi, sclerosis albuminuria, hipertensi, hiperglikemi, dislipidemia. Terdapat variabilitas
interindividual untuk terjadinya sklerosis dan fibrosis glomerulus maupun tubulo intersitial.
Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik, gejala klinis yang serius belum muncul, terjadi
kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan dimana basal LGF masih normal
atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti akan terjadi penurunan fungsi nefron
yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada
LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan, tapi sudah terjadi peningkatan kadar
urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada penderita
antara lain penderita merasakan letih dan tidak bertenaga, susah berkonsentrasi, nafsu makan
menurun dan penurunan berat badan, susah tidur, kram otot pada malam hari, bengkak pada kaki
dan pergelangan kaki pada malam hari, kulit gatal dan kering sering kencing terutama pada
malam hari. Pada LFG di bawah 30% pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang
nyata seperti, anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium,
pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya. Selain itu pasien juga mudah terkena infeksi seperti
infeksi saluran kemih, infeksi saluran cerna, maupun infeksi saluran nafas. Sampai pada LFG di
bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah memerlukan
terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal.
Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal.

Dampak gagal ginjal kronik


1. Kelebihan cairan tubuh  laju filtrasi glomerulus dan haluaran urin berkurang
2. Pembatasan nutrisi, natrium, kalium dan cairang  terbatasnya filtrasi ginjal  diet
3. Ketidak patuhan diet  hipertensi maligna, gagal jantung kongestif, edema paru,
hyperkalemia dan potensial henti jantung
4. Pembentukan sel darah merah menurun dan masa hidup sel darah merah memendek 
ginjal tidak mampu membentuk factor perangsang Eritopoetin dalam jumlah yang banyak
5. Mobilitas fisik  gangguan metabolism kalsium  osteomalasia, osteoporosis, dan
osteofibrosa kistitis
6. Gangguan pada control Sistem Saraf
7. Disfungsi seksual  impotensi  obat anti hipertensi dan factor psikolog
8. Fungsi hepatic  risiko tertular hepatitis  sering trasnfusi darah
9. Fungsi Kardiovaskuler  perdarahan kardiovaskuler, komplikasi system kardiovaskular,
gagal jantung kongestif dan edema paru  masuk cairan yang berlebihan
10. Fungsi Gastrointestinal  hormone paratiroid meningkat dan penurunan gastrin oleh
ginjal  kenaikan produksi asam lambung
11. Sistem Imun  uremia dan obat yang mengubah respon imun  rentan infeksi
12. Pertukaran Gas  Hipervolemia  gagal jantung kongestif, kongestif pulmoner dan
edema paru
13. Psikologi  konsep diri dan citra diri

Diagnosis CKD
1. Gambaran klinis
• Sesuai penyakit yang mendasari
a) DM,infeksi traktus urinarius,hipertensi,hiperurikemi,Lupus, Eritematosus,
Sistemik(LES).
b) Sindrom uremia(lemah,letargi,anoreksia,mualmuntah,nokturia,kelebihan volume
cairan,neuropati perifer,pruritus,uremicfrost,perikarditis,kejang sampai koma
c) Gejala komplikasi (hipertensi,anemia,osteodistorfi renal,payah jantung,asidosis
metabolik,gangguan keseimbangan elektrolit(sodium,kalium,khlorida)
d) Penurunan fungsi ginjal Peningkatan kadar ureum kreatinin serum,penurunan LFG
2. Kelainan biokimiawi darah(penurunan Hb,peningkatan kadar asam urat,
hiper/hipokalemia, hiponatremia, hiper / hipokloremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia
asidosis metabolik.
3. Kelainan urinalisis (proteinuria,hematuria,leukosuria,cast,isostenuri)
4. Gambaran Radiologis
5. Biopsi dan Pemeriksaan Histopatologi Ginjal
Komplikasi
• Kardiovaskuler
• Gangguan keseimbangan asam basa, cairan dan elektrolit
• Osteodistrofi renal
• Anemia
Sumber :
1. Delima, dkk. 2017. Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik : Studi Kasus Kontrol di Empat
Rumah Sakit di Jakarta Tahun 2014. Buletin Penelitian Kesehatan; 45(1): 17-26
2. Ariyanto, dkk. 2018. Beberapa Faktor Risiko Kejadian Penyakit Ginjal Kronik (PGK)
Stadium V pada Kelompok Usia Kurang dari 50 Tahun (Studi di RSUD dr.H.Soewondo
Kendal dan RSUD dr.Adhyatma,MPH Semarang). Jurnal Epidemiologi Kesehatan
Komunitas (JEKK); 3(1): 1-6
3. http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-jantung-dan-pembuluh-
darah/diagnosis-klasifikasi-pencegahan-terapi-penyakit-ginjal-kronis (Diakses pada :
Sabtu, 14 September 2019)
SOAL
1. Penyebab utama dari penyakit gagal ginjal kronik adalah…
a. Riwayat keluarga
b. Merokok dan alcohol
c. Hipertensi dan diabetes
d. Konsumsi obat
e. Umur dan jenis kelamin
2. Bagaimana klasifikasi penyakit ginjal kronik berdasarkan derajat LFG…
a. LFG normal atau meningkat 60% - 89%
b. LFG menurun ringan > 90%
c. LFG menurun sedang < 15%
d. LFG menurun berat 30% - 59%
e. Gagal ginjal 15% - 29%
3. Diabetes mellitus dapat menjadi factor resiko terjadinya penyakit ginjal kronik. Hal ini
dikarenakan…
a. Fungsi dari ginjal untuk sintesa glukosa
b. Fungsi ginjal yang paling utama adalah menyaring zat-zat buangan (limbah) dalam
tubuh, baik yang berasal dari makanan, obat-obatan, maupun zat beracun
c. Terjadinya filtrasi
d. Terjadinya reabsorpsi
e. Terjadinya augmentasi
4. Pada populasi sehat, Kemenkes Ri menganjurkan perilaku “CERDIK”. Dibawah ini yang
bukan termasuk dari perilaku tersebut adalah…
a. E: Enyahkan asap rokok
b. R: Rajin aktifitas fisik
c. D: Diet sehat dengan kalori seimbang
d. I: Istirahat yang cukup
e. K: Kontrol gula darah dan tekanan darah
5. Bagaimana tanda-tanda penderita ketika LFG di bawah 30% …
a. Secara perlahan tapi pasti akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang
ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum
b. Pasien masih belum merasakan keluhan, tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea
Pasien masih belum merasakan keluhan, tapi sudah terjadi peningkatan kreatinin
serum
c. Mulai terjadi keluhan pada penderita antara lain penderita merasakan letih dan tidak
bertenaga, susah berkonsentrasi, nafsu makan menurun dan penurunan berat badan,
susah tidur, kram otot pada malam hari, bengkak pada kaki dan pergelangan kaki
pada malam hari, kulit gatal dan kering sering kencing terutama pada malam hari
d. Terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah memerlukan terapi
pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi
ginjal.
e. akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah memerlukan
terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy) antara lain dialisis atau
transplantasi ginjal.

Anda mungkin juga menyukai