1. Formulasi Formulasi obat tergantung pada faktor-faktor a. Penghalang yang dapat dilewati oleh obat b. Keadaan saat obat akan digunakan c. Mendesaknya situasi medis d. Kestabilan obat 2. Cara pemberian obat : Cara pemberian obat meliputi : a. Oral (PO) : paling cocok untuk obat-obat yang diberikan sendiri b. Sublingual : absorpsinya baik melalui jaringan kapiler dibawah lidah c. Rektal (PR) : berguna untuk pasien yang tidak sadar atau muntah-muntah atau anak kecil Cara pemberian obat secara tradisional/parenteral (sekitar saluran pencernaan): a. Intravena (IV) : kerjanya cepat karena obat disuntikan langsung kedalam aliran darah. b. Intramuskular (IM) : obat melalui dinding kapiler untuk memasuki aliran darah c. Subkutan (SubQ,SC) : obat disuntikan dibawah kulit dan menembus dinding kapiler untuk memasuki aliran darah. d. Inhalasi : seacara umum absorpsinya cepat. e. Topikal : berguna untuk pemberian obat-obat lokal, khususnya yang mempunyai efek toksik jika diberikan secara sistematik. f. Transdermal : sedikit obat-obatan yang dapat diformulasikan sedemikian sehingga ‘koyo’ yang berisi obat tersebut ditempelkan ke kulit. 3. Regimen dosis Tiga regimen dosis yang umum diperbandingkan : a. Dosis tunggal 1. Plasma : konsentrasi obat dalam plasma meningkat saat obat di distribusikan ke dalam aliran darah kemudian turun saat obat di distribusikan ke jaringan, dimetabolisme, dan di eksresi 2. Oral : obat diberikan secara oral mencapai konsentrasi plasma puncak lebih lambat dari pada obat yang berikan secara intravena. 3. Infus kontinu (IV) : keadaan stabil (keseimbangan) konsentrasi obat dalam plasma di capai setelah infus kontinu selama 4-5 waktu paruh. 4. Dosis intermiten : sebuah obat harus diberikan selama 4-5 waktu paruh sebelum tercapai keadaan stabil. 5. Puncak adalah nilai-nilai tinggi pada fluktuasi. Efek toksik paling mungkin terjadi selama konsentrasi puncak obat. 6. Lembah adalah nilai-nilai rendah pada fluktuasi. Kurangnya efek obat paling mungkin terjadi selama konsentrasi lembah obat. 4. Persiapan pemberian obat Ada 6 persyaratan sebelum pemberian obat yaitu dengan 6 prinsip, yaitu : 1. Tepat obat Sebelum mempersiapkan obat ketempatnya perawat harus memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat pbat diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan. Sebelum memberi obat obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya kembali. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. 2. Tepat dosis Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes,gelas ukur,spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tabel dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien. 3. Tepat pasien Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan cara mengindentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama,nomor register,alamat dan program pengobatan pada pasien. Sebelum obat diberikan,identitas pasien harus diperiksa atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup merespon secara verbal,respon non verbal bisa dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengindentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesdaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. 4. Tepat cara pemberian obat Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang di inginkan, sifat kimiawi dan fisik obat,serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral,sublingual,parenteral,topikal,rektal,inhalasi. a. Oral Rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,karena ekonomis,paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN. b. Parenteral Kata ini berasal dari bahasa yunani,para berarti disamping,enteron berarti usus, jadi perenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset/perinfus) c. Topikal Pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep,tetes mata,spray). d. Rektal Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi, hemoroid, pasien tidak sadar/kejang. Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral,namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria. e. Inhalasi Pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat obat secara lokal pada salurannya,misalnya salbotamol (ventolin),combivent,berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen. f. Tepat waktu Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan, karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat. Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat. g. Tepat pendokumentasian Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan,dosis,rute,waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya,atau obat itu tidak dapat diminum,harus dicatat alasannya dan dilaporkan. CARA PEMBERIAN OBAT Berikut ini adalah cara pemberian obat serta tujuan penggunaannya : 1. Oral Obat dengan cara penggunaannya masuk melalui mulut. Keuntungannya relative aman,praktis dan ekonomis. Kerugiannya timbul efek lambat, tidak bermanfaat untuk pasien yang mengalami muntah-muntah dan tidak sadar. Untuk tujuan terapi serta efek sistematik yang dikehendaki, penggunannya oral adalah yang paling menyenangkan dan murah, serta umumnya paling aman. Hanya beberapa obat saja yang mengalami perusakan oleh cairan lambung atau usus. Pada keadaan pasien muntah-muntah,koma, pemberian obat melalui oral tidak dapat dilakukan. Pemberian obat secara oral dapat dilakukan melalui mulut dan langsung ditelan oleh klien, obat diletakkan dibawah lidah (sublingual) atau diletakkan di pipi bagian dalam (buccal) serta ditunggu sampai obat tersebut larut. Pemberian obat secara oral juga dapat dilakukan melalui selang nasogastrik (NGT). Bila klien tidak dapat menelan air atau cairan lain atau merasa mual dan muntah, pemberian obat per oral segera dihentikan dan obat diberikan dengan cara lainnya. Jika klien dipuasakan sebelum melakukan pembedahan, tim medis dapat memilih obat oral yang dapat diberikan dengan air yang terbatas. Atau obat oral ditunda pemberiannya atau diberikan dengan cara yang lain bila klien baru saja selesai mengalami pembedahan. Hal tersebut dilakukan sampai fungsi salura penceraan klien kembali normal. 2. Sublingual Cara penggunaannya, obat ditaruh dibawah lidah. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur dibawah lidah maka obat segera megalami absorpsi ke dalam pembuluh darah. Tujuannya agar efek obat lebih cepat karena pembuluh darah bawah lidah merupakan pusat sakit. Misalnya pada kasus pasien jantung yang mengalami nyeri dada akibat angina pectoris. Obat yang sering diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserin yaitu obat vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasi pembuluh darah. Keuntungan cara ini obat cepat diabsorpsi serta kerusakan obat di saluran cerna dan metabolism di dinding usus dan hati dapat dihindari (tidak melalui vena porta). Selain itu cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami kesakitan. Jika obat diberikan pada pasien dengan cara sublingual, pasien di informasikan untuk tidak menelan obat. Bila ditelan, obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi dengan cairan lambung. Untuk mencegah obat tidak ditelan, maka pasien diberitahu untuk membiarkan obat tetap dibawah lidah sampai obat menjadi hancur dan terserap. Obat bereaksi dalam satu menit dan pasien dapat merasakan efeknya dalam waktu tiga menit. 3. Inhalasi Penggunaannya dengan cara disemprot ke mulut, diinhalasi melalui mesin ventilator,inhaler-nebulizer atau inhaler sekali pakai. Misalnya obat bronkodilator. Obat untuk inhalasi dalam bentuk cair dimasukkan kedalam mesin ventilator atau nebulizer dan kemudian akan dirubah menjadi partikel-partikel gas yang dapat dihirup melalui hidung dan mulut. Keuntungannya yaitu absorpsi terjadi cepat dan homogeny, kadar obat dapat dikontrol,terhindar dari efek lintas pertama, dapat diberikan langsung pada bronkus. Kerugiannya yaitu, diperlukan alat dan metoda khusus, sukar mengatur dosis, sering mengiritasi epitel paru-sekresi saluran nafas, toksisitas pada jantung. Dalam inhalasi, obat dalam keadaan gas atau uap yang akan diabsoprsi sangat cepat melalui alveoli paru-paru dan membrane mukosa pada perjalanan pernafasan. 4. Rektal dan Pervaginam Cara pengunaannya melalui rectum dan vagina. Tujuannya mempercepat kerja obat serta sifatnya local dan sistematik. Obat diberikan per-rektal bila pemberian obat secara oral sulit atau tidak dapat dilakukan karena iritasi lambung, terurai dilambung, terjadi efek lintas pertama. Sedangkan obat yang diberikan pervagina ditujukan untuk langsung ke organ sasaran, misalnya untuk keputihan atau jamur. 5. Parenteral Digunakan tanpa melalui mulut, atau dapat dikatakan obat dimasukkan kedalam tubuh selain melalui saluran cerna. Tujuannya tanpa melalui saluran pencernaan dan langsung ke pembuluh darah. Efeknya cepat dan langsung sampai pada sasaran. Pemberian obat melalui parenteral berarti pemberian obat melalui injeksi atau infus. Dapat diberikan secara intradermal (ID), subkutaneus (SC), intramuscular (IM) atau jaringan intralesional, intravena (IV) atau sirkulasi intra-arterial, intraspinal atau melalui ruang intra-artikular. Obat yang diberikan secara parenteral akan diabsorpsi lebih banyak dan bereaksi lebih cepat daripada obat yang diberikan secara topical atau oral. Pemberian obat secara parenteral dapat menyebabkan resiko infeksi bila perawat tidak memperhatikan dan melakukan teknik aseptik dan antiseptik pada saat pemberian obat. Karena pada pemberian parenteral, obat diinjeksikan melalui kulit, menembus sistem pertahanan kulit. Peralatan yang khusus diperlukan untuk menunjang pemberian obat parenteral, sehingga membutuhkan biaya yang lebih mahal dibandingkan pemberian oabt dengan cara yang laiun. 6. Topikal atau Lokal Pemberian obat secara topikal adalah pemberian obat dengan cara mengoleskan obat pada permukaan kulit atau membrane mukosa, dapat pula dilakukan melalui lubang yang terdapat pada tubuh. 7. Beberapa obat diberikan kedalam rongga tubuh a. Epidural, obat diberikan didalam ruang epidural via kateter yang telah dipasang oleh perawat anestesi. Teknik pemberian obat ini paling sering digunakan untuk memberikan analgesic pasca operasi. b. Intretekal, obat intratekal diberikan melalui sebuah kateter yang telah dipasang kedalam ruang subarachnoid atau kedalam salah satu ventrikel otak. Pemberian intratekal seringkali berhubungan dengan pembertian obat jangka panjang melalui kateter yang dipasang melalui pembedahan. c. Intraoseosa, metode pemberian obat ini dilakukan dengan memasukkan obat langsung kedalam sumsum tulang, metode ini paling sering digunakan pada bayi, sering digunakan pada kondisi kedaruratan dan akses IV yang tidak dapat dilakukan, dokter menginserasi jarum intraoseosa kedalam tulang tibia, sehingga perawat dapat memberikan obat. d. Intrapleura, obat diberikan melalui dinding dada langsung kedalam ruang pleura. e. Intraperitoneal, obat diberikan kedalam rongga peritoneum, disini obat diabsorpsi kedalam sirkulasi. Kemotrapi dan antibiotik biasanya diberikan dengan cara ini. f. Intraarteri, pada metode ini obat dimasukkan langsung kedalam arteri. Infusi intraarteri umum dilakukan pada klien yang didalam arterinya terdapat bekuan. g. Intrakardiak, injeksi langsung kedalam jaringan jantung dan intraartikular, injeksi obat kedalam sebuah sendi. Biasanya metode ini hanya dilakukan oleh dokter.