Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PRESENTASI PADA

PASIEN KEJANG DEMAM

Di susun oleh:

1. Elimunisa (30901800056)
2. Elma safitri (30901800057)
3. Elsa rosyana (30901800058)
4. Erma esti mukholifah (30901800059)
5. Erviana bunga mishka (30901800060)
6. Eva riyanti (30901800061)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan rahmat serta
anugrah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah kami dengan judul “Makalah
Presentasi pada Pasien Kejang”. Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk
junjungan nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk dari
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar yakni Syariah
agama islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam
semesta.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa. Pada makalah ini saya akan membahas mengenai Makalah Presentasi pada
Pasien Kejang. Makalah ini telah saya susun dengan maksimal, dan saya menyadari bahwa ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Demikian yang dapat saya sampaikan, saya mohon maaf bila ada kata kata yang kurang
berkenan bagi saudara dan saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat kepada setiap
pembacanya.

Semarang, 24 maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
1.1 Latar belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5
2.1 Definisi kejang demam..........................................................................................................5
2.2 Klasifikasi..............................................................................................................................5
2.3 Etiologi kejang demam..........................................................................................................6
2.4 Patofisiologi kejang demam..................................................................................................6
2.5 Diagnosa demam kejang........................................................................................................7
2.6 Pentalaksana kejang demam..................................................................................................8
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................10
3.1 Penutup................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada
anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas
38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah
infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan.

Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai
4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang
demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal
tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat
dibandingkan laki-laki. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif
dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada
keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang
utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada kejang demam
adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma,
mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif, memberikan informasi
kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan penanganannya.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa definisi dari kejang demam?
2. Apa Klasifikasi dari kejang demam?
3. Apa etiologi kejang demam?
4. Apa patofisiologi kejang demam?
5. Apa diagnose dari kejang demam?
6. Bagaimana penatalaksana dari kejang demam?
7. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien kejang demam?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari kejang demam
2. Untuk mengetahui Klasifikasi dari kejang demam?
3. Untuk mengetahui etiologi kejang demam
4. Untuk mengetahui patofisiologi kejang demam

1
5. Untuk mengetahui diagnose dari kejang demam
6. Untuk mengetahui Bagaimana penatalaksana dari kejang demam
7. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien kejang demam

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi kejang demam


Kejang demam adalah kejang yang cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada
waktu sakit dengan demam atau pada waktu demam mendadak tinggi. (Wright. John,
1994) Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal lebih dari 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
(Mansjoer.A, 2000) Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara
sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang
berlebihan. (Betz Cecily, 2002) Berdasarkan definisi tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh yang cenderung timbul dalam 24 jam pertama akibat dari aktivitas neuronal yang
abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan yang lebih sering dijumpai pada
anak, terutama pada golongan 6 bulan – 4 tahun.

2.2 Klasifikasi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal diatas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Belum jelas,
kemungkinan dipengaruhi oleh faktor keturunan/genetik. Berikut gejala Kejang demam.
Ada 2 bentuk kejang demam, yaitu:
1. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure),dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut:
a. Kejang berlangsung singkat, < 15 menit
b. Kejang umum tonik dan atau klonik
c.  Terjadi pada usia 6 bulan-4 tahun
d. Umunya berhenti sendiri dan pasien segera sada
e. Kejang timbul pada 16 jam pertama setelah timbulnya demam
f. Tidak ada kelainan neurologi sebelum & setelah kejang
g.   Frekuensi kejang kurang dari 4x dalam 1 tahun
2.  Kejang Demam Komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis
sebagai berikut:
a. Kejang lama, > 15 menit
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam1,2,7

3
2.3 Etiologi kejang demam
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan
kenaikan suhu tubuh yang tinggi dan cepat yang disebabkan infeksi diluar susunan saraf
pusat, misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkhitis, furunkulosis dan lain – lain.

2.4 Patofisiologi kejang demam


Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu
energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang
terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan
dengan perantaraan fungsi paru – paru dan diteruskan ke otak melalui sistem
kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari
permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit
dilalui oleh ion natrium (Na +) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (C1-).
Akibatnya konsentrasi kalium (K+) dalam neuron tinggi dan konsentrasi natrium (Na+)
rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis
dan konsentrasi didalam dan diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut
potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-KATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat berubah oleh adanya :
a. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler
b. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran
listrik dan sekitarnya.
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 10 C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10 – 15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20 %. Pada seorang
anak berumur 3 tahun sirkulasi otak akan mencapai 65 % dari seluruh tubuh,
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Jadi pada kenaikan suhu tubuh
dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan

4
akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan
bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda tergantung dari tinggi rendahnya ambang
kejang seorang anak pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang
rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 380 C, sedangkan pada anak dengan ambang
kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 400 C atau lebih. Dari kenyataan ini
dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering pada ambang kejang
yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan tingkat suhu pada
beberapa penderita kejang.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada gejala yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
biasanya disertai apnea, meningkat kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot
skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan
metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan
suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya
menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor
penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsunya kejang lama.
Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia
sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan
kerusakan sel neuron otak.
Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang
yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” dikemudian hari, sehingga terjadi
epilepsi spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan
kelainan anatomis diotak hingga terjadi epilepsi.

2.5 Diagnosa demam kejang


Apabila terjadi kejang harus dipikirkan apakah penyebabnya dari dalam atau dari
luar susunan saraf pusat. Kelainan dalam otak biasanya karena infeksi misalnya
meningitis, ensefalitis, abses otak. Pengamatan kejang tergantung pada banyak faktor,
termasuk umur penderita, tipe dan frekuensi kejang, dan ada atau tidak adanya temuan
neurologis dan gejala yang bersifat dasar. Pemeriksaan minimum untuk kejang tanpa

5
demam pertama pada anak yang lainnya sehat meliputi glukosa puasa, kalsium,
magnesium, elektrolit serum dan EEG. Peragaan discharge ( rabas ) paroksismal pada
EEG selama kejang klinis adalah diagnostic epilepsy, tetapi kejang jarang terjadi dalam
laboratorium EEG. EEG normal tidak mengesampingkan diagnosis epilepsi, karena
perekaman antar kejang normal pada sekitar 40% penderita. Prosedur aktivitas yang
meliputi hiperventilasi, penutupan mata, stimulasi cahaya, dan bila terindikasi
penghentian tidur dan penempatan elektrode khusus ( misal hantaran zigomatik ), sangat
meningkatkan hasil positif. Discharge ( rabas ) kejang lebih mungkin direkam pada bayi
dan anak daripada remaja atau dewasa.

2.6 Pentalaksana kejang demam


1. Saat kejang
Dalam keadaan kejang obat yang paling cepat dalam menghentikan kejang adalah
diazepam yang diberikan secara intravena. Dosisnya adalah 0,3 – 0,5 mg/kg perlahan –
lahan dengan kecepatan 1 – 2 mg/menit atau dalam waktu 3 – 5 menit dengan dosis
maksimal 20 mg. diazepam dalam bentuk rektal dapat diberikan di rumah saat kejang.
Dosis diazepam rektal adalah 0,5 – 0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak
dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg.
atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun atau dosis
7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun. Kejang yang belum berhenti dengan diazepam
rektal dapat diulangi dengan cara dan dosis yang sama dalam interval waktu 5 menit.
Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih kejang dianjurkan ke rumah sakit dan dapat
diberikan diazepam intravena dosis 0,3 – 0,5 mg/kg. Bila kejang masih belum berhenti
diberikan fenitoin intravena dengan dosis awal 10 – 20 mg / kg / kali dengan
kecepatan 1 mg / kg / menit atau kurang dari 50 mg / menit. Bila kejang berhenti dosis
selanjutnya adalah 4 – 8 mg / kg / hari, yaitu 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan
fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila
kejang telah berhenti pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang
demamnya dan faktor risikonya.
2. Saat demam
Pemberian obat saat demam dapat digunakan antipiretik dan anti konvulsan.
Antipiretik sangat dianjurkan walaupun tidak ada bukti bahwa penggunaannya dapat

6
mengurangi risiko terjadinya kejang demam. Dapat diberikan asetaminofen berkisar
10 – 15 mg / kg / kali diberikan 3 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis
ibuprofen 5 – 10 mg / kg / kali, 3 – 4 kali sehari. Pemakaian diazepam oral dosis 0,3
mg / kgbb setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang, dapat
juga diberikan diazepam rektal 0,5 mg / kgbb setiap 8 jam pada suhu > 38,5º C.
Fenobarbital, karbamazepin, fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah
kejang demam. 3. Pengobatan rumatan
Pengobatan rumatan hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai
berikut :
1. kejang lama > 15 menit
2. adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
3. kejang fokal
pengobatan rumatan dipertimbangkan bila :
- kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
- kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
- kejang demam ≥ 4 kali per tahun
Obat pilihan untuk rumatan adalah asam valproat dengan dosis 15 – 40 mg / kgbb / hari 2
– 3 dosis. Lama pengobatan rumatan adalah 1 tahun bebas kejang lalu dihentikan
bertahap selama 1 – 2 bulan.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Penutup
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
( suhu rektaldiatas 38 derajat celcius) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Infeksi virussaluran pernafasan atas, roseola dan otitis media akut
adalah penyebab kejang demam yang paling sering.Dalam penanggulangan kejang
demam ada 4 faktor yang perlu di kerjakan yaitu:memberantas kejang
secepat mungkin, Pengobatan penunjang, Memberikan pengobatanrumat, Mencari
dan mengobati penyebab.Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat,
prognosisnya baik. Dari penelitian yang ada,frekuensi terulangnya kejang berkisar
antara 25%-50%, yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama.

8
DAFTAR PUSTAKA

Andretty Rezy.P (2015).Hubungan riwayat kejang demam dengan angka kejadian epilepsi di
Dr.moewardi.Universitas Muhammadiah Surakarta.

Arikunto, S.(2010), Prosedur penelitian suatu pendekanatan praktek, Jakarta: Rineka Cipt
Barara&Jaumar. (2013)..Asuhan keperawatan panduan lengkap menjadi perawat profisional.
Jakarta:Prestasi Pustakarya
Wulandari,D & Erawati M. (2016). Buku ajar keperawatan anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Fida & Maya.(2012). Pengantar ilmu kesehatan anak.Jogjakarta : D-Medika. Fitriani, S.
(2011). Promosi kesehatan, Yogyakarta:Graha Ilmu

Hainunnisa. (2012).Hubungan pengetahuan ibu tentang kejang demam dengan kejadian kejang
demam pada balita di RSUD bekasi . Stikes Medistra Bekasi

Juanita F, Manggarwati S. (2016 ) Peningkatan self efficacy ibu melalui metode chalk and talk
tentang penanganan pertama kejang demam pada balita di desa plosowahyu
kabupaten lamongan. STIKES Muhammadiyah Lamongan

9
10

Anda mungkin juga menyukai