Anda di halaman 1dari 15

JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No.

1, Maret 2019: 1 - 14

I L M U P E N G E TA H U A N , T E K N O LO G I , DA N H U M A N I O R A

130
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144

ISSN : 2615-1995, E-ISSN : 2615-0654


J. Madani., Vol. 2, No. 1, Maret 2019 (131 - 144)
I L M U P E N G E TA H U A N , T E K N O LO G I , DA N H U M A N I O R A
©2018 Lembaga Kajian Demokrasi
dan Pemberdayaan Masyarakat (LKD-PM)

STRATEGI PENGEMBANGAN JAMU KEMASAN DI INDONESIA

Hendra Winarsa
Fakultas Ekonomi, Universitas Pamulang
winarsahendra@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis jamu kemasan yang dikonsumsi konsumen di Indonesia,bentuk
jamu kemasan yang disukai konsumen, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen membeli
jamu kemasan, loyalitas konsumen jamu kemasan dan daya saing jamu kemasan terhadap produk lainnya,
seperti obat medis dan jamu impor. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional yang
menghubungkan dua variable atau lebih, bersifat kuantitatif dengan metode studi kasus pada industri jamu
kemasan di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu data primer
dan data sekunder. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan Uji Validitas, Uji Reabilitas, Regresi
sederhana, Uji korelasi dan Uji T-test (Paired T-Test). Kesimpulan dari hasil penelitian adalah: 1. Jenis
jamu kemasan yang dikonsumsi oleh konsumen adalah produk jamu kemasan yang khasiatnya tidak ada di
dalam produk obat medis. 2. Bentuk Jamu kemasan yang disukai konsumen adalah berbentuk cair dan pil/
tablet. 3. Keunggulan jamu kemasan pada kandungan alami di produk jamu kemasan, kualitas produk yang
bagus, kemudahan mendapatkan produk dan harga yang terjangkau. 4. Daya saing produk jamu kemasan
dibandingkan dengan produk obat medis kurang baik, sedangkan dibandinkan dengan jamu impor lelatif
lebih baik. 5. Belum tingginya loyalitas pengguna terhadap jamu kemasan. Sebagian besar pengguna masih
menempatkan jamu sebagai alternative. Hasil penelitian ini menyarankan beberapa hal, antara lain : 1.
Produsen jamu kemasan memfokuskan produknya pada jenis jamu yang tidak terdapat di produk obat medis
dan produk yang berkaitan dengan perawatan tubuh dan kecantikan. 2. Bentuk produk difokuskan ke bentuk
yang praktis, seperti bentuk cair, pil/tablet. 3. Informasi pada produk jamu kemasan diperjelas, seperti khasiat,
komposisi jamu, dan aturan pakai.

Kata Kunci : Jamu Kemasan, Persaingan, Loyalitas, Pengembangan Produk.

Abstract
This research aims to know the types of herbal packaging consumed consumers in Indonesia, the shape of the
packaging of herbs preferred consumer, factors that influence what consumers buy , herbal packaging and
consumer loyalty resources pavkaging herbs against competitive products, such as medical and herbal imports.
This research method using research methods korelasional that connects two or more variables, quantitative
methods are case studies on herbal packaging industry in Indonesia. The data used in this study are of two types
i.e., primary data and secondary data. Methods of analysis in this study uses the Validity Test, test Reabilitas,
simple Regression, correlation and T-test-test-test (Paired T-Test). The conclusion of the results of the research
are: 1. Types of herbal packaging consumed by consumers is the product packaging that herbal which is not
in medical drug products. 2. Form of Herbs preferred packaging consumers are shaped liquid and pills/tablets
3. Advantages of herbal packaging in natural deposits in herbal products packaging, good quality products,
convenience products and reasonable prices. 4. The packaging of herbal products competitiveness compared
with less good medical drug products, and more good with importing herbal . 5. Customer loyalty of Indonesia
herbis not hight.Most users are still putting the herbs as an alternative. The results of this study suggest several
things, among others: 1. The manufacturer of the packaging products focusing on herbal medicine types of herbal
medicine which is not found in medical drug products and products related to beauty and body treatments. 2.
Products focused to a practical form, such as the liquid form, pills/tablets. 3. information on medicinal products
packaging made clear, such as efficacy, the composition of the herbs and the rules of use.

131
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144

Keywords : Indonesia Herbal Packaging, Com­ telah menciptakan tiga juta lapangan kerja (GP
petition, Loyalit, Product Development. Jamu, 2008).
Sebagian besar produk nasional jamu di­serap
di dalam negeri dan hanya sebagian kecil untuk
PENDAHULUAN diekspor ke beberapa negara seperti Singapura
Latar Belakang dan Malaysia.
Indonesia adalah negara yang sangat ka­ Faktor lain seperti perubahan tren gaya hi­
ya akan tumbuhan obat. Beberapa sumber me­ dup juga mempengaruhi pola konsumsi jamu.
nyebutkan terdapat sekitar 30 ribu jenis tanaman Industri farmasi juga melihat peluang tersebut,
obat. Dari jumlah sebanyak itu, yang sudah di­ sehingga beberapa industri farmasi memasuki
manfaatkan dan diketahui manfaatnya baru ra­ mencoba memasuki pasar jamu di Indonesia.
tusan jumlahnya. Hal ini berarti masih sangat Jepang mempunyai warisan minum teh,
banyak tanaman obat yang belum dimanfaatkan. Korea mempunyai budaya minum gingseng.Wa­
Secara tradisional, tanaman obat ini digunakan risan budaya tersebut mereka rawat hingga saat
untuk pembuatan jamu (Anonim, 2007). Jamu ini. Karena jamu merupakan produk wa­ risan
merupakan warisan budaya bangsa yang sudah budaya bangsa Indonesia, kita perlu men­ciptakan
digunakan secara turun menurun. Indonesia tradisi cinta terhadap produk asli Indonesia.
memiliki keunggulan dalam hal pengembangan Perusahaan jamu juga mendapat tantangan
jamu dengan 9.600 jenis tanaman obat yang untuk mengembangkan strategi khusus dalam
dapat digunakan sebagai bahan dasar jamu. De­ peningkatan brand awareness masyarakat Indo­
ngan seiringnya perkembangan jaman yang nesia terhadap produk jamu. Semua program
telah mengangkat kembali slogan back to nature, yang dilakukan oleh pengusaha domestik, khu­
jamu kembali mendapatkan perhatian bagi pe­ susnya pengusaha jamu, tidak akan sukses
merhati kesehatan di Indonesia.Dari sisi dunia tanpa dukungan dari masyarakat Indonesia dan
ke­sehatan, kalau dulu masyarakat lebih fokus Pemerintah. Tugas utama kita adalah me­ les­
pada proses penyembuhan penyakit yang cepat, tarikan dan cinta produk warisan leluhur se­
kini pandangan masyarakat telah bergeser ke bagai tradisi yang tidak dapat digoyahkan oleh
proses pemeliharaan kesehatan dan pencegahan ber­bagai isu dan permasalahan yang ter­jadi baik
penyakit. Sama hanya dengan obat-obatan. Ka­ di dalam maupun luar negeri. Ber­dasarkan Ke­
lau dulu orang tidak peduli dari mana suatu putusan Kepala BPOM tentang Ketentuan Pokok
obat berasal, yang penting sembuh. Sekarang Pengelompokkan dan Pe­ nan­
daan Obat Bahan
asal muasal obat juga menjadi fak­ tor penting Alam Indonesia, ada pembagian kategori ber­
dalam menentukan obat yang akan dikonsumsi. dasarkan cara pem­buatan, klaim penggunaan dan
Obat tradisional dianggap me­miliki resiko efek tingkat pem­buktian khasiatnya, yakni Jamu, Obat
samping rendah daripada obat sintetis. Herbal Terstandar dan Fitofarmaka. Ketiganya
Dari sisi perekonomian, industri jamu telah kategori tersebut harus aman dan memenuhi
berkontribusi sangat besar bagi pendapatan persyaratan mutu yang berlaku.
nasional, peningkatan kesejahteraan masyarakat
dan penyediaan lapangan kerja. Bahan baku Jamu
ham­pir mencapai sekitar 99% yang digunakan Klaim khasiat Jamu dibuktikan secara turun-
merupakan produk dalam negeri dinilai mam­ temurun (empiris) namun tidak boleh mengklaim
pu membawa multiplier effect yang cukup sig­ memberikan kesembuhan penyakit. Diproduksi
nifi­
kan dalam pertumbuhan perekonomian di secara sederhana dengan peralatan yang seder­
Indo­nesia mulai dari sektor hulu (pertanian) hana dan bahan bakunya belum terstandar. Con­
hingga sektor hilir yang meliputi perindustrian toh dari kategori ini antara lain jamu beras kencur,
dan perdagangan. Perkembangan industri ja­ dan jamu gendong lainnya.
mu di Indonesia dalam lima tahun terakhir me­
nunjukkan pertumbuhan yang signifikan dengan Obat Herbal Terstandar
pertumbuhan omzet yang baik. Jumlah industri Klaim khasiat dari obat herbal terstandar
jamu tercatat sebanyak 1.166 industri yang terdiri dibuktikan secara ilmiah yaitu melalui uji pre-
dari 129 industri besar dan 1.037 merupakan klinik (menggunakan hewan coba), bahan ba­ku­
industri kecil. Dari 1.166 industri tersebut, 129 nya telah distandardisasi dan diproduksi di fasi­
industri besar dan 621 industri kecil sudah litas yang modern (CPOTB).
tergabung dalam Gabungan Pengu­saha Jamu (GP
Jamu, 2004). Fitofarmaka
Dalam aktivitas ekonominya, pasar indus­tri Klaim khasiat dari fitofarmaka dibuktikan
jamu Indonesia telah menunjukkan per­tumbuhan secara ilmiah yaitu melalui uji pre-klinik dan
yang signifikan dan daerah kon­sumen terbesar di uji klinik (diuji coba ke manusia/sukarelawan),
Pulau Jawa mencapai 60% pada tahun 2007 dan meng­gunakan bahan baku yang sudah ter­stan­

132
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144

dar dan dibuat dengan menggunakan fa­ sili­


tas dak meluas, maka diperlukan batasan-batasan
produksi yang memenuhi standar Ca­ ra Pem­ ma­salah sesuai dengan tujuan penelitian yang
buatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). hendak dicapai. Yang menjadi obyek penelitian
Oleh karena ketatnya persyaratan Fito­ ada­lah pengembangan Obat Herbal Terstandar
farmaka, maka Obat Bahan Alam kategori ini dan Fitofarmaka. Kedua produk tersebut di ma­
setara dengan obat sintetis modern lainnya, serta syarakat populer disebut jamu kemasan.
bisa diresepkan oleh dokter. Namun sa­yangnya,
jumlah produk Fitofarmaka di Indo­nesia masih Perumusan Masalah
sangat sedikit. Informasi tentang perilaku konsumen ma­
Industri jamu Indonesia saat ini mengalami sya­
rakat Indonesia terhadap jamu kemasan,
tantangan yang cukup berat. Tidak saja di da­lam faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen
negeri, tapi dari luar negeri, terutama me­masuki mem­ beli jamu kemasan dan daya saing jamu
era perdagangan bebas ASEAN (AFTA) yang kemasan Indonesia belum jelas. Untuk tujuan itu,
semakin membayang di pelupuk mata. Per­saingan pertanyaan pada penelitian ini difor­mulasikan
diperkirakan akan sangat ketat, terutama dengan sebagai berikut.
negara kompetitor yang mampu memproduksi 1. Bagaimana perilaku masyarakat Indonesia
dengan harga lebih mu­rah (Sinaga, 2002). terhadap konsumsi jamu kemasan?
Dari luar negeri, persaingan datang dari 2. Faktor apa yang mempengaruhi konsumen
negara kompetitor Cina dan Malaysia. Namun, dalam proses pengambilan keputusan pem­
tantangan berat datang dari negeri Cina yang belian jamu kemasan?
lebih dahulu dikenal sebagai negara produsen 3. Bagaimanakah daya saing jamu kemasan
jamu tertua di dunia. Harga jamu dari Cina yang Indonesia?
lebih murah dibandingkan jamu dari Indonesia 4. Apa saja usulan yang dapat diajukan untuk
dipastikan mengancam kelangsungan industri meningkatkan potensi pasar jamu kemasan
jamu tradisional. Sementara tantangan dari dalam berdasarkan perilaku konsumen dalam pro­
negeri sendiri adalah dari sikap dunia medis yang ses pengambilan keputusan pembelian jamu?
belum sepenuhnya menerima jamu dan obat
Kerangka Pemikiran
tradisional. Merebaknya ja­mu palsu maupun jamu
Konsumen dalam mengkonsumsi jamu ke­
yang bercampur ba­ han kimia beberapa waktu
masan untuk pemenuhan kebutuhannya dipe­
lalu, semakin me­nambah keraguan masyarakat
ngaruhi oleh pihak eksternal yang meliputi
akan khasiat dan keamanan mengonsumsi jamu
pengaruh lingkungan dan budaya serta penga­
tradisional Indonesia.
ruh internal yaitu konsumen sebagai individu,
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, mi­num
seperti motivasi untuk mengkonsumsi jamu,
jamu memang sudah biasa. Tetapi tra­disi minum
per­sepsi konsumen terhadap jamu, sikap kon­
jamu sekarang tidak mendarah da­ ging lagi di
sumen dan psikologi konsumen. Ketiga hal ter­
kalangan masyarakat. Sekarang lifestyle berubah,
sebut akan membentuk perilaku konsumen da­lam
masyarakat Indonesia lebih memilih makanan
mengkonsumsi jamu guna pemenuhan ke­butuhan.
dan minuman yang tidak menyehatkan. Muncul
Dalam pelaksanaannya, konsumen akan
satu kebiasaan kurang baik masyarakat Indonesia
me­l­akukan beberapa tindakan sebelum memu­
yang menyukai se­gala sesuatu yang serba "instan",
tuskan pembelian. Tindakan tersebut meliputi
yang sebe­narnya dapat berdampak negatif bagi
pe­ngenalan produk jamu dimana konsumen
kesehatan.
akan mencari beberapa produk jamu yang dinilai
Dari sudut pandang masyarakat, Per­ sep­
dapat menjadi pemuas kebutuhan. Jika produk
si mengenai jamu disinyalir sangat mem­pri­ha­
sejenis telah diketahui, konsumen kemudian akan
tinkan. Banyak yang beranggapan jamu rasa­nya
melakukan pencarian informasi secara lengkap
pahit, jamu untuk orang tua, bahkan jamu adalah
untuk mendapatkan produk yang tepat sesuai
minuman orang kampung.
dengan kebutuhannya.
Perusahaan jamu mendapatkan tantangan
Keputusan pembelian konsumen dapat di­
untuk mengembangkan strategi khusus dalam
perkuat dan dipengaruhi oleh perilaku pro­dusen
peningkatan brand awareness masyarakat Indo­
dalam menjual produknya ke kon­sumen. Usaha
nesia terhadap produk jamu. Semua program
produsen, dalam hal ini jamu kemasan, seperti
yang dilakukan oleh pengusaha domestik, khu­
penentuan harga yang kom­petitif dan terjangkau
susnya pengusaha jamu, tidak akan sukses tan­
bagi konsumen, ke­mudahan memperoleh produk
pa dukungan dari masyarakat Indonesia dan Pe­
melalui distri­busi yang tepat, promosi yang me­
merintah.
narik dalam menyampaikan pesan produk, serta
Batasan Masalah produk yang berkualitas dalam pemenuhan ke­
Untuk menghindari agar permasalahan ti­ bu­tuhan konsumen merupakan aspek yang ber­
pengaruh.

133
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144

Kajian Teoritis tersebut karena semua peranan mengandung im­


Keputusan Pembelian pli­­
kasi guna merancang produk, menentukan
Konsumen Terhadap Suatu Produk pesan dan mengalokasikan biaya anggaran pro­
Menurut Kotler (2002), keputusan pem­ mosi serta membuat program pemasaran
belian adalah tindakan dari konsumen untuk
mau membeli atau tidak terhadap produk. Diferensiasi Produk
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi kon­ Pengertian diferensiasi produk secara
sumen dalam melakukan pembelian suatu pro­ umum merupakan pembedaan suatu produk
duk atau jasa, biasanya konsumen selalu mem­ dengan produk lainnya. Pengertian lain juga
pertimbangkan kualitas, harga dan produk yang ten­tang diferensiasi produk adalah pembedaan
sudah dikenal oleh masyarakat. suatu produk dalam suatu perusahaan, agar
Sebelum konsumen memutuskan untuk pihak konsumen dapat memilih produk yang
mem­­beli, biasanya konsumen melalui beberapa mana, yang mereka inginkan. Yang menjadi
tahap terlebih dahulu yaitu, (1) pengenalan mas­ alter­natif konsumen untuk memilih suatu pro­
alah, (2) pencarian informasi. (3) evaluasi alter­ duk didasari pada warna, kualitas dan harga.
natif, (4) keputusan membeli atau tidak, (5) pe­ Di­ferensiasi produk atau pembedaan produk
rilaku pasca pembelian. Pengertian lain tentang merupakan suatu strategi perusahaan untuk
Ke­putusan pembelian menurut Schiffman dan mempromosikan produk yang diproduksinya
Kanuk (2000: 437) adalah “the selection of an dengan produk perusahaan pesaingnya. Strategi
option from two alternative choice”. Dapat diarti­ ini didayagunakan sehingga perusahaan dapat
kan, keputusan pembelian adalah suatu keputusan menghindari persaingan harga. Perusahaan me­
seseorang dimana dia memilih salah satu dari letakkan perbedaan dalam desain produk, me­rek,
beberapa alternatif pilih­an yang ada. kemasan, ukuran dan rasa.
Berdasarkan definisi di atas disimpulkan
Desain produk
bah­­
wa keputusan pembelian adalah tindakan
Desain produk adalah salah satu aspek
yang dilakukan konsumen untuk melakukan
pem­bentuk citra produk seperti warna, kualitas
pem­belian sebuah produk. Oleh karena itu, pe­
jaminan dan pertanggung jawaban.
ngambilan keputusan pembelian konsumen me­
ru­pakan suatu proses pemilihan salah satu dari Merek
beberapa alternatif penyelesaian masalah dengan Merek merupakan nama istilah simbol atau
tindak lanjut yang nyata. Setelah itu konsumen desain khusus atau beberapa kombinasi unsur-
dapat melakukan evaluasi pilihan dan kemudian unsur yang direncanakan untuk meng­identifikasi
dapat menentukan sikap yang akan diambil barang dan jasa.
selanjutnya.
Kemasan
Peranan Konsumen Sebagai seluruh kegunaan merancang, mem­
Dalam Keputusan Pembelian produksi bungkus atas kemasan suatu pro­duk.
Menurut Swastha dan Handoko (2011) ber­ Diferensiasi memungkinkan pe­ru­sa­haan mem­
pendapat bahwa lima peran individu dalam peroleh keuntungan berdasarkan nilai tam­ bah
sebuah keputusan membeli, yaitu: yang dirasakan dan diberikan ke­pada pelanggan.
1. Pengambilan inisiatif (initiator): individu Kotler (2002:2) secara garis besar menya­
yang mempunyai inisiatif pembelian ba­rang takan diferensiasi produk adalah penawaran
tertentu atau yang mempunyai ke­ butuhan pro­duk perusahaan yang memiliki sesuatu yang
atau keinginan tetapi tidak mem­punyai we­ le­
bih baik, lebih cepat dan lebih murah yang
wenang untuk melakukan sen­diri. akan menciptakan nilai yang lebih tinggi bagi pe­
2. Orang yang mempengaruhi (influencer): in­ langgan dibandingkan produk pesaing.
dividu yang mempengaruhi keputusan untuk Menurut Kotler (2002:328), diferensiasi
membeli baik secara sengaja maupun tidak ada­lah tindakan merancang serangkaian per­
sengaja. be­daan yang berarti untuk membedakan ta­
3. Pembuat keputusan (decider): individu yang war­an perusahaan dengan tawaran pesaing. Se­
memutuskan apakah akan membeli atau lanjutnya Kotler (2002:329) menyebutkan bahwa
tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana mem­ perusahaan dapat mendiferensiasikan tawaran
belinya, kapan dan dimana membeli­nya. pasarnya menurut 5 dimensi, yaitu: produk,
4. Pembeli (buyer): individu yang melakukan pela­yanan, personalia, saluran pema­ saran atau
pembelian yang sebenarnya. citra. Produk-produk fisik itu ber­variasi dalam
5. Pemakai (user): individu yang menikmati potensinya untuk diferensiasi. Di sini penjual
atau memakai produk atau jasa yang dibeli. menghadapi banyak sekali para­meter rancangan
Sebuah perusahaan perlu mengenal peranan yang mencakup bentuk, keistimewaan (feature),

134
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144

kinerja, kesesuaian, daya tahan, keandalan, kemu­ Atmosfir, media.


dahan untuk di­per­baiki, gaya dan rancangan. Kesamaan produk biasanya ada di antara
Diferensiasi pelayanan meliputi kemudahan para pesaing dan diferensiasi bertujuan untuk me­
pemasanan, pengiriman pemasangan, pelatihan ngembangkan kemampuan kemampuan khu­sus
pelanggan, konsultasi pelanggan, pemeliharaan yang dipandang unik oleh seluruh in­dustri dalam
dan perbaikan dan keramahan. istilah pemasaran ini dikenal de­ngan pemasaran
Diferensiasi personalia meliputi : kemam­pu­ yang berbeda (differentiated marketing).
an, kesopanan, dapat dipercaya dapat di­andal­kan, Selanjutnya dijelaskan oleh (Kotler 2002
cepat tanggap dan komunikasi. : 329 : 332) bahwa banyak produk dapat didi­
Diferensiasi saluran meliputi: cakupan, ke­ fe­­rensiasi berdasarkan bentuk, ukuran, model
ahlian, dan kinerja. Diferensiasi citra meli­puti: atau struktur fisik sebuah produk. Keistimewaan
ca­kupan, keahlian dan kinerja. Diferensiasi citra yakni karakteristik yang melengkapi fungsi
meliputi: Lambang, media, atmosfir dan citra. dasar produk. Mutu kinerja mengacu pada le­
Kotler (1999 : 364) mengemukakan suatu vel di mana karakteristik dasar produk itu ber­
perbedaan atau diferensiasi dapat dikem­bang­kan operasi. Kualitas kesesuaian adalah tingkat di
jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : mana semua unit yang di produksi adalah iden­
1. Penting: Perbedaan itu memberikan banyak tik dan memenuhi spesifikasi sasaran yang di­
manfaat bagi cukup banyak pelanggan jan­jikan. Daya tahan adalah suatu ukuran usia
2. Jelas: Perbedaan itu tidak dimiliki orang lain ope­rasi produk yang diharapkan dalam kondisi
atau dapat dikemas dengan lebih jelas. normal dan atau berat. Keandalan ada­lah ukuran
3. Unggul: Perbedaan itu lebih baik dari cara kemungkinan suatu produk tidak akan rusak atau
lain untuk mendapatkan manfaat yang sama. gagal dalam suatu periode waktu tertentu. Mudah
4. Dapat dikomunikasikan: perbedaan itu dapat diperbaiki adalah suatu ukuran kemudahan untuk
dimengerti dan di lihat oleh pembeli. memperbaiki suatu produk yang rusak atau gagal.
5. Mendahului: perbedaan itu tidak mudah Gaya meng­gambarkan penampilan dan perasaan
ditiru pesaing yang ditimbulkan oleh produk itu bagi pembeli.
6. Terjangkau: pembeli dapat menjangkau Ran­ cangan adalah totalitas keistimewaan yang
selisih harganya mempengaruhi penampilan dan fungsi suatu
7. Menguntungkan: perusahaan memperoleh produk dari segi kebutuhan pelanggan.
laba dengan menonjolkan perbedaan itu Adapun manfaat dari diferensiasi produk
Mc Carty dan Perreault mendefinisikan dife­­ yaitu :
rensiasi produk adalah penawaran produk pe­ 1. Untuk melakukan modifikasi yang subs­tansi
rusahaan yang memiliki sewaktu yang lebih baik, terhadap produk yang dihasilkan se­lama ini.
lebih baru, lebih cepat dan lebih murah yang 2. Menciptakan produk baru untuk mem­
akan menciptakan nilai yang lebih tinggi bagi pe­ berikan manfaat tanpa mengubah saluran
langgan produk pesaing (A.W. Tunggal, 2001 : 37) distribusi pemasaran.
Kemudian menurut Berkowits dan kawan 3. Memperpanjang daya guna produk yang
kawan : "Differentiation is using innovation and dihasilkan sekarang.
significant point of difference in product offering 4. Menarik keuntungan dari reputasi peru­
higher quality, advance technology or superior sahaan karena produk yang dihasilkan, di­
service in a wide range of market segments". Artinya minati oleh para pelanggan.
diferensiasi dilakukan dengan menggunakan ino­ Sumandy (Copyright 2005) mengadakan
vasi dan bal hal yang ber­arti dari pembeda pro­ penelitian tentang diferensiasi produk yang dila­
duk yang ditawarkan mencakup kualitas terbaik kukan oleh Pocari Sweat. Dia mengatakan bahwa
kemajuan teknologi atau pelayanan prima ter­ diferensiasi merupakan hal yang pen­ting. Namun
hadap keseluruhan pasar Sasaran, (A.W. Tunggal, menurutnya diferensiasi tidak boleh sekedar
2001: 37). Se­lanjutnya, dia mengatakan bahwa berbeda. Diferensiasi harus ter­lebih dahulu diuji
dife­rensiasi dapat didasarkan pada: pada konsumen apakah value yang ditawarkan itu
a. Physical differences misalnya: facture, kinerja, dipersepsi penting atau tidak .Disinilah kehebatan
daya tahan, desain gaya, dan lain lain Pocari Sweat, ia merupakan true brand, bukan
b. Availability differences misalnya: Keter­se­dia­ taste brand, yang mana ia konsisten dan tidak
an di toko, dapat dipesan lewat fax, tele­pon terbujuk mengeluarkan produk dalam berbagai
dan internet. rasa. Dia isotonic, yang dijual adalah khasiatnya
c. Service differences misalnya: memberikan pe­ sebagai minuman pengganti ion-ion tubuh yang
layanan yang lebih baik terhadap kon­sumen. hilang. Dengan kekhasan produknya dan secara
d. Price differences: harga yang tinggi, harga kon­sisten mengiklankan produknya,sampai seka­
menengah, harga rendah. rang produk tersebut terus berkembang pen­
e. Image Differences misalnya: Symbol, Events, jualannya.

135
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144

Di masyarakat kita, sering dijumpai penya­ Siklus Pembelian


kit masuk angin. Penyakit ini di dunia kedok­ Sebelum pembeli menjadi pelanggan yang
teran belum jelas kategorinya sehingga obat me­ loyal, konsumen akan melakukan pro­ses pem­
dis khusus untuk penyakit masuk angin belum belian terlebih dahulu. Setiap kali pelanggan
ada obat medisnya. Disisi lain, masyarakat juga mem­beli, dia bergerak melalui siklus pembelian.
tahu,jamu adalah salah satu cara untuk me­ Siklus pembelian di bagi menjadi 5 langkah yaitu:
ngobatinya. Hal ini juga telah di­manfaatkan oleh 1. Kesadaran
beberapa industri jamu ke­ masan untuk mem­ Langkah ini merupakan langkah utama
produksi jamu untuk me­nyembuhkan sakit masuk dalam membentuk loyalitas pelanggan. Da­
angin, seperti jamu Tolak Angin dan lainnya. lam langkah ini perusahaan mulai mem­
Jamu juga dikenal masyarakat kita ber­man­ bentuk “pangsa pikiran” bagi calon pelanggan
faat untuk menjaga kesehatan badan.Hal ini sudah bahwa produk atau jasa yang ditawarkan
diketahui oleh nenek moyang kita. Demikian juga lebih unggul dari pesaing. Kesadaran dapat
dengan khasiat jamu yang lain, yaitu bermanfaat ditimbulkan dari pema­saran produk melalui
untuk merawat kecantikan. Beberapa keunggulan iklan atau kegiatan promosi lainnya.
jamu tersebut bisa di­pakai sebagai pembeda dari 2. Pembelian Awal
obat farmasi. Langkah ini merupakan langkah penting
dalam memelihara loyalitas pelanggan. Pem­­
Loyalitas Pelanggan belian pertama kali merupakan pem­beli­an
Pelanggan diartikan sebagai seseorang yang percobaan dimana perusahaan dapat me­
terbiasa untuk membeli dari satu tempat (Griffin, nanamkan kesan positif atau negatif da­ ri
2005:31) yang bila seorang pelanggan merasa produk yang diberikan. Hal ini dapat di­lihat
puas terhadap produk tersebut maka dapat me­ dari cara transaksi atau lingkungan/tempat
munculkan rasa loyalitas. penjualan.
Loyalitas telah diartikan berulang kali oleh 3. Evaluasi Pasca Pembelian
banyak peneliti, Griffin (2005:5) mendefinisikan Pelanggan secara sadar atau tidak sadar
Loyalitas sebagai suatu kondisi dari durasi waktu akan mengevaluasi transaksi. Bila mereka
tertentu dan mensyaratkan bahwa tindakan me­ rasa puas atau ketidakpuasannya tidak
pembelian terjadi tidak kurang dari dua kali, Shet ter­lalu tinggi sampai dapat dijadikan dasar
& Mittal dalam Tjiptono (2008:392) me­nuliskan pertimbangan untuk beralih ke pesaing maka
bahwa Loyalitas pelanggan adalah komitmen tahap langkah selanjutnya yaitu ke­putusan
pe­langgan terhadap suatu merek, toko atau pe­ mem­beli kembali mungkin dapat dilakukan.
masok, berdasarkan sikap yang sangat positif dan 4. Keputusan Membeli Kembali
tercermin dalam pembelian utama yang kon­sisten Keputusan untuk membeli kembali me­
Dari definisi-definisi ini dapat disimpulkan rupa­ kan hal yang penting bagi loyalitas
bahwa loyalitas pelanggan secara garis besar pe­ langgan. Tanpa adanya pembelian ber­
ada­lah tentang pembelian berulang dan komit­ ulang maka tidak akan ada loyalitas. Mo­ti­
men sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa vasi membeli kembali berasal dari tingginya
loyalitas pelanggan adalah suatu komitmen se­ sikap positif yang ditunjukkan ter­ hadap
se­
orang dalam melakukan pembelian produk pro­duk yang di beli sebelumnya. Seringkali
yang berulang ditempat/merek yang sama tanpa pelanggan memutuskan untuk membeli
memperdulikan kondisi dan usaha marketing kem­ bali sebagai langkah alamiah karena
tempat lain. telah memiliki ikatan emosional yang kuat
dengan produk tertentu.
Keuntungan Loyalitas Pelanggan
5. Pembelian Kembali
Beberapa perusahaan biasanya memilih
Untuk dapat dianggap loyal maka pe­
untuk mempertahankan loyalitas pelanggan dan
langgan harus terus membeli kembali dari
menjaganya tetap kuat dibandingkan berusaha
perusahaan yang sama dan mengulang lang­
mencari pelanggan baru. Hal ini disebabkan ka­
kah 3 hingga lima secara berulang-ulang.
rena untuk memperoleh suatu pelanggan ba­
Pe­langgan yang loyal akan menolak pesaing
ru membuat perusahaan mengeluarkan biaya 5
dan membeli kembali dari peru­sahaan yang
kali lebih besar dibanding biaya untuk menjaga
sama kapanpun produk itu dibutuhkan atau
loyalitas pelanggan yang telah ada (Kotler dan
di­inginkan.
Keller, 2009:178). Dan juga karena imbalan
dari loyalitas yang bersifat jangka panjang dan Jenis-Jenis Loyalitas
ku­mulatif dimana semakin lama loyalitas pe­ Setelah mengetahui siklus pembelian pe­
langgan, semakin besar laba yang diperoleh dari langgan, pada langkah terakhir yaitu pem­be­lian
satu pelanggan ini. kembali biasanya rasa loyalitas sudah tumbuh pada

136
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144

diri pelanggan. Namun untuk berbagai alasan, telah membeli dari perusahaan sebanyak
beberapa pelanggan tidak mengembangkan lo­ dua kali atau lebih. Mereka mungkin telah
yalitasnya terhadap suatu produk yang digu­nakan. menggunakan dua jenis produk berbeda
Menurut Griffin (2005:23) loyalitas pelanggan pada dua waktu yang berbeda.
dapat dibagi men­jadi 4, yaitu: 5. Client adalah orang yang telah membeli pro­
1. Tanpa Loyalitas duk secara teratur. Mereka akan mem­ beli
Pembeli yang telah membeli produk tidak apapun yang perusahaan jual yang da­pat dia
memperdulikan dimana mereka membeli gunakan. Client biasanya sudah me­ miliki
asal mereka mendapatkan apa yang mereka tingkat loyalitas yang tinggi sehingga mereka
butuhkan. Mereka tidak memilihi ikatan tidak akan terpengaruh oleh daya tarik pe­
emo­sional terhadap produk atau jasa yang saing.
me­reka gunakan. 6. Advocate, sama seperti client, mereka
2. Loyalitas yang Lemah (Inertia Loyalty) mem­beli secara teratur apa yang perusahaan
Pelanggan yang membeli produk karena jual yang dapat mereka gunakan tapi mereka
kebiasaan. Biasanya jenis pembelian ini di­ juga mendorong orang lain untuk membeli
la­
kukan karena mereka selalu meng­ guna­­ dari perusahaan. Advocate membantu pro­
kan produk tersebut dan mereka me­ ra­
sa­ mosi dan membawa pelanggan baru ke­dalam
kan tingkat kepuasan tertentu dengan pe­ perusahaan.
rusahaan. Loyalitas ini umumnya terjadi
pada produk yang sering dibeli. Hal yang Bisa dilakukan
3. Loyalitas Tersembunyi (Latent Loyalty) Agar Konsumen Tetap Loyal
Biasanya loyalitas ini terjadi karena fak­tor Konsumen yang loyal akan mempermudah
situasi dan bukan pengaruh sikap yang me­ perusahaan ketika menyampaikan informasi
nentukan pembelian berulang di­ mana pe­ terkait produk atau jasa-jasa terbaru. Biaya yang
langgan tidak dapat melakukan pembelian digunakan untuk membangun loyalitas kon­
karena adanya situasi tertentu yang menahan sumen lama juga lebih rendah dibanding mencari
pembelian berulang ter­sebut. konsumen baru lagi.
4. Loyalitas Premium Beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk
Merupakan tingkat preferensi paling tinggi membangun kesetiaan atau loyalitas kon­sumen.
dari loyalitas dimana pelanggan bangga ka­ 1. Memiliki Kelebihan Dibanding Pesaing
rena menemukan dan menggunakan pro­ Produk/jasa yang memiliki kelebihan di­ban­
duk tertentu sehingga mereka dengan senang ding pesaing cenderung lebih banyak di­beli.
membagikan pengetahuan mereka kepada Kelebihan ini bisa dalam hal kualitas pro­
rekan dan keluarga. duk, ukuran (lebih besar), fitur (lebih leng­
kap), harga (lebih murah) ataupun hal lain­
Tahapan-Tahapan Loyalitas Pelanggan nya misal rasa, kemasan. Hal-hal ini men­jadi
Loyalitas pelanggan tidak terbentuk hanya daya tarik tersendiri bagi kon­sumen supaya
dalam satu atau dua hari. Dalam menumbuhkan tidak beralih ke pesaing dan tetap setia
rasa loyalitas para pelanggan akan melewati be­ membeli produk kita.
berapa tahap yang tiap tahapnya memerlukan 2. Wajib melakukan Inovasi
kebutuhan khusus. Pada tahap-tahap inilah pe­ Jika Anda melakukan inovasi, secara tidak
rusahaan memiliki peluang besar untuk me­ngu­ lang­sung akan membuat konsumen kita loyal.
bah pembeli menjadi pelanggan yang loyal. Kebutuhan konsumen selalu berubah dan
1. Suspect adalah orang yang yang mungkin cenderung ingin lebih, oleh sebab itu inovasi
membeli produk atau jasa perusahaan. Di­ dan perbaikan produk perlu di­lakukan terus
sebut suspect karena yakin mereka akan menerus.
membeli tetapi belum mengetahui tentang 3. Ciptakan Varian Baru
pe­
rusahaan dan produk yang ditawarkan Strategi yang dimaksud disini adalah kita
perusahaan. wajib melakukan pengembangan pro­ duk
2. Prospect adalah orang yang membutuhkan melalui varian-varian baru. Ban­yak merek-
produk dan memiliki kemampuan membeli. merek besar yang berhasil mem­per­tahankan
Mereka mungkin telah mengetahui infor­ pelanggan dikarenakan me­ reka membuat
masi tentang perusahaan dan prduk namun varian-varian baru. Misalnya saja produk
masih belum memutuskan untuk membeli. sham­ po, ada shampo varian untuk anti
3. First Time Customer adalah orang yang mem­ ketom­be, varian rambut lembut dan lain lain.
beli produk untuk pertama kalinya dan masih 4. Membuat Program Promosi
dapat berpaling dari produk pe­rusahaan. Penerapan program promosi sangat di­perlu­
4. Repeat Customer adalah orang-orang yang kan sebagai salah satu upaya kita mem­per­

137
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144

tahankan konsumen. Promosi diskon, paket Jenis Data, Sumber Data


produk, paket bundling ser­ta paket dengan dan Metode Pengumpulan Data
harga khusus menjadi sa­ lah satu strategi Data yang digunakan dalam kajian ini ter­
yang terbukti ampuh mem­bangun loyalitas diri dari dua jenis yaitu data primer dan data
konsumen. sekunder. Data primer merupakan data yang
5. Bangun Komunikasi Dengan Konsumen diperoleh langsung dari responden melalui survei
Kita wajib membangun komunikasi de­ngan dan wawancara kuesioner. Pertanyaan dalam
konsumen. Hubungan kita dengan konsumen kuesioner dapat berbentuk pertanyaan terbuka,
bila terjadi komunikasi terjalin secara rutin, per­tanyaan tertutup, dan semi terbuka. Pertanyaan
maka konsumen akan tetap setia dan kecil tertutup adalah pertanyaan yang telah memiliki
kemungkinan untuk mencari produk lain. jawaban sehingga responden tinggal memilih
jawaban yang tersedia. Per­tanyaan terbuka ada­
lah pertanyaan yang dapat dijawab responden
METODE dengan cara yang hampir tidak terbatas karena
Sifat Penelitian tidak diberikan alternatif jawaban. Sedangkan
Penelitian ini merupakan penelitian kore­ pertanyaan semi terbuka adalah pertanyaan yang
lasional yang menghubungkan dua variable atau diberikan jawaban alter­natif namun responden
lebih,bersifat kuantitatif dengan metode studi dapat mengisi jawaban selain alternaif jawaban
kasus pada industri jamu kemasan di Indonesia. yang telah disediakan.
Merupakan data kuantitatif karena data-data yang Data sekunder merupakan data yang diper­
digunakan berbentuk angka/numerik, dengan oleh secara tidak langsung dan berfungsi sebagai
masalah yang sudah jelas dan populasinya luas. data pendukung. Data sekunder dalam kajian
Jenis dan Sumber Data ini diperoleh dari instansi terkait seperti Badan
Data yang digunakan dalam penelitian ini Pusat Statistik, Badan Pengawasan Obat dan
terdiri dari dua jenis yaitu data primer dan data Makanan (BPOM), Departemen Perdagangan,
sekunder. Data primer merupakan data yang dan Gabungan Pengusaha Jamu (GP Jamu).
di­
peroleh langsung dari responden melalui a. Kuesioner
kuesioner. Data primer diambil di 10 daerah pene­litian,
Data sekunder merupakan data yang di­per­ antara lain Bandung, Semarang, Sura­baya,
oleh secara tidak langsung dan berfungsi sebagai Medan, Denpasar, Jakarta, Bogor, De­ pok,
data pendukung. Data sekunder di­peroleh dari Tangerang, dan Bekasi. Pemilihan dae­ rah
instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, responden berdasarkan kriteria tren kon­su­
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), men jamu, kultur, dan keterwakilan daerah.
Departemen Perdagangan, dan Gabungan Pengu­ Responden data primer masing-masing wila­
saha Jamu (GP Jamu). yah berjumlah 25 orang, sehingga total res­
Data primer diambil di 10 daerah pene­litian, ponden 250 orang, dengan menggunakan
antara lain Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, metode quota-purposive sampling. Kriteria
Denpasar, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang (ter­ kon­sumen adalah anggota masyarakat yang
masuk Tangerang Selatan), dan Bekasi. Pemi­lih­an pernah mengkonsumsi jamu kemasan pa­ling
daerah responden ber­dasarkan kriteria tren kon­ tidak sekali dalam 3 bulan terakhir. Sam­pel
sumen jamu, kultur, dan keterwakilan daerah. diambil secara kuota dengan variabel de­
mografi jenis kelamin, tingkat pendidikan
Kerangka Pemikiran dan usia karena ditengarai bahwa respons
Kerangka pemikiran penelitian ini dida­ ma­syarakat akan berbeda pada kelompok de­
sar­kan pada model sederhana proses keputusan mografi ini Untuk mempermudah pendataan,
pem­ belian konsumen. Keputusan pembelian wilayah Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang,
kon­sumen dapat diperkuat dan dipengaruhi oleh Bekasi kami gabung menjadi Jabodetabek.
peri­laku produsen dalam menjual pro­duknya ke b. Teknik Penentuan Skala
konsumen. Usaha produsen, dalam hal ini jamu, Menurut Malhotra, skala Linkert adalah pe­
seperti penentuan harga yang kom­ petitif dan ngukuran dengan lima kategori respon yang
terjangkau bagi konsumen, kemudahan mem­ berkisar antara “sangat setuju” hingga “sangat
peroleh produk melalui distri­busi yang tepat, tidak setuju”yang mengharuskan responden
promosi yang menarik dalam menyampaikan me­nentukan derajat persetujuan atau keti­
pesan produk, serta produk yang berkualitas da­ daksetujuan terhadap masing-masing per­
lam pemenuhan kebutuhan konsumen meru­ tanyaan kuesioner.
pakan aspek yang berpengaruh. c. Skala interval.
Menurut Istijanto(2009:83), skala interval
adalah skala yang memiliki urutan dan me­

138
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144

miliki interval atau jarak yang sama an­tara dalam tubuh serta menimbulkan gejala se­perti
kategori atau titik-titik terdekatnya.Untuk demam, keringat dingin, kembung, mual dan
menentukan panjang kelas inter­ valnya, lainnya. Faktanya, medis tidak me­ngenal adanya
menurut Sudjana (2005:47), ditentukan de­ istilah masuk angin. Adapun rangkaian gejala di
ngan rumus : P (Panjang kelas) = Rentang atas biasanya mengarah ke ‘flu like symptom’ yang
Kelas/Banyak Kelas merupakan gejala awal timbulnya serangan virus.
Dengan banyaknya masyarakat yang terkena
Metode Analasis Data masuk angin, di sisi lain belum ada obat medis,
Metode analisis dalam penelitian ini meng­ maka produk jamu untuk menyembuhkan masuk
gunakan Uji Validitas,Uji Reabilitas, Regresi se­ angin akan dicari masyarakat. Demikian juga
derhana,Uji korelasi dan Uji T-test (Paired T-Test). dengan pegel linu, banyak ditemui di masyarakat,
tetapi dari segi medis tidak didapat.
HASIL dan PEMBAHASAN Sedangkan hasil yang kurang baik (dibawah
Pada bab ini akan diuraikan hasil survei pe­ 50%) didapat dari produk jamu kemasan yang
ne­litian di daerah penelitian. Pada bagian per­­ biasa dijumpai di dunia medis. Hal ini bisa di­
tama, akan diuraikan tentang konsumsi jamu jelaskan bahwa obat untuk penyakit medis lebih
ke­masan. Pada bagian-bagian selanjutnya, di­ dipercaya dari pada jamu. Memang, se­cara kua­
uraikan pula mengenai signifikansi atribut kesan litas, pengujian obat farmasi lebih men­­dalam dari
kualitas, kesan kualitas mengenai jamu kemasan, pada jamu
kesadaran masyarakat terhadap jamu, asosiasi Bentuk Jamu Kemasan
masyarakat mengenai jamu kemasan, serta lo­ yang Pernah Dikonsumsi
ya­litas dan kepuasan konsumen ter­hadap jamu Bentuk jamu yang dikonsumsi konsumen
kemasan. terbesar berbentuk jamu cair, dimana 51% kon­
Konsumsi Jamu sumen nasional meminum jamu jenis ini, di­ikuti
Jamu Kemasan yang diminum konsumen oleh jamu serbuk (40%) dan jamu kapsul atau pil
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk me­ (9%).
ngetahui jenis jamu kemasan apa saja yang di­ Tabel 2. Bentuk Jamu yang Pernah dikonsumsi
minum oleh konsumen.
DAERAH KAJIAN
Dari hasil penelitian,secara nasional, 84% BENTUK
JAMU YANG Den- Band- Jabode- Sema- Sura-
res­ponden telah meminum jamu tolak angin, 75% DIKONSUMSI pasar ung tabek rang baya
Medan Nasional
jamu pegel linu, 58% jamu kuat/sehat lelaki, 49%
Cair 48% 51% 49% 54% 52% 73% 51%
jamu kewanitaan dan jamu perawatan kecantikan,
Serbuk 37% 42% 41% 46% 43% 15% 40%
38% jamu pengobatan penyakit, dan 33% jamu
perawatan kesehatan. Dilihat dari data diatas, Kapsul/pil 15% 8% 10% 0% 5% 12% 9%

prosentase yang tinggi (diatas 50%) didapat dari Sumber: Data primer (diolah)
produk jamu kemasan yang fungsinya tidak di­
jumpai di dunia medis, seperti jamu tolak angin Dari sisi bentuk jamu yang dikonsumsi dan
untuk menyembuhkan sakit masuk angin,jamu disukai konsumen, ternyata konsumsi ter­­ besar
pegel linu dan lainnya. Dalam persepsi ma­sya­ masih berbentuk konvensional jamu cair. Persepsi
rakat, ‘Masuk angin’, sangat sering menjadi diag­ kunsumen bahwa bentuk jamu ada­lah berbentuk
nosa mandiri masyarakat awam apabila tubuh cair. Selain itu, bentuk jamu cair mudah untuk di­
ku­rang fit karena dirasa banyaknya ‘angin’ di konsumsi. Preferensi kon­sumen ini merupakan

Tabel 1. Jamu Kemasan yang dikonsumsi Responden


PERSENTASE
JENIS JAMU KEMASAN
Jabodetabek Bandung Semarang Surabaya Denpasar Medan Nasional
Jamu tolak angin 92% 92% 61% 84% 56% 84% 84%
Jamu pegel linu 79% 80% 52% 88% 54% 64% 75%
Jamu kuat/sehat lelaki 62% 76% 30% 64% 34% 52% 58%
Jamu perawatan kecantikan (lulur, spa, 53% 62% 22% 48% 34% 56% 49%
kosmetika, anti jerawat, pelangsing, dsb)
Jamu pengobatan penyakit (batuk, asma, 48% 38% 14% 42% 12% 36% 38%
kencing batu, maag, rematik, darah tinggi,
bersih darah, dsb)
Jamu perawatan kesehatan (tambah darah, 39% 48% 9% 36% 10% 24% 33%
memperlancar asi, penenang, dsb)
Sumber: Data primer (diolah)

139
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144

tantangan bagi industri jamu nasional karena Tabel 3. Signifikansi Atribut Kepraktisan
teknologi pembuatan dan preservasi jamu cair Bentuk Produk dari Jamu kemasan
ini lebih sulit dan canggih Konsumen juga me­ SIGNIFIKANSI PERSENTASE
nyatakan bahwa mereka lebih menyukai jamu Bentuk Produk Sangat tidak penting dan tidak penting 5,91%
berbentuk cair, di­­bandingkan jamu serbuk karena (Cair, bubuk,
Netral/Ragu-ragu 15,04%
tablet, kapsul, dsb)
dianggap lebih praktis meminumnya. Untuk jamu Praktis Penting dan sangat penting 79,05%
yang berbentuk pil/tablet, sebenarnya paling
prak­tis, tetapi karena produk tersebut masih sedi­ Jabodetabek 4,28

kit, prosentasenyapun juga rendah. Bandung 4,14


Semarang 4,19
Signifikansi dari Kepraktisan Nilai Rerata Surabaya 3,88
Bentuk Produk Jamu Kemasan
Denpasar 3,92
Dari data tabel dibawah, 79,05% respon­den
Medan 4,08
menganggap bahwa kepraktisan bentuk pro­duk
dari jamu adalah sesuatu yang penting dan sangat NASIONAL 4,16

penting. Secara nasional, nilai rata rata atribut ini Keterangan : Makna nilai rerata 1 = sangat tidak penting; 2 = tidak penting; 3 =
netral; 4 = penting; 5 = sangat penting.
adalah 4,16. Artinya, res­pon­den memandang bila
atribut kepraktisan ben­tuk produk adalah penting Sumber: Data primer (diolah)

buat mereka. Sementara, apabila dibandingkan


antara daerah satu dengan lainnya relatif tidak Faktor-faktor yang
ada perbedaan.Untuk produk dalam bentuk kap­ Mempengaruhi Konsumsi Jamu Kemasan
sul/pil, lebih rendah daripada serbuk, karena Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang
jamu dalam bentuk kapsul/pil jumlahnya jauh mem­pengaruhi konsumen meminum jamu ke­
lebih kecil dari pada jamu dalam bentuk serbuk. masan, antara lain mutu/kualitas produk, kan­
dungan alami, rasa, kemudahan menda­ pat­
kan
pro­­duk dan harga produk.

Tabel 4. Alasan Responden Konsumsi Jamu Kemasan


ALASAN MENGKONSUMSI PERSENTASE
JAMU KEMASAN Jabodetabek Bandung Semarang Surabaya Denpasar Medan Nasional
Tidak setuju dan
2% 3% 4% 3% 4% 2% 3%
sangat tidak setuju
Kualitas bagus Netral/Ragu-ragu 21% 7% 13% 24% 20% 20% 13%
Setuju dan sangat
76% 90% 83% 73% 76% 68% 80%
setuju
Tidak setuju dan
1% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
sangat tidak setuju
Kandungan
alami Netral/Ragu-ragu 6% 0% 4% 16% 4% 4% 6%
Setuju dan sangat
93% 100% 96% 84% 96% 96% 94%
setuju
Tidak setuju dan
24% 20% 9% 24% 12% 16% 17%
sangat tidak setuju
Rasa enak Netral/Ragu-ragu 35% 4% 78% 44% 36% 56% 42%
Setuju dan sangat
40% 76% 13% 20% 52% 28% 38%
setuju
Tidak setuju dan
11% 0% 4% 8% 4% 24% 9%
sangat tidak setuju
Produk mudah
Netral/Ragu-ragu 14% 0% 13% 20% 44% 4% 16%
didapat
Setuju dan sangat
74% 100% 83% 64% 52% 72% 74%
setuju
Tidak setuju dan
3% 4% 0% 0% 0% 4% 2%
sangat tidak setuju
Harga murah Netral/Ragu-ragu 10% 0% 4% 8% 8% 4% 6%
Setuju dan sangat
87% 96% 96% 92% 92% 92% 92%
setuju
Sumber: Data primer (diolah)

140
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144

Tabel 4 menunjukkan kandungan alami Loyalitas dan Kepuasan


(94%) menempati posisi teratas, sedangkan har­­ Konsumen Terhadap Jamu Kemasan
ga murah menduduki posisi kedua (92%). Se­ Loyalitas merupakan hal yang perlu di­per­­
lanjutnya kualitas produk yang bagus (80%) dan hatikan dan dibangun oleh produsen jika pro­­
produk mudah di dapat (74%). duknya ingin terus dikonsumsi. Tanpa lo­ ya­
Dilihat dari kandungan alami yang ter­ tas konsumen tidak akan melakukan repeat
li­
dapat pada jamu kemasan mendapatkan nilai buying dengan frekwensi sering sehingga ke­
ter­­tinggi, sesuai dengan tren sehat, tidak me­ ma­­panan produk tidak akan berlangsung la­ma
ngan­dung bahan kimia. Dari segi harga, jamu dan pada akhirnya produk menjadi tidak ber­
ke­masan dinilai murah oleh konsumen. Hal ini kembang atau bahkan kalah bersaing de­ ngan
mudah dipahami, karena bahan baku untuk pro­duk pengganti lainnya. Dalam pe­nelitian ini,
pem­buatan jamu kemasan hampir semua di­da­ responden konsumen jamu ke­ mas­
an diminta
pat dari alam Indonesia, tidak perlu impor. Dari menjawab pertanyaan yang dapat menunjukkan
segi kualitas, produsen jamu kemasan su­ dah nilai loyalitas responden atas jamu yang mereka
me­­nerapkan pengujian praproduksi, pro­duksi konsumsi.
hingga pasca produksi. Hal ini untuk memastikan Hasil pengolahan data, pada Tabel 5 me­nun­
produk mereka berkualitas. Dari segi kemudahan jukkan bahwa sebagian besar responden kon­su­
konsumen mendapatkan pro­duk jamu kemasan, men (85%) merasa puas dengan produk jamu ke­
distribusi jamu kemasan sudah beredar di toko masan yang mereka konsumsi.
obat, supermarket hingga ke pedagang kaki lima. Nilai loyalitas konsumen juga semakin ter­
Hal ini mempermudah konsumen untuk membeli lihat cukup baik dengan besarnya presentase un­
produk jamu kemasan. tuk menganjurkan orang lain meminum jamu
Dari data tersebut, menunjukkan bahwa pe­ dan membiasakan diri untuk selalu minum ja­
ni­­laian konsumen yang bagus (diatas 50%) me­ mu dengan persentase sebesar 62% dan 59%. Di­
rupakan bekal yang bagus bagi produsen jamu lihat dari loyalitas produk jamu kemasan In­do­
kemasan. Rasa produk dinilai rendah (38%) ka­ nesia dibandingkan dengan produk jamu asing,
rena konsumen tidak suka dengan rasa jamu ben­ sebanyak 69% responden konsumen lebih me­
tuk serbuk. milih produk jamu Indonesia.

Tabel 5. Loyalitas dan Kepuasan Konsumen Terhadap Jamu Kemasan


PERSENTASE
KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN
Jabodetabek Bandung Semarang Surabaya Denpasar Medan Nasional
Tidak setuju dan
2% 0% 0% 0% 0% 8% 2%
sangat tidak setuju
Puas dengan produk
Netral/Ragu-ragu 7% 10% 20% 12% 10% 22% 18%
jamu yang di minum
Setuju dan sangat
91% 90% 80% 88% 90% 70% 85%
setuju
Tidak setuju dan
8% 14% 29% 4% 14% 8% 9%
sangat tidak setuju
Menganjurkan
kepada orang lain Netral/Ragu-ragu 26% 13% 22% 32% 22% 28% 29%
untuk minum jamu
Setuju dan sangat
66% 73% 49% 64% 64% 64% 62%
setuju
Tidak setuju dan
8% 20% 9% 16% 2% 20% 12%
sangat tidak setuju
Selalu minum jamu Netral/Ragu-ragu 26% 28% 37% 20% 4% 28% 29%
Setuju dan sangat
66% 52% 54% 64% 4% 48% 59%
setuju
Tidak setuju dan
28% 30% 35% 32% 6% 30% 30%
Mengutamakan sangat tidak setuju
minum jamu
Netral/Ragu-ragu 24% 28% 32% 38% 6% 36% 27%
dibanding obat
farmasi (dokter) Setuju dan sangat
48% 42% 33% 30% 38% 44% 43%
setuju
Tidak setuju dan
Mengutamakan 10% 12% 9% 24% 16% 16% 15%
sangat tidak setuju
minum jamu
dibanding obat jamu Netral/Ragu-ragu 18% 10% 14% 24% 12% 24% 14%
buatan luar, seperti
China, Korea Setuju dan sangat
72% 78% 77% 52% 72% 60% 69%
setuju
Sumber: Data primer (diolah)

141
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144

Namun, nilai loyalitas responden konsu­ b. Bentuk produk,


men jamu dibanding obat farmasi masih re­latif c. Informasi produk,
rendah dimana hanya 43% responden konsumen d. Kandungan alami produk
mengutamakan meminum jamu dibandingkan
dengan obat modern. Dengan per­kataan lain, 57% Daya Saing mengenai Mutu produk
responden konsumen jamu masih mengutamakan Mutu jamu kemasan Indonesia diper­sepsikan
obat modern dalam me­nyembuhkan penyakit. lebih tinggi dibandingkan dengan obat/jamu
Rendahnya nilai rerata untuk menguta­ma­ China/Korea/lainnya, tetapi diper­sepsikan lebih
kan meminum jamu dibandingkan obat farmasi rendah dibanding obat farmasi (Tabel 6).
modern merupakan cermin dasar bahwa ma­ Keunggulan mutu produk obat farmasi
syarakat Indonesia, khusunya konsumen jamu, lebih baik dari pada jamu kemasan karena ma­­­
secara umum masih meragukan khasiat jamu sya­rakat mengetahui bahwa obat farmasi te­
di­banding dengan obat farmasi modern. Hal ini lah diuji dengan baik sebelum dipasarkan ke
disebabkan karena beberapa sebab, antara lain ma­ syarakat. Sedangkan produk jamu ke­ mas­
ada­lah persepsi jamu untuk pengobatan pe­nyakit an, mempersepsikan pengujiannya ti­dak se­baik
klinis kurang manjur dibandingkan dengan obat obat farmasi. Obat tradisional impor di­per­sep­
farmasi sikan lebih kurang bermutu diban­dingkan de­
Dalam hal ini, dapat disimpulkan, walau ngan produk jamu kemasan karena produk obat
pun mereka mengaku puas, namun belum lo­yal tradisional impor yang masuk ke Indonesia be­
dan masih menempatkan jamu sebagai alter­natif ra­gam kualitasnya dan informasi kualitas pro­
kepada obat farmasi. duknyapun juga masih minimal.
Temuan ini menunjukkan bahwa industri
Tabel 6. Persepsi Responden Konsumen terhadap Posisi
jamu harus melakukan manajemen kepuasan dan Daya Saing Jamu Kemasan Indonesia tentang Mutu Produk
loyalitas pelanggan yang lebih baik karena posisi Nilai Rerata
mereka di benak konsumen belumlah aman.
Jamu
Pemerintah pun perlu membantu industri jamu Berkualitas Tinggi kema-
Obat Obat/ Jamu Impor
farmasi (China, Korea, dll)
dengan mengkampanyekan khasiat jamu yang tak san

kalah dengan obat farmasi maupun jamu impor. 3,95 4,07 3,18
Dengan demikian, kepercayaan konsumen akan
meningkat dan diharapkan akan berkontribusi 2-tailed
Analisis Mean
bagi peningkatan kepuasan dan loyalitas peng­ perbedaan difference
Nilai t df Sig Kesimpulan
guna jamu.
Kelebihan produk jamu kemasan Indonesia Obat farmasi
dipersepsi
dibanding produk pesaing seperti produk jamu Jamu secara
yang khasiatnya tidak dijumpai di dunia medis kemasan – -,114 -2,231 45 ,027 signifikan lebih
Obat farmasi tinggi mutunya
dan bahan baku yang alami bisa menjadi daya daripada Jamu
tarik tersendiri bagi konsumen supaya tidak kemasan.

beralih ke pesaing. Jamu kemasan


dipersepsi
Untuk membuat konsumen semakin loyal, Jamu
secara
kemasan –
inovasi produk juga sangat diperlukan, selain Obat/jamu
,772 9,283 45 ,000 signifikan lebih
tinggi mutunya
itu, pengembangan varian-varian baru juga bisa impor
daripada obat/
membuat konsumen makin loyal. jamu import.
Sumber: Data primer (diolah), kesimpulan diambil berdasarkan alat uji paired
Daya Saing Jamu Kemasan t-test dengan tingkat signifikansi 5%.
Indonesia di Mata Responden
Dalam penelitian ini,akan dibandingkan Daya Saing Mengenai
antara jamu kemasan dengan obat farmasi dan Kepraktisan Bentuk Produk
obat/jamu impor untuk mengetahui seberapa Dalam hal kepraktisan bentuk produk, jamu
be­sar daya saing jamu kemasan dibandingkan kemasan Indonesia lebih tinggi dibandingkan
de­ngan obat farmasi dan obat/jamu impor Un­ dengan obat/jamu China/Korea/lainnya, namun
tuk mengujinya, dengan uji perbedaan signi­ di­persepsikan lebih rendah dibanding obat far­masi.
fikan antara produk jamu kemasan Indonesia Bentuk obat farmasi terbanyak adalah pil/
de­ngan produk farmasi dan produk obat/jamu tablet. Bentuk ini disukai konsumen karena mu­
im­por, digunakan uji paired t-test dengan ting­kat dah untuk dikonsumsi. Untuk jamu kemasan,
signifikansi 5%. bentuk serbuk masih terbanyak, diikuti dengan
Daya saing jamu kemasan Indonesia akan bentuk cair, dan bentuk pil/tablet. Bentuk serbuk
diteliti dari beberapa sudut,antara lain : di­anggap kurang praktis dikonsumsi, karena
a. Kualitas produk, konsumen harus menyeduh dahulu.

142
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144

Tabel 7. Persepsi Responden Terhadap Posisi Daya Saing Jamu kemasan


Jamu Indonesia Mengenai Bentuk Produk dipersepsi
secara
Nilai Rerata Jamu signifikan
kemasan – lebih
Obat ,645 8,066 244 ,000
Jamu Obat/jamu menyediakan
farmasi Obat/ Jamu Impor impor informasi yang
Bentuk Produk kema-
(kedok- (China, Korea, dll) jelas daripada
san
teran) obat/jamu
3,98 4,10 3,31 import.
Sumber: Data primer (diolah), Kesimpulan diambil berdasarkan alat uji paired
t-test dengan tingkat signifikansi 5%.
2-tailed
Analisis Mean
Nilai t df Sig Kesimpulan
perbedaan difference
Daya Saing dalam hal kandungan Alami dalam
Obat farmasi Produk
dipersepsi Dalam hal kandungan yang alami, jamu
secara
Jamu
signifikan kemasan Indonesia secara signifikan lebih tinggi
kemasan – -,120 -2,543 41 ,012
Obat farmasi
lebih praktis di­bandingkan dengan obat farmasi dan obat/ja­
bentuknya
daripada Jamu mu China/Korea/lainnya.
kemasan. Masyarakat Indonesia mengetahui bahwa
Jamu jamu adalah produk warisan leluhur yang dibuat
kemasan
dipersepsi
dari bahan-bahan alami, sedangkan obat farmasi
Jamu
kemasan –
secara dikenal masyarakat menggunakan bahan baku
,664 8,400 43 ,000 signifikan
Obat/jamu
lebih praktis
kimia.
impor
bentuknya
daripada obat/
jamu import. Tabel 9. Persepsi Responden Terhadap Posisi Daya Saing
Jamu Indonesia Mengenai Kandungan Alami Produk
Sumber: Data primer (diolah), Kesimpulan diambil berdasarkan alat uji paired
t-test dengan tingkat signifikansi 5%. Nilai Rerata
Obat
Jamu
farmasi Obat/ Jamu Impor
Posisi Daya Saing Jamu kemasan Indonesia Kandungan Alami kema-
(kedok- (China, Korea, dll)
san
di Benak Responden mengenai Penyediaan teran)
Informasi yang Jelas dalam produknya 3,81 3,06 3,20
Jamu kemasan Indonesia secara signifikan
lebih tinggi dibandingkan dengan obat/jamu 2-tailed
China/­ Korea/lainnya; namun dianggap secara Analisis Mean
Nilai t df Sig Kesimpulan
perbedaan difference
signifi­kan lebih rendah dibanding obat farmasi.
Keunggulan obat farmasi adalah informasi Jamu kemasan
dipersepsi
yang ada di kemasan cukup lengkap, meliputi secara
Jamu
fungsi obat, kandungan obat, dosis pemakaian kemasan – ,742 9,381 243 ,000
signifikan
lebih alami
dan peringatan pemakaian obat tersebut. Pro­ Obat farmasi
kandungannya
duk jamu kemasan Indonesia informasinya tidak daripada Obat
farmasi.
sejelas obat farmasi. Obat tradisional im­­por di­
Jamu kemasan
nilai paling tidak jelas informasinya, ka­rena in­ dipersepsi
formasi dalam kemasan sulit dipahami (bahasa Jamu secara
kemasan – signifikan
China, Korea). Obat/jamu
,598 7,651 243 ,000
lebih alami
impor kandungannya
Tabel 8. Daya Saing Mengenai daripada obat/
Penyediaan Informasi yang Jelas jamu import.
Nilai Rerata Sumber: Data primer (diolah),kesimpulan diambil berdasarkan alat uji paired
t-test dengan tingkat signifikansi 5%.
Obat
Informasi (tentang dosis, Jamu
farmasi Obat/ Jamu Impor
aturan pakai, efek samping) kema-
(kedok- (China, Korea, dll)
yang jelas san
teran)
SIMPULAN
4,01 4,23 3,36 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pem­ ba­
Analisis Mean
2-tailed hasan yang telah dilakukan oleh penulis tentang
Nilai t df Sig Kesimpulan
perbedaan difference “Strategi Pengembangan Jamu Kemasan di Indo­
nesia”, maka penulis dapat menarik kesim­pulan
Obat farmasi
dipersepsi sebagai berikut:
Jamu
secara 1. Jenis jamu kemasan yang dikonsumsi oleh
signifikan lebih
kemasan – -,217 -4,137 243 ,000
menyediakan kon­sumen adalah produk jamu kemasan
Obat farmasi
informasi yang yang khasiatnya tidak ada di dalam produk
jelas daripada
Jamu kemasan.

143
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144

obat medis, seperti Jamu Tolak Angin, Jamu talizing on the Value of a Brand Name. New
Pegel linu dan lainnya. Jamu kemasan untuk York: The Free Press.
perawatan kesehatan dan kecantikan juga Assael, Henry, (1987), Consumer Behavior and
cukup laku di pasaran. Marketing Action, Third Edition, Boston:
2. Bentuk Jamu kemasan yang disukai kon­ PWS-Kent Publishing Company.
sumen adalah berbentuk cair dan pil/tablet. Baker, Michael J. 2003. The Marketing Book.
3. Keunggulan jamu kemasan pada kan­dungan Oxford : Butterworth Heinemann. Bandung.
alami di produk jamu kemasan, kua­litas pro­ Baron, R. A. and Byrne, D. 1997. Social Psychology,
duk yang bagus, kemudahan men­da­patkan 8th edition. Boston, MA: Allyn and Bacon.
produk dan harga yang ter­jangkau. Eagly and Chaiken. 1993. The Psychology of
a. Daya saing produk jamu kemasan di­ Attitudes, Fort Worth, TX: Harcourt Brace
bandingkan dengan produk obat medis Jovanovich
kurang baik, terutama dalam hal kualitas Engel, J.F., Blackwell, R.D. and Miniard, P.W.
produk jamu kemasan, bentuk produk 1994. Consumer Behavior, 6th ed., The Dryden
dan kejelasan informasi dalam produk. Press, Chicago, IL.
Hanya dalam hal kandungan alami,jamu Fraering, J.M. 2002. “Community, Fortutide, Satis­
kemasan lebih unggul dari pada obat faction and Loyalty: Tests of Oliver’s Proposed
medis. Frameworks”, Dissertation, University of
b. Daya saing produk jamu kemasan di­ Texas-Pan American.
bandingkan dengan jamu produk impor Hair, J.F. Jr, Anderson, R.E., Tatham, R.L. and
lebih baik,terutama dalam hal kualitas Black, W.C. 1998. Multivariate Data Analysis,
produk, bentuk produk, ke­jelasan infor­ 5th ed., Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ.
masi dan kandungan alami pada produk Istijanto, MM, M.Comm. 2009. Aplikasi Praktis
4. Masalah masih belum tingginya loyalitas Riset Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama.
peng­ guna terhadap jamu. Sebagian besar Jakarta.
peng­guna masih menempatkan jamu seba­gai Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran: Jilid
alternatif kepada obat farmasi 1. Edisi Milenium. Jakarta. Prehallindo.
Kotler, Philip, ”Manajemen Pemasaran”,Edisi
Saran 12 jilid 1, Penerbit PT Indeks Kelompok
1. Produsen jamu kemasan memfokuskan pro­ Gramedia, Jakarta 2009
duknya pada jenis jamu yang tidak ter­dapat Kuncoro, Mudrajad, ”Metode Riset Untuk Bisnis
di produk obat medis. Hal ini bisa dilakukan & Ekonomi,Bagaimana Meneliti & Menulis
dengan melakukan riset di masyarakat ten­ Tesis?” Penerbit Erlangga,Jakarta 2003
tang penyakit yang diderita oleh masya­ra­ Schiffman, Leon G. & Leslie L. Kanuk. 2000.
kat, tetapi belum ada obat medisnya. Se­lain Consumer Behavior: Fifth Edition. New Jersey.
itu juga produk penjaga kesehatan dan pera­ Prentice-Hall Inc.
watan tubuh juga po­tensial untuk di­produksi. Swastha, Basu & Handoko, Hani. 2011. Mana­
2. Bentuk produk difokuskan ke bentuk yang jemen Pemasaran-Analisis Perilaku Konsu­
praktis, seperti bentuk cair, pil/tablet. men. Yogyakarta. BPFE.
Dengan perkembangan jaman saat ini, semua ---. 2008. Laporan Tahunan. Balai Besar Penga­
hal ingin praktis,Jamu kemasan berbentuk wasan Obat dan Makanan.
cair sudah cukup banyak di­produksi dan di­
sukai konsumen, sedang­kan bentuk pil/tablet
masih belum banyak diproduksi.
3. Informasi pada produk jamu kemasan di­
perjelas, seperti khasiat, komposisi ja­ mu
dan aturan pakai. Masyarakat meng­inginkan
lebih detail mengenai informasi yang terdapat
pada produk jamu kemasan

DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D.A. 1995. Building Strong Brands. New
York: The Free Press.
Aaker, D.A.1989. “Managing Assets and Skills: The
Key to a Sustainable Competitive Advantage,”
California Management Revie, Winter,
pp.91- 106.
Aaker, D.A.1991. Managing Brand Equity: Capi­

144

Anda mungkin juga menyukai