Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PLACENTA PREVIA

Di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Kegawatdaruratan Maternal, Neonatal, Dan Basic Life Support

yang diampu oleh dosen : Ni Made Dwi Mahayati,SST.,M.Keb

Oleh :

LUH PUTU BELLA OCTAVIA SULISTYAWATI (075)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

PRODI D-III JURUSAN KEBIDANAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian maternal masih menjadi tolak ukur untuk menilai baik buruknya
keadaan pelayanan kebidanan dan salah satu indikator tingkat kesejahteraan ibu. Angka
kematian maternal di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Menurut SKRT (Survei
Kesehatan Rumah Tangga) tahun 1992 yaitu 421 per 100.000 kelahiran hidup, SKRT
tahun 1995 yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup dan menurut SKRT tahun 1998 tercatat
kematian maternal yaitu 295 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan PJP II
(Pembangunan Jangka Panjang ke II) (2019) menjadi 60 - 80 per 100.000 kelahiran
hidup. Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (40- 60%),
infeksi (20-30%) dan keracunan kehamilan (20-30%), sisanya sekitar 5% disebabkan
penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan.
Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan
perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang
kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa,
solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas. Plasenta previa adalah plasenta yang
implantasinya tidak normal, sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum,
kasus ini masih menarik dipelajari terutama di negara berkembang termasuk Indonesia,
karena faktor predisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya masih tinggi serta
punya andil besar dalam angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan
parameter pelayanan kesehatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Placenta Previa?
2. Apakah klasifikasi dari Placenta Previa?
3. Bagimanakah etiologi dari Placenta Previa?
4. Apakah tanda dan gejala dari Placenta Previa?
5. Apakah faktor predisposisi dan presipitasi dari Placenta Previa?
6. Bagaimana patofisiologis dari Placenta Previa?
7. Bagaimanakah diagnosa dan gambaran klinis dari Placenta Previa?
8. Bagaimanakah komplikasi dari Placenta Previa?
9. Bagaimanakah penerapan asuhan kebidanan pada Ny. M usia 32 tahun dengan
Placenta Previa?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari Placenta Previa
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari Placenta Previa
3. Untuk dapat memahami etiologi dari Placenta Previa
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Placenta Previa
5. Untuk dapat memahami faktor predisposisi dan presipitasi dari Placenta Previa
6. Untuk dapat memahami patofisiologis dari Placenta Previa
7. Untuk dapat memahami dan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. M
usia 32 tahun dengan Placenta Previa

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pusat Layanan Kesehatan
Dapat menjadi bahan masukan tenaga kesehatan terutama bidan dalam
meningkatkan kualitas mutu pelayanan dan pelaksanaan asuhan kebidanan.
2. Bagi Klien dan Keluarga
Memberikan rasa nyaman kepada ibu dan keluarga serta mendapatkan asuhan
yang tepat sehingga mencegah terjadinya komplikasi.
3. Bagi Profesi Bidan
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu untuk
memberikan asuhan kebidanan yang sesuai kewenangan pada klien.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (FKUI,
2000).
Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga
menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan
segmen bawah rahim (Cunningham 2006).
Plasenta Previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal yakni pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan/ostium uteri internal (OUI).

B. Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu atau derajat abnormalitas tertentu, yaitu :
1. Plasenta previa totalis : bila ostium internum servisis seluruh pembukaan jalan
lahir tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa lateralis : ostium internum servisis bila hanya sebagian
pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
pembukaan jalan lahir.
Derajat plasenta previa akan tergantung kepada luasnya ukuran dilatasi serviks saat
dilakukan pemeriksaan. Perlu ditegaskan bahwa palpasi digital untuk mencoba
memastikan hubungan yang selalu berubah antara tepi plasenta dan ostium internum
ketika serviks berdilatasi, dapat memicu terjadinya perdarahan hebat.
C. Etiologi
Menurut Manuaba (2003), penyebab atau faktor resiko terjadinya plasenta previa
diantaranya adalah mencakup :
1. Perdarahan (hemorrhaging).
2. Usia lebih dari 35 tahun.
3. Multiparitas.
4. Pengobatan infertilitas.
5. Multiple gestation.
6. Erythroblastosis.
7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya.
8. Keguguran berulang.
9. Status sosial ekonomi yang rendah.
10. Jarak antar kehamilan yang pendek.
11. Merokok.
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor
yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas operasi rahim
(bekas sesar, atau operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim (radang panggul),
kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim.

D. Tanda dan Gejala


1. Perdarahan tanpa nyeri.
2. Perdarahan berulang.
3. Warna perdarahan merah segar.
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.
5. Timbulnya perlahan-lahan.
6. Waktu terjadinya saat hamil.
7. His biasanya tidak ada.
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi.
9. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina.
10. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul.
11. Presentasi mungkin abnormal.
Jadi kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan tanpa nyeri
biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya. Namun demikian, banyak
peristiwa abortus mungkin terjadi akaibat lokasi abnormal plasenta yang sedang tumbuh.
Penyebab pendarahan perlu ditegaskan kembali. Kalau plasenta terletak pada ostium
internum, pembentukan segmen bawah uterus dan dilatasi ostium internum tanpa bias
diletakkan akan mengakibatkan robekan pada tempat peletakan plasenta yang diikuti oleh
pendarahan dari pembuluh-pembuluh darah uterus. Pendarahan tersebut diperberat lagi
dengan ketidakmampuan serabut-serabut otot miometrium segmen bawah uterus untuk
mengadakan kontaksi dan retraksi agar bias menekan pembuluh darah yang ruptur
sebagaimana terjadi secara normal ketika terjadi pelepasan plasenta dari dalam uterus
yang kosong pada kala tiga persalinan.
Akibat pelekatan yang abnormal seperti terlihat pada plasenta akreta, atau akibat
daerah pelekatan yang sangat luas, maka proses perlekatan plasenta kadangkala terhalang
dan kemudian dapat terjadi pendarahan yang banyak setelah bayi dilahirkan. Pendarahan
dari tempat implantasi plasenta dalam segmen bahwa uterus dapat berlanjut setelah
plasenta dilahirkan, mengingat segmen bahwa uterus lebih cendrung memiliki
kemampuan kontraksi yang jelek dibandingkan korpus uteri. Sebagai akibatnya,
pembuluh darah memintas segmen bahwa kurang mendapat kompresi. Pendarahan dapat
terjadi pula akibat laserasi pada bagian bahwa uterus dan serviks yang rapuh, khususnya
pada usaha untuk mengeluarkan plasenta yang melekat itu secara manual.

E. Faktor predisposisi dan Presipitasi


Menurut Mochtar (1998), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mengakibatkan
terjadinya plasenta previa adalah :
1. Melebarnya pertumbuhan plasenta :
a. Kehamilan kembar (gemeli).
b. Tumbuh kembang plasenta tipis.
2. Kurang suburnya endometrium :
a. Malnutrisi ibu hamil.
b. Melebarnya plasenta karena gemeli.
c. Bekas seksio sesarea.
d. Sering dijumpai pada grande multipara.
3. Terlambat implantasi :
a. Endometrium fundus kurang subur.
b. Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang
siap untuk nidasi.
F. Patofisiologis
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang
bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat
diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama
kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran
anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat
dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.

G. Diagnosa dan Gambaran Klinis


1. Anamnesis
a. Gejala pertama: perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester
III
b. Sifat perdarahan: tanpa sebab, tanpa nyeri, dan berulang
c. Sebab perdarahan: plasenta dan pembuluh darah yang robek, terbentuknya
SBR, terbukanya osteum/manspulasi intravaginal/rektal.
2. Inspeksi
a. Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
b. Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
3. Palpasi abdomen
a. Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
b. Sering dijumpai kesalahan letak
c. Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih goyang/floating.
H. Komplikasi
Menurut Roeshadi (2004), kemungkinan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari adanya
plasenta previa adalah sebagai berikut :
1. Pada ibu dapat terjadi :
a. Perdarahan hingga syok akibat perdarahan
b. Anemia karena perdarahan
c. Plasentitis
d. Endometritis pasca persalinan
2. Pada janin dapat terjadi :
a. Persalinan premature
b. Asfiksia berat
Selain itu plasenta previa juga akan memberikan pengaruh / dampak terhadap kehamilan
dan persalinan yaitu :
1. Terhadap kehamilan
a. Karena terhalang oleh placenta maka bagian terbawah janin tidak dapat
masuk PAP. Kesalahan- kesalahan letak; letak sunsang, letak lintang, letak
kepala mengapung.
b. Sering terjadi partus prematur; rangsangan koagulum darah pada
servix, jika banyak placenta yang lepas kadar progesterone menurun dan
dapat terjadi His.
2. Terhadap persalinan
a. Seksio Sesarea
Seksio Sesarea merupakan metode persalinan janin yang bisa
diterima hampir pada semua kasus plasenta previa. Jika letak janin
plasenta cukup jauh di posterior sehingga segmen bawah uterus dapat
diinsisi tranversal tanpa mengenai jaringan plasenta dan jika posisi sefalik,
maka insisi yang disukai adalah insisi transversal.
b. Prognosis
Prematuritas merupakan penyebab utama kematian perinatal,
sekalipun penatalaksanaan plasenta previa seperti yang diharapkan sudah
dilakukan.
I. Penatalaksanaan plasenta previa
1. Konservatif bila :
a. Kehamilan kurang 37 minggu.
b. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
c. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh
perjalanan selama 15 menit).
Perawatan konservatif berupa :
a. Istirahat.
b. Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
c. Memberikan antibiotik bila ada indikasii.
d. Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan
konservatif maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak
ada perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak
boleh melakukan senggama.

2. Penanganan aktif bila :


a. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
b. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
c. Anak mati
Penanganan aktif berupa :
a. Persalinan per vaginam.
b. Persalinan per abdominal.
Pasien disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set
up) yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
a. Plasenta previa marginalis
b. Plasenta previa letak rendah
c. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah
matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan
atau hanya sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti
dengan drips oksitosin pada partus per vaginam bila gagal drips. Bila
terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.

3. Penanganan (pasif)
a. Tiap perdarahan triwulan III yang lebih dari show harus segera dikirim
ke Rumah sakit tanpa dilakukan suatu manipulasi/UT.
b. Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus,
kehamilan belum cukup 37 minggu/berat badan janin kurang dari
2.500 gram persalinan dapat ditunda dengan istirahat, obat-obatan;
spasmolitik, progestin/progesterone, observasi teliti.
c. Siapkan darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan setua
mungkin supaya tidak prematur
d. Bila ada anemia; transfusi dan obat-obatan penambah darah.
Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan janin
prematur tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri atas penundaan persalinan dengan
menciptakan suasana yang memberikan keamanan sebesar-besarnyabagi ibu
maupun janin. Perawatan di rumah sakit yang memungkinkan pengawasan ketat,
pengurangan aktivitas fisik, penghindaran setiap manipulasi intravaginal dan
tersedianya segera terapi yang tepat, merupakan tindakan yang ideal. Terapi yang
diberikan mencangkup infus larutan elektrilit, tranfusi darah, persalinan sesarea
dan perawatan neonatus oleh ahlinya sejak saat dilahirkan.
Pada penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala dapat
diperoleh meskipun relatif terjadi kemudian dalam kehamilan, adalah migrasi
plasenta yang cukup jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak lagi menjadi
permasalahn utama. Arias (1988) melaporkan hasil-hasil yang luar biasa pada
cerclage serviks yang dilakukan antara usia kehamilan 24 dan 30 minggu pada
pasien perdarahan yang disebabkan oleh plasenta previa.
Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke
dalam dua kategori, yaitu persalinan sesarea atau per vaginam. Logika untuk
melahirkan lewat bedah sesarea ada dua :
a. Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinakan uterus
untuk berkontraksi sehingga perdarahan berhenti
b. Persalinan searea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi
serviks yang merupakan komplikasi serius persalinan per vaginam
pada plasenta previa totalis serta parsial.

J. Hasil – hasil penelitian terkait Plasenta Previa


1. Menurut jurnal yang berjudul Prenatal Ultrasound Diagnosis and Outcome of
Placenta Previa Accreta after Caesarean Delivery : A Systematic Review and
Meta Analysis, yaitu The sensitivity and specificity of ultrasound imaging in
diagnosing placenta previa accreta in women with prior caesarean delivery,
presenting with anterior low placenta or placenta previa are above 95% in
prospective series, when performed by skilled operators. Women with a history of
previous caesarean delivery, presenting with a placenta previa have become the
largest group with the highest risk of placenta previa accreta. These specific
obstetric risk factors of accreta placentation should be identified and integrated in
the general clinical assessment at the first antenatal visit and at the routine mid-
gestation ultrasound examination to further improve the detection rate of placenta
previa accreta during the second trimester of pregnancy. Developing protocols for
the screening of placenta previa accreta in women with prior caesarean delivery
presenting with a low-lying or a placenta previa has become essential to improve
the outcome of this increasingly more common major obstetric complication at
national and international levels. Skills and expertise in identifying the main
ultrasound signs of accreta placentation should be included in the general training
of sonographers who are performing the routine mid-trimester detailed fetal
anatomy ultrasound examination. Jadi Faktor-faktor risiko obstetrik spesifik dari
plasenta akreta harus diidentifikasi dan diintegrasikan dalam penilaian klinis
umum pada awalnya kunjungan antenatal dan pada pemeriksaan USG rutin
pertengahan kehamilan untuk lebih lanjut meningkatkan tingkat deteksi plasenta
previa accreta selama trimester kedua kehamilan.
(https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0002937817303824)

2. Dari jurnal yang berjudul Placenta Previa and Maternal Hemorrhagic Morbidity
dicantumkan bahwa In this cohort 20% (or 1 out of 5) women with previa
underwent emergent delivery for antenatal hemorrhage. The burden of this
morbidity is substantial. Placenta previa was associated with an overall increased
risk of maternal hemorrhagic morbidity (aRR 2.6, 95% CI 1.9-3.5), with 18.6% of
women with previa suffering the composite primary outcome. Three percent of
women suffered severe hemorrhagic morbidity, and 2% underwent hysterectomy,
presumably due to persistent hemorrhage. In contrast, women did not suffer
additional non-hemorrhagic morbidity, suggesting our focus should be identifying
women with previa at risk for hemorrhage and finding ways to staunch
hemorrhage. A previous series of 147 cases of placenta previa from 1975 to 1982
noted a high maternal morbidity rate, with 5.4% undergoing hysterectomy and
three quarters meeting the definition for postpartum hemorrhage. 11 of these
women had a placenta accreta, and previous cesarean was a risk factor for
hysterectomy. Although our results show a lower rate of hysterectomy, we
excluded accretas and analyzed a more modern cohort.
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6687304/)

3. Dari jurnal yang berjudul Complete Placenta Previa: Ultrasound Biometry and
Surgical Outcome dicantumkan bahwa In a recent report of 4,693maternal death
sin the United States, placenta previa accounted for 13% of deaths secondary to
hemorrhage, with placenta previa without evidence of morbidly adherent placenta
(MAP) accounting for 6%.
(https://www.thieme-connect.com/products/ejournals/html/10.1055/s-0038-
1641163)
4. Hasil penelitian menjelaskan bahwa paritas merupakan 2 kali berisiko terjadinya
plasenta previa dengan nilai OR (2,232) CI (95%) lower limit 1,015 upper limit
4,906, p:0,182>0,05), artinya, secara statistik tidak mempunyai pengaruh yang
bermakna antara paritas dengan kejadian plasenta previa. Sedangkan riwayat
abortus berisiko 6 kali terjadinya plasenta previa dengan nilai OR (6,489) CI
(95%) lower limit 2,090 upper limit 20,144, p : 0,000), dimana secara statistik
menjelaskan bahwa tidak memiliki pengaruh yang bermakna riwayat abortus
terhadap kejadian plasenta previa, dan riwayat mioma 2 kali berisiko terjadinya
plasenta previa dengan nilai perolehan nilai OR (2,026) CI (95%) lower limit
0,123 upper limit 33,286, p : 1,000) Sedangkan variabel umur yang nilai OR
(0,589), riwayat SC nilai OR (0,634), dan riwayat manual plasenta nilai OR
(0,664) tidak menunjukkan adanya risiko terhadap kejadian plasenta previa.
(https://jurnal.yapri.ac.id/index.php/semnassmipt/article/download/3/3/)

5. Keluhan perdarahan pervaginam sejak 2 jam sebelum rawatan di rumah sakit.


Pada kasus ini, dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang berupa ultrasonografi
sehingga dapat disimpulkan penyebab perdarahan pervaginam berupa plasenta
previa totalis dengan janin tunggal hidup presentasi bokong. Plasenta previa
merupakan plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen bawah rahim,
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang ditandai dengan
perdarahan uterus. Faktor risiko timbulnya plasenta previa belum diketahui secara
pasti namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi plasenta previa
tertinggi terjadi pada ibu yang berusia lanjut, multi para, riwayat seksio sesarea
dan aborsi sebelumnya serta gaya hidup yang juga dapat mempengaruhi
peningkatan resiko timbulnya plasenta previa. Pada kasus ini kehamilan
diterminasi dengan pembedahan emergensi sectio cesaria. JKS 2017; 1: 38-42)
(http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/viewFile/8609/6942)

6. Kehamilan di usia 20-35 tahun sebanyak 154 orang, sedangkan kehamilan usia
>35 tahun sebanyak 96 orang. Kehamilan dengan usia >35 tahun yang mengalami
plasenta previa sebanyak 20 orang (64,52 %) lebih banyak dibandingkan dengan
usia 20-35 tahun yaitu sebanyak 11 orang (35,48 %). Terdapat hubungan yang
signifikan antara usia kehamilan dengan kejadian plasenta previa. Besar nilai
Odds Ratio=3,86 yang diperoleh lebih besar dari satu (OR>1)
(https://www.neliti.com/id/)

7. Hasil evaluasi pada hari pertama perdarahan akibat plesenta previa totalis masih
keluar berwarna merah segar dan ibu tidak merasakan nyeri, perdarahan terus
berkurang, hingga hari ke dua perdarahan tinggal flek-flek berwarna kecoklatan
dan pada hari ke tiga perdarahan sudah berhenti, keadaan ibu dan janin baik
(https://jurnal.unived.ac.id/index.php/JM/article/download/626/545/)

8. Plasenta previa adalah plasenta yang berimplentasi pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium uterus interna.
(http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/804/pdf)

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PATOLOGI


PADA NY. G UMUR 38 TAHUN G5P3Ab1Ah3 UK 32 MINGGU 2 HARI
DENGAN PLASENTA PREVIA TOTALIS
DI RSUD SANJIWANI GIANYAR

No. RM : 784522
Masuk tanggal : 09 Desember 2019
Jam : 09.00 WIB
Ruang : Flamboyan

I. PENGKAJIAN
Tgl/jam : 10 Desember 2019/ 13.00 WIB
A. Data Subyektif
1. Identitas Istri Suami
Nama : Ny. G Tn. S
Umur : 38 tahun 40 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMK SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Suku Bangsa : WNI WNI
Alamat : Gunung Wuled Rt 03/01, Rembang
2. Anamnesa
a. Alasan kunjungan saat ini :
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya, ini adalah kunjungan ulang
ibu.
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mengeluh kenceng-kenceng sejak jam 07.00 WIB tangggal
09/12/2019 dan keluar darah jam 07.00 WIB tanggal 09/12/2019.
c. Riwayat Perkawinan
Perkawinan ke :1
Menikah sejak umur : 22 tahun
Lama perkawinan : ± 12 tahun
Status perkawinan : Syah menurut Negara dan agama
b) Riwayat Haid
Menarche : ± 13 tahun
Lama menstruasi : ± 7 hari
Banyaknya : ibu ganti pembalut 2x dalam sehari
Teratur/tidak : teratur
Sakit/tidak : tidak
Siklus : 28 hari
HPHT : 25 April 2019
HPL : 30 Januari 2020
UK : 32 minggu 4 hari
f. Riwayat Obstetrik
G5P3A1
No Tahun UK Jenis Penolong Tempat H/ L/P BBL Komplikasi
persalinan M
1 2008 aterm Spontan Dukun Rumah H L 3.000gr Tidak ada
2 2011 aterm Spontan Dukun Rumah H P 2.600gr Tidak ada
3 2014 aterm Spontan Dukun Rumah H L 2.500gr Tidak ada
4 2017 3bulan - Bidan RS M - - Abortus
5 Hamil
2019
ini

g. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontasepsi jenis apapun.
h. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan yang lalu
Ibu pernah menderita penyakit jantung dan hipertensi sebelum kehamilannya.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu tidak sedang menderita penyakit menular dan penyakit menurun seperti
TBC, AIDS, Hepatitis B, Diabetes dan Jantung.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ibu dan keluaga suami tidak pernah dan tidak sedang menderita
penyakit menular dan penyakit menurun seperti TBC, AIDS, Hepatitis B,
Diabetes, Hipertensi dan Jantung.
i. Riwayat kehamilan sekarang
ANC di puskesmas gianyar sejak umur kehamilan 10 minggu.
Gerakan pertama kali dirasakan pada umur kehamilan 22 minggu
Gerakan dalam 12 jam 10-11 kali
Frekuensi periksa ANC : Trimester I : 1 kali
Trimester II : 3 kali
Trimester III: 2 kali
Senam Hamil : Ibu mengatakan belum pernah melakukan senam hamil
Imunisasi TT : TT1 : tgl 01 Juni 2019
TT2 : tgl 12 Juli 2019

Keluhan yang dirasakan


Trimester Keluhan terapi
I Mual, muntah Asam folat 1x1 tablet/hari
Kalk 1x1 tablet/hari
Vit B6 3x1 tablet/hari
II Pusing Biosanbe 1x1 tablet/hari
Kalk 1x1 tablet/hari
Vit C
III Punggung pegal Biosanbe 1x1 tablet/hari
Kalk 1x1 tablet/hari
Vit C

Pendidikan kesehatan yang diperoleh


Trimester Pendidikan kesehatan yang diperoleh
I Tanda bahaya kehamilan, perubahan fisiologis, gizi seimbang pada
ibu hamil
II Perubahan fisiologis trimester II
III Perubahan fisiologis trimester III, tanda dan persiapan persalinan

j. Pola kebutuhan sehari-hari


1) Nutrisi
Porsi makan sehari : ± 3x sehari dengan porsi sedang
Jenis : nasi, sayur, lauk pauk, buah
Makanan pantang : Ibu tidak ada makanan pantang
Pola minum : ± 8 gelas sehari
Ibu tidak minum jamu
Alergi makanan : Ibu tidak ada alergi makanan
Masalah : Tidak ada
2) Eliminasi
a. BAK
Frekuensi : ± 5 kali sehari
Warna : Jernih
Jumlah : sedang, tidak terlalu banyak
Keluhan : tidak ada keluhan dalam BAK
b. BAB
Frekuensi : ± 1x sehari
Warna : kuning kecoklatan
Jumlah : sedang, tidak terlalu banyak
Keluhan : Ibu tidak ada keluhan dalam BAB
3) Istirahat
Siang : ibu tidur siang ± 1 1/2 jam
Malam : ibu tidur malam ± 8 jam
Keluhan : ibu tidak ada keluhan saat tidur
4) Aktivitas
Ibu mengatakan aktivitasnya setiap hari mengerjakan pekerjaan rumah,
seperti memasak, menyapu, mencuci serta merawat suami dan anaknya.
5) Personal Higiene : Ibu mengatakan mandi 2 kali/hari, gosok gigi 2 kali/hari,
ganti celana dalam 2 kali/hari, keramas 2 hari sekali, membersihkan bagian
alat kelamin setelah BAK, BAB serta ketika mandi, memotong kuku setiap 1
minggu sekali.
6) Pola seksual : Ibu mengatakan sebelum hamil melakukan hubungan seksual
sebanyak 3 kali dalam seminggu, dan saat hamil melakukan hubungan seksual
1 kali dalam seminggu, tidak ada keluhan saat melakukan hubungan seksual.
k. Data Psikososial Spiritual
1) Tanggapan ibu dan keluarga terhadap kehamilan ini :
Ibu dan keluarga sangat mendukung terhadap kehamilan ini.
2) Pengetahuan ibu dan keluarga tentang kehamilan :
Ibu mengetahui dirinya menderita plasenta previa, tetapi ibu belum begitu
paham mengenai plasenta previa.
3) Pengambilan keputusan oleh :
Pengambilan keputusan dilakukan oleh Ibu bersama suami.
4) Ketaatan ibu beribadah :
Ibu meleksanakan shalat 5 waktu, mengaji sehabis shalat maghrib, mengikuti
pengajian di RT.
5) Ibu tinggal bersama :
Ibu tinggal bersama suami.
6) Hewan piaraan :
Ibu tidak mempunyai hewan piaraan.
7) Rencana melahirkan di :
Ibu akan melahirkan di RS Sanjiwani Gianyar menggunakan BPJS.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TB : 158 cm
BB : sebelum hamil : 52 kg sekarang : 59 kg
LILA : 27 cm
Vital Sign : TD : 130/90 mmHg N : 82x/menit
Rr : 20x/menit S : 36,50 C

2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : bentuk mesochepal, rambut warna hitam, bersih, tidak rontok,
serta tidak berketombe.
b. Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih, reflek pupil positif,
tidak ada gangguan penglihatan.
c. Muka : bentuk simetris, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum.
d. Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada polip, fungsi
penciuman normal, simetris, tidak ada pernapasan cuping
hidung.
e. Mulut dan gigi : bentuk simetris, tidak ada caries maupun stomatitis, keadaan
mulut bersih, fungsi pengecapan baik, kebersihan cukup.
f. Telinga : bentuk simetris, keadaan bersih, fungsi pendengaran baik.
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena
jugularis.
h. Dada : bentuk dada simetris kanan dan kiri.
i. Payudara : simetris kanan dan kiri, putting susu menonjol,
hyperpigmentasi pada areola mammae, tidak ada bekas luka
operasi.
j. Abdomen : bentuk simetris, pembesaran sesuai dengan usia kehamilan,
tidak ada bekas luka operasi, ada linea nigra hiperpigmentasi,
ada striae gravidarum.
Leopold I : TFU 1/2 pusat ke procesus xipoideus, bagian fundus
teraba bulat, lunak, tidak melenting kesimpulan bokong.
Leopold II : bagian kanan teraba panjang, keras, memanjang seperti papan
(punggung janin) dan bagian kiri teraba tonjolan-tonjolan
kecil yang tidak penuh kesimpulan ekstremitas janin.
Leopold III : bagian bawah teraba bulat, keras, dan melenting, bisa
digoyangkan kesimpulan kepala.
Leopold VI : kedua tangan masih bertemu (konvergen), kepala belum
masuk PAP.
TFU menurut Mc.donald : 28 cm
TBJ : (TFU-12) x 155 = (28-12) x 155 = 2.480 gram.
DJJ : terdengar jelas, 136x/menit kuat dan teratur.
His : tidak ada his
k. Genetalia : tidak ada benjolan abnormal dan varises, perdarahan hanya
flek saja, warna kecoklatan.
l. Ekstremitas
Atas : bentuk simetris, tidak ada cacat, tidak ada oedema.
Bawah : bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada oedema pada
kaki, reflek patella kanan/kiri: positif.
3. Pemeriksaan penunjang :
Golongan darah :O
Tanggal 10 Desember 2019 : Hb 12,7 gr%
Tanggal 10 Desember 2019 : Pemeriksaan darah lengkap
 Hemoglobin : L 10,2 g/dL
 Leukosit : H 12.300/uL
 Hematokrit : L 30 %
 Eritrosit : L 3,8 10^6/uL
 Trombosit : 315.000/uL

Tanggal 10 Desember 2019 : Pemeriksaan urin
 Protein : negatif
 Glukosa : 100mg/dL

Hasil  USG tanggal 10-12-2019 :  Tampak  janin  presentasi kepala,  kepala BPD=  83,5 
sesuai  kehamilan  33  minggu, Placenta di SBR belakang meluas sampai menutupi
Osteum Uteri Internum Grade II.

II. INTERPRETASI DATA


A. Diagnosa Kebidanan
Ny. G umur 38 tahun hamil G5P3A1 UK 32 minggu 4 hari dengan perdarahan
antepartum plasenta previa totalis.
Data dasar
1) Data subyektif :
 Ibu mengatakan mengeluh kenceng-kenceng sejak jam 07.00 WIB tangggal
09/12/2019,dan keluar darah jam 07.00 WIB tanggal 09/12/2019.
 Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang kelima, pernah keguguran 1 kali
umur 3 bulan.
 Ibu mengatakan gerakan janin pertama kali dirasakan pada umur kehamilan 22
minggu dan gerakan dalam 12 jam terakhir sebanyak 10-11 kali
 HPHT : 25 April 2019.
2) Data obyektif :
HPL : 30 Januari 2020
Umur Kehamilan : 32 minggu 4 hari
Vital Sign : TD : 130/90 mmHg N : 82x/menit
Rr : 20x/menit S : 36,50 C
Leopold I : TFU 1/2 pusat ke procesus xipoideus, bagian fundus teraba
bulat, lunak, tidak melenting kesimpulan bokong.
Leopold II : bagian kanan teraba panjang, keras, memanjang seperti papan
kesimpulan punggung janin dan bagian kiri teraba tonjolan-
tonjolan kecil yang tidak penuh kesimpulan ekstremitas
janin.
Leopold III : bagian bawah teraba bulat, keras, dan melenting, bisa
digoyangkan kesimpulan kepala.
Leopold VI : kedua tangan masih bertemu (konvergen), kepala belum
masuk PAP.

TFU menurut Mc.donald : 28 cm


TBJ : (TFU-12) x 155 = (28-12) x 155 = 2.480 gram.
DJJ : terdengar jelas, 136x/menit kuat dan teratur.
His : tidak ada
Perdarahan : tinggal flek,warna cokelat.
Hasil  USG : tanggal 10-12-2012 
Tampak  janin  presentasi kepala,  kepala  BPD=  83,5  sesuai  kehamilan 33 
minggu, Placenta di SBR belakang meluas sampai menutupi Osteum Uteri Internum
Grade II.
B. Masalah
Ibu belum mengetahui mengenai Plasenta Previa Totalis

III. Penatalaksanaan
Tgl/Jam: 10 Desember 2019 / 13.15 WIB
1. Mengobservasi keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, suhu,
nadi dan respirasi, KU : Baik Kesadaran : composmentis
TD : 130/90 mmHg N : 82x/m R : 20x/m S : 36,50
2. Memonitor perdarahan dan memonitor DJJ tiap satu jam sekali, Perdarahan : ibu masih
mengeluarkan flek darah, tapi hanya sedikit saja dan DJJ : 136x/menit, teratur.
3. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan ibu saat ini, bahwa plasenta atau ari-ari ibu
letaknya berada di bawah dan menutupi jalan lahir. Dengan keadaan seperti ini ibu tidak
bisa melakukan persalinan normal, dan kelahiran bayi akan di tolong dengan operasi
caesar. Tapi karena saat ini umur kehamilan ibu belum mencukupi untuk melahirkan
bayinya, sebisa mungkin kehamilan ibu dipertahankan dahulu sampai nanti umur
kehamilannya mencukupi, Ibu mengerti tentang keadaannya saat ini dan sudah bisa
menerimanya dengan ikhlas.
4. Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat dan tidak sering-sering turun dari tempat tidur,
Ibu bersedia untuk cukup istirahat dan tidak sering turun dari tempat tidur
5. Memberitahu ibu untuk segera menghubungi petugas kesehatan bila ibu mengalami
perdarahan yang banyak dari vagina, Ibu mengerti dan bersedia memanggil petugas
kesehatan bila mengalami perdarahan yang banyak dari vagina.
6. Memberi ibu terapi obat sesuai anjuran dokter yaitu Nifedipin 10 mg 3x1.
Dexamethasone 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam untuk mempercepat pematangan
paru bayi, Ibu sudah menerima terapi obat dan bersedia meminumnya sesuai dosis yang
diberikan.
7. Melakukan kolaborasi dengan dr. Sp.Og untuk perencanaan selanjutnya, dokter
menyarankan untuk dilakukan observasi perkembangan keadaan pasien.
8. Mendokumentasikan hasil tindakan di catatan rekam medic, hasil tindakan sudah di tulis
di rekam medik pasien.

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Data Subjektif
Berdasarkan hasil anamnesa didapatkan hasil sebagai berikut, ibu mengaku sedang hamil
8 bulan anak ke-5, ibu pernah keguguran 1 kali tepatnya pada tahun 2017. Saat ini ibu
mempunyai keluhan yaitu merasa kencang di bagian perut sejak jam 07.00 WIB tangggal
09/12/2019 dan keluar darah jam 07.00 WIB tanggal 09/12/2019. Ibu mengatakan belum
pernah menggunakan KB, untuk nutrisi dari hasil anamnesa didapatkan hasil bahwa
nutrisi ibu normal, serta ibu mengatakan bahwa tidak memiliki riwayat penyakit serius.
Ibu juga mengatakan memang berencana bersalin di Rumah Sakit Sanjiwani
menggunakan BPJS.

B. Data Objektif
Pada langkah ini dilakukan pemeriksaan terhadap Ny. G umur 38 tahun yang
meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Adapun hasil dari pemeriksaan umum yaitu keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 82x/menit, suhu 36,0c, pernafasan
20x/menit, terjadi peningkatan berat badan selama hamil 7 kg. Mata konjungtiva merah
muda, sklera putih, genitalia tidak ada benjolan abnormal tedapat pendarahan berupa flek
saja dengan warna kecoklatan, tidak ada massa/benjolan, tidak ada pembengkakan
kelenjar skene dan bartolini.

C. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang telah didapat maka dapat ditegakkan analisa
“Ny. G usia 38 tahun G5P3A1 umur kehamilan 32 minggu 4 hari dengan pendarahan
antepartum Placenta Previa Totalis”

A. Penatalaksanaan

Asuhan yang dapat diberikan pada Ny. G meliputi pemberian penjelasan hasil
pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk
tindak lanjut keadaan ibu, anjuran dokter yaitu melakukan observasi pemantauan keadaan
Ny. G, memberikan dukungan emosional kepada ibu dan keluarga, melakukan observasi
tanda-tanda vital ibu, perdarahan, serta output urine ibu.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (FKUI, 2000).
Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi
ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah
rahim (Cunningham 2006).
Plasenta Previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal
yakni pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan/ostium uteri internal (OUI).
Jadi kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan tanpa nyeri
biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya. Namun demikian, banyak
peristiwa abortus mungkin terjadi akaibat lokasi abnormal plasenta yang sedang tumbuh.
Penyebab pendarahan perlu ditegaskan kembali. Kalau plasenta terletak pada ostium
internum, pembentukan segmen bawah uterus dan dilatasi ostium internum tanpa bias
diletakkan akan mengakibatkan robekan pada tempat peletakan plasenta yang diikuti oleh
pendarahan dari pembuluh-pembuluh darah uterus. Pendarahan tersebut diperberat lagi
dengan ketidakmampuan serabut-serabut otot miometrium segmen bawah uterus untuk
mengadakan kontaksi dan retraksi agar bias menekan pembuluh darah yang ruptur
sebagaimana terjadi secara normal ketika terjadi pelepasan plasenta dari dalam uterus yang
kosong pada kala tiga persalinan.
Akibat pelekatan yang abnormal seperti terlihat pada plasenta akreta, atau akibat daerah
pelekatan yang sangat luas, maka proses perlekatan plasenta kadangkala terhalang dan
kemudian dapat terjadi pendarahan yang banyak setelah bayi dilahirkan. Pendarahan dari
tempat implantasi plasenta dalam segmen bahwa uterus dapat berlanjut setelah plasenta
dilahirkan, mengingat segmen bahwa uterus lebih cendrung memiliki kemampuan kontraksi
yang jelek dibandingkan korpus uteri. Sebagai akibatnya, pembuluh darah memintas segmen
bahwa kurang mendapat kompresi. Pendarahan dapat terjadi pula akibat laserasi pada bagian
bahwa uterus dan serviks yang rapuh, khususnya pada usaha untuk mengeluarkan plasenta
yang melekat itu secara manual.

B. Saran
 Bagi RS     
Untuk mempertahankan profesionalisme sehingga pelayanan pada klien  sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan.

 Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan pendidikan lebih banyak meningkatkan prosedur
belajar mengajar mengenai manajemen kebidanan karena penulis masih sangat kurang
dalam hal pemahaman tersebut.

 Bagi Ny.G
Hendaknya waspada terhadap komplikasi yang mungkin terjadi seperti halnya plasenta
previa totalis.

DAFTAR PUSTAKA

Sulistyawati, Ari. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta : EGC


Gede, Ida Bagus. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Manuaba DSOD. EGD
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0002937817303824
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6687304/
https://www.thieme-connect.com/products/ejournals/html/10.1055/s-0038-1641
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/viewFile/8609/6942
https://www.neliti.com/id/
https://jurnal.unived.ac.id/index.php/JM/article/download/626/545/
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/804/pdf

Anda mungkin juga menyukai