Anda di halaman 1dari 5

KEMITRAAN

DALAM HUBUNGAN
DOKTER–PASIEN
EDITOR
Muhammad Mulyohadi Ali
Ieda Poernomo Sigit Sidi
Tini Hadad
Kresna Adam
Adriyati Rafly
Budi Sampurna

KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA


Indonesian Medical Council
Jakarta 2006
Dokter Gigi
Seseorang yang menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi
berkompeten atau mempunyai wewenang untuk:
- mengobati penyakit gigi
- mengobati/memperbaiki kelainan bawaan di bidangnya
- melakukan rehabilitasi kelainan sistem stomatognati yang meliputi
kelainan gigi-geligi, otot, saraf, pembuluh darah dan tulang rahang, dalam
rangka mempertahankan fungsi-fungsi pengunyahan, bicara, estetis dan
persarafan.
Dokter Gigi Spesialis
Dokter gigi spesialis juga mencantumkan sebutan spesialis di belakang
namanya, seperti SpBM (spesialis bedah mulut). Dokter gigi spesialis juga
mencantumkan sebutan drg di depan namanya dan spesialisasinya di bagian
belakang. Contoh: drg Ayu Sekarwati, Sp BM (spesialis bedah mulut). Ada 8
bidang spesialisasi dalam kedokteran gigi yang secara lengkap dapat dilihat
pada daftar spesialisasi kedokteran gigi.

Hak dan kewenangan profesi seorang dokter ahli, apakah spesialis,


subspesialis atau spesialis konsultan, dinyatakan dalam sebutan di belakang
namanya tersebut, (tabel 1). Hal tersebut diatur dalam UU Nomor 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan, Pasal 32 (4) yang berbunyi, ”Pelaksanaan
pengobatan dan atau keperawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu.” Keahliannya diakui oleh perhimpunan
dokter ahli yang bersangkutan dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan
Dokter Gigi Indonesia (PDGI), serta kewenangannya oleh Departemen
Kesehatan RI (Depkes)

Dilihat dari segi pelayanan gigi, pemahaman sistem rujukan akan membantu
mendapatkan pelayanan medis gigi yang efisien dan efektif.
Tingkatan sarana berdasarkan kemampuan pelayanan
1) Puskesmas mempunyai kemampuan pelayanan medis gigi dasar tidak
lengkap
2) Rumah sakit tipe D mempunyai kemampuan pelayanan medis gigi dasar
lengkap
3) Rumah sakit tipe C mempunyai kemampuan pelayanan medis gigi dasar
lengkap ditambah dengan 1 atau 2 pelayanan medis gigi spesialistik
4) Rumah sakit tipe B mempunyai kemampuan pelayanan medis gigi dasar
lengkap ditambah dengan 4 pelayanan medis gigi spesialistik.
5) Rumah sakit tipe A mempunyai kemampuan pelayanan medis gigi dasar
lengkap dengan 7 pelayanan medis gigi spesialistik.
Dalam kedokteran rujukan bersifat dinamis, sesuai perkembangan penyakit
pasien. Tergantung atas tingkat keahliannya, rujukan bisa dilakukan vertikal
(v) atau horizontal (h). Rujukan dokter ke dokter spesialis adalah vertikal ke
atas (vL). Dari dokter subspesialis ke dokter spesialis adalah vertikal ke
bawah (vM). Antara sesama tingkat keahlian, horizontal (h). Rujukan dapat
dilakukan untuk meminta pendapat banding, pengobatan bersama,
pengambilalihan pengobatan atau pengembalian pasien.
Lazimnya rujukan yang dilakukan sesuai dengan tahapan dapat mencegah
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Perujukan dapat dilakukan dengan
cara mendatangkan dokter yang diperlukan ke tempat pasien dirawat, atau
dengan cara mengirimkan pasien ke dokter yang diperlukan. Cara pertama
umumnya ditujukan bagi pasien yang dalam keadaan lemah dan tidak stabil
keadaan kesehatannya. Cara kedua dilakukan pada keadaan pasien yang
relatif cukup kuat sehingga bisa bergerak sendiri ke dokter yang diperlukan
(rawat jalan) atau pasien yang lemah (rawat inap) tetapi cukup stabil keadaan
kesehatannya sehingga dapat dipindahkan tanpa membahayakan keadaan
pasien.

Mukernas Etik Kedokteran III: Kode Etik Kedokteran; 2001

Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia:


Standar Pelayanan Medis Volume 1, 2, 3; Jakarta, 1998.

 Manfaat Evidence Based Dentistry

 Memperoleh study penelitian kritis


 .Memperbaiki derajat kesehatan dan perawatan
 Untuk memperoleh informasi yang sahih an mutahir dalam mengobati pasien
 .Membantu dalam memilih artikel yang relefan yang mana artikel tersebut dipakai
sebagai pedoman pemutusan diagnosa bagi pasien
 Terhindar dari kesalahan prespsi dalam berbagai aspek seperti diagnosis, terapi atau
prognosis.
 Meningkatkan kualitas pelayanan dan out come klinis
 .Dapat mengintegrasikan kemampuan klinisnya dengan kemampuan pelacakan ,
buktieksternal yang terbaik dan tersedia dari riset yang sistematis

(http://www.scribd.com/doc/71495411/EBD2003)

1.4  Langkah-langkah Evidence Based Dentistry

 Identifikasi dan formulasi masalah

  a.Focus question : pertanyaan terarah

 b.Relevance question : pertanyaan sesuai dengan masalah pasien seperti aspek


etiologi,diagnosis, terapi dan prognosis

 c. Searchable question : pertanyaan yg dapat ditelusuri

 Mencari atau menelusuri bukti :

1. Bibliografi data base / website bidang kesehatan : MEDLINE, Pubmed dan EMBASE
2.  EMBASE mencakup literatur bidang kedokteran dari 110 negara
3.  MEDLINE mencakup lebih dari 3.900 jurnal kedokteran yg terbit di USA dan 70
negara
4.  Pubmed : salah satu website bid. Kesehatan yg sebagian besar artikelnya dapat
diakses gratis (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/)
 

 Kajian kritis terhadap bukti :

1. Desain metodologi : cara melakukan randomisasi untuk menentukan tingkat validitas


artikel
2. Menentukan besar sampel
3. Menilai hasil untuk menentukan artikel ini penting atau tidak

 Menerapkan hasil kajian kritis kepada pasien dan evaluasi

1. Membandingkan scr komprehensif keadaan pasien dalam makalah dengan pasien kita
2. Evaluasi, apakah artikel tsb dpt diterapkan pada pasien kita.

(menurut Supriatno, drg,M. Kes.,ph,D)

 DAFTAR KEWENANGAN KLINIS


1.Anamnesis
2.Mengenali gejala dan tanda klinis penyakit/kelainan diluar penyakit/kelainan gigi dan
mulut, untuk kemudian dilakukan rujukan
3.Pemeriksaan intra dan ekstra oral
4.Interpretasi hasil pemeriksaan radiologi
5.Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium klinik
6.Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium patologi anatomi
7.Menegakan diagnosis penyakit/kelainan gigi dan mulut
8.Menetapkan prognosis dan rencana perawatan penyakit/kelainan gigi dan mulut
9.Mengisi rekam medis
10.Membuat surat rujukan
11.Membuat resep
12.Membuat surat keterangan sakit
13.Melakukan komunikasi dan edukasi terhadap pasien/keluarga pasien tentang
penyakit/kelainan gigi dan mulut
14.Sterilisasi dan asepsis
15.Perawatan lesi ringan pada jaringan mulut
16.Anastesi lokal
17.Pencabutan gigi
18.Odontektomi M3 Kelas I A
19.Alveolektomi 1 regio
20.Incisi abses intra oral
21.Fiksasi interdental dengan komposit/kawat
22.Penatalaksanaan perdarahan
23.Penatalaksanaan sinkop
24.Penatalaksanaan shock anaphylactic
25.Basic Life Support
26.Reposisi TMJ et causa dislokasi
27.Penatalaksanaan tingkah laku anak
28.Pit dan fissure sealant
29.Topikal aplikasi fluor
30.Prepentive Adhesive Restoration
31.Space maintainer
32.Space regainer
33.Tumpatan gigi Kelas I, II, III, IV, V, dan VI
34.Inlay
35.Onlay
36.Mahkota pasak
37.Pulp capping direct
38.Pulp capping indirect
39.Perawatan saluran akar akar tunggal/jamak tanpa penyulit
40.Bleaching extra coronal
41.Scaling dan Root Planning
42.Kuretase jaringan pendukung gigi
43.Occlusal adjustment
44.Gingivektomi
45.Splinting
46.Bedah flap periodontal
47.Terapi dentin hipersensitif
48.Pencetakan gigi dan pembuatan model
49.Analisis model
50.Pembuatan gigi tiruan lepasan kasus sederhana
51.Pembuatan jembatan kasus sederhana
52.Reparasi dan/atau relaining gigi tiruan
53.Perawatan maloklusi sederhana / Tipe I Dental
54.racing foto sefalometri
55.Pembuatan radiografik periapikal
56.Pembuatan radiografik oklusal
57.Pembuatan radiografik bite wing
58.Pemeriksaan radiologi foreksi gigi
59.Pemrosesan film
60.Pengukuran indeks kesehatan gigi dan mulut

Kolegium dokter gigi indonesia/drg. Iwan dewanto MMR./dental.id

Anda mungkin juga menyukai