ALIFIYAH
NIM.P1337420219252
SRI ALIYATI
NIM. P1337420219153
A. Latar belakang
Ilmu keperawatan memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan,
mempunyai tanggung jawab yang cukup besar untuk memberikan laporan pelayanan
perawatan pada klien gangguan jiwa. Perawat adalah petugas kesehatan yang memiliki
waktu lama dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan pada klien gangguan
jiwa, baik langsung maupun tidak langsung dan secara menyeluruh yang menyangkut
Bio, Psiko, Sosial, Spiritual dan cultural. Asuhan keperawatan jiwa akan maksimal jika
perawat menggunakan metode penyelesaian masalah yaitu pendekatan proses
keperawatan untuk mencegah, mempertahankan, meningkatkan dan merehabilitasi
respon adaptif klien gangguan jiwa.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mendapatkan pengalaman tentang penerapan Asuhan Keperawatan
klien dengan gangguan jiwa, mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan
asuhan keperawatan jiwa menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan kusus
Setelah melaksanakan praktek keperawatan jiwa peserta didik mampu:
a. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian asuhan keperawatan jiwa.
b. Mahasiswa dapat menganalisa hasil pengkajian asuhan keperawatan jiwa.
c. Mahasiswa dapat merencanakan tindakan keperawatan asuhan keperawatan
jiwa
d. Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan keperawatan jiwa.
e. Mahasiswa dapat mengevaluasi asuhan keperawatan jiwa yang telah
dilaksanakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Perilaku kekerasan merupakan salah satu yang diekspresikan dengan melakukan
ancaman, menciderai orang lain ataupun merusak lingkungan (Keliat dkk, 2016).
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap
kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2018).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan
frustasi dan benci atau marah, hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap
orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke
lingkungan, kedalam diri atau secara destruktif (Yosep, 2019). Perilaku kekerasan adalah
suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik, baik bagi dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan disertai dengan amuk dan
gaduh gelisah yang tidak terkontrol. Jadi dari semua pernyataan yang ada dapat
disimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan kekerasan secara fisik yang dapat membahayakan dirinya sendiri,
orang lain bahkan lingkungan disekitarnya, hal ini dikarenakan munculnya perasaan
jengkel, kesal dan marah.
B. Rentang Respon
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan
melarikan diri atau respon melawan dan menantang. Respon melawan dan menantang
merupakan respon maladaptif yaitu agresif kekerasan..
Perilaku yang ditampakan mulai dari yang rendah sampai yang tinggi yaitu:
1. Asertif
Mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain.
2. Frustasi
Merasa gagal mencapai tujuan yang disebabkan tujuan yang tidak realistis.
1) Pasif
Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
dialaminya.
2) Agresif
Tindakan dekstruktif terhadap lingkungan yang masih terkontrol
(memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain
dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai).
3) Amuk
Tindakan dekstruktif dan permusuhan yang kuat dan tidak terkontrol
(menyentuh orang lain secara menakutkan dan memberi kata-kata ancaman,
melukai dari tingkat yang ringan sampai dengan kuat).
C. Etiologi
1. Faktor Presdisposisi
Faktor presdisposisi adalah faktor yang mendasari atau yang mempermudah
terjadinya sebuah perilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap nilai-nilai
kepercayaan maupun keyakinan. berbagai pengalaman yang dialami tiap orang
merupakan faktor presdisposisi artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi
perilaku kekerasan (Riyadi & Purwito, 2019).
a. Faktor Biologis
1) “Instictual drive theory” (teori dorongan naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.
2) “Psychosomatic theory” (teori psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maupun lingkungan. dalam hal ini sistem limbik
berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa
marah.
b. Faktor Psikologis
1) “Frustation Aggression theory” (teori agresif-frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi
frustasi. frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai
sesuatu gagal atau terhambat, keadaan tersebut dapat mendorong individu
berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalui
berperilaku kekerasan.
2) “Behavioral theory” (teori perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia
fasilitas atau situasi yang mendukung.
3) “Existential theory” (teori eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan
tersebut tidak dapat dicapai melalui berperilaku konstruktif, maka
individu akan memenuhinya melalui berperilaku dekstruktif.
c. Faktor Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah. Semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
d. Faktor Sosial Budaya
Norma atau nilai budaya yang mendukung mengungkapakan rasa marah
secara verbal yang asertif sehingga membantu individu mengungkapakan
kemarahanya dengan cara yang baik.
2. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi (pencetus) dapat bersumber dari klien, lingkungan atau
berinteraksi dengan orang lain.
Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh agresif,
dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik.
c. Lingkungan
Panas, padat, bising.
D. Psikopatologi
Stress, cemas, harga diri rendah dan bersalah dapat menimbulkan marah. Respon
terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal, secara eksternal
ekspresi marah dapat berupa perilaku yang ekstruktif maupun destruktif.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan kata- kata yang
dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, sehingga rasa marah
tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Selain akan memberikan rasa lega,
keteganganpun akan turun dan akhirnya perasaan marah dapat teratasi.
Rasa marah yang diekspresikan secara dekstruktif misalnya dengan perilaku agresif
dan menantang biasanya cara tersebut justru menjadikan masalah berkepanjangan dan
dapat menimbulkan amuk yang ditujukan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Ancaman atau kebutuhan
Stess
Cemas
akibat
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
I. Penatalaksanaan Medis
1. Chlopromazin 3x 100 mg
2. Trihexipenidyle 2x 2 mg
3. Haloperidol 3x 5 mg. (Tjay, Tan dan Kirana R, 2007)
J. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan meliputi pada perilaku kekerasan menurut Keliat, (2016) meliputi :
1. Risiko Mencederai Diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2. Perilaku kekerasan
3. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
K. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Resiko mencederai diri sendiri,orang lain dan lingkungan
3. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
L. Fokus Intervensi
1. Perilaku Kekerasan
Tujuan Umum : Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan
dengan orang lain
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Hasil :
a. Klien mau membalas salam
b. Klien mau berjabat tangan
c. Klien mau menyebutkan nama
d. Klien mau tersenyum
e. Klien mau mengetahui nama perawat
Rencana Keperawatan :
1. Bina hubungan saling percaya : Salam terapeutik, empati, sebut nama perawat,
dan jelaskan tujuan interaksi
2. Panggil nama klien dengan nama panggilan yang disukai
3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang
4. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
5. Lakukan kontrak singkat tapi sering
6. Beri rasa aman dan empati
TUK III : Klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat dilakukan
Kriteria Hasil : Klien mampu mengungkapkan yang masih dapat digunakan selama
sakit.
Rencana Keparawatan :
a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang digunakan selama sakit Diskusikan
kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaanya.
TUK IV : Klien dapat menetapkan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
Kriteria Hasil : Klien dapat memilih kegiatan yang masih dapat dilakukan selama di
rumah sakit
Rencana Keperawatan :
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
dengan kemampuan
2. Tingkatkan bantuan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien
3. Beri contoh dalam pelaksanaan kegiatan yang boleh diakukan klien.