Anda di halaman 1dari 11

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIV

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ISSN 1410 - 6086

KONSENTRASI FAKTOR PADA BIOAKUMULASI PLUTONIUM OLEH SIPUT


MACAN (Babylonia spirata L.) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

Murdahayu Makmur 1), Muhammad Qowi Fikri 2), Defri Yona 2), Syarifah Hikmah JS 2)
1)
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi – Badan Tenaga Nuklir Nasional
2)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang
Email: mdhayu@batan.go.id

ABSTRAK

KONSENTRASI FAKTOR PADA BIOAKUMULASI PLUTONIUM OLEH SIPUT MACAN (Babylonia spirata
L.) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA. Salah satu komoditas hasil laut dari perairan Teluk Jakarta adalah siput
macan (Babylonia spirata L.).Siput merupakan biota laut yang mempunyai kemampuan untuk mengakumulasi bahan
tercemar termasuk cemaran radioaktif. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui kemampuan siput macan dalam
mengakumulasi sertamelepaskan plutonium yang merupakan salah satu pencemar radioaktif.Dari hasil penelitian
ditemukan nilai Biokonsentrasi Faktor (BCF) plutonium pada siput macanadalah berkisar antara 90.66 - 122.47 ml.g-
1
dengan rata-rata 101,26 ml.g-1. Berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa siput macan mampu mengakumulasi
sebesar 101.22 kali konsentrasi plutonium di dalam air laut.Nilai persentase plutonium yang tertahan (retensi) di tubuh
siput macanberkisar antara 55.7 - 72.1% dengan rata-rata 62.73±8.45%.Kemampuan retensi plutonium pada siput
macan dapat digunakan untuk membuktikan kejadian pencemaran plutonium pada satu wilayah walaupun telah terhenti
selama 7 hari.

Kata Kunci: Siput macan, Radionuklida, Plutonium, Bioakumulasi, Depurasi

ABSTRACT

FACTOR CONCENTRATION OF PLUTONIUM BIOACCUMULATION BY TIGER SNAIL (Babylonia Spirata


L.)FROM THE JAKARTA BAY. Tiger snail (Babylonia spirata L.) is one of commodity from the Tanjung Kait Beach
which can accumulate various contaminants, including radionuclide contaminant. The purposes of this research was to
determined accumulate and depuration ability of plutonium in tiger snail.The Bioconcentration Factor (BCF)of
plutonium in the body of tiger snailwas ranged from 90.66 - 122.47 ml.g-1 with average value 101.26 ml.g-1. This
indicated that the tiger snailwas able to accumulate 101.26 times higher than the concentration of plutonium in
seawater. The percentage of retention value of plutonium in the body of the tiger snailwas ranged from 55.7 - 72.1%
with averagevalue 62.73±8.45%. The retention ability of tiger snail can be used to demonstrate plutonium
contamination incident although it has been stopped for 7 days.

Keywords :Siput Macan, Plutonium, BCF, Bioaccumulation, Depuration

PENDAHULUAN luar biasa dari aktifitas daratan, sehingga


Tingginya aktifitas manusia di berbagai mengalami penurunan kualitas lingkungan.
sektor, selain meningkatkan kesejahteraan Berbagai macam kegiatan industri, pertanian,
masyarakat dapat juga memberikan tekanan transportasi termasuk sampah domestik dan
terhadap lingkungan. Apalagi dengan kenaikan rumah tangga yang tidak terkelola dengan baik
jumlah penduduk yang sangat pesat, semakin memjadi faktor penentu dalam penurunan
memperbesar tekanan terhadap kualitas kualitas lingkungan tersebut.
lingkungan akibat meningkatnya limbah padat, Penurunan kualitas lingkungan di
cair, gas dari aktifitas manusia tersebut. Hasil ekosistem perairan merupakan suatu masalah
pemantauan kualitas lingkungan, yang sangat kompleks dan membahayakan bagi
memperlihatkan telah terjadi penurunan kualitas organisme dan lingkungan akuatik. Mulai dari
air sungai, air tanah dan udara sehingga pencemar organik dan anorganik, termasuk
pencemaran Jakarta sudah mencapai ambang limbah B3 dan limbah radioktif yang
yang cukup serius. (BPLHD DKI Jakarta, 2015). membahayakan makhluk yang hidup dan
Kawasan perairan Teluk Jakarta merupakan salah berkembang di perairan tersebut, sampai
satu kawasan perairan yang mendapat tekanan terdegradasinya lingkungan perairan secara fisik

82
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIV
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ISSN 1410 - 6086

(Budiawan, 2013). Pencemaran perairan dapat berbagai macam biota, antara lain: Perna viridis,
terdistribusi secara luas sehingga perlu mendapat Anadara granosa, Pomacea canaliculata dan
perhatian secara khusus karena bersifat toksik lainnya. Penelitian mengenai bioakumulasi
dan berbahaya bagi lingkungan hidup. Salah satu plutonium oleh siput macan diharapkan dapat
limbah radionuklida yang berbahaya karena sifat menambah baseline data tentang bioakumulasi
bioakumulasinya pada organisme akuatik adalah radionuklida terhadap biota laut.
kelompok senyawa antropogenik, termasuk
Pada penelitian ini dilakukan studi
senyawa plutonium salah satunya.
bioakumulasi dan depurasi plutonium oleh siput
Plutonium berasal dari sumber macan melalui jalur air laut dengan
antropogenik dan secara global dihasilkan karena menggunakan metode biokinetik kompartemen
uji senjata nuklir, operasi reaktor rutin maupun tunggal. Kemampuan bioakumulasi plutonium
kecelakaan nuklir seperti kecelakaan nuklir oleh siput macan penting dipelajari untuk
Chernobyl (Ukraina, 1986) dan Fukushima Daii- memprediksi perpindahan plutonium dalam
chi (Jepang, 2011) dimana keduanya dianggap lingkungan akuatik yang berakhir pada manusia.
sebagai kecelakaan besar (mayor accident) dan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat
ditempatkan pada skala 7 berdasarkan akumulasi plutonium oleh siput macan
International Nuclear and Diological Event menggunakan metode biokinetik kompartemen
Scale (INES) (Steinhauser et al, 2014). tunggal serta mengetahui proses depurasi
plutonium oleh biota tersebut.
Radionuklida plutonium tersebut
terjerap di dalam komponen abiotik (air dan
sedimen) pada suatu ekosistem perairan laut dan METODOLOGI
akan memberikan dampak buruk terhadap biota
yang hidup di kawasan tersebut. Penelitian dilakukan di laboratorium
Bidang Radioekologi Kelautan PTKMR BATAN
Pencemaran radionuklida alam dan pada Bulan November 2015 sampai dengan
antropogenik ke suatu lingkungan perairan Bulan Pebruari 2016. Pengambilan biota
seperti halnya pencemaran logam berat yang dilakukan di perairan Teluk Jakarta dan dibawa
dapat dikategorikan membahayakan, sebab bahan sesegera mungkin ke Laboratorium Akuatik
tersebut berdasarkan sifatnya tidak terdegradasi untuk mengurangi resiko kematian biota.
secara fisik, kimia, maupun biologi, melainkan
terakumulasi secara biologis oleh suatu
organisme yang hidup di lingkungan perairan Metode Penelitian
tersebut (Povinec, 2004). Plutonium yang Penelitian ini menggunakan pendekatan
bersifat sebagai partikel reaktif, cenderung untuk deskriptif kuantitatif untuk menganalisa tingkat
mengendap ke dasar perairan, dan berpotensi kenaikan pengambilan (uptake) dan tingkat
terakumulasi pada biota perairan dasar seperti pelepasan (depurasi) kontaminan plutonium pada
kerang, siput dan ikan dasar lainnya. siput macan. Pendekatan ini dilakukan dengan
Siput macan (Babylonia spirata L.) cara mendeskripsikan tingkat kenaikan
merupakan salah satu biota bentik yang dapat konsentrasi 242Pu di hari ke-1 sampai hari ke-19
mengakumulasi zat pencemar, termasuk cemaran pada siput macan. Penelitian ini juga
radionuklida (Yandra et al, 2013). mendeskripsikan tingkat pelepasan 242Pu di hari
Kecenderungan siput macan yang berkembang ke-1 sampai hari ke-7 pada siput macan setelah
biak di dasar perairan akan mampu pemaparan dihentikan.
mengakumulasi bahan pencemar yang terdapat
pada dasar perairan termasuk plutonium.
Aklimatisasi Plutonium pada Siput Macan
Badan Tenaga Nuklir Nasional
Proses aklimatisasi bertujuan untuk
(BATAN) melalui kelompok radioekologi
menghilangkan stres hewan percobaan dalam
kelautan telah melakukan banyak penelitian
kondisi akuarium sehingga dapat digunakan
tentang studi bioakumulasi dan depurasi
dalam percobaan bioakumulasi. Proses
radionuklida terhadap biota laut di Indonesia
aklimatisasi biota dilakukan dengan
antara lain bioakumulasi 137Cs, 242Pu oleh
menempatkan siput macan pada akuarium air
83
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIV
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ISSN 1410 - 6086

laut, yang dilengkapi dengan sistem sirkulasi,


filtrasi dan penghilang buih. Selama proses Proses Depurasi plutonium Terhadap Siput
aklimatisasi, pemberian pakan biota dengan Macan
Artemia sp dilakukan 3 hari sekali.
Proses depurasi dilakukan dengan
menempatkan 21 buah sampel biota percobaan
242 yang telah terpajan 242Pu selama 7 hari ke dalam
Proses Bioakumulasi Pu Terhadap Siput
Macan 3 akuarium dengan kapasitas 60 liter air laut.
Pada masing masing akuarium ditempatkan 7
Proses bioakumulasi plutonium oleh
biota. Pengambilan dan penimbangan sampel
siput macan dengan mengambil 39 individu siput
biota dilakukan setiap hari (1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7
macan yang berasal dari akuarium aklimatisasi.
hari) masing-masing diambil sampel sebanyak 1
Siput kemudian dimasukkan ke dalam 3
ekor. Selama proses depurasi, penggantian media
akuarium, yang masing-masing berisi sebanyak
air laut kepada biota dilakukan setiap hari
13 individu perakuarium. Pemilihan siput
berdasarkan kondisi hewan percobaan yang sehat
untuk mengurangi resiko kematian biota di Analisis plutonium dari sampel biota
tengah percobaan bioakumulasi.
Sampel biota kemudian dibersihkan,
Akuarium untuk proses bioakumulasi lalu dibakar sampai menjadi arang pada cawan
berkapasitas 80 liter yang diisi air laut sebanyak porselen yang sudah diberi label. Arang tersebut
60 liter. Sebelum sampel biota dimasukkan, diabukan pada suhu 400°C selama 2 jam dengan
terlebih dulu akuarium ditambahkan perunut menggunakan furnace dan didinginkan
radioaktif 242Pu dengan menggunakan metode (dibiarkan) selama 1 malam (12 jam).
pengenceran. Perunut radioaktif digunakan
sebagai penandaan (labelling) polutan sehingga Sampel abu pada cawan porselen,
memudahkan pendeteksian dan percobaan dapat dipindahkan ke beaker glass yang telah dilabel,
dilakukan secara kontinyu (Fowler et al, 2003). kemudian cawan porselen dibilas dengan sedikit
Pada penelitian ini, aktifitas 242Pu yang aquadest. Sampel tersebut dipanaskan sampai
digunakan adalah sebesar 74x10-2 Bq/ml. mendekati kering. Sampel kemudian
Adapun persamaan metode pengenceran pada ditambahkan HClO4 3-5 tetes dan HNO3 1 ml,
perunut radioaktif disajikan pada persamaan (1): dan dipanaskan kembali sampai mendekati
kering. Sampel kemudian dilarutkan dalam
H2SO4 (1+19) sebanyak 10 ml dan disaring. Ke
(𝑉. 𝑁)𝑆𝑡𝑑 = (𝑉. 𝑁)𝑠𝑚𝑝 dalam larutan ditambahkan 3 tetes timol biru,
dan ditambahkan NH4OH (1+1), sehingga
Dimana: diperoleh larutan berwarna kuning (pH 8-9).
V dan Nstd= Volume dan aktivitas standar Ditambahkan H2SO4 (1+19) sehingga diperoleh
(perunut242Pu) larutan berwarna pink (pH2).

V dan Nsmp = Volume dan aktifitas 242Pu pada Elektrodeposisi dilakukan dengan
sampel air dalam akuarium besaran arus 10 A selama 2 jam, dimana terjadi
proses pelapisan suatu logam atau senyawa
logam dari larutan elektrolit pada elektroda
Perunut 242Pu ditambahkan sebanyak 20 dengan bantuan arus listrik searah. Ditambahkan
ml ke dalam masing masing akuarium. Proses NH4OH(1+1) sebanyak 1 ml pada menit ke 115
bioakumulasi dilakukan selama 19 hari dan untuk menghentikan proses elektrodeposis. Plat
selama proses tersebut, hewan percobaan tidak dikeluarkan dari dalam sel dan dibilas dengan
diberi makan. Pengambilan dan penimbangan akuades dan etanol. Bagian bawah plat dibakar
sampel biota dilakukan pada hari ke 1, 2, 3, 4, 5, beberapa saat lalu didinginkan untuk dicacah
6, 7, 9, 11, 13, 15, 17 dan ke-19. menggunakan sistem pencacah spektrometer alfa.

84
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIV
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ISSN 1410 - 6086

HASIL DAN PEMBAHASAN pada kondisi akuarium. Proses aklimatisasi


dilakukan selama 14 hari tanpa pemberian
Aklimatisasi Siput Macan
perunut 242Pu. Hasil aklimatisasi ditunjukkan
Sebelum tahap eksperimen, dilakukan pada rasio tingkat mortalitas biota pada saat
proses aklimatisasi biota dengan tujuan penyesuaian hidup 14 hari seperti ditunjukkan
menghilangkan stres pada biota serta pada Gambar 1.
memperoleh kondisi biota yang optimal dalam
percobaan bioakumulasi dan mampu bertahan

5
Tingkat Mortalitas dalam

4
3
(%)

2
1
0
Hari 0-2 Hari 3-4 Hari 5-6 Hari 7-10 Hari 11-14

Gambar 1. Rasio tingkat mortalitas siput macan pada proses aklimatisasi

Berdasarkan Gambar 1, pada hari 0-2 bioakumulasi 242Pu pada siput macan sebesar
aklimatisasi terjadi kematian 2 biota atau sebesar 2,47x10-4 Bq/ml atau 0,247 Bq/l air laut.
2,89% dari total populasi. Dihari 3-4, terjadi
Pemberian perunut 242Pu harus diatur
kematian 3 biota atau sebesar 4,35% dari total
agar tidak boleh melebihi batas tertinggi dalam
populasi. Dihari 5-6, terjadi kematian 1 biota
regulasi lepasan radionuklida ke dalam
atau sebesar 1,45% dari total populasi dan pada
lingkungan dikarenakan sifat dari 242Pu memiliki
hari 7-10, tidak terjadi kematian biota. Pada hari
waktu paruh yang sangat panjang di lingkungan
ke-11 sanpai dengan hari ke-14, terjadi satu
perairan (Sakaguchi et al, 2012). Perunut 242u
kematian biota atau sebesar 1,45% dari total
juga memancarkan radiasi alfa (α) yang memiliki
populasi. Jadi, dapat dikatakan bahwa siput
dampak kerusakan paling tinggi dibandingkan
macan mempunyai kemampuan beradaptasi
radiasi beta (β) dan gamma (λ).
dengan lingkungan laboratorium yang dibuktikan
dengan jumlah persentasi kemampuan hidup
(viabilitas) biota tersebut sebesar 89,86%. Proses Bioakumulasi plutonium oleh Siput
Adapun jumlah persentase total kematian Macan
(mortalitas) selama proses aklimatisasi biota
Unsur radionuklida pemancar alfa
sebesar 10,14% dari total keseluruhan populasi
memerlukan tahapan-tahapan perlakuan yang
yang dilakukan dalam kurun waktu selama 14
kompleks sebelum dilakukan pencacahan dengan
hari.
spektrometer alfa seperti pemberian perunut,
pengabuan, evaporasi, pemisahan, pemurnian
dan elektrodeposisi. Hasil elektrodeposisi
Aktifitas 242Pu pada Air Laut di Akuarium plutonium diukur dengan spektrometer alfa.
Bioakumulasi
Plutonium akan memberikan sinyal yang sangat
Pengukuran aktifitas 242Pu pada perairan lemah pada detektor, untuk itu pengukuran
laut di akuarium bioakumulasi dilakukan di membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu
Laboratorium Akuatik dengan menggunakan sekitar 250.000 detik. Berikut adalah data
metode pengenceran pada perunut radioaktif konsentrasi faktor (CF) pada proses uptake
242
Pu. Pada penelitian ini, aktifitas radioaktif plutonium (242Pu) pada siput macan pada
pada akuarium ke-1, ke-2 dan ke-3 proses

85
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIV
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ISSN 1410 - 6086

akuarium ke-1, ke-2, dan ke-3 yang ditunjukkan kesetimbangan (steadystate) adalah suatu kondisi
pada Tabel 1. dimana siput macan telah mencapai batas
tertinggi akumulasi plutonium pada tubuhnya.
Tabel 1 menunjukkan konsentrasi faktor
Nilai faktor konsentrasi mencapai nilai tertinggi
plutonium pada siput macan yang menggunakan
pada kisaran 100,29ml.g-1 sampai dengan 102,33
bobot rata-rata biota. Pada hari ke-1, nilai faktor
ml.g-1. Berdasarkan data tersebut, menunjukkan
konsentrasi berkisar antara 8,99 ml.g-1 sampai
bahwa siput macan mampu mengakumulasi
dengan 12,5 ml.g-1. Nilai tersebut terus
sebesar 100,29 sampai dengan 102,33 kali
meningkat dan cenderung mengalami
konsentrasi plutonium di dalam air laut per gram
kesetimbangan (steadystate). Kondisi
bobot biota.

Tabel 1. Data Konsentrasi Faktor (CF) Pada Proses Uptake242Pu oleh Siput Macan dalam Satuan (ml.g-1)

Hari Nilai Konsentrasi faktor (CF) pada Rerata


akuarium ke-1, ke-2 dan ke-3 (ml.g-1)
Pemaparan

1 12,5 8,99 10,91 10,8±1,76

2 20,33 18,97 24,68 21,33±2,98

3 22,12 24,33 20,24 22,23±2,05

4 27,64 33,98 22,79 28,14±5,61

5 29,05 32,21 35,51 32,26±3,23

6 36,45 35,29 28,59 33,44±4,24

7 43,21 42,33 48,33 44,62±3,24

9 45,31 54,77 47,66 49,25±4,93

11 60,67 69,04 59,01 62,91±5,37

13 73,8 71,22 75,19 73,40±2,01

15 89,29 93,56 84,23 89,03±4,67

17 98,08 99,81 97,21 98,37±1,32

19 100,29 101,05 102,33 101,22±1,03

Implementasi dari hasil percobaan ini plutonium dalam air laut. Hal ini juga diperkuat
adalah bahwa jika terjadi pencemaran unsur oleh pernyataan Fowler (2013) yang
plutonium di perairan laut Tanjung Kait, maka beranggapan bahwa nilai konsentrasi
setelah 1 hari konsentrasi plutonium pada siput plutoniumpada biota bentik berkisar antara 100-
macan mencapai 8,99 sampai dengan 12,5 kali 200 kali, yang artinya biota bentik mampu
lebih banyak jika dibandingkan dengan mengakumulasi sebanyak 100-200 kali
konsentrasi plutonium di dalam air laut. Jika konsentrasi plutonium di dalam air laut.
kontaminasi zat radionuklida tersebut masih
berlangsung, maka dalam pada hari ke-19, Kemampuan siput macam dalam
konsentrasi plutonium pada siput macan akan mengakumulasi bahan lain seperti logam berat
meningkat menjadi 100,29 sampai dengan pernah diteliti oleh Umbara dan Suseno (2003)
102,33 kali, dibandingkan dengan konsentrasi dimana ditemukan bahwa siput macam dapat
86
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIV
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ISSN 1410 - 6086

mengakumulasi logam berat Pb dan Cd sebesar akumulasi dan memasuki fase steadystate
122,71 dan 100,79. Nilai ini tidak berbeda jauh (Suseno, 2011).
dengn kemampuan bioakumulasi siput macan
Plutonium merupakan salah satu unsur
terhadap plutonium yang dilakukan pada
golongan aktinida yang mempunyai masa
penelitian ini yaitu sebesar 100,29 sampai
partikel lebih berat yang menyebabkan unsur ini
dengan 102,33 kali. Bioakumulasi plutonium
cenderung lebih cepat tenggelam ke dasar
tertinggi pada siput macan terjadi pada hari ke 11
sedimen dan mengendap ke dalam substrat
sampai dengan hari ke 15, dimana peningkatan
(sedimen), sehingga jarak perpindahan dari unsur
konsentrasi faktor (CF) sebesar 15,43 ml.g-1,
plutonium cenderung lebih pendek dari unsur
22,34 ml.g-1 dan 16,18 ml.g-1 untuk 3 bak
lainnya (Makmur, 2007). Povinec dan
percobaan.
Livingstone (2000) mengatakan bahwa aktifitas
Pada data tersebut juga menunjukan radionuklida di dalam perairan laut ditentukan
sempat terjadinya penurunan nilai konsentrasi oleh beberapa faktor yaitu persebaran,
faktor (CF) yang dialami oleh siput macan dalam perpindahan, pengadukan air laut (mixing) dan
proses pengambilan (uptake) kontaminan. peluruhan radionuklida.
Penurunan nilai konsentrasi faktor (CF) pada
Radionuklida yang masuk ke dalam
akuarium kedua yang terjadi pada hari ke-4 dan
lingkungan perairan mengalami pengendapan
ke-5, dengan nilai penurunan sebesar 1,77 ml.g-1.
dan diserap oleh organisme di perairan tersebut.
Pada akuarium ketiga juga mengalami penurunan
Biota bentik, termasuk siput macan atau
nilai konsentrasi faktor (CF), yang terjadi pada
Babylonia spirata L. yang hidup di dasar
hari ke-5 dan ke-6, dengan nilai penurunan
perairan memiliki peluang mengakumulasi
sebesar 6,92 ml.g-1. Hal ini dikarenakan
plutonium lebih tinggi dibandingkan biota laut
kemampuan masing-masing individu siput
yang lainnya (pelagis) dikarenakan plutonium
macan dalam pengambilan kontaminan berbeda-
dapat mengendap dan menjerap (scavenging) di
beda. Ada banyak faktor yang menjadikan
dalam sedimen laut (Hirose dan Aoyama 2003).
perbedaan kemampuan individu siput macan
Siput macan (Babylonia spirata L.) merupakan
dalam pengambilan kontaminan, antara lain:
salah satu organisme air yang hidup menetap dan
usia, bobot tubuh, enzim, jenis kelamin serta
memiliki sifat filter feeder serta mampu
keaktifan biota tersebut dalam mengambil
berkembang biak pada tekanan ekologis yang
(uptake) dan melepaskan (eliminasi) kontaminan
tinggi sesuai dengan sifatnya (Giffari, 2011).
(Fowler, 2013).
Semakin besar kemampuan dari suatu organisme
Pada minggu pertama (hari ke-1 sampai dalam mengakumulasi kontaminan, maka
dengan hari ke-7), kenaikan nilai konsentrasi semakin baik pula organisme tersebut digunakan
(CF) plutonium oleh siput macan berkisar antara sebagai indikator kualitas dari suatu lingkungan
42,33 ml.g-1 sampai dengan 48,33 ml.g-1. Pada perairan. Pernyataan tersebut dipertegas oleh
minggu kedua (hari ke-9 sampai dengan hari ke- Nitisupardjo (1998) yang menyatakan bahwa
13), kenaikan nilai konsentrasi (CF) berkisar semakin baik suatu organisme menyerap
antara 16,45 ml.g-1 sampai dengan 28,49 ml.g-1. kontaminan, maka semakin besar indeks faktor
Sedangkan pada minggu ketiga (hari ke-15 konsentrasinya.
sampai dengan hari ke-19), kenaikan nilai
Secara khusus bioindikator organisme
konsentrasi (CF) berkisar antara 7,49 ml.g-1
laut dapat didefinisikan sebagai spesies yang
sampai dengan 18,1 ml.g-1. Berdasarkan data
dapat beradaptasi terhadap keadaan pencemaran
tersebut, pada minggu pertama, siput macan
tertentu, keberadaannya dalam suatu wilayah
memiki kemampuan akumulasi 242Pu tertinggi
mencirikan adanya pencemaran dan mampu
dibandingkan dengan minggu kedua dan ketiga.
mengakumulasi pencemar yang berada dalam
Hal ini dikarenakan, pada awal pemaparan
jumlah runutan dalam lingkungan (Suseno,
(minggu kesatu) kemampuan biota
2011). Berdasarkan hal tersebut maka hampir
mengakumulasi kontaminan sangat tinggi. Pada
seluruh invertebrata laut khususnya gastropoda
tengah dan akhir (minggu kedua dan ketiga)
dapat digunakan sebagai bioindikator.
pemaparan, mengalami penurunan kemampuan
Pengambilan kontaminan plutonium
oleh siput macan dipengaruhi oleh beberapa
87
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIV
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ISSN 1410 - 6086

faktor, salah satunya adalah dari ukuran tubuh


biota tersebut. Perbedaan tersebut disebabkan
kemampuan pengambilan kontaminan untuk Berdasarkan Gambar 2, diperoleh
gastropoda berukuran kecil lebih cepat persamaan garis lurus rerata Bioakumulasi 242Pu
dibandingkan yang berukuran lebih besar. dari ketiga macam siput macansebagai berikut:
Ukuran tubuh gastropoda yang kecil (berusia
muda) lebih cepat mengambil kontaminan  Yrerata = 5,1794x + 6,6842
dibandingkan dengan ukuran tubuh yang lebih R2= 0,9905 (2)
besar (berusia lebih tua), sehingga lebih cepat
mengalami proses steadystate (Nakahara dan Berdasarkan persamaan garis lurus di
Nakamura, 2004). Walaupun ukuran tubuh lebih atas dapat ditentukan nilai kemiringan (slope)
kecil, tetapi luas permukaan, rasio volume dan yang merupakan konstanta total uptake
konsentrasi enzim turut memainkan peranan kontaminan (ku). Nilai ku rerata akumulasi dari
yang sangat penting. Pada gastropoda yang berbagai macam siput macan yang diperoleh
memiliki tubuh lebih besar (berusia lebih tua)
yaitu 5,179.
memiliki kemampuan mengambil jumlah
kontaminan lebih banyak dibandingkan ukuran Pada Gambar 2, Nilai ku ini
yang lebih kecil (berusia muda) sehingga biota menunjukkan bahwa setiap bertambahnya setiap
yang memiliki ukuran tubuh lebih besar (berusia
hari pemaparan, maka akan bertambahnya nilai
lebih tua) dapat menyimpan dan mengakumulasi
kontaminan yang lebih banyak dibandingkan konsentrasi faktor rerata pada penelitian ini
dengan biota yang memiliki ukuran tubuh lebih sebesar 5,179. Nilai R2 pada model akumulasi
242
kecil (berusia muda). Unsur radionuklida diambil Pu rerata pada siput macan ini sebesar 0,9905
oleh organisme laut dari dalam air dan sedimen (99%) dengan nilai .sig 0,0000000003381
melalui lebih dari satu jalur transportasi dan sehingga kemampuan variabel bebas dalam
secara fisik dipengaruhi oleh luas permukaan menjelaskan varians dari variabel terikatnya
hewan tersebut, antara lain (Campbell, 2002):
dikatagorikan baik dan model yang dihasilkan
 Transport carrier mediated dimana
unsur radionuklida berikatan dengan signifikan. Hal ini berarti peningkatan nilai
protein konsentrasi faktor (CF) 242Pu pada siput macan
 Transportasi melalui protein pembawa dengan lamanya waktu pemaparan menunjukkan
di mana saluran membran sel (membran hubungan positif artinya semakin lamanya waktu
channel) yang mengandung protein pemaparan, maka jumlah nilai konsentrasi faktor
dengan inti hidrophobik yang dapat akan semakin meningkat.
dilalui oleh radionuklida.

Proses Depurasi plutonium oleh siput macan


Hubungan Nilai Konsentrasi Faktor (CF)
dengan Lamanya Pemaparan Kemampuan siput macan dalam Melepaskan
Kontaminan plutonium
Berikut adalah pemodelan kemampuan Depurasi adalah proses pembersihan
bioakumulasi rerata 242Pu terhadap siput macan
dari biota air laut maupun air tawar dimana biota
yang disajikan pada Gambar 2.
tersebut ditempatkan ke dalam lingkungan air
bersih (bebas kontaminan) untuk periode waktu
untuk memungkinkan pembersihan kotoran.
Pengukuran depurasi kontaminan pada siput
macan dilakukan selama 7 kali dalam 7 hari
dengan sistem pengukuran yang sama dengan
saat proses pengambilan (uptake) kontaminan.
Pada pemilihan bioindikator, data proses
depurasi polutan dalam tubuh biota percobaan
mutlak diperlukan. Data percobaan depurasi
plutonium dari siput macan yang
direpresentasikan sebagai persen retensi
Gambar 2. Kemampuan Bioakumulasi Rerata ditunjukkan pada Tabel 2.
242
Pu pada Siput Macan

88
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIV
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ISSN 1410 - 6086

Tabel 2. Data Percobaan Depurasi 242Pu dari Siput Macan yang Direpresentasikan sebagai Persen Retensi

Pengulangan Pengulangan Pengulangan


Hari Rerata
Kesatu Kedua Ketiga
0 100 % 100 % 100 % 100 %
1 98,5 % 95,6 % 90,7 % 94,93±3,94 %
2 97,3 % 90,8 % 88,2 % 92,1±4,69 %
3 90,7 % 87,3 % 89,9 % 89,3±1,78 %
4 87,6 % 80,2 % 84,1 % 83,97±3,7 %
5 84,3 % 78,9 % 79,3 % 80,83±3 %
6 76,5 % 70,5 % 65,2 % 70,73±5,65 %
7 60,4 % 72,1 % 55,7 % 62,73±8,45 %

Pada Tabel 2 menunjukkan setelah satu


hari pemaparan plutonium dihentikan maka siput
macan tersebut akan mengekresikan plutonium
yang berada di dalam jaringan hewan tersebut
sebesar 1,5 sampai dengan 9,3%. Setelah 7 hari
pemaparan dihentikan, maka plutonium yang
tereksresi menjadi 27,9 sampai 44,3%.
Implementasi data ini untuk mengetahui
kemampuan depurasi plutonium pada siput Gambar 3. Kemampuan Pelepasan Rerata 242Pu
macan di perairan laut Tanjung Kait antara lain Pada Siput Macan yang Direpresentasikan dalam
kejadian pemaparan zat radionuklida plutonium Persen Retensi
dapat terdeteksi menggunakan biota laut siput
macan walaupun berlangsung 1 hari, dimana
pada hari ke-1, kontaminan akan tertahan sebesar Berdasarkan Gambar 3, diperoleh
90,7 sampai dengan 98,5% atau tereksresi persamaan garis lurus pelepasan plutonuim dari
sebesar 1,5 sampai dengan 9,3%. rerata ketiga macam siput macan.Yrerata = -
5,2786x + 103,2 dengan nilai R2= 0,9446.
Setelah 7 hari kontaminan masih Berdasarkan persamaan garis lurus di atas dapat
tertahan sekitar 55,7 sampai dengan 72,1% atau ditentukan nilai kemiringan (slope) yang
terekseresi sebesar 27,9 sampai 44,3%. merupakan konstanta total eliminasi kontaminan
Kemampuan retensi tersebut dapat digunakan (ke). Nilai ke rerata depurasi dari berbagai
untuk membuktikan kejadian pencemaran macam siput macan yang diperoleh yaitu 0,051.
plutonium walaupun telah terhenti selama 7 hari. Nilai ke menunjukkan bahwa setiap
bertambahnya 1 hari depurasi, maka akan
menurunnya nilai retensi kontaminan plutonium
Hubungan Nilai Retensi dengan Lamanya rerata pada penelitian ini adalah 0,051.
Pelepasan Kontaminan
Proses depurasi (pelepasan) dilakukan Nilai R2 pada model depurasi 242Pu
untuk melihat kemampuan eliminasi atau rerata pada siput macan ini sebesar 0,9446 (94%)
pelepasan 242Pu didalam tubuh siput macan. dengan nilai .sig 0,000032417 sehingga
Berikut adalah perbandingan kemampuan kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan
pelepasan 242Pu rerata dalam tubuh siput macan varians dari variabel terikatnya dikatagorikan
yang disajikan pada Gambar 3. baik dan model yang dihasilkan signifikan. Hal
ini berarti lepasan plutonium dengan lamanya
waktu depurasi menunjukkan hubungan positif
artinya semakin lamanya waktu depurasi, maka
jumlah kontaminan plutonium akan semakin
menurun.

89
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIV
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ISSN 1410 - 6086

Waktu tinggal biologis plutonium dalam Konsentrasi Faktor (BCF) adalah rasio
tubuh siput macan dapat ditentukan dari laju konsentrasi kimia disuatu organisme air yang
pelepasan yang merupakan nilai slope (ke) dari ditentukan dalam percobaan laboratorium
plot antara 242Pu yang tertahan dalam tubuh terkendali di mana organisme uji yang
terhadap lama paparan (hari) (Suseno, 2011). dipaparkan bahan kimia di dalam air (UK-EPA,
Besarnya nilai ke yang diperoleh dari akuarium 2011). Menurut Reinardy et al (2001) jika
rerata adalah 0,051. paparan kontaminan bahan kimia ke organisme
memiliki durasi (waktu) yang cukup,
Waktu tinggal biologis dari siput macan
kesetimbangan akan terbentuk antara kontaminan
pada akuarium rerata adalah 13,55 hari.
di dalam jaringan tubuh organisme dan di dalam
Berdasarkan hasil eksperimen ini, waktu untuk
lingkungan abiotik (air). Van der Oost et al
siput macan melakukan proses depurasi
(2003) juga menjelaskan Bio Konsentrasi Faktor
(membersihkan diri) total dari kontaminan,
(BCF) adalah suatu rasio konsentrasi bahan
diperlukan waktu selama 13,55 hari.
kimia di dalam tubuh organisme serta di dalam
air selama steadystate atau setimbang (tunak).
Rekapitulasi Parameter Biokinetik pada Siput Pada percobaan uptake 242Pu oleh siput macan
Macan dilakukan selama 19 hari, dan cenderung
mencapai kondisi steadystate pada hari ke 15.
Salah satu cara untuk menentukan
Berikut adalah parameter biokinetik dan
kemampuan bioakumulasi adalah mengetahui
perhitungan Bio Konsentrasi Faktor (BCF) yang
nilai Bio Konsentrasi Faktor (BCF). Bio
disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Parameter Biokinetik dan Perhitungan Bio Konsentrasi Faktor (BCF)

Akuarium Konsentrasi /242Pu Ku Ke BCF t1/2=ln(2)/ke


di Air (Bq/l-1) (hari)
1 0,247 5,1487 0,054 96,14 12,94
2 0,247 5,2651 0,043 122,47 16,12
3 0,247 5,1245 0,057 90,66 12,26
Rerata 0,247 5,1794 0,051 101,26 13,55

Berdasarkan Tabel 3, kemampuan rerata siput keselamatan publik dan termasuk dalam kategori
macan dalam melakukan bioakumulasi aman apabila siput macan dikonsumsi oleh
radionuklida plutonium sebesar 101,26 kali masyarakat dengan asumsi batas masukan
makanan sebesar 1x105 Bq pertahun. Konsentrasi
dibandingkan konsentrasinya dalam air laut.
plutonium dalam bentuk 239/240Pu di dalam air
Konsentrasi plutonium di lingkungan akan laut perairan Indonesia dan aktifitasnya pada
berpengaruh besar terhadap faktor bioakumulasi makanan laut pada saat ini sesuai dengan regulasi
pada biota. Seperti halnya, penelitian yang lepasan radionuklida ke dalam lingkungan
dilakukan di Polandia dan di Laut Baltik, dimana menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas
nilai BCF polonium dan plutonium lebih besar Tenaga Nuklir Nomor: 02/Ka-Bapeten/V-99.
dibandingkan dengan nilai BCF uranium pada
KESIMPULAN
biota yang sama. Hal ini disebabkan karena
konsentrasi polonium dan plutonium di air lebih
Pada proses uptake, konsentrasi faktor
besar dibandingkan dengan konsentrasi uranium rerata plutonium pada siput macan pada hari
(Skwarzec, et al. 2012) pertama pemaparan, nilai konsentrasi faktor
rerata sebesar 10,8±1.76 ml.g-1. Nilai faktor
Mengacu pada hasil percobaan dimana
konsentrasi tersebut terus meningkat dan
nilai BCF adalah sebesar 101,26 ml.g-1, jika
cenderung mengalami steadystate setelah waktu
konsentrasi plutonium di dalam air laut pada
15 hari pengambilan kontaminan. Pada hari 19,
perairan Indonesia saat ini sebesar 4,69x10-4 Bq/l
nilai faktor konsentrasi sebesar 101,22±1.03
(Makmur, 2007). Hasil dari percobaan
ml.g-1. Berdasarkan data tersebut, menunjukkan
bioakumulasi siput macan adalah 4,75x10-2
bahwa siput macan mampu mengakumulasi
Bq/kg yang dimana tidak membahayakan bagi
90
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIV
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ISSN 1410 - 6086

sebesar 101,22 kali konsentrasi plutonium di 2013. Pusat Teknologi Limbah


dalam air laut. Radioaktif-BATAN.
Pada proses depurasi, dilakukan tujuh 6. Fowler. 2013. Brief Introduction to
hari pengambilan (Uptake) kontaminan sebelum Marine Radioecology with Emphasis on
dilakukan proses pelepasan (Depurasi). Setelah Bioaccumulation in Marine Organisms.
hari pertama pelepasan (Depurasi), persentase School of Marine and Atmospheric
plutonium rerata akan tertahan (retensi) di tubuh Sciences Stony Brook University. USA.
siput macan sebesar 94,93±3,94% atau tereksresi 7. Sakaguchi, A. et al. 2012. Isotopic
sebesar 5,07%. Setelah 7 hari pelepasan Determination of U, Pu and Cs in
(Depurasi), masih tertahan sebesar 62,73±8,45% Environmental Waters Following the
atau terekseresi sebesar 37,27%. Kemampuan Fukushima Daiichi Nuclear Power Plant
retensi tersebut dapat digunakan untuk Accident. Geochem. J. 46, 355–360
membuktikan kejadian pencemaran plutonium (2012).
walaupun telah terhenti selama 7 hari. 8. Umbara, H & Suseno, H. 2003.
Simulasi Bioakumulasi Pb dan Cd pada
UCAPAN TERIMA KASIH Anadara Inflata dan Babylonia Palida.
Prosiding Pertemuan dan Presentasi
Terima kasih kepada semua anggota Tim Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu
radioekologi kelautan PTKMR BATAN, Pengetahauan dan Teknologi Nuklir.
terutama kepada Dr. Heny Suseno atas ide dan P3TM. Yogyakarta. 9 Juli 2003.
pemikirannya. Penelitian ini dibiayai oleh DIPA 9. Suseno, H. 2011. Bioakumulasi Merkuri
PTKMR BATAN. dan Metil Merkuri oleh Oreochromis
mossambicus Menggunakan Aplikasi
DAFTAR PUSTAKA Perunut Radioaktif: Pengaruh
Konsentrasi, Salinitas, Partikulat,
Ukuran Ikan dan Kontribusi Jalur Pakan
1. BPLHD DKI Jakarta, 2016. Laporan
(Disertasi). Universitas Indonesia.
Status Lingkungan Hidup Daerah
Depok.
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
10. Makmur,M., 2007. Penentuan Nilai
Tahun 2015. Pemerintahan Provinsi
Koefisien Distribusi (Kd) 239,240Pu pada
DKI Jakarta. Hal 1-2.
Perairan Laut Bangka Selatan. PTLR-
http://bplhd.jakarta.go.id/SLHD2016/D
BATAN. Serpong.
ocs/pdf/Buku%20I/Laporan%20SLHD
11. Povinec, P. P. & Livingstone, H. 2000.
%20Provinsi%20DKI%20Jakarta%20T
Anthropogenic Marine Radioactivity.
ahun%202015.pdf.
Ocean & Coastal Management 43. 689-
2. Budiawan. 2013. Studi Bioakumulasi
712. Elsevier.
Metil Merkuri pada Perna Viridis dan
12. Hirose & Aoyama. 2003. Analysis of
Anadara Indica Menggunakan 137
Cs and 239,240Pu Concentrations in
Radiotracer. Jurnal Teknologi
Surface Waters of the Pacific Ocean.
Pengelolaan Limbah Volume 16 Nomor
Deep-Sea Research II 50, 2675–2700.
2 Tahun 2013. Pusat Teknologi Limbah
13. Giffari, A. 2011. Karakteristik Asam
Radioaktif-BATAN.
Lemak Daging Keong Macan
3. Steinhauser, G., Brandl, A., &Johnson,
(Babylonia Spirata), Kerang Tahu
T.E. 2014. Comparison of the
(Meretrix Meretrix), dan Kerang Salju
Chernobyl and Fukushina Nuclear
(Pholas Dactylus) [Skripsi]. Bogor:
Accidents: A Reiview on the
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Environmental Impact. Science of the
Institut Pertanian Bogor.
Total Environmental Journal. 470-471
14. Nitisupardjo & Mustofa. 1998.
(2014). P. 800-817.
Pencemaran Hg, Cd dan Pb Pada Ikan
4. Povinec, P. P. 2004. 90Sr, 137Cs and
239,240 Belanak (Mugil sp), Air dan Sedimen di
Pu Concentration Surface Water
Perairan Pantai Pelabuhan Tanjung
Time Series in the Pacific and Indian
Emas dan Muara Sungai Babon
Ocean. Journal of Environmental
Kotanadya Dati II Semarang Jawa
Radioactivity 81 (63-87).
Tengah. Program Pasca Sarjana,
5. Yandra, A., Suseno, H., & Safni. 2013.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Bioakumulasi 137Cs oleh Keong Mas
126 hlm.
(Pomacea Canaliculata) dengan
15. Nakahara, M. & Nakamura, R. 2004.
Metode Kompartemen Tunggal. Jurnal
Uptake, Retention and Organ/Tissue
Teknologi Pengelolaan Limbah Volume
Distribution of 137Cs by Japanese
16 Nomor 3, Edisi Suplemen Tahun
Catfish (Silurus AsotusLinnaeus).
91
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah XIV
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ISSN 1410 - 6086

Journal of Environmental Exposed To radionuclides Via Aqueous


Radioactivity. 77: 191–204. Or Dietary Routes. Science of the Total
16. Campbell, 2002. Predicting Metal Environment, 409: 3771–3779.
Bioavailability Applicability of Biotic 19. Van der Oost, R. Beyer, J. &
Ligan Model, Ciesm Workshop Vermeulen, N. P. E. 2003. Fish
Monographs 19, Metal and Bioaccumulation and Biomarkers in
Radionuclide Bioaccumulation in Environmental Risk assessment: A
MarineOrganisme, Monaco. Review. Environmental Toxicology and
17. UK-EPA. 2011. Estimation of Fish Pharmacology, 13: 57-149.
Bioconcentration Factor (BCF) from 20. Skwarzec, B.,Struminska-Parulska, D.I.,
Depuration Data. UK Environment Boryto, A., & Kabat, K. 2012.
Protection Agency, Horizon House, Polonium, Uranium and Plutonium
Deanery Road, Bristol. Radionuclides in Aquatic and Land
18. Reinardy, H.C. Teyssie, J.L. Jeffree, Ecosystem of Poland. Journal of
R.A. Copplestone, D. Henry, T.B. & Environmental Science and Health. Part
Jha, A. 2011. Uptake, Depuration, and A. Volume 47.Issuee 3. Tahun 2012.
Radiation Dose Estimation In Zebrafish

92

Anda mungkin juga menyukai