1, Maret 2019: 1 - 14
I L M U P E N G E TA H U A N , T E K N O LO G I , DA N H U M A N I O R A
130
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144
Hendra Winarsa
Fakultas Ekonomi, Universitas Pamulang
winarsahendra@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis jamu kemasan yang dikonsumsi konsumen di Indonesia,bentuk
jamu kemasan yang disukai konsumen, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen membeli
jamu kemasan, loyalitas konsumen jamu kemasan dan daya saing jamu kemasan terhadap produk lainnya,
seperti obat medis dan jamu impor. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional yang
menghubungkan dua variable atau lebih, bersifat kuantitatif dengan metode studi kasus pada industri jamu
kemasan di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu data primer
dan data sekunder. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan Uji Validitas, Uji Reabilitas, Regresi
sederhana, Uji korelasi dan Uji T-test (Paired T-Test). Kesimpulan dari hasil penelitian adalah: 1. Jenis
jamu kemasan yang dikonsumsi oleh konsumen adalah produk jamu kemasan yang khasiatnya tidak ada di
dalam produk obat medis. 2. Bentuk Jamu kemasan yang disukai konsumen adalah berbentuk cair dan pil/
tablet. 3. Keunggulan jamu kemasan pada kandungan alami di produk jamu kemasan, kualitas produk yang
bagus, kemudahan mendapatkan produk dan harga yang terjangkau. 4. Daya saing produk jamu kemasan
dibandingkan dengan produk obat medis kurang baik, sedangkan dibandinkan dengan jamu impor lelatif
lebih baik. 5. Belum tingginya loyalitas pengguna terhadap jamu kemasan. Sebagian besar pengguna masih
menempatkan jamu sebagai alternative. Hasil penelitian ini menyarankan beberapa hal, antara lain : 1.
Produsen jamu kemasan memfokuskan produknya pada jenis jamu yang tidak terdapat di produk obat medis
dan produk yang berkaitan dengan perawatan tubuh dan kecantikan. 2. Bentuk produk difokuskan ke bentuk
yang praktis, seperti bentuk cair, pil/tablet. 3. Informasi pada produk jamu kemasan diperjelas, seperti khasiat,
komposisi jamu, dan aturan pakai.
Abstract
This research aims to know the types of herbal packaging consumed consumers in Indonesia, the shape of the
packaging of herbs preferred consumer, factors that influence what consumers buy , herbal packaging and
consumer loyalty resources pavkaging herbs against competitive products, such as medical and herbal imports.
This research method using research methods korelasional that connects two or more variables, quantitative
methods are case studies on herbal packaging industry in Indonesia. The data used in this study are of two types
i.e., primary data and secondary data. Methods of analysis in this study uses the Validity Test, test Reabilitas,
simple Regression, correlation and T-test-test-test (Paired T-Test). The conclusion of the results of the research
are: 1. Types of herbal packaging consumed by consumers is the product packaging that herbal which is not
in medical drug products. 2. Form of Herbs preferred packaging consumers are shaped liquid and pills/tablets
3. Advantages of herbal packaging in natural deposits in herbal products packaging, good quality products,
convenience products and reasonable prices. 4. The packaging of herbal products competitiveness compared
with less good medical drug products, and more good with importing herbal . 5. Customer loyalty of Indonesia
herbis not hight.Most users are still putting the herbs as an alternative. The results of this study suggest several
things, among others: 1. The manufacturer of the packaging products focusing on herbal medicine types of herbal
medicine which is not found in medical drug products and products related to beauty and body treatments. 2.
Products focused to a practical form, such as the liquid form, pills/tablets. 3. information on medicinal products
packaging made clear, such as efficacy, the composition of the herbs and the rules of use.
131
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144
Keywords : Indonesia Herbal Packaging, Com telah menciptakan tiga juta lapangan kerja (GP
petition, Loyalit, Product Development. Jamu, 2008).
Sebagian besar produk nasional jamu diserap
di dalam negeri dan hanya sebagian kecil untuk
PENDAHULUAN diekspor ke beberapa negara seperti Singapura
Latar Belakang dan Malaysia.
Indonesia adalah negara yang sangat ka Faktor lain seperti perubahan tren gaya hi
ya akan tumbuhan obat. Beberapa sumber me dup juga mempengaruhi pola konsumsi jamu.
nyebutkan terdapat sekitar 30 ribu jenis tanaman Industri farmasi juga melihat peluang tersebut,
obat. Dari jumlah sebanyak itu, yang sudah di sehingga beberapa industri farmasi memasuki
manfaatkan dan diketahui manfaatnya baru ra mencoba memasuki pasar jamu di Indonesia.
tusan jumlahnya. Hal ini berarti masih sangat Jepang mempunyai warisan minum teh,
banyak tanaman obat yang belum dimanfaatkan. Korea mempunyai budaya minum gingseng.Wa
Secara tradisional, tanaman obat ini digunakan risan budaya tersebut mereka rawat hingga saat
untuk pembuatan jamu (Anonim, 2007). Jamu ini. Karena jamu merupakan produk wa risan
merupakan warisan budaya bangsa yang sudah budaya bangsa Indonesia, kita perlu menciptakan
digunakan secara turun menurun. Indonesia tradisi cinta terhadap produk asli Indonesia.
memiliki keunggulan dalam hal pengembangan Perusahaan jamu juga mendapat tantangan
jamu dengan 9.600 jenis tanaman obat yang untuk mengembangkan strategi khusus dalam
dapat digunakan sebagai bahan dasar jamu. De peningkatan brand awareness masyarakat Indo
ngan seiringnya perkembangan jaman yang nesia terhadap produk jamu. Semua program
telah mengangkat kembali slogan back to nature, yang dilakukan oleh pengusaha domestik, khu
jamu kembali mendapatkan perhatian bagi pe susnya pengusaha jamu, tidak akan sukses
merhati kesehatan di Indonesia.Dari sisi dunia tanpa dukungan dari masyarakat Indonesia dan
kesehatan, kalau dulu masyarakat lebih fokus Pemerintah. Tugas utama kita adalah me les
pada proses penyembuhan penyakit yang cepat, tarikan dan cinta produk warisan leluhur se
kini pandangan masyarakat telah bergeser ke bagai tradisi yang tidak dapat digoyahkan oleh
proses pemeliharaan kesehatan dan pencegahan berbagai isu dan permasalahan yang terjadi baik
penyakit. Sama hanya dengan obat-obatan. Ka di dalam maupun luar negeri. Berdasarkan Ke
lau dulu orang tidak peduli dari mana suatu putusan Kepala BPOM tentang Ketentuan Pokok
obat berasal, yang penting sembuh. Sekarang Pengelompokkan dan Pe nan
daan Obat Bahan
asal muasal obat juga menjadi fak tor penting Alam Indonesia, ada pembagian kategori ber
dalam menentukan obat yang akan dikonsumsi. dasarkan cara pembuatan, klaim penggunaan dan
Obat tradisional dianggap memiliki resiko efek tingkat pembuktian khasiatnya, yakni Jamu, Obat
samping rendah daripada obat sintetis. Herbal Terstandar dan Fitofarmaka. Ketiganya
Dari sisi perekonomian, industri jamu telah kategori tersebut harus aman dan memenuhi
berkontribusi sangat besar bagi pendapatan persyaratan mutu yang berlaku.
nasional, peningkatan kesejahteraan masyarakat
dan penyediaan lapangan kerja. Bahan baku Jamu
hampir mencapai sekitar 99% yang digunakan Klaim khasiat Jamu dibuktikan secara turun-
merupakan produk dalam negeri dinilai mam temurun (empiris) namun tidak boleh mengklaim
pu membawa multiplier effect yang cukup sig memberikan kesembuhan penyakit. Diproduksi
nifi
kan dalam pertumbuhan perekonomian di secara sederhana dengan peralatan yang seder
Indonesia mulai dari sektor hulu (pertanian) hana dan bahan bakunya belum terstandar. Con
hingga sektor hilir yang meliputi perindustrian toh dari kategori ini antara lain jamu beras kencur,
dan perdagangan. Perkembangan industri ja dan jamu gendong lainnya.
mu di Indonesia dalam lima tahun terakhir me
nunjukkan pertumbuhan yang signifikan dengan Obat Herbal Terstandar
pertumbuhan omzet yang baik. Jumlah industri Klaim khasiat dari obat herbal terstandar
jamu tercatat sebanyak 1.166 industri yang terdiri dibuktikan secara ilmiah yaitu melalui uji pre-
dari 129 industri besar dan 1.037 merupakan klinik (menggunakan hewan coba), bahan baku
industri kecil. Dari 1.166 industri tersebut, 129 nya telah distandardisasi dan diproduksi di fasi
industri besar dan 621 industri kecil sudah litas yang modern (CPOTB).
tergabung dalam Gabungan Pengusaha Jamu (GP
Jamu, 2004). Fitofarmaka
Dalam aktivitas ekonominya, pasar industri Klaim khasiat dari fitofarmaka dibuktikan
jamu Indonesia telah menunjukkan pertumbuhan secara ilmiah yaitu melalui uji pre-klinik dan
yang signifikan dan daerah konsumen terbesar di uji klinik (diuji coba ke manusia/sukarelawan),
Pulau Jawa mencapai 60% pada tahun 2007 dan menggunakan bahan baku yang sudah terstan
132
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144
133
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144
134
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144
135
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144
136
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144
diri pelanggan. Namun untuk berbagai alasan, telah membeli dari perusahaan sebanyak
beberapa pelanggan tidak mengembangkan lo dua kali atau lebih. Mereka mungkin telah
yalitasnya terhadap suatu produk yang digunakan. menggunakan dua jenis produk berbeda
Menurut Griffin (2005:23) loyalitas pelanggan pada dua waktu yang berbeda.
dapat dibagi menjadi 4, yaitu: 5. Client adalah orang yang telah membeli pro
1. Tanpa Loyalitas duk secara teratur. Mereka akan mem beli
Pembeli yang telah membeli produk tidak apapun yang perusahaan jual yang dapat dia
memperdulikan dimana mereka membeli gunakan. Client biasanya sudah me miliki
asal mereka mendapatkan apa yang mereka tingkat loyalitas yang tinggi sehingga mereka
butuhkan. Mereka tidak memilihi ikatan tidak akan terpengaruh oleh daya tarik pe
emosional terhadap produk atau jasa yang saing.
mereka gunakan. 6. Advocate, sama seperti client, mereka
2. Loyalitas yang Lemah (Inertia Loyalty) membeli secara teratur apa yang perusahaan
Pelanggan yang membeli produk karena jual yang dapat mereka gunakan tapi mereka
kebiasaan. Biasanya jenis pembelian ini di juga mendorong orang lain untuk membeli
la
kukan karena mereka selalu meng guna dari perusahaan. Advocate membantu pro
kan produk tersebut dan mereka me ra
sa mosi dan membawa pelanggan baru kedalam
kan tingkat kepuasan tertentu dengan pe perusahaan.
rusahaan. Loyalitas ini umumnya terjadi
pada produk yang sering dibeli. Hal yang Bisa dilakukan
3. Loyalitas Tersembunyi (Latent Loyalty) Agar Konsumen Tetap Loyal
Biasanya loyalitas ini terjadi karena faktor Konsumen yang loyal akan mempermudah
situasi dan bukan pengaruh sikap yang me perusahaan ketika menyampaikan informasi
nentukan pembelian berulang di mana pe terkait produk atau jasa-jasa terbaru. Biaya yang
langgan tidak dapat melakukan pembelian digunakan untuk membangun loyalitas kon
karena adanya situasi tertentu yang menahan sumen lama juga lebih rendah dibanding mencari
pembelian berulang tersebut. konsumen baru lagi.
4. Loyalitas Premium Beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk
Merupakan tingkat preferensi paling tinggi membangun kesetiaan atau loyalitas konsumen.
dari loyalitas dimana pelanggan bangga ka 1. Memiliki Kelebihan Dibanding Pesaing
rena menemukan dan menggunakan pro Produk/jasa yang memiliki kelebihan diban
duk tertentu sehingga mereka dengan senang ding pesaing cenderung lebih banyak dibeli.
membagikan pengetahuan mereka kepada Kelebihan ini bisa dalam hal kualitas pro
rekan dan keluarga. duk, ukuran (lebih besar), fitur (lebih leng
kap), harga (lebih murah) ataupun hal lain
Tahapan-Tahapan Loyalitas Pelanggan nya misal rasa, kemasan. Hal-hal ini menjadi
Loyalitas pelanggan tidak terbentuk hanya daya tarik tersendiri bagi konsumen supaya
dalam satu atau dua hari. Dalam menumbuhkan tidak beralih ke pesaing dan tetap setia
rasa loyalitas para pelanggan akan melewati be membeli produk kita.
berapa tahap yang tiap tahapnya memerlukan 2. Wajib melakukan Inovasi
kebutuhan khusus. Pada tahap-tahap inilah pe Jika Anda melakukan inovasi, secara tidak
rusahaan memiliki peluang besar untuk mengu langsung akan membuat konsumen kita loyal.
bah pembeli menjadi pelanggan yang loyal. Kebutuhan konsumen selalu berubah dan
1. Suspect adalah orang yang yang mungkin cenderung ingin lebih, oleh sebab itu inovasi
membeli produk atau jasa perusahaan. Di dan perbaikan produk perlu dilakukan terus
sebut suspect karena yakin mereka akan menerus.
membeli tetapi belum mengetahui tentang 3. Ciptakan Varian Baru
pe
rusahaan dan produk yang ditawarkan Strategi yang dimaksud disini adalah kita
perusahaan. wajib melakukan pengembangan pro duk
2. Prospect adalah orang yang membutuhkan melalui varian-varian baru. Banyak merek-
produk dan memiliki kemampuan membeli. merek besar yang berhasil mempertahankan
Mereka mungkin telah mengetahui infor pelanggan dikarenakan me reka membuat
masi tentang perusahaan dan prduk namun varian-varian baru. Misalnya saja produk
masih belum memutuskan untuk membeli. sham po, ada shampo varian untuk anti
3. First Time Customer adalah orang yang mem ketombe, varian rambut lembut dan lain lain.
beli produk untuk pertama kalinya dan masih 4. Membuat Program Promosi
dapat berpaling dari produk perusahaan. Penerapan program promosi sangat diperlu
4. Repeat Customer adalah orang-orang yang kan sebagai salah satu upaya kita memper
137
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144
138
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144
miliki interval atau jarak yang sama antara dalam tubuh serta menimbulkan gejala seperti
kategori atau titik-titik terdekatnya.Untuk demam, keringat dingin, kembung, mual dan
menentukan panjang kelas inter valnya, lainnya. Faktanya, medis tidak mengenal adanya
menurut Sudjana (2005:47), ditentukan de istilah masuk angin. Adapun rangkaian gejala di
ngan rumus : P (Panjang kelas) = Rentang atas biasanya mengarah ke ‘flu like symptom’ yang
Kelas/Banyak Kelas merupakan gejala awal timbulnya serangan virus.
Dengan banyaknya masyarakat yang terkena
Metode Analasis Data masuk angin, di sisi lain belum ada obat medis,
Metode analisis dalam penelitian ini meng maka produk jamu untuk menyembuhkan masuk
gunakan Uji Validitas,Uji Reabilitas, Regresi se angin akan dicari masyarakat. Demikian juga
derhana,Uji korelasi dan Uji T-test (Paired T-Test). dengan pegel linu, banyak ditemui di masyarakat,
tetapi dari segi medis tidak didapat.
HASIL dan PEMBAHASAN Sedangkan hasil yang kurang baik (dibawah
Pada bab ini akan diuraikan hasil survei pe 50%) didapat dari produk jamu kemasan yang
nelitian di daerah penelitian. Pada bagian per biasa dijumpai di dunia medis. Hal ini bisa di
tama, akan diuraikan tentang konsumsi jamu jelaskan bahwa obat untuk penyakit medis lebih
kemasan. Pada bagian-bagian selanjutnya, di dipercaya dari pada jamu. Memang, secara kua
uraikan pula mengenai signifikansi atribut kesan litas, pengujian obat farmasi lebih mendalam dari
kualitas, kesan kualitas mengenai jamu kemasan, pada jamu
kesadaran masyarakat terhadap jamu, asosiasi Bentuk Jamu Kemasan
masyarakat mengenai jamu kemasan, serta lo yang Pernah Dikonsumsi
yalitas dan kepuasan konsumen terhadap jamu Bentuk jamu yang dikonsumsi konsumen
kemasan. terbesar berbentuk jamu cair, dimana 51% kon
Konsumsi Jamu sumen nasional meminum jamu jenis ini, diikuti
Jamu Kemasan yang diminum konsumen oleh jamu serbuk (40%) dan jamu kapsul atau pil
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk me (9%).
ngetahui jenis jamu kemasan apa saja yang di Tabel 2. Bentuk Jamu yang Pernah dikonsumsi
minum oleh konsumen.
DAERAH KAJIAN
Dari hasil penelitian,secara nasional, 84% BENTUK
JAMU YANG Den- Band- Jabode- Sema- Sura-
responden telah meminum jamu tolak angin, 75% DIKONSUMSI pasar ung tabek rang baya
Medan Nasional
jamu pegel linu, 58% jamu kuat/sehat lelaki, 49%
Cair 48% 51% 49% 54% 52% 73% 51%
jamu kewanitaan dan jamu perawatan kecantikan,
Serbuk 37% 42% 41% 46% 43% 15% 40%
38% jamu pengobatan penyakit, dan 33% jamu
perawatan kesehatan. Dilihat dari data diatas, Kapsul/pil 15% 8% 10% 0% 5% 12% 9%
prosentase yang tinggi (diatas 50%) didapat dari Sumber: Data primer (diolah)
produk jamu kemasan yang fungsinya tidak di
jumpai di dunia medis, seperti jamu tolak angin Dari sisi bentuk jamu yang dikonsumsi dan
untuk menyembuhkan sakit masuk angin,jamu disukai konsumen, ternyata konsumsi ter besar
pegel linu dan lainnya. Dalam persepsi masya masih berbentuk konvensional jamu cair. Persepsi
rakat, ‘Masuk angin’, sangat sering menjadi diag kunsumen bahwa bentuk jamu adalah berbentuk
nosa mandiri masyarakat awam apabila tubuh cair. Selain itu, bentuk jamu cair mudah untuk di
kurang fit karena dirasa banyaknya ‘angin’ di konsumsi. Preferensi konsumen ini merupakan
139
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144
tantangan bagi industri jamu nasional karena Tabel 3. Signifikansi Atribut Kepraktisan
teknologi pembuatan dan preservasi jamu cair Bentuk Produk dari Jamu kemasan
ini lebih sulit dan canggih Konsumen juga me SIGNIFIKANSI PERSENTASE
nyatakan bahwa mereka lebih menyukai jamu Bentuk Produk Sangat tidak penting dan tidak penting 5,91%
berbentuk cair, dibandingkan jamu serbuk karena (Cair, bubuk,
Netral/Ragu-ragu 15,04%
tablet, kapsul, dsb)
dianggap lebih praktis meminumnya. Untuk jamu Praktis Penting dan sangat penting 79,05%
yang berbentuk pil/tablet, sebenarnya paling
praktis, tetapi karena produk tersebut masih sedi Jabodetabek 4,28
penting. Secara nasional, nilai rata rata atribut ini Keterangan : Makna nilai rerata 1 = sangat tidak penting; 2 = tidak penting; 3 =
netral; 4 = penting; 5 = sangat penting.
adalah 4,16. Artinya, responden memandang bila
atribut kepraktisan bentuk produk adalah penting Sumber: Data primer (diolah)
140
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144
141
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144
kalah dengan obat farmasi maupun jamu impor. 3,95 4,07 3,18
Dengan demikian, kepercayaan konsumen akan
meningkat dan diharapkan akan berkontribusi 2-tailed
Analisis Mean
bagi peningkatan kepuasan dan loyalitas peng perbedaan difference
Nilai t df Sig Kesimpulan
guna jamu.
Kelebihan produk jamu kemasan Indonesia Obat farmasi
dipersepsi
dibanding produk pesaing seperti produk jamu Jamu secara
yang khasiatnya tidak dijumpai di dunia medis kemasan – -,114 -2,231 45 ,027 signifikan lebih
Obat farmasi tinggi mutunya
dan bahan baku yang alami bisa menjadi daya daripada Jamu
tarik tersendiri bagi konsumen supaya tidak kemasan.
142
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144
143
JURNAL MADANI: Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, Maret 2019: 131 - 144
obat medis, seperti Jamu Tolak Angin, Jamu talizing on the Value of a Brand Name. New
Pegel linu dan lainnya. Jamu kemasan untuk York: The Free Press.
perawatan kesehatan dan kecantikan juga Assael, Henry, (1987), Consumer Behavior and
cukup laku di pasaran. Marketing Action, Third Edition, Boston:
2. Bentuk Jamu kemasan yang disukai kon PWS-Kent Publishing Company.
sumen adalah berbentuk cair dan pil/tablet. Baker, Michael J. 2003. The Marketing Book.
3. Keunggulan jamu kemasan pada kandungan Oxford : Butterworth Heinemann. Bandung.
alami di produk jamu kemasan, kualitas pro Baron, R. A. and Byrne, D. 1997. Social Psychology,
duk yang bagus, kemudahan mendapatkan 8th edition. Boston, MA: Allyn and Bacon.
produk dan harga yang terjangkau. Eagly and Chaiken. 1993. The Psychology of
a. Daya saing produk jamu kemasan di Attitudes, Fort Worth, TX: Harcourt Brace
bandingkan dengan produk obat medis Jovanovich
kurang baik, terutama dalam hal kualitas Engel, J.F., Blackwell, R.D. and Miniard, P.W.
produk jamu kemasan, bentuk produk 1994. Consumer Behavior, 6th ed., The Dryden
dan kejelasan informasi dalam produk. Press, Chicago, IL.
Hanya dalam hal kandungan alami,jamu Fraering, J.M. 2002. “Community, Fortutide, Satis
kemasan lebih unggul dari pada obat faction and Loyalty: Tests of Oliver’s Proposed
medis. Frameworks”, Dissertation, University of
b. Daya saing produk jamu kemasan di Texas-Pan American.
bandingkan dengan jamu produk impor Hair, J.F. Jr, Anderson, R.E., Tatham, R.L. and
lebih baik,terutama dalam hal kualitas Black, W.C. 1998. Multivariate Data Analysis,
produk, bentuk produk, kejelasan infor 5th ed., Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ.
masi dan kandungan alami pada produk Istijanto, MM, M.Comm. 2009. Aplikasi Praktis
4. Masalah masih belum tingginya loyalitas Riset Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama.
peng guna terhadap jamu. Sebagian besar Jakarta.
pengguna masih menempatkan jamu sebagai Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran: Jilid
alternatif kepada obat farmasi 1. Edisi Milenium. Jakarta. Prehallindo.
Kotler, Philip, ”Manajemen Pemasaran”,Edisi
Saran 12 jilid 1, Penerbit PT Indeks Kelompok
1. Produsen jamu kemasan memfokuskan pro Gramedia, Jakarta 2009
duknya pada jenis jamu yang tidak terdapat Kuncoro, Mudrajad, ”Metode Riset Untuk Bisnis
di produk obat medis. Hal ini bisa dilakukan & Ekonomi,Bagaimana Meneliti & Menulis
dengan melakukan riset di masyarakat ten Tesis?” Penerbit Erlangga,Jakarta 2003
tang penyakit yang diderita oleh masyara Schiffman, Leon G. & Leslie L. Kanuk. 2000.
kat, tetapi belum ada obat medisnya. Selain Consumer Behavior: Fifth Edition. New Jersey.
itu juga produk penjaga kesehatan dan pera Prentice-Hall Inc.
watan tubuh juga potensial untuk diproduksi. Swastha, Basu & Handoko, Hani. 2011. Mana
2. Bentuk produk difokuskan ke bentuk yang jemen Pemasaran-Analisis Perilaku Konsu
praktis, seperti bentuk cair, pil/tablet. men. Yogyakarta. BPFE.
Dengan perkembangan jaman saat ini, semua ---. 2008. Laporan Tahunan. Balai Besar Penga
hal ingin praktis,Jamu kemasan berbentuk wasan Obat dan Makanan.
cair sudah cukup banyak diproduksi dan di
sukai konsumen, sedangkan bentuk pil/tablet
masih belum banyak diproduksi.
3. Informasi pada produk jamu kemasan di
perjelas, seperti khasiat, komposisi ja mu
dan aturan pakai. Masyarakat menginginkan
lebih detail mengenai informasi yang terdapat
pada produk jamu kemasan
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D.A. 1995. Building Strong Brands. New
York: The Free Press.
Aaker, D.A.1989. “Managing Assets and Skills: The
Key to a Sustainable Competitive Advantage,”
California Management Revie, Winter,
pp.91- 106.
Aaker, D.A.1991. Managing Brand Equity: Capi
144