Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

Sistem irigasi merupakan satu kesatuan yang tersusun dari berbagai


komponen yang menyangkut upaya penyediaan, pembagian, pengelolaan dan
pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksi pertanian. Masalah distribusi
air irigasi sering terjadi apabila besaran debit yang tersedia lebih kecil dari
kebutuhan air irigasi, terutama pada saat musim kemarau. Sehingga penggunaan
air irigasi secara efisien sangat diperlukan. Pembagian air yang kurang merata
akibat dari pengelolaan sumber air irigasi yang kurang baik di tingkat jaringan
utama maupun di tingkat jaringan tersier merupakan sebab terjadinya kekurangan
air pada suatu daerah irigasi.
Berdasarkan, PP. No. 22 tahun 1982, maka pengelolaan air irigasi di
tingkat petak tersier diserahkan pada para petani. Bangunan pengambilan di
saluran tersier biasanya dibuat oleh pemerintah dan pengelolaannya diserahkan
pada petani. Bangunan-bangunan irigasi yang ada di jaringan utama biasanya
lebih berfungsi daripada bangunan-bangunan irigasi di jaringan sekunder. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya perhatian dan dana dari petani untuk menjaga
kelestarian fungsi bangunan di jaringan sekunder tersebut. Jika fungsi bangunan-
bangunan ini dapat dijaga, maka dapat diharapkan adanya kenaikan efisiensi
penggunaan air yang akhirnya dapat meningkatkan produksi pertanian.
Pengelolaan dan perhatian khusus dalam pengelolaan sumber daya air
diperlukan karena sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan air untuk kebutuhan
tanaman. Pengelolaan sumber daya air yang dimaksudkan di sini adalah
peningkatan kinerja pendistribusian dan pengalokasian air secara efektif dan
efisien dalam hal ini memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan
tepat waktu. . Efisiensi di petak tersier (Tertiary Unit Efficiency) adalah
perbandingan antara jumlah air yang diberikan kepada akar tanaman dengan
jumlah air yang diberikan kepada lahan usaha tani(Akmal 2014).
Aplikasi Cropwat 8.0 dapat digunakan untuk merancang kebutuhan air
tanaman dan air irigasi. Aplikasi ini merupakan sebuah aplikasi komputer untuk
perhitungan kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air irigasi berdasarkan data
tanah, iklim, dan tanaman. Aplikasi ini bermanfaat untuk mencari kombinasi
terbaik petak tersier berdasarkan yieldreduction and eficiency sehingga didapat
perbandingan harga R/C yang akan mendominasi lahan (Hermantoro 2007). Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan agar perancangan dan perencanaan manajemen
air irigasi dapat dengan mudah dilakukan dan diaplikasikan di kehidupan
masyarakat.

TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan dan perancangan


irigasi petak tersier seperti efisiensi irigasi dan hasil panen di daerah
Simpangtiga Pekanbaru dengan jenis tanaman mangga, kentang, kedelai, dan
tomat.
BAHAN DAN ALAT
1. Software CROPWAT
2. Komputer,
3. Data sekunder

METODOLOGI

Tahapan Percobaan pada Contoh Tanaman Kubis


1. Data sekunder berupa iklim rata-rata selama 10 tahun terakhir pada stasiun
Ciledug yang telah tersimpan pada aplikasi Cropwat dimasukkan ke tabel
fitur “Climate/ETo”, dengan cara seperti gambar berikut.

Setelah itu, perintah “Open” diklik maka akan muncul tabel yang telah
terisi seperti pada gambar di bawah.
2. Data curah hujan rata-rata selama 10 tahun terakhir di stasiun Ciledug
yang telah tersimpan pada software dimasukkan pada tabel di fitur “Rain”.

Setelah itu, perintah “Open” diklik maka akan muncul tabel yang telah
terisi seperti pada gambar di bawah.

3. Tanaman satu musim ditentukan dan dimasukkan pada fitur “Crop”


dengan cara perintah “Open” diklik, dan tanaman satu musim dipilih untuk
dianalisa.
Setelah itu, perintah “Open” diklik maka akan muncul tampilan yang
semua sel-nya telah terisi seperti pada gambar di bawah. Waktu
penanaman tercatat pada tanggal 7 Maret, yaitu tanggal dilakukannya
penelitian.

4. Jenis tanah ditentukan dan dimasukkan pada fitur “Soil”, dengan cara
perintah “Open” diklik dan jenis tanah untuk penanaman dipilih :
“Medium (loam)”.

5. Fitur “CWR” untuk menampilkan hasil tabel berupa “Crop water


requirements”.
6. Kemudian, fitur “Schedule” dipilih dan diklik. Setelah jendela baru
muncul, perintah “Options” diklik dan jenis “Irrigation timing”-nya dipilih
yang “Irrigate at fixed interval per stage” dan “Irrigation application”-
nya dipilih yang “Fixed application depth”. Pilihan “Irrigate at fixed
interval per stage” dan “Fixed application depth” memungkinkan untuk
dapat mengubah-ubah interval irigasi serta ketinggian irigasinya. Pada
penelitian, interval irigasi yang dilakukan rentang 10-15 hari dan
ketinggian irigasi 20-50 mm.
Tampilan yang muncul setelah “Irrigate at fixed interval per stage” dan
“Fixed application depth” dipilih, seperti pada gambar di bawah.

Setelah interval dan ketinggian irigasi yang diinginkan diketik ulang, jendela
berupa “Crop irrigation schedule” akan muncul. Setiap kedalaman dan interval
irigasi yang berbeda-beda akan menghasilkan efisiensi jadwal irigasi,
pengurangan hasil, dan efisiensi hujan yang berbeda-beda pula.
Data di input ke dalam
Penyiapan data iklim 4 jenis tanaman
Cropwat 8.0 (satuan
tahun 1980-1989 ditentukan
diperhatikan)

jumlah irigasi dan


masing-masing nilai penggunaan interval
penjadwalan irigasi
koefisien tanaman irigasi 15 hari dan 10
dibuat menggunakan
tersebut ditentukan hari
Cropwat 8.0

Jumlah air yang Diambil 3 macam


digunakan untuk waktu penjadwalan
setiap irigasi sebesar irigasi dan jemis selesai
50 mm, 40 mm, 30 aplikasi irigasi yang
mm, dan 20 mm paling efektif

Gambar 1 Bagan alir penelitian


HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bidang pertanian, air yang dimaksud adalah dalam bentuk


pengairan.Pengairan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air
tanaman.Kebutuhan air tanaman adalah air yang disediakan untuk mengimbangi
air yang hilang akibat evaporasi dan transpirasi.Kebutuhan air di lapangan
merupakan jumlah air yang harus disediakan untuk keperluan pengolahan lahan
ditambah kebutuhan air tanaman(Doorenbos dan Pruit, 1984).
Untuk memudahkan system pelayanan irigasi kepada lahan pertanian,
disusun suatu organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder,
petak tersier, petak kuater dan petak sawah sebagai satuan terkecil. Di petak
tersier pembagian air, operasi dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab para
petani yang bersangkutan, dibawah bimbingan pemerintah. Ini juga menentukan
ukuran petak tersier. Petak yang kelewat besar akan mengakibatkan pembagian air
menjadi tidak efisien. Faktor-faktor penting lainnya adalah jumlah petani dalam
satu petak, jenis tanaman dan topografi.
Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan
untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian,
pemberian dan penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi
jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran
primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan
saluran yang berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang
mendapatkan air dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi. Petak
tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang lebih 8
sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan di petak
tersier menjadi tanggung jawab para petani yang mempunyai lahan di petak yang
bersangkutan dibawah bimbingan pemerintah. Petak tersier sebaiknya mempunyai
batas-batas yang jelas, misalnya jalan, parit, batas desa dan batas-batas lainnya.
Ukuran petak tersier berpengaruh terhadap efisiensi pemberian air (Direktorat
Jenderal Pengairan, 1986).
Dalam penelitian ini interval irigasi yang digunakan adalah 15 hari dan 10
hari dengan jumlah air setiap irigasi sebesar 50 mm, 40 mm, 30 mm, dan 20 mm.
Semua variasi jumlah air dan interval irigasi tersebut akan dibandingkan untuk
mendapatkan efisiensi jadwal irigasi terbesar dan penurunan produksi terkecil.
Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata yang
terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang keluar
dari pintu pengambilan (intake). Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran
yang pada umumnya terjadi di jaringan utama dan efisiensi di jaringan sekunder
yaitu dari bangunan pembagi sampai petak sawah. Kehilangan air yang
diperhitungkan untuk operasi irigasi meliputi kehilangan air di tingkat tersier,
sekunder dan primer. Besarnya masing-masing kehilangan air tersebut
dipengaruhi oleh panjang saluran, luas permukaan saluran, keliling basah saluran
dan kedudukan air tanah. Efisiensi kehilangan air pada saluran primer, sekunder
dan tersier berbeda-beda pada daerah irigasi (Siregar 2014). Pada penelitian ini
dibahas mengenai pengolahan air irigasidi petak tersier untuk tanaman kubis,
melon, dan tomat. Hasil penggunaan aplikasi Cropwat berupa pengurangan hasil
karena defisit air dan nilai efisiensi jadwal irigasi. Data hasil penelitian terdapat
pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Hasil simulasi Irigasi pada berbagai tanaman dengan CROPWAT pada lahan
bertekstur tanah medium (loam).
Tanaman Interval Jumlah air Pengurangan hasil Efisiensi jadwal
  Irigasi (hari) setiap irigasi (mm) karena defisit air (%) irigasi (%)
Tomat No irrigation - 0 -
15 50 0 38.10
40 0 47.6
30 0 63.3
20 0 81.2
10 50 0 31.1
40 0 38.9
30 0 51.8
    20 0 74.5
Kubis No irrigation - 4.5 -
15 50 0 36.6
40 0 45.7
30 0 61
20 0 80.6
10 50 0 30.8
40 0 38.5
30 0 51.3
    20 0 75.5
Melon No irrigation - 0 -
15 50 0 30.2
40 0 37.7
30 0 50.3
20 0 71.2
10 50 0 25.3
40 0 31.7
30 0 42.2
    20 0 63.4

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa tanaman tomat memiliki


kombinasi irigasi terbaik pada interval pemberian air setiap 15 hari sekali dengan
jumlah air setiap irigasi sebesar 20 mm. Pada kombinasi tersebut pengurangan
hasil produksi yang terjadi sebanyak 0 % dan efisiensi jadwal irigasinya 81.2%.
Tanaman tomat didesain agar ditanam pada tanggal 7 Maret dan dipanen pada
tanggal 18 Agustus. Berbeda dengan tomat, tanaman kubis yang didesain untuk
ditanam pada tanggal 7 Maret dan dipanen pada tanggal 3 Agustus memiliki
kombinasi terbaik pada interval pemberian irigasi 15 hari dan jumlah air 20 mm.
Pada kombinasi tersebut, terjadi penurunan produksi sebesar 0 % dan efisiensi
jadwal irigasi sebesar 75.5%. Melon memiliki kombinasi terbaik pada interval
pemberian irigasi 15 hari dan jumlah air irigasi 20 mm. Pada kombinasi tersebut,
tanaman yang didesain agar ditanam pada tanggal 7 Maret dan dipanenen pada
tanggal 12 Juni ini menghasilkan penurunan produksi sebesar 0 % dan efisiensi
irigasi sebesar 71.2 %. Dari ketiga tanaman diatas dapat dilihat bahwa tanaman
tomat memiliki efisiensi jadwal irigasi terbaik dengan nilai efisiensi sebesar
81.2% serta pengurangan hasil defisit air 0%. Beragamnya kombinasi interval
hari dan jumlah pemberian air irigasi antar tanaman tersebut akan menyulitkan
petani untuk mengairi lahannya. Petakan tersier yang diisi oleh sejumlah tanaman
tersebut perlu diseragamkan interval pemberian dan jumlah air irigasinya. Tabel 2
berikut ini menyajikan hasil rata-rata pengurangan hasil panen dan efisiensi irigasi
untuk seluruh kombinasi di atas,

Tabel 2 Hasil rata-rata pengurangan produksi dan efisiensi irigasi untuk setiap kombinasi interval

Interval pemberian irigasi Jumlah air irigasi


Pengurangan hasil (%) Efisiensi jadwal irigasi (%)
(hari) (mm)
15 50 0 34.97
40 0 43.67
30 0 58.20
  20 0 77.67
10 50 0 29.07
40 0 36.37
30 0 48.43
  20 0 71.13
Berdasarkan hasil rata-rata di atas, diketahui bahwa kombinasi terbaik
dihasilkan pada interval pemberian irigasi 15 hari, dengan jumlah air 20 mm. Pada
kombinasi ini, rata-rata pengurangan hasil panen yang diperoleh adalah 0 % dan
efisiensi jadwal irigasinya 77.67 %. Keseimbangan antara penurunan produksi
yang kecil dan efisiensi jadwal irigasi yang besar akan memberikan keuntungan
terbesar bagi petani.

Nilai jual dari suatu jenis tanaman yang ditanam dipengaruhi oleh
beberapa hal seperti musim tanam, keadaan iklim, dan kebutuhan pasar. Apabila
kebutuhan pasar cukup besar atau keadaan iklim yang tidak sesuai dengan
pertumbuhan tanaman maka harga jual tanaman akan melambung dan dapat juga
mempengaruhi biaya produksi ke depannya. Penentuan pendapatan bersih usaha
serta rasio antara pendapatan dan biaya sangat dibutuhkan terutama untuk pihak
yang melakukan usaha di bidang pertanian termasuk 3 jenis tanaman (tomat,
kubis, dan melon) ini.
SIMPULAN

Kombinasi irigasi tanaman tomat mengalami pengurangan hasil produksi


yang terjadi sebanyak 0 % dan efisiensi jadwal irigasinya 51.6 %. Kombinasi
irigasi tanaman kentang mengalami penurunan produksi sebesar 0 % dan
efisiensi jadwal irigasi sebesar 41.9 %. Kombinasi irigasi tanaman kedelai
mengalami penurunan produksi sebesar 0 % dan efisiensi irigasi sebesar 43.4
%. Kombinasi irigasi tanaman mangga mengalami penurunan produksi sebesar 0
% dan efisiensi jadwal irigasinya 56.6 %. Berdasarkan hal di atas dari keempat
tanaman tersebut dapat dilihat bahwa tanaman mangga memiliki efisiensi jadwal
irigasi terbaik dengan nilai efisiensi sebesar 56% serta pengurangan hasil defisit
air 0%. Beragamnya kombinasi interval hari dan jumlah pemberian air irigasi
antar tanaman tersebut akan menyulitkan petani untuk mengairi lahannya.
Petakan tersier yang diisi oleh sejumlah tanaman tersebut perlu diseragamkan
interval pemberian dan jumlah air irigasinya. Sedangkan untuk nilai jual dari
suatu jenis tanaman yang ditanam dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti
musim tanam, keadaan iklim, dan kebutuhan pasar.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Departemen Pekerjaan Umum. 1986. Standar Perencanaan


Irigasi-Kriteria Perencanaan 04. Jakarta (ID): Departemen Pekerjaan
Umum.

Doorenbos, J. and W.O. Pruit. 1984.Crop Water Requirement, Irigation, and


Drainase, paper no. 24, Food and Agricultural Organization of United
Nation. Rome.

Hermantoro. 2007. KajianPengelolaan Air Irigasidan Penentuan Tanggal Tanam


Palawija Menggunakan Software Cropwat di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam: Jurnal Agroteknose, Vol, III, No. 2.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 22 Tahun 1982 tentang Irigasi.


Lembaran Negara RI Tahun 1982. Sekretariat Negara. Jakarta.

Siregar, Mustapa Alihasmi dan Ivan Indrawan. 2014. Evaluasi Kinerja Jaringan
Irigasi Ujung Gurap untuk Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi
Pengolahan Air Irigasi. Jurnal Teknik Sipil. Vol. 3 No. 1 : 4.

Anda mungkin juga menyukai