Anda di halaman 1dari 4

The Effect Of Early Passive Range Of Motion Exercise On Motor Function Of People With

Stroke: A Randomized Controlled Trial

A. Introduction
Penyakit serebevaskuler merupakan penyebab utama nomor kedua kematian di dunia dan
penyebab umum ketiga yang menimbulkan kecacatan. Terjadinya ekstremitas atas dan
bawah pasca stroke dan kerusakan korteks umum dpt menyebabkan hemiparesis,
kelumpuhan, kecacatam, nada normal otot, kejang, postur abnormal, fungsi abnormal
sinergis, dan hilangnya interjoint yg paling umum.
B. Materials and Methods
Desain yang digunakan yaitu dengan dua kelompok dan tiga kali pengukuran (sebelum
intervensi, satu bulan dan tiga bulan setelah Intervensi). Kami mengacak pasien yang
dirawat di unit gawat darurat dan neurologi dalam uji coba terkontrol acak yang biasa
digunakan untuk memeriksa efek latihan rentang awal pasif pada fungsi motorik
penderita stroke. Penilitian ini dengan usia responden lebih dari 18 tahun. dengan
diagnosis stroke iskemik, yang telah dirujuk ke rumah sakit pendidikan Poursina di kota
Rasht, Iran. Kriteria inklusi termasuk tidak ada riwayat stroke sebelumnya, diagnosis
stroke (kecuali untuk serangan iskemik transien dan stroke hemoragik) oleh seorang
dokter, mengalami 6 jam pertama serangan stroke. dari Unresponsiveness), stroke
moderat (skor 5-15) menurut NIHSS (National Institute of Health Stroke Scale), usia di
atas 18 tahun, tidak adanya afasia sesuai dengan kriteria NIHSS, tanda vital yang stabil,
tidak ada fraktur yang signifikan dan cacat ortopedi dari ekstremitas, tidak adanya
sindrom koroner akut, gagal napas atau gagal jantung berdasarkan catatan rumah sakit,
adanya kondisi yang mengancam jiwa, dan tidak ada kontraindikasi mobilitas. Kriteria
eksklusi meliputi kematian pasien selama periode intervensi, jumlah rentang latihan pasif
kurang dari 6 kali, intoleransi olahraga, pasien keluar sebelum menyelesaikan 48 jam
intervensi, dan kondisi Ehi tidak stabil.
Para pasien secara acak dialokasikan untuk kelompok eksperimen atau kontrol
berdasarkan rasio pengacakan 1: 2 yang mendukung kelompok eksperimen oleh peneliti
utama. Penggalian diacak menjadi 6 sisi. Sisi 1-4 dialokasikan untuk alokasi
eksperimental, dan sisi 5-6 dialokasikan untuk kelompok kontrol. Bentuk karakteristik
demografis dan
skala penilaian kekuatan otot (skala Oxford) digunakan untuk mengumpulkan data.
Kekuatan otot dinilai 0 hingga 5. Skor terendah diberikan pada gerakan berkedip. Tingkat
2, 3, 4 dan 5 yang bersangkutan, masing-masing untuk melalui rentang penuh secara aktif
dengan gravitasi diimbangi, melalui rentang penuh secara aktif melawan gravitasi,
melalui rentang penuh secara aktif melawan beberapa perlawanan dan melalui rentang
penuh secara aktif melawan resistensi yang kuat. Pengujian otot menggunakan kunci2
otot dari ekstremitas atas dan bawah dengan skala kekuatan 0-5 : Tidak ada aktivasi otot.
1) Lacak aktivasi otot, seperti kedutan, tanpa mencapai rentang gerak penuh. 2) Aktivasi
otot dengan gravitasi dihilangkan, mencapai berbagai gerakan. 3) Aktivasi otot melawan
gravitasi, rentang gerak penuh. 4) Aktivasi otot melawan beberapa hambatan, rentang
gerak penuh. 5) Aktivasi otot terhadap resistensi penuh pemeriksa, rentang gerak jatuh.
Untuk memastikan validitas, instrumen ditinjau oleh 10 anggota fakultas. Setelah
memperoleh izin yang diperlukan, peneliti utama memasuki bangsal darurat dan
neurologi dan menjelaskan tujuan penelitian dan rincian prosedur kepada kepala perawat
dan personel. Setelah persetujuan tertulis diperoleh dari pasien, data demografis dan
informasi dasar diekstraksi dari catatan rumah sakit pasien. Sebelum intervensi, dan satu
bulan dan tiga bulan setelah intervensi. Fungsi motorik pasien di catat. menggunakan
skala penilaian kekuatan otot. Untuk melakukannya, peneliti menggerakkan sendi secara
pasif dan memeriksa kelenturan dan kelemahan otot. rentang latihan gerakan pasif dalam
ekstrermitas yang terlibat dilakukan dalam 48 jam pertama setelah stroke menurut
protokol "rentang latihan gerakan pasif untuk pasca-stroke" empat kali sehari oleh
peneliti utama yang merupakan MSc. mahasiswa keperawatan dengan setiap sesi
berlangsung selama 15- 40 menit. Dalam intoleransi aktivitas dan ketidakstabilan pada
tanda-tanda vital, intervensi dihentikan dan ditunda ke waktu berikutnya. interval latihan
pada beberapa pasien diubah. Maksimal delapan dan minimum enam direncanakan dan
dieksekusi untuk semua pasien. Alasan untuk tidak menerapkan olahraga pada malam
hari adalah untuk mencegah gangguan dan menghindari menyebabkan gangguan tidur
pada pasien. Intensitas latihan dimulai dari rata-rata dan dilanjutkan dengan intensitas
rendah dan secara bertahap ditingkatkan, tergantung pada toleransi pasien.
SPSS versi 13 digunakan. Statistik analitik dan deskriptif digunakan untuk
menganalisis data. Distribusi frekuensi digunakan untuk menggambarkan data. Untuk
membandingkan
fungsi motorik antara kelompok eksperimen dan kontrol, t-test independen digunakan.
Selain itu, tes tindakan berulang digunakan untuk menentukan efektivitas intervensi dari
waktu ke waktu. Alfa 0,05 digunakan sebagai batas untuk signifikansi.
C. Result
Dari semua pasien dalam penelitian ini, 18 kasus dikeluarkan dari penelitian karena
alasan berikut: penarikan dari kerjasama lebih lanjut dengan peneliti (n = 7), kekambuhan
stroke yang mempengaruhi anggota badan dan membuat perbandingan tidak mungkin (n
= 2), menarik diri dari penelitian untuk melanjutkan pengobatan di pengaturan perawatan
kesehatan lainnya (n=44), penurunan tingkat kesadaran dan transfer ke ICU (n=2),
kematian setelah henti jantung (n = 1), pengecualian karena perubahan tempat tinggal dan
kurangnya partisipasi pada bulan ketiga (n-1), dan rawat inap untuk kelemahan dan
infeksi parah (n = 1) Pada akhirnya, 33 pasien dalam kelompok eksperimen dan 19 pasien
dalam kelompok kontrol menghentikan penelitian.
Tabel 1 menunjukkan karakteristik pasien dalam dua kelompok, dan hasil uji chi-square
untuk mengevaluasi komparabilitas kelompok. Kelompok-kelompok itu homogen dalam
hal variabel demografis.
Tebel 2 Menggambarkan fungsi motorik ekstrimis atas dan bawah pada klmpk ekperimen
dan kontrol. Pengukuran dilakukan pada satu bulan stlh intervensi dan tiga bulan setelah
intervensi. Hasilnya menunjukkan rata2 nilai fungsi motorik atas dan bawah pada
kelompok eksperimen lebih tingga daripada kontrol, namun secara statistik tdk
signifikan. Maka, dibuatlah pembanding lain dengan memisahkan satu bulan stlh
intervensi dan tiga bulan setelah intervensi. Hasilnya menunjukkan pada satu bulan stlh
intervensi terkait fungsi ektremitas atas dan bawah kelompok eksperimen menunjukkan
peningkatan lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
Tabel 3 Setelah 3 bulan intervensi, hasil tabel menunjukkan bahwa tdk ada perubahan
signifikan pada ekstremitas atas pada klmpk eksperimen maupun kontrol. Namun, pada
ekstremitas bawah terjadi perubahan signifikan pada kelompok eksperimen dan kontrol.
Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan fungsi motorik itu pd klmpk eksperimen lebih
berdasarkan waktu daripada intervensinya.
D. Disscusion
Pada kelompok eksperimen, peningkatan nilai kekuatan otot bulan pertama dan ketiga
diamati pada ekstremitas atas dan bawah. Peningkatan terbesar kelompok eksperimen
relatif terjadi pada bulan pertama pengukuran awal di ekstremitas atas. Pada bulan
pertama dan ketiga setelah intervensi, rata2 fungsi motorik pada kelompok eksperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, namun perbedaannya secara statistik
tidak signifikan. Meningkatnya fungsi otot dipengaruhi oleh kelanjutan program
rehabilitasi bersamaan dengan pemulihan spontan. Pada kelompok eksperimen perubahan
tertinggi terkait dengan kekuatan otot ekstremitas atas adalah 1 bulan setelah intervensi
dan pada ekstremitas bawah 3 bulan setelah intervensi. Pada kelompok kontrol perubahan
kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah 3 bulan setelah intervensi. Sebagian besar
pasien kelompok kontrol mengalami peningkatan dengan periode yang lebih lama yaitu 3
bulan dibandingkan dengan kelompok eksperimen yang 1 bulan. Penggunaan program
rehabilitasi reguler bersamaan dengan mekanisme pemulihan spontan selama 3 bulan
pertama setelah storok secara signifikan efektif untuk meningkatalan fungsi motorik
pasien.
E. Conclusion
ROM setelah stroke menyebabkan perubahan pada sensorimotor cortex dan peningkatan
fungsi motorik pada pasien. Mobilitas dini (duduk,jalan,berdiri) dalam fase akut setelah
stroke. Pasien dapat mengulangi kegiatan ini sampai keluar dari rumah sakit dan dapat
meningkatkan kemampuan pasien sendiri serta mengurangi kebutuhan mereka untuk
perawatan lebih lanjut serta meningkatkan kegiatan perawatan diri Menurut Cramer
(seperti dikutip oleh Hancock dan Shepstone, 2011). Waktu yg tepat untuk memulai
program rehabilitasi adalah pada hari-hari awal timbulnya gejala stroke dan kelanjutan
dari langkah-langkah ini selama beberapa minggu. Rangkaian latihan gerak pasif awal
meningkatkan fungsi motorik penderita stroke dalam waktu tiga bulan setelah kejadian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh rentang pasif awal. latihan gerak
pada fungsi motorik orang dengan penyakit stroke.
F. Acknowledgments

Anda mungkin juga menyukai