114 249 1 PB PDF
114 249 1 PB PDF
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas biokompos, rumput gajah dan kelompok
mikroba yang efektif dalam bioremediasi lahan tercemar minyak bumi yang dilakukan dalam skala
laboratorium, dan bahan tambahan yang digunakan urea sebagai sumber nitrogen. Pada penelitian
ini dilakukan berdasarkan rasio C/N yaitu 15, 10, dan 5. Parameter uji yang dilakukan untuk
mengetahui kondisi optimal yang dicapai pada remediasi terdiri atas pH, kadar air, kadar abu, dan
kemampuan ikat air/water holding capacity (WHC). Hasilnya menunjukan degradasi TPH (Total
Petroleum Hidrokarbon) sebesar 91,15% dengan komposisi medium (100 g berat kering lumpur
minyak bumi, 100 g berat kering biokompos, 9 g urea, rasio C/N = 5) menggunakan perlakuan dari
kombinasi rumput gajah, mikroorganisme, urea dan biokompos selama 35 hari. Faktor lingkungan
yang menghasilkan kondisi optimal ini dicapai pada remediasi diperoleh melalui kondisi awal pH
8,25; kadar air 49,97%; WHC 101,64%; dan kadar abu 63,76% dan kondisi akhir pH 6,25; kadar
air 55,04%; kadar abu 73,39%; dan WHC 124,11%. Penambahan kompos dan urea dapat
meningkatkan efisiensi degradasi TPH dan diperoleh hubungan positif antara jumlah penambahan
kompos dan urea terhadap tingkat degradasi TPH.
Kata kunci : biokompos, bioremediasi, degradasi, WHC, TPH
Abstract
This research was conducted to determine the effectiveness of biocompost and elephant grass of
rehabilitating oil polluted land using landfarming methods, in combination with the addition of
urea as sources of nitrogen. This research was conducted based on the 15, 10, and 5 of C/N ratios,
respectively. Test parameters needed to knowing the optimal condition in remediation were pH,
water content, ash content, and water holding capacity (WHC). Results show the Total Petroleum
Hydrocarbon (TPH) was degraded until 91,15% for 35 days. Under treatment of elephant grass,
urea, biocompost combination within composition medium of (100 g dry mass soil polluted
hydrocarbon, 100 g dry mass biocompost, 9 g fertilizer, and C/N ratio : 5) using combined
treatment of elephant grass, microorganisme, fertilizer, and biocompost after 35 days. The
environmental factor yielding this optimal remediation reached was obtained through initial
condition of pH 8,25; water content 49,97%; WHC 101,64%; ash content 63,76% and final
condition of pH 6,25; water content 55,04%; ash content 73,39%; and WHC 124,11%,
respectively. The addition of compost and urea has increased the efficiency of TPH degradation
and obtained positive relationship between addition amounts of compost and urea to the level of
TPH degradation.
Key words: biocompost, bioremediation, degradation, WHC, TPH
Diharapkan penelitian ini adalah untuk untuk poting, lalu dicampurkan dengan lumpur
mengetahui kemampuan biokompos dalam minyak bumi yang sebelumnya sudah
menurunkan kadar TPH (Total Petroleum ditambahkan urea sesuai rasio C/N yang
Hidrokarbon) tanah yang tercemar minyak digunakan, diaduk hingga merata, selanjutnya
bumi, dan Mendapatkan faktor-faktor dimasukan dalam pot. Cara memasukan media
lingkungan yang optimal, yaitu pH, dalam pot seperti gambar berikut :
kemampuan ikat air, kadar air, kadar abu, serta
TPH dengan teknik landfarming. Biokompos
2. METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
7
berat awal (W0) dan kemudian ditempatkan 7 6.5 6.5 6.5
6.25
6
dalam beker. Kemudian sampel direndam 5
pH
! " #
1 ! " # Gambar 2. Hasil Analisa pH
minyak bumi akan membentuk alkohol dan menurunkan nilai pH medium (Rosenberg, E.,
selanjutnya menjadi asam lemak. Asam lemak Legmann,R., Kushmaro, A., Taube, R., dan
hasil degradasi alkana akan dioksidasi lebih Ron, E.Z. 1992 dalam Nugroho, 2006).
lanjut membentuk asam asetat dan asam
propionat (Gambar 3), sehingga dapat
O H+ H+
O O OH
O2 + 2H+
R CH2 CH2 CH3 -H2O R CH2 CH2 CH3 R CH2 C CH3
O OH
+
O2 + 2H+ -2H
R CH2 C CH3 R CH2 CH CH3
-H2O
R CHO R COOH
aldehid -2H+
Siklus Krebs
Gambar 3. Oksidasi n-alkana melalui jalur sub terminal (Atlas and Bartha, 1992 dalam Nugroho, 2009).
Selain oksidasi terminal, mikroba juga diantara keenam perlakuan awal tidak
dapat mengoksidasi hidrokarbon alifatik memberikan beda nyata (P ≥ 0,05), namun
melalui oksidasi subterminal (Gambar 3). Pada pada akhir perlakuan dari keenam perlakuan
jalur ini molekul oksigen dimasukan ke dalam menunjukan berbeda nyata (P ≤ 0,05). Dengan
rantai karbon membentuk alkohol sekunder demikian, maka pemberian biokompos pada
yamg selanjutnya dioksidasi menjadi keton dan proses degradasi memberikan pengaruh
akhirnya ester. Kemudian ikatan ester dipecah signifikan terhadap nilai pH keenam
membentuk alkohol primer dan asam lemak. perlakuan.
Selanjutnya alkohol dioksidasi melalui aldehid
Pada sampel A1, pH mengalami
membentuk asam lemak dan kedua fragmen
kenaikan yaitu pH awal sebesar 7,25 dan pH
asam lemak akan dimetabolisme lebih lanjut
akhir 7,5. Karena beberapa bakteri memiliki
melalui β-oksidasi (Atlas and Bartha, 1992
kemampuan untuk melakukan upaya
dalam Nugroho, 2009).
homeostatis terhadap keasaman lingkungan
Hasil tersebut dipertegas dengan uji sebatas masih dalam toleransi adaptasinya.
anova yang menunjukan bahwa rata-rata pH Caranya dengan melakukan pertukaran kation
434
Penggunaan Biokompos dalam Bioremediasi Lahan Tercemar Minyak Bumi Barokah A.., et.al.
K+ dari dalam sel dan menukarnya dengan H+ dan status kadar air dalam tanah. Mikroba
yang banyak terdapat di lingkungannya. yang sudah ada dalam kompos dapat
Akibatnya keasaman lingkungan dapat memanfaatkan minyak sebagai sumber energi,
dikurangi (Chator dan Somerville, 1978 dalam sehingga molekul-molekul minyak yang
Nugroho, 2006). Hasil penelitian ini sama melekat pada pori-pori tanah terlepas dan terisi
dengan yang dilakukan oleh Tang et al (2010) dengan air. Sedangkan perbedaan kadar air
bahwa secara umum, perlakuan dengan antara sampel B1 dan C1 dengan B2 dan C2
mikroorganisme dan tanaman dapat yaitu sampel B2 dan C2 menggunakan kompos
menurunkan pH tanah. + inokulan, sehingga kadar air dari sampel B2
dan C2 lebih besar daripada sampel B1 dan
Kadar Air
C1. Hal ini disebabkan adanya inokulan yang
Berdasarkan penelitian yang ditambahkan dari hasil isolasi terpilih.
dilakukan, didapatkan hasil analisa kadar air Penambahan hasil isolate terpilih ini
sebagai berikut: menyebabkan mikroba lebih cepat
mendegradasi minyak, karena adaptasi yang
60.00 baik. Akibatnya pertumbuhan rumput gajah
51.86 53.12 53.25 55.04
50.00 48.82 49.84 49.97
46.14
pun mengalami kenaikan yang diperlihatkan
Kadar Air (%)
40.00
29.05
30.18
dengan makin panjangnya daun
30.00 28.29
27.45
80.00
hanya ditambah inokulan saja, biokompos 60.00 41.47 43.90
40.32 38.85
awal
(kompos + inokulan) dan sampel dengan 40.00
20.00 akhir
kompos tanpa inokulan. Begitu juga perbedaan 0.00
pada komposisi urea yang ditambahkan. Hasil A1 A2 B1 B2 C1 C2
uji anova menunjukan bahwa pemberian
Perlakuan
biokompos memberikan pengaruh terhadap %
kadar air.
Gambar 5. Hasil analisa water holding capacity
Pada sampel B1 dan C1 mengalami (WHC)
kenaikan kadar air karena sampel tersebut
ditambahkan kompos pada perlakuannya. Berdasarkan gambar 5 nilai WHC
Penambahan bahan organik (kompos) dapat akhir secara berurutan pada sampel A1, A2,
meningkatan porositas tanah. Kondisi ini juga B1, B2, C1, dan C2 adalah 41,47%, 43,90%,
akan berpengaruh pada tingkat aerasi tanah 109,04%, 115%, 118,35%, dan 124,11%.
Perbedaan nilai WHC tersebut sangat
435
Valensi Vol. 2 No. 3, Nop 2011 (430-442) ISSN : 1978 - 8193
dipengaruhi oleh penambahan biokompos dan inokulan mikroba pendegradasi minyak bumi.
urea. Keberadaan mikroba ini dapat mendegradasi
minyak dalam tanah, karena minyak tersebut
Secara umum pemberian biokompos
dapat difungsikan sebagai sumber energi
memberikan pengaruh yang signifikan
mikroba. Bahan utama minyak bumi adalah
terhadap % WHC. Hal ini karena biokompos
hidrokarbon alifatik dan aromatik, yaitu
mengandung mikroorganisme pendegradasi
senyawa-senyawa organik di mana setiap
minyak bumi. Pada sampel A1 mengalami
molekulnya hanya mempunyai unsur karbon
kenaikan lebih kecil dibandingkan dengan A2.
dan hidrogen saja.
Hal ini disebabkan sampel A1 merupakan
Biodegradasi hidrokarbon alifatik
kontrol yang hanya ditanami dengan rumput
biasanya terjadi pada kondisi aerob. Tahap
gajah dan tanpa inokulan. Rumput gajah dan
awal degradasi hidrokarbon secara aerob
mikroba indigen tidak mampu mendegradasi
adalah memasukkan molekul oksigen ke dalam
senyawa organik secara cepat yang terdapat
hidrokarbon oleh enzim oksigenase (Nugroho,
dalam tanah. Minyak bumi menyelimuti tanah
2009). Menurut R.M. Atlas, and R. Bartha
dan masuk ke dalam pori-pori tanah sehingga
(1992) dalam Nugroho (2009) Jalur degradasi
air tidak dapat terjerap oleh tanah karena air
alkana yang paling umum adalah oksidasi
bersifat polar sedangkan minyak bersifat
rantai terminal (Gambar 4.5). Alkana
nonpolar. Adanya perbedaan sifat ini
dioksidasi menjadi alkohol dan selanjutnya
menyebabkan air tidak akan terjerap oleh tanah
menjadi asam lemak (Cookson, 1995 dalam
yang sudah dipenuhi dengan minyak.
Nugroho, 2009).
Sampel A2 mengalami kenaikan nilai
WHC, karena pada sampel A2 ditambah
H 3C CH2 CH3
n
+
O 2, 2 H
H 3C CH2 n C H 2O H
a
O
H 3C CH2 COOH
n
H 2C O C CH2 COOH
n
- h i d r o k s i la s i
Sampel B1, B2, C1, dan C2 menahan air sebesar 40-60%. Hal ini karena
mengalami kenaikan nilai WHC, ini karena struktur vermikompos yang memiliki ruang-
sampel tersebut menggunakan kompos dan ruang yang mampu menyerap dan menyimpan
biokompos sebagai bahan organik. Pengaruh air, sehingga mampu mempertahankan
bahan organik terhadap sifat fisika tanah yang kelembaban.
lain adalah terhadap peningkatan porositas Terdapat perbedaan hasil kenaikan
tanah. Porositas tanah adalah ukuran yang nilai WHC antara sampel B1, C1 dan B2, C2
menunjukkan bagian tanah yang tidak terisi yaitu karena sampel B1, C1 tanpa inokulan,
bahan padat tanah yang terisi oleh udara dan sedangkan sampel B2, C2 menggunakan
air (Stevenson, 1982). Menurut Mashur, 2001, inokulan dan perbedaan komposisi urea,
vermikompos mempunyai kemampuan sehingga antara mikroba inokulan dengan
436
Penggunaan Biokompos dalam Bioremediasi Lahan Tercemar Minyak Bumi Barokah A.., et.al.
mikroba yang sudah ada divermikompos dan mikrobanya, dengan cara memanfaatkan
sinergis, dan banyaknya unsur N dalam tanah, polutan yang terkandung dalam media.
akan dimanfaatkan oleh mikroba untuk Mineral tersebut terdapat dalam bentuk garam
metabolismenya, sehingga untuk mendegradasi organik, garam anorganik, atau sebagai bentuk
polutan minyakpun lebih cepat. senyawa kompleks yang bersifat organis
Kenaikan nilai WHC pada perlakuan (Muljohardjo, 1988).
menandakan terjadinya kemampuan dalam Tanaman melepaskan eskudat di
mengikat uap air. Hal ini sekaligus rizosfer kemungkinan untuk kebutuhan sebagai
menunjukkan bahwa ikatan antara sumber karbon untuk mikroba (Bowen and
vermikompos dan limbah lumpur minyak bumi Rovira, 1991 dalam Nwoko, 2010). Eskudat
dalam sampel mulai digantikan oleh air. yang dikeluarkan berupa gula, pati, dan asam-
Pergantian ini mengindikasikan terjadinya asam organik yang dapat dimanfaatkan oleh
degradasi limbah lumpur menjadi senyawa- mikroba sebagai sumber karbon. Akibatnya,
senyawa lain. Disamping itu menunjukkan mikroba rizosfer dapat meningkatkan
pula bahwa dalam proses fermentasi mikroba kesehatan tanaman dengan menstimulasi
terjadi degradasi limbah lumpur minyak bumi. pertumbuhan akar melalui produksi pengatur
pertumbuhan tanaman, meningkatkan
Kadar Abu penyerapan mineral dan air (Nwoko, 2010).
Tanaman merangsang seluruh proses dengan
Abu adalah zat anorganik sisa hasil terlebih dahulu, melepaskan senyawa karbon
pembakaran suatu bahan organik, kadar abu untuk memfasilitasi populasi mikroba yang
suatu bahan tergantung bahan dan cara lebih tinggi disekitar daerah akar. Kedua,
pengabuannya (Sudarmadji et al., 1996). Data tanaman melepaskan senyawa yang dari akar
gambar 4.6, menunjukan terjadi perubahan khusus yang dapat menyebabkan gen mikroba
kadar abu yang nyata antara keadaan sebelum yang terlibat dalam degradasi atau bertindak
dan setelah fermentasi degradatif dari limbah sebagai co-metabolit untuk memfasilitasi
lumpur minyak bumi. Hasil statistik anova degradasi mikroba (Olson et al., 2003. Leigh et
menunjukan bahwa kadar abu di antara al., 2002 dalam Nwoko, 2010).
keenam perlakuan berbeda nyata (P ≤ 0,05), ini
menunjukan bahwa pemberian biokompos Persen Degradasi Total Petroleum
memberikan pengaruh yang signifikan berupa Hidrokarbon (TPH) dan Biomassa Rumput
peningkatan kadar abu di akhir perlakuan. Gajah.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, didapatkan hasil seperti yang Berdasarkan hasil analisa, maka
ditunjukkan dalam gambar berikut ini: didapatkan hasil seperti yang ditunjukan dalam
tabel berikut ini:
100.00 89.22 86.36
84.32 84.73
74.31
Tabel 2. Hasil analisa total petroleum hidrokarbon.
80.00 70.48
Kadar Abu (%)
73.89 73.39
65.16 67.63
63.57 63.76
60.00
Total Petroleum
40.00 Hidrokarbon
awal Samp % Degradasi
No
20.00
akhir el (TPH) TPH
0.00 H-0 H-35
A1 A2 B1 B2 C1 C2 0.055
1 0.0694 20.48
A1 2
Perlakuan
0.044
2 A2 0.0618 27.55
8
0.007
Gambar 7. Hasil analisa kadar abu 3 B1 0.0199 64.38
1
0.003
Secara keseluruhan keenam perlakuan 4 B2 0.0205 82.44
6
(A1, A2, B1, B2, C1, dan C2) mengalami 0.014
kenaikan kadar abu. Hal tersebut disebabkan 5 C1 0.0277 47.03
7
bahan yang terkandung dalam perlakuan 0.002
6 C2 0.0294 91.15
terjadi proses mineralisasi. Proses mineralisasi 6
ini diakibatkan oleh metabolisme dari tanaman
437
Valensi Vol. 2 No. 3, Nop 2011 (430-442) ISSN : 1978 - 8193
urea yaitu 12,82 ± 13,346 g pada perlakuan perkecambahan. Menurut Salisbury and Ross
B2. Namun, berat biomassa yang rendah (1992); Colton and Einhellig (1980) dalam
ditemukan dengan tingkat aplikasi urea yang Tambaru, E dan Santosa (1999) Konsentrasi
lebih tinggi 9 g, dengan nilai biomassa sebesar senyawa fenol dalam air yang tinggi dapat
2,16 ± 1,250 g yaitu perlakuan C2 (dengan menaikan potensial osmotik, sehingga dapat
inokulan). Sedangkan dengan perlakuan yang menghambat difusi air dan O2 ke dalam
sama perlakuan C1 (tanpa inokulan) kecambah. Jika air yang dibutuhkan tidak
mengalami peningkatan nilai biomassa sebesar terpenuhi, maka hal ini dapat menghambat
39,02 ± 55,177 g. sintesis hormon IAA, GA, dan sitokini,
Sedangkan perbedaan nilai biomassa sehingga perkecambahan dan pertumbuhan
pada perlakuan yang ditambahkan inokulan kecambah terhambat (Santosa, 1990; Rice,
dan tanpa inokulan. Pada perlakuan B2 dan C2 1984 dalam Tambaru, E dan Santosa, 1999 ).
yang ditambahkan inokulan mengalami Berkurangnya difusi air ke dalam biji juga
penurunan nilai biomassa sebesar 12,82 ± mempengaruhi transport O2, sehingga
13,346 g dan 2,16 ± 1,250 g. Pada perlakuan menghambat proses respirasi dan ATP yang
B1 dan C1 mengalami kenaikan nilai biomassa dihasilkan terbatas. ATP sangat dibutuhkan
sebesar 36,43 ± 2,448 g dan 39,02 ± 55,177 g. untuk perkecambahan dan pertumbuhan
Hal ini disebabkan karena pada perlakuan yang kecambah (Salisbury dan Ross, 1992 dalam
ditambahkan inokulan, terjadi kompetisi antara Tambaru, E dan Santosa, 1999).
inokulan dengan rumput gajah dalam Menurut Salt et al (1998), Beberapa
mengambil unsur-unsur hara yang terdapat bahan kimia dimineralisasi oleh tanaman
pada media untuk kebutuhan metabolisme. dengan bantuan air dan CO2. Tanaman
Sehingga pertumbuhan rumput gajah menjadi mengeluarkan sekret melalui eksudat akar
terhambat dan bahkan mengalami kematian. sebesar 10 – 20% dari hasil fotosintesis
Sedangkan perlakuan tanpa inokulan dengan melalui eksudat akar. Hal ini dapat membantu
adanya pemberian kompos dan urea saja sudah proses pertumbuhan dan metabolisme mikroba
cukup untuk kebutuhan metabolisme maupun fungi yang hidup disekitar rizosfer.
mikroorganisme dan rumput gajah, sehingga Beberapa senyawa organik yang dikeluarkan
pertumbuhan biomassanya tidak terganggu. melalui eksudat akar (misalnya fenolik, asam
Penambahan inokulan degradasi organik, alkohol, protein ) dapat menjadi
minyak lebih cepat, tapi hasil degradasi sumber karbon dan nitrogen sebagai sumber
diantaranya senyawa fenol yang merupakan zat pertumbuhan mikroba yang dapat membantu
toksik untuk pertumbuhan tanaman. Karena proses degradasi senyawa organik. Sekret
senyawa fenol memiliki beberapa sifat berupa senyawa organik dapat membantu
diantaranya mudah larut dalam air, senyawa pertumbuhan dan meningkatkan aktivitas
fenol yang terlarut berpengaruh terhadap mikroba rizosfer. Adapun reaksi pembentukan
proses perakaran, tergantung pada senyawa fenolik dari hasil degradasi adalah
konsentrasinya. Proses penyerapan senyawa sebagai berikut (Gambar 8 ).
fenol terhadap akar sama halnya terjadi pada
439
OH O-Glukosida
an
us un ik
Peny enzimat O-Glukuronida
H non -
R O-Sulfat
O
Fenol
H O-Silosida
H
R 2O
aren oksida Ep H
hid oksid
sig 450 r ol a
asi as e OH
O2
en
no m P
OH
mo okro
ur
ok
R H
jam
Sit
trans-Dihidrodiol
H2O2 Ligninase
PAH Kuinon PAH Pemecahan cincin
COOH
ur
D
J al t o
io
COOH
ks
Or
B O2
ig
ak
H +
en
NADH + H R
te
as
NAD+
ri
OH
R
2-Hidroksimukonat
semialdehid
Gambar 8 Reaksi degradasi senyawa hidrokarbon polisiklik aromatik (PAH) (Cerniglia, 1992)
Terdapat tiga cara transport yang lebih kecil daripada sel. Hidrokarbon
hidrokarbon ke dalam sel bakteri secara umum dapat teremulsi dan tersolubilisasi dengan
yaitu (Wulandari et al., 2010): adanya biosurfaktan yang dilepaskan oleh
1. Interasksi sel dengan hidrokarbon yang bakteri ke dalam medium.
terlarut dalam fase air, umumnya rata-rata Menurut Mc Cutcheon dan Schnoor
kelarutan hidrokarbon oleh proses fisika (2003); Nwoko et al (2007) dalan Nwoko
sangat rendah sehingga tidak dapat (2010) tanaman dapat meningkatkan
mendukung. biodegradasi polutan organik oleh mikroba
2. Kontak langsung (perlekatan) sel dengan dalam rizosfer tanaman (fitostimulasi atau
permukaan tetesan hidrokarbon yang lebih rizodegradasi). Tanaman juga dapat
besar daripada sel mikroba. Pada kasus menurunkan polutan organik secara langsung
yang kedua ini, perlekatan dapat terjadi melalui kegiatan enzimatik mereka sendiri
karena sel bakteri bersifat hidrofobik. Sel yang
mikroba melekat pada permukaan tetesan disebut fitodegradasi (Nwoko et al., 2007
hidrokarbon yang lebih besar daripada sel dalam Nwoko 2010). Menurut Terry et al
dan pengambilan substrat dilakukan dengan (1995) dalam Nwoko (2010) juga bahwa
difusi atau transport aktif. Perlekatan ini beberapa polutan juga dapat tertinggal
terjadi karena adanya biosurfaktan pada ditanaman dalam bentuk yang mudah menguap
membrane sel bakteri. (fitostabilisasi).
3. Interaksi sel dengan tetesan hidrokarbon Remediasi mikroba dapat
yang telah teremulsi atau tersolubilisasi meningkatkan nilai degradasi TPH lebih
oleh bakteri. Pada kasus ini sel mikroba efektif dengan peningkatan sebesar 91,15%
berinteraksi dengan partikel hidrokarbon pada perlakuan C2 dibandingkan dengan
440
Penggunaan Biokompos dalam Bioremediasi Lahan Tercemar Minyak Bumi Barokah A.., et.al.
blanko (A1 dan A2 masing-masing sebesar 2. Perlu pengujian lanjutan secara kuantitatif
20,48%, dan 27,55 %). Tabel 4 menunjukan terhadap pengaruh penambahan
fitoremediasi biomassa yang dihasilkan biokompos, urea, inokulan pada rasio C/N
berturut-turut pada sampel A1, A2, B1, B2, yang sama.
C1, dan C2 adalah 2,12 ± 0,481 g; 1.93 ± DAFTAR PUSTAKA
0,997 g; 36,43 ± 2,448 g; 12,82 ± 13,346 g;
1. Ahn. H.K. T.j.Sauer. T.L. Richard. and
39,02 ± 55,177 g; dan 2,16 ± 1,250 g. T.D.Glanville. 2009. Determination of Thermal
Faktor lain yang mempengaruhi proses Properties of Composting Bulking Materials.
rizoremediasi mencakup inokulasi, Bioresourece Technology 100 (2009): 3974-
penambahan nutrisi, kadar organik tanah, 3981.
kedalaman tanah dan kadar garam dan 2. Ambriyanto. K.S, 2010. Isolasi Dan
sebagainya (Mishra et al., 2001;. Margesin et Karakterisasi Bakteri Aerob Pendegradasi
al., 2003;. Lin and Mendelssohn, 1998; Selulosa Dari Serasah Daun Rumput Gajah
Hutchinson et al., 2001; Keller et al., 2008 (pennisetum purpureum schaum). Skripsi. ITS.
dalam Tang, et al., 2010). Surabaya.
3. Cerniglia, C.E. 1992. Biodegradation of
Polycycluc Aromatic Hydrocarbons, In:
1. KESIMPULAN DAN SARAN Biodegradation journal, vol 3. Kluwer
Academic Pub. Netherlands. p 351-368.
Kesimpulan 4. Gunalan. 1996. Penerapan Bioremediasi pada
Pengelohan Limbah dan Pemulihan
Berdasarkan hasil penelitian multi fungsi
LingkunganTercemar Hidrokarbon Petroleum.
biokompos dalam rehabilitasi lahan tercemar Majalah Sriwijaya. UNSRI. Vol 32, No 1.
limbah lumpur minyak bumi dapat 5. Karwati. 2009. Degradasi Hidrokarbon Pada
disimpulkan sebagai berikut: Tanah Tercemari Minyak Bumi Dengan Isolat
1. Penambahan kompos dan urea dapat A10 Dan D8. Skripsi. IPB. Bogor.
meningkatkan efisiensi degradasi TPH dan 6. Lehninger, A.L. 1994. Dasar-dasar Biokimia,
diperoleh hubungan positif antara jumlah alih bahasa oleh Maggy Thenawidjaja.
penambahan kompos dan urea terhadap Erlangga. Jakarta.
tingkat degradasi TPH. 7. Mashur. 2001. Vermikompos (kompos cacing
2. Komposisi medium terbaik dalam tanah) Pupuk Organik Berkualitas dan Ramah
Lingkungan. Instalasi Penelitian dan Pengkajian
mendegradasi TPH adalah perlakuan C2 Teknologi Pertanian (IPPTP) Mataram Badan
(100 g berat kering lumpur minyak bumi, Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
100 g berat kering biokompos, 9 g urea, Mataram.
rasio C/N = 5) dengan tingkat degradasi 8. Muljohardjo. 1988. Teknologi Pengawetan
91,15%,. Pangan. U.I. Press. Jakarta.
3. Faktor lingkungan yang menghasilkan 9. Natural Resources Conservation Service
kondisi optimal ini dicapai pada remediasi (NRCS), 2000, Chapter 2 Composting, National
diperoleh melalui kondisi awal pH 8,25; Enginereing Handbook, Part 637 Environmental
kadar air 49,97%; WHC 101,64%; dan Engineering, Natural Resources Conservation
kadar abu 63,76% dan kondisi akhir pH Service – United States Department of
Agriculture, Pages 29-35
6,25; kadar air 55,04%; kadar abu 73,39%; 10. Nghia. N. K. 2007. Degradation of Aged
dan WHC 124,11%. Creosote and Diesel Contaminated Soils by
Phytoremediation or Biostimulation (nutrients).
Saran MASTER THESIS in Soil Science, 20 credits.
Sveriges lantbruksuniversitet.
Pada penelitian ini masih diperlukan 11. Nugroho, A. 2009. Produksi Gas Hasil
penelitian lanjutan, yaitu: Biodegradasi Minyak Bumi: Kajian Awal
1. Perlu adanya justifikasi fenol hasil Aplikasinya dalam Microbial Enhanced Oil
degradasi TPH yang telah hilang sebelum Recovery (MEOR). Makara, Sains. Vol 13.
proses fitoremediasi. Sehingga ketika No.2. 111-116.
12. Nugroho, A. 2006. Biodegradasi ‘Sludge’
aplikasi fitoremediasi dengan tanaman Minyak Bumi Dalam Skala Mikrokosmos.
tidak mudah mengalami kematian dan Makara Teknologi. 10 (2): 82-89.
proses degradasi polutan minyak lebih 13. Nwoko. Chris O. 2010. Trends in
optimal. phytoremediation of toxic elemental and
441
Valensi Vol. 2 No. 3, Nop 2011 (430-442) ISSN : 1978 - 8193
442