4. Pekerjaan Saluran
Yang termasuk lingkup pekerjaan saluran meliputi :
a). Galian tanah untuk saluran (saluran terbuka/tertutup dan bak kontrol)
b). Urugan pasir dibawah saluran
c). Pasangan lantai kerja tebal 3 cm
d). Pasangan saluran terbuka dari beton bertulang harus dicor
e). Pasangan bak kontrol seperti gambar rencana
Pasal 2
PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI
Pasal 3
PEKERJAAN BETON
1. Urian Umum
Ini meliputi pengadaan bahan, tenaga dan peralatan lain yang diperlukan pada
pekerjaan yang dimaksud.
a) Semua pekerjaan beton bertulang baik ukuran, bentuk dan penempatannya
harus sesuai dengan gambar.
b) Semua pelaksanaan beton bertulang harus diawasi langsung oleh pelaksana dan
di dampingi oleh tenaga ahli yang telah berpengalaman pada pekerjaan itu.
3. Bahan-Bahan
a) Besi beton dipergunakan besi berkualitas baik, tidak cacat, bebas dari karat
retak dan gelombang dan pembesian disesuaikan dengan gambar kerja.
b) Kerikil/Koral untuk semua pekerjaan beton bertulangdan tak bertulang dipakai
ukuran 1 s/d 3 cm, bersih dari segala kotoran dan debu, tanah, garam dan tidak
keropos.
c) Pasir cor harus khusus untuk beton, bersih dari segala kotoran dan tidak boleh
tercampur dengan bahan-bahan lain, pasir tersebut berbutir tajam.
d) Air untuk pekerjaan beton dipakai air bersih bebas dari kotoran, seperti Lumpur,
tanah dan garam.
e) Ukuran-ukuran Konstruksi beton bertulang harus sesuai dengan bestek dan
gambar.
4. Pedoman Pelaksanaan
a) Penempatan dan pemasangan begisting harus ditimbang dahulu dengan dengan
selang, sehingga mendapatkan pekerjaan yang vertical dan horizontal seperti
yang disyaratkan.
b) Semua pekerjaan pembesian harus dikerjakan pada tempat pekerjaan, ukuran
besi maupun teknis pemasangan harus sesuai dengan gambar dan petunjuk
Direksi, kecuali kalau memang tidak bisa dikerjakan ditempat pekerjaan, hal ini
bisa dikerjakan ditempat lain yang tidak jauh dari lokasi pekerjaan.
c) Waktu pemasangan besi bertulang, pemborong harus meminta persetujuan
Direksi.
d) Mengaduk beton harus memakai alat pengaduk mekanik (mollen).
5. Bekisting Beton
a) Untuk bekisting kolom dan balok digunakan dari kayu kelas IV yang dirancang
sedemikian rupa sehingga kuat dan kokoh.
b) Bekisting harus direncakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan betuk
yang nyata dan cukup dapat memikul beban-beban sementara pembentonan
berlangsung.
c) Hasil beton yang kurang baik, seperti srang-saran koral, permukaan beton tidak
mengikuti bentuk, munculnya pembesian/tulangan pada permukaan beton dan
lain-lain yang tidak memenuhi syarat-syarat harus dibongkar dan kemudian
diperbaiki atas beban pemborong.
1.1. B a h a n.
- Lapisan pasir
Pasir urug harus bersih dari kotoran dan lumpur, dipadatkan hingga diperoleh
ketebalan 10 cm atau sesuai gambar.
1.2. Pelaksanaan
Lapisan atas tanah harus dibersihkan seluruhnya dari tanaman, akar, humus dan
lumpur serta kotoran dan bila perlu diganti dengan pasir urug atau tanah yang
baik dan dipadatkan sesuai dengan pasal tentang penimbunan dan pemadatan
tanah. Pasir urug dalam keadaan basah sebelum pengecoran dilakukan. Daerah
disekitar plat beton harus diratakan menjauhi agar air tidak merembes ke dasar
plat. Sebagai cetakan beton dipakai papan teretan tebal 2 cm dipasang
sedemikian rupa sehingga dapat dibongkar dengan mudah dan tidak merusak
plat beton pada saat pembongkaran cetakan itu harus dilakukan. Selama proses
pengerasan, beton harus dibasahi air, minimal selama 7 hari. Plat tidak boleh
diberi beban sampai berusia 21 hari.
1. Untuk dapat menghasilkan plesteran yang kuat, maka setelah pasangan batu kali
selesai dan sebelum dilakukan pekerjaan plesteran, terlebih dahulu seluruh
permukaan dinding tersebut agar disemprot dengan air semen + Pasir.
2. Plesteran dilakukan pada bagian-bagian tertentu yang disesuaikan dengan gbr kerja
dan volume RAB.
3. Pekerjaan plesteran boleh dilakukan pada pasangan dinding yang sudah keras/kuat.
Dengan terlebih dahulu harus membuat plesteran kepala yang mana macam dan
ketebalan dari plesteran sesuai dengan ketentuan dalam Gambar Rencana dan
PDTI.
4. Yang selanjutnya plesteran kepala akan digunakan untuk pedoman agar didapat
permukaan plesteran yang rata. Oleh sebab itu dalam membuat plesteran kepala
harus diatur sedemikian rupa, sehingga didapat plesteran kepala yang rata dan
jarak antara plesteran kepala tidak boleh terlalu jauh.
5. Plesteran yang telah selesai dikerjakan agar terus menerus dibasahi selama paling
sedikit 7 (tujuh) hari, sehingga tidak mengalami retak-retak yang berarti sebelum
dilakukan pengacian dengan pasta semen.
6. Pekerjaan tersebut harus dilakukan oleh tukang yang ahli dan terbiasa melakukan
pekerjaan plesteran dan disetujui oleh PDTI. PDTI berhak meminta TPK untuk
mengganti tukang yang dinilai tidak cakap.
Pasal 7
PEKERJAAN HALAMAN/PEMBERSIHAN
Pasal 8
PEKERJAAN LAIN-LAIN
1. Guna mendapat hasil kerja yang baik dan sempurna maka bagian-bagian pekerjaan
yang nyata seharusnya termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi disebutkan dalam RKS
maupun gambar kerja tetap dilaksanakan oleh pemborong dan diterima sebagai hal
yang disebutkan.
2. Pelaksanaan dari bagian pekerjaan tersebut sesuai dengan petunjuk direksi
3. Dokumen paska dan rks merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Pasal 9
Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini dan pada kenyataanya diperlukan
akan dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
(BUHARDIN) ( ……………………… )
Kades KTD