Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
P7-2 Apakah yang dimaksud dengan manajemen mutu total (total quality management- TQM)?
Manajemen mutu total (total quality management -TQM ) adalah pendekatan tingkat
perusahaan terhadap perbaikan mutu yang berusaha untuk memperbaiki mutu disemua proses
dan aktivitas. (CARTER hal. 219)
P7-3 Sebutkan lima karakteristik sistem TQM yang dapat ditemukan di hampir semua lingkungan
manufaktur kelas dunia.
Karakteristik-karakteristik berikut bersifat umum untuk semuanya.
1. Tujuan perusahaan bagi semua aktivitas bisnisnya adalah untuk melanyani pelanggan.
Produk, sampai titik tertentu tidak hanya terbatas pada barang berwujud saja, melainkan
termasuk jasa juga, dan pelanggan tidak hanya terbatas pada pembeli produk perusahaan,
melainkan juga termasuk orang-orang didalam perusahaan yang menggunakan atau
memperoleh manfaat dari output aktivitas internal.
2. Manajemen puncak memimpin secara aktif dalam perbaikan mutu. Di perusahaan-
perusahaan yang berhasil, seperti Westinghouse Electric dan Ford, CEO memimpin secara
aktif dalam menyediakan arahan dan untuk memotivasi karyawan di semua tingkatan agar
bekerja sama guna memperbaiki mutu produk.
3. Semua karyawan terlibat secara aktif dalam perbaikan mutu. Memperbaiki mutu adalah
suatu cara untuk menjalankan bisnis yang berlaku bagi setiap bagian dan setiap tingkatan di
perusahaan.
4. Perusahaan memiliki sistem untuk mengidentifikasikan masalah mutu,
mengembangkan solusi, dan menetapkan tujuan perbaikan mutu. Sejumlah sistem yang
berebeda digunakan oleh perusahaan yang berbeda. Tetapi pada umumnya, sistem-sistem ini
terdiri atas pengaturan kelompok karyawan dalam tim mutu atau lingkaran mutu yang
bertemu secara teratur untuk mendiskusikan masalah mutu.
5. Perusahaan menghargai karyawannya dan memberikan pelatihan terus-menerus serta
pengakuan atas pencapaian. Bahkan diperusahaan yang sangat terotomatisasi sekalipun,
sumber daya manusialah yang melakukan perencanaan, desain, dan pengaturan; sedangkan
mesin tidak. Perusahaan yang berjuang untuk memperbaiki mutu mengakui bahwa karyawan
yang terlatih baik dan bermotivasi tinggi merupakan hal yang penting. Perusahaan yang
berhasil. Perusahaan yang yang berhasil menediakan pelatihan yang spesifik untuk pekerjaan
tertentu yang didesain untuk memperbaiki kinerja.
(CARTER hal. 219)
P7-4 Bagaimann konsep perbaikan mutu yang berkelanjutan berbeda dengan konsep optimasasi
mutu?
Konsep perbaikan mutu yang berkelanjutan berbeda secara subtansial dengan konsep
optimasasi yang kebanyakan diterapkan oleh perusahaan amerika. Optimisasi adalah
pendekatan statis guna menemukan solusi terbaik – laba terbesar atau biaya terkecil –
dalam sekelompok batasan yang tetap. Sebaliknya, konsep perbaikan mutu yang
berkelanjutan merupakan pendekatan terhadap penyelesaian masalah yang bersifat
dinamis. (William K. Carter 14 : 223)
P7-6 Para pendukung TQM beragumentasi bahwa perusahaan sebaiknya menginsentrasikan usah
mereka guna mencegah mutu yang buruk dan bukannya melakukan inspeksi atas proses. Mengapa?
Melakukan inspeksi atas produksi guna mencari produk cacat juga tetap penting, namun
dilakukan pendekatan pengendalian yang lebih dinamis. Salah satu pendekatan semacam itu
adalah pengendalian proses secara statistik guna memantau mutu produk dan mengurangi
variabilitasnya. Pengendalian proses secara statistik adalah suatu metode untuk mengukur
dan memantau variabilitas output selama proses produksi. (William K. Carter 14 : 222)
Agar manajemen berhasil dalam memantau biaya mutu, mengevaluasi perbaikan dan dapat
mengukur biaya mutu. Kebanyakan biaya dari berbagai jenus kegagalan produk dapat diukur
dan dilaporkan setiap periode. Laporan terinci menyediakan suatu cara untuk
mengidentifikasikan masalah mutu yang harus diperhatikan oleh tim mutu yang terdiri atas
karyawan dari area-area yang terpengaruh. Jika biaya yang terlibat cukup signifikan,
manajemen puncak sebaiknya berpartisipasi secara aktif dalam tim tersebut. (William K.
Carter 14 : 223)
P7-8 Apakah perbedaan antara bahan baku sisa, barang cacat, dan pengerjaan kembali?
P7-10 Barang cacat dan pengerjaan kembali dapat disebabkan oleh permintaan pelanggan maupun
oleh kegagalan internal. Mengapa adalah penting untuk menentukan penyebab dari barang cacat
dan pengerjaan kembali?
Barang cacat dapat disebabkan oleh tindakan pelanggan, seperti penggantian spesifikasi
setelah produksi dimulai atau keharusan untuk memproduksi dalam toleransi yang sangat
ketat. Barang cacat juga dapat disebabkan oleh kegagalan internal, seperti kecerobohan
karyawan atau usaha peralatan. Perlakuan akuntansi untuk barang cacat tergantung pada
jenis penyebabnya. Jika pengerjaan ulang adalah hasil dari suatu kebutuhan pelanggan,
biaya yang tidak dapat dikembalikan harus dibebankan ke pekerjaan. Disisi lain, jika
pengerjaan ulang adalah konsekuensi dari kegagalan internal, biaya yang tidak dapat ditutup
harus dikeluarkan dari pekerjaan (yaitu, dibebankan ke Kontrol Overhead Pabrik) dan
dilaporkan ke manajemen yang bertanggung jawab. (William K. Carter 14 : 226)