Anda di halaman 1dari 5

PERKEMBANGAN FILOLOGI DUNIA BARAT

Sumber bacaan : The Disciplinarity of Linguistics and Philology

Jacobus A Naudé

University of the Free State, November 2017

Nama : Fitriyani

NIM : 11170220000097

Mengenai pengertian filologi, Hans Ulrich Gumbrecht berpendapat bahwa filologi adalah sebuah
kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk mengelola teks-teks sejarah khususnya pada teks sejarah
yang tertulis. Pada dasarnya praktek filologi sangat terikat dengan periode sejarah yang diwarnai
kultur budaya yang kompleks. Kemudian filologi memiliki tugas untuk mengidentifikasi dan
mengembalikan kembali makna teks dari masing-masing budaya yang melahirkan teks tersebut.
filologi juga memberikan jarak antara ruang intelektual hermeneutika atau pemahaman makna
dengan interpretasi. Ilmu filologi juga sangat berperan penting dalam dunia akademik yang
berhubungan dengan kronologi sejarah dan budaya di masa lalu.

Gumbrecht juga mengidentifikasikan lima penerapan dasar ilmu filologi, yakni


mengidentifikasikan tiap bagian teks, meneliti tulisan dalam teks, menulis penafsiran sejarah,
historisasi (yaitu kesadaran antara periode sejarah dan budaya yang berbeda) serta mengajar atau
memberi pengetahuan dati teks sejarah dan budaya masa lalu

Filologi Klasik atau Altphilologie (300 SM hingga 1800 M)

Tradiisi filologi Eropa berasal dari peradaban Yunani kuno yang berasal dari zaman helenistik
dari abad ke-3 hingga abad pertama sebelum Masehi. Erastothenes dan kirene (280-195SM)
menyebut dirinya sebagai seorang filolog di mana yang dimaksud filolog disini adalah seseorang
yang mencintai kata-kata yang tertulis. (Turner 2014 : 3-4). Filologi atau khususnya filologi
tekstual mulai muncul ketika buku-buku menjadi permasalahan yang kompleks. filologi
kemudian dikaitkan dengan adanya perpustakaan pertama di Alexandria. Zenodotus dari Ephesus
(sekitar 280-195 SM) adalah seorang pustakawan pertama dari perpustakaan Alexandria. Ia
memperkenalkan inovasi-imovasi, seperti penyusunan berdasar abjad, edisi standar dengan tanda
asli untuk menunjukkan perbaikan, komentar per baris pada teks, glosarium dan kronologi
historis.

Tata bahasa bukanlah cabang ilmu pengetahuan yang terpisah dari filologi tekstual. Tata bahasa
awal yang penting disusun oleh Dionysius Thrax (sekitar 179-90 SM) berjudul Tέχνηγραμματική
(Turner 2014: 14). Kemajuan dalam ilmu filologi juga sangat berkaitan dengan adanya konteks
yang ada di Roma pada akhir zaman abad Masehi. Kodeks merupakan sebuah buku yang terbuat
dari lembaran kertas, velum, papirus yang ditulis dengan tulisan tangan.

Beberapa benda filologis yang berasal dari agama Kristen adalah : Alkitab, Hexapla of Origen,
dan penerapan instrumen filologis dalam hal yang berkaitan dengan sejarah dan untuk
penafsiran. Pada 330 M, Konstantinus menjadikan Konstantinopel (kemudian Byzantium) ibu
kota Kekaisaran Romawi yang menyebabkan pergeseran budaya Romawi dari Barat Latin ke
Timur Yunani. kemudian ini mengakibatkan runtuhnya pengetahuan di Barat setelah abad
kelima. Filsafat Bizantium tidak menunjukkan inovasi baru (Turner 2014: 25).

Pembangunan universitas pada tahun 1200 memiliki tujuan teendiri untuk menyusun doktrin
Kristen yang sistematis dan filosofis menggunakan filosofi Aristoteles. Setelah 1300 dorongan
utamanya adalah upaya untuk memperbarui inspirasi yang langsung berasal dari sumber-sumber
kuno dengan mencapai kembali makna dan kemurnian aslinya. Filologi tekstual dari renaisans
menggunakan semua teknik kuno dalam edisi-edisi teks dan komentar kuno, yaitu suatu alat
yang digunakan untuk mengkritik dan memperbaiki teks melalui interpretasi. (Turner 2014: 37).

Pada abad ke-15 timbul kepercayaan bahwa gereja dapat pulih kembali dengan mempelajari
pengetahuan tersembunyi yang terdapat dalam tulisan-tulisan Yahudi. Filologi tekstual dapat
menuntun pengetahuan bahasa Ibrani dan Yunani juga bahasa Latin. Collegium trilinguae
pertama (pencampuran bahasa Latin, Yunani dan Ibrani dalam kurikulumnya) didirikan pada
1498 dalam sebuah universitas Spanyol baru di Alcala de Henares (Complutum dalam bahasa
Latin) dekat Madrid. Di sana, bahasa Ibrani dan Yunani secara bersama-sama membuat tulisan
baru dalam filologi biblika yang menghasilkan Complutensian Polyglot Bible. Mereka
menerapkan metode tekstual standar dan mencari naskah tertua yang tersedia dan menyusun
banyak salinan untuk memilih bacaan yang paling penting.

Dari zaman kuno Yunani hingga akhir abad ke delapan belas dilambangkan oleh Turner sebagai
prasejarah formatif filologi modern dan teman-temannya yakni: retorika (seni berbicara atau
menulis ekspresif) dan antiquarianisme (studi relik dari masa lalu), yang memenuhi kehidupan
intelektual di Eropa dan koloninya serta Amerika.

Filologi modern (1800-sekitar 1920/2000)

Pada abad ke-19, pemikiran sejarah-evolusi menjadi sentral. Tidak ada pendekatan historis atau
sastra atau filosofis kecuali melalui teks, yang harus ditemukan, dipelajari dan diteliti. Konsep
pendekatan evolusi-historis terhadap bahasa menjadi sentral melalui hipotesis William Jones
(wafat 1794) bahwa berbagai bahasa memiliki nenek moyang yang sama yang dapat ditemukan
melalui perbandingan bahasa ibu (Turner 2014: 98-99) . Para filolog modern pindah ke bahasa-
bahasa kuno baru yang tersedia melalui ekspansi kekaisaran, misalnya bahasa Sanskerta, dan ini
menyebabkan perbandingan bahasa Indo-Eropa, Anglo-Saxon, dan Semit (Turner 2014: 231-
232). Selain itu, perkembangan juga digunakan untuk membentuk identitas etnis dan nasional
suatu bangsa melalui penemuan asal-usul historis bahasa mereka. Misalnya, filologi diterapkan
pada bahasa dan sastra Jerman yang menghasilkan pertumbuhan Germanistik, yaitu studi sastra
nasional Jerman.

Sebagai disiplin ilmu, filologi menjadi ratu ilmu di universitas Eropa abad ke-19. Di Jerman,
filologi memiliki kelembagaan yang mendominasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Diplomat dan filolog Jerman (Karl) Wilhelm von Humboldt (1767-1835) mendirikan universitas
modern pertama di Berlin pada 1809 (Pollock 2015: 2, 6). Berlin dengan demikian menjadi pusat
dari beasiswa filologi Jerman. Thephilologist Friedrich August Wolf menyatakan untuk
mendaftar di Universitas Göttingen pada tahun 1777 bahwa ia adalah seorang pelajar "filolog"
(studiosus philologiae), sehingga menjadi mahasiswa resmi pertama dari subjek di Eropa.
Kontribusi Wolf adalah adanya pemisahan filologi dari teologi. Friedrich Schlegel, Friedrich
Schleiermacher, dan Wilhelm Dilthey berpendapat bahwa filologi sebagai dasar ilmu penafsiran.

Filologi modern mencakup filologi tekstual (studi klasik dan alkitabiah, literatur oriental dan
tulisan-tulisan Eropa abad pertengahan dan modern), teori-teori tentang asal-usul dan sifat
bahasa, studi perbandingan struktur dan evolusi historis bahasa dan keluarga bahasa. Pada akhir
abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh, ruang lingkup Filologi Modern mulai
menyempit. kepopuleran filologi di abad ke-19 kemudian diambil alih oleh ilmu linguistik yang
baru. Yang terpecah kedalam cabang ilmu sejarah sastra nasional, sastra komparatif, dan teori
dan kritik sastra (Pollock 2015: 8). Sebagai kategori disiplin ilmu, filologi kemudian digunakan
untuk merujuk secara khusus pada studi klasik Yunani dan Latin. Namun, bahkan Klasik sebagai
disiplin itu sendiri akhirnya menolak untuk saling bekerja sama dengan filologi. Filologi modern
kemudian menghilang.

Singkatnya, hingga 1800 filologi dan teman-temannya, retorika (seni berbicara atau menulis
ekspresif) dan antiquarianisme (studi peninggalan masa lalu) menunjukkan keterkaitan, tetapi
setelah 1800 masing-masing mulai terpecah-pecah sehingga pada tahun 1900 disiplin ilmu
tersebut berdiri secara mandiri. Filolog tekstual modern awal sepakat untuk mengatasi
permasalahan dan metode untuk menyelesaikannya. Mereka juga mengembangkan instrumen
karakteristik untuk melacak informasi dan untuk menyebarkan pengetahuan. Dalam pengertian
ini filologi tekstual membentuk disiplin. Pada 1920-an disiplin ilmu modern tumbuh jauh lebih
sempit dibagi lagi karena spesialisasi difokuskan pada subvarian filologi dan cabang-cabangnya.

Turner menekankan bahwa disiplin ilmu yang diturunkan dari filologi dan teman-temannya
memiliki mode pengetahuan yang sama dan metode umum yang ditandai oleh adanya isntrumen
berikut : i) interpretatif dalam metode, ii) komparatif dalam interpretasi, iii) peka terhadap
konteks budaya, tekstual atau visual, iv) menggunakan garis keturunan sejarah untuk memahami,
v) membentuk produk sejarah (ide, teks, lukisan, institusi, artefak , bahasa) berdasarkan konteks
historisnya.

Filsafat, yang bukan bagian dari keluarga filologis, menunjukkan isntrumen yang berbeda.
Menurut Turner dan Pollock, instrumen filologis adalah interpretatif, empiris, hipotesis, dan
historis, tetapi filsafat sebaliknya, logis, deduktif, tepat dalam kesimpulan, dan mengabaikan
perubahan dari waktu ke waktu. . kemudian ilmu filologis menafsirkan kasus-kasus individual,
tetapi filsafat menggunakan generalisasi yang berlaku secara universal. Turner mengakui bahwa
tipologinya menunjukkan perbedaan . Salah satu perbedaan adalah linguistik yang "bergeser
jauh dari metode hermeneutik ke generalisasi, sehingga penelitian mereka sering terlihat lebih
'ilmiah' daripada 'humanistik'. Jadi linguistik sangat berbeda dari keluarga filologi dan memiliki
koneksi dengan filsafat.

Filologi Baru (2000-)

Sebagaimana ditunjukkan di atas mendefinisikan filologi sebagai disiplin ilmu jauh lebih sulit
untuk didefinisikan, baik karena sejarah panjang studi filologis dan karena filologis terus
bertansofrmasi dari waktu ke waktu, baik secara historis maupun geogragis. penyelidikan
filologis sering mengambil bentuk perkembangan historis bahasa atau fitur komparatifnya.
Demikian juga dalam mempelajari teks-teks tertulis, para filolog sering menghasilkan deskripsi
gramatikal dari bahasa-bahasa yang ditemukan dalam teks-teks mereka. Suatu upaya yang sejak
munculnya linguistik, dapat dilakukan secara lebih akurat dalam disiplin linguistik.
Secara geografis, filologi dipandang secara umum lebih luas di Eropa daripada di Amerika
Serikat. Namun, tidak seperti linguistik, yang berfokus pada bahasa pada umumnya atau bahasa
khususnya sebagai objek penyelidikan, filologi berfokus pada teks-teks tertulis. Seperti
dijelaskan di atas, Filologi Modern menghilang dengan munculnya disiplin akademis baru; upaya
filologis sekarang terjadi di bawah ruang Filologi Baru.

Menurut Lied (2015), Filologi Baru adalah perspektif filologis dalam bidang yang lebih besar
dari Teori penelitian yang memiliki pengetahuan luas untuk memahami teks, produksi dan
transmisi teks dan untuk mengeksplorasi teks dalam konteks naskah mereka.. paradigma Filologi
Klasik dan Filologi Modern di mana fokus yang dominan adalah pada teks hipotetis yang
direkonstruksi yang akan ditafsirkan dalam konteks sejarah. Sebaliknya, Filologi Baru
menganggap setiap benda manuskrip (atau prasasti atau tablet, dll.) Sebagai artefak historis yang
bermakna dan melihat teks-teks yang ditemukan dalam manuskrip. Tujuan dari Philology Baru
adalah untuk mempelajari teks sebagai (1) bagian integral dari naskah yang ada secara historis
dan (2) untuk menafsirkan teks dalam konteks konteks naskah dan penggunaan historisnya.

Bibliografi :

Pollock, Sheldon, Benjamin A. Elman and Ku-ming Kevin Chang, eds. 2015. World Philology.
Cambridge, MA: Harvard University Press.

Pollock, Sheldon. 2015. “Introduction.” Pages 1-24 in World Philology, edited by Sheldon
Pollock, Benjamin A. Elman and Ku-ming Kevin Chang. Cambridge, MA: Harvard University
Press.

Turner, James. 2014. Philology: The Forgotten Origins of the Modern Humanities. Princeton
and Oxford: Princeton University Press.

Gumbrecht, Hans Ulrich. 2003. The Powers of Philology: Dynamics of Textual Scholarship.
Urbana and Chicago: University of Illinois Press.

Anda mungkin juga menyukai