Anda di halaman 1dari 4

EKONOMI POLITIK LIBERAL KLASIK

Pada era klasik banyak ilmuwan kuno mengemukakan pendapatnya bahwa ekonomi dengan politik
memiliki keterkaitan erat. Pada masa pra klasik, ilmu ekonomi politik diartikan sebagai ilmu tentang etika atau
falsafah yang digunakan untuk mengelola Negara menuju masyarakat yang sejahtera secara social dan makmur
secara ekonomi.
Dalam bukunya yang berjudul Republik, Plato membagi tiga kelas masyarakat pembagi kerja yaitu :
1. Rulers (pengatur) : raja, ilmuwan.
2. Auxiliaritis (pelaksana) : tentara, polisi, dan pamong praja.
3. Wokers (pekerja).
Fisiokratisme
Aliran ini dikembangkan oleh Francois Quesnay (1694-1774). Pemikiran fisiokratisme merupakan
kebalikan dari pemikiran merkantilisme yang mengagung-agungkan aktivitas perdagangan luar negerinya.
Aktivitas produktif menurut ukuran fisiokrat adalah kegiatan yang banyak memanfaatkan kekayaan alam,
seperti pertanian dan pertambangan. Kelas produktif terdiri atas petani, pedagang, dan pekerja di pertambangan.
Kelas ini merupakan kelas terendah. Pada era merkantilisme, peran petani semakin terdesak dengan keharusan
membayar pajak tinggi dan menjadi sasaran pungutan liar. Hal ini menyebabkan terjadinya Revolusi Perancis
pada akhir abad ke-18. Kaum fisiokrat mnawarkan upaya perbaikan keadaan dengan :
1. Aktivitas ekonomi tidak perlu diatur pemerintah
2. Kebijakan monopoli dihapus
3. Kebijakan ekonomi yang menguntungkan skelompok tertentu dihapuskan
4. Sekat-sekat perdagangan lebih terbuka

A. Pendekatan Liberal Klasik


Konsep ekonomi baru terbentuk setelah munculnya pemikiran ekonomi politik dari James Steuart,
Adam Smith, Robert Malthus, David Ricardo, serta John Mill pada akhir abad ke-18. Munculnya kaum
klasik dapat disebut sebagai tonggak aal kelahiran ilmu ekonomi, tepatnya ilmu ekonomi politik. Tokoh-
tokoh ekonomi tersebut tidak hanya mengembangkan tentang konomi politik, tetapi sebagai orang yang
paham tentang teori-teori dan konsp-konsep ekonomi politik, juga membahas tentang pandangan kaum klasik
terutama Adam Smith, tentang kekayaan (wealth), pembagian kerja (devision of labor), khuluk manusia
(nature of men), mekanisme pasar (market mechanism), dan paham liberalism.
1. Pandangan tentang Kekayaan
Principle of Political Economy (1848) secara spesifik membahas prinsip dasar dari produksi,
distribusi, dan pertukaran kekayaan, serta implikasinya dalam kehidupan bernegara. Untuk memproduksi
kekayaan, diperlukan berbagai factor produksi, seperti sumber daya manusia, yaitu semua personel yang
terlibat, baik langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi suatu komoditas. Berbeda dengan
proses produksi, pendistribusian kekayaan lebih ditentukan oleh keinginan dan tata nilai yang berlaku.
Selain proses produksi dan distribusi, hal yang terpenting berkaitan dengan penukaran kekayaan. Menurut
J.S. Mill, suatu komoditas memiliki nilai karena ada pertukaran kekayaan. Kekayaan tiap Negara
terkonsentrasi untuk meproduksi beberapa jenis komoditas tertentu yang diperdagangkan atau
dipertukarkan dengan Negara lain.
2. Teori Pembagian Kerja
Adam Smith menganjurkan pembagian kerja agar tiap orang mengerjakan bagian tertentu atau
terspesialisasi. Selain itu, kaum klasik juga memperkenalkan dua jenis keuntungan yang mendorong
dilakukannya perdagangan internasional. Pertama, didasarkan pada keunggulan absolut dan keunggulan
komparatif. Kedua, didasarkan pada keunggulan kompetitif.
3. Khuluk Manusia
Salah satu sifat manusia yang dipelajari Smih adalah manusia ingin hidup lebih baik. Baginya,
“manusia adalah binatang yang gelisah”, dan sudah menjadi khuluk manusia untuk menjadi homo
ekonomikus, yaitu manusia ekonomi yang didorong oleh kepentingan pribadi untuk selalu berusaha
memperoleh hasil yang sebesar-besarnya dari kemungkinan yang ada.
4. Mekanisme Pasar
Awalnya pasar diartikan sebagai tempat bertemunya konsumen dan produsen. Kemudian, pasar
berkembang menjadi lebih rumit karena pelaku ekonomi bekerja tanpa konflik sosial. Di pasar, setiap
aktor bersaing satu sama lain sehingga pasar disebut sebagai sumber kesejahteraan (sheldon).

B. Paham Liberalisme
Paham liberalisme menurut Smith adalah paham kebebasan. Pendekatan klasik menyatakan pasar
memiliki kemmpuan mengelola dirinya sendiri dalam artian yang kuat (strong sense). Pendangan ini
menjadi dasar kebijakan Laissez faire (dari bahasa Prancis “biar bekerja”) berarti perdagangan bebas.
Argumen pemikiran aliran klasik ini adalah sistem pasar. Sistem pasar adalah peristiwa sui generis (mampu
menciptakan dirinya sendiri)Memudarnya dominasi politik terlihat dalam konsep “tangan tak terlihat”
(regulasi pasar terhadap dirinya sendiri ) dari Adam Smith. Aliran klasik dari ekonomi politik diuraikan
menjadi dua bagian, yaitu:
1. Pasar yang Mengatur Dirinya Sendiri
Pasar akan berjalan baik jika individu didalamnya menjadi pembeli sekaligus penjual. Jika
individu menjadi penjual dan pembeli, uang dan komoditasakan “berputar” didalam pasar. Dengan kata
lain, pasar adalah mekanisme sosial yang berfungsi menjamin bahwa kebutuhan pribadi dapat
terpenuhi.
2. Teori Nilai dan Distribusi
a. Pembagian Kerja dan Pertukaran
Smith, Ricardo dan Marx memandang ada hubungan langsung antara pembagian kerja dan
harga, yaitu harga ditentukan oleh besaran relatif dari tenaga kerja sosial yang digunkan untuk
memproduksi komoditas. Pandangn klasik memandang tenaga kerja sebagai satu himpunan
tersendiri yang dibagi dalam beragam tugas dan disatukan oleh hubungan pertukaran. Adam Smith
dalam bukunya the welth of nation (1776) memunculkan teori pembagian kerja yang didasarkan
pada (a) pembagian kerja merupakan jiwa yang melandasi setiap hubungan ekonomi antar pelaku
ekonomi dalam pasar bebas yang dapat menentukan eksistensi ekonomi atau kedudukan setiap
orang dalam hubungan dagang; (b) unsur pokok dalam pasar bebas; (c) pasar bebas adalah motor
atau pendorong kemakmuran sebuah negara juga individu
b. Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan ditentukn oleh pertarungan antar kelas sosial untuk memperebutkan
hasil atau keuntungan dari tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan produksi. Adam Smith
mengungkapkan proses pertumbuhan ekonomi jangka panjang dalam sebuah negara haru melalui
dua aspek utama, yaitu:
1) Pertumhuban output total
2) Pertumbuhan penduduk
Ada tiga unsur pokok dari sistem suatu negara, yaitu:
1) Sumber daya alam yang tersedia (faktor produksi “tanah”).
2) Sumber daya insani mempunyai peranan pasif dalam proses pertumbuhan output, artinya
jumlah penduduk menyesuaikan kebutuhan tenaga kerja dari masyarakat.
3) Stok modal merupakan unsur produksi yang secara aktif menentukan tingkat output.
Pengaruh stok modal terhadap tingkat output bisa secara langsung dan tidak langsung.
Pengaruh langsung maksudnya pertumbuhan modal akan langsung meningkatkan output,
sedangkan pengaruh tidak langsung adalah peningktakan produktivitas per kapita yang
dimungkinkan karena spesialisasi dan pembagian kerja yang lebih tinggi. Menurut Smith, semakin
besar stok modal kemungkinan dilakukan spesialisasi dan pembagian kerja yang akan
meningkatkan produktivitas per kapita. Ada dua fakto penunjang proses akumulasi modal bagi
terciptanya pertumbuhan output, yaitu: 1) Semakin meluasnya pasar; dan 2) Tingkat keuntungan di
atas tingkat keuntungan minimal.
Bentuk kehidupan politik dan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Sistem atau pola ekonomi klasik dalam sejarah Eropa adalah merkantilisme. Teori ini meyakini
kesejahteraan suatu negara hanya bergantung pada banyak tidaknya aset atau modal yang disimpan
oleh negara yang bersangkutan, dan besarnya volume perdagangan global sangat peting.
Merkantilisme mengajarkan suatu negara harus mencapai tujuan perlindungan terhadap
perekonomiannya, dengan mendorong ekspor (dengan banyak insentif) dan mengurangi impor
(pemberlakuan tarif yang besar).
Smith menguraikan pola-pola ekonomi dan perilaku masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Digambarkan dalam The Wealth of Nations pada peradaban kuno, seperti
peradaban Mesir Kuno (ancient Egypt). Dalam peradaban tersebut msyarakat dibagi menjadi dua
kelompok besar berdasrkan kasta dan kesukuan. Dalam konteks masyarkat ini, garis keturunan
laki-laki menjadi pertimbangan dominan dalam kehidupan sosial masyarakat.
1. Smith: Teori Pembagian Kerja
Menurut Smith, produktivitas kerja akan meningkat jika didukung dengan adanya division of
labour. Division of Labour dijadikan dasar oleh Smith dikarenakan akan meningkatkan
produktivitas pekerja baik dari segi kuantitas maupun kualitas produk . Division of Labour yang
dikemukakan oleh Smith memunculkan sifat individualisme dan menjadikan manusia seolah-olah
menjadi mesin yang terprogram, terlepas dari adanya efisiensi waktu yang ditimbulkan.
2. Teori Upah
Dalam teorinya ini, dijelaskan bahwa tidak ada tempat untuk diminishing returns atau factor
subtitution. Menurut Smith, upah natural dari labor terdiri atas produk labor yang sebelum
pemberian tanah dan akumulasi kapital semestinya dalam keseluruhan pekerjaannya. Peningkatan
demand untuk labour dapat meningkatkan upah. Kemudian demand untuk labour dapat meningkat
hanya dalam proporsi peningkatan dari dana yang ditunjukkan untuk membayar upah. Dengan
demikian, munculnya dana upah disusun dari surplus pendapatan dan surplus kapital pada
kelebihan dari personal pemilik dan kebutuhan bisnis.
Suatu upah tinggi merupakan efek peningkatan kesejahteraan dan menyebabkan peningkatan
populasi. Dalam ajaran Smith upah tinggi dihubungkan pada peningkatan/kemajuan produktivitas
labour. Pemikiran kurva penawaran backward sloping dari labour adalah tidak secara mutlak
ditolak, tetapi diperyimbangkan dapat diterapkan hanya pada orang minoritas. Ketika hara
ketentuan tinggi, permintaan lanor cenderung turun sebagaimana upah jika tendensi upah tidak
ditandai oleh harga tinggi dari wage-goods. Ketika harga makanan rendah, efek peningkatan
demand untuk labour pada ubah ditandai lagi oleh harga rendah wage-goods yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai