Anda di halaman 1dari 2

Dampak Perceraian Orang Tua Kepada Anaknya (Broken Home)

Pembukaan

Assalamualikum Warahmatullahi wabarakatuh.

Yang saya hormati bapak/ibu dan teman - teman tercinta warga kelas II A
Ekonomi Pembangunan

Pertama, marilah kita semua memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT karena
karuniaNya kita bisa mengikuti acara ini. Tidak lupa shalawat serta salam juga
pada baginda tercinta Nabi Muhammad SAW. Semoga shalawat yang dipanjatkan
kepada baginda rasul kita tercurah kepada keluarga, para sahabat, serta
pengikutnya dan kita semua hingga akhir zaman.

Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial, mungkin tak jarang kita temui sebagai anak remaja yang
frustasi atau depresi karena beragam masalah yang muncul dengan berbagai
alasan, faktor utamanya adalah orang tua. Sebagai remaja, tentunya kita tak asing
lagi dengan kata “Broken Home” atau keluarga yang tidak harmonis.

Menurut WHO remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari
menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai mencapai kematangan
seksual, mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak
menjadi dewasa, serta peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relative lebih mandiri.

Tujuan

Pidato ini bertujuan supaya orang tua lebih memperhatikan perkembangan anak
dan tidak hanya mementingkan egonya masing-masing seperti berpisah atau
bercerai, karena sikap orang tua itu sangat berpengaruh pada perkembangan anak
terutama remaja. Dan setiap anak akan selalu membutuhkan dukungan dari kedua
orangtuanya dan ingin lengkap mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya
langsung. Selain itu juga untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia
yang diberikan oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia.
Pembahasan

Dalam hubungan nikah yang sudah sangat jelek, yang pertengkarannya sudah
sangat parah, kebanyakan anak-anak akan memilih supaya mereka bercerai. Demi
kesehatan jiwa anak-anak akan lebih tentram sewaktu dilepaskan dari suasana
seperti itu. Pada waktu orang tua tidak tinggal bersama-sama dengan mereka
rasanya lebih tenang karena tidak harus menyaksikan pertengkatan. Akhirnya,
mereka lebih mantap, lebih damai hidupnya dan lebih bisa berhubungan dengan
orang tuanya sacara lebih sehat.  
Memang ada anak yang bisa jadi nakal luar biasa, tapi ada yang kebalikannya
justru menjadi anak yang sangat baik dan bertanggungjawab. Anak-anak ini
akhirnya didorong kuat untuk mengambil alih peran orang tua yang tidak ada lagi
dalam keluarganya. Secara luar kita melihat sepertinya baik menjadi dewasa, tapi
sebetulnya secara  kedewasaan tidak terlalu baik karena dia belum siap untuk
mengambil alih peran orang tuanya itu.
Efek efek kehidupan seseorang broken home, antara lain :
1.      Academic Problem, seorang yang mengalami broken home akan menjadi orang
yang malas belajar, dan tidak bersemangat berprestasi.
2.      Behavioural Problem, mereka mulai memberontak, kasar, masa bodoh, memiliki
kebiasaan merusak, seperti mulai merokok, minum minum, judi, lari ketempat
pelacuran.
3.      Sexual Problem, krisis kasih mau coba ditutupi dengan mencukupi kebutuhan
hawa nafsu

Simpulan

Dari semua pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa broken home yang


marak terjadi dikalangan masyarakat besar yang sangat merugikan psikologi anak
yang menjadi korban rusaknya rumah tangga orang tuanya. Bahkan, tidak jarang
orang tua hanya berfungsi reproduksi, setelah itu proses pendidikan dan
bimbingan dikuasakan kepada pembantu rumah tangga. Ini banyak terjadi pada
keluarga - keluarga di kota besar yang sibuk dengan pekerjaan sehingga hak - hak
anak atas kasih sayang, pendidikan, dan bimbingan terabaikan. Muncullah istilah
Broken Home, dimana anak mencari tempat pelarian yang mereka tidak
didapatkan dari orang tuanya.

Anda mungkin juga menyukai