Anda di halaman 1dari 12

1.

1 Air Limbah
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001,
air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwjud cair.
Menurut Sugiharto (2008), air limbah (wastewater) adalah kotoran dari
masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air
permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini
merupakan hal yang bersifat kotoran umum.
Sumber–sumber air limbah menurut Haryoto Kusnoputranto (1986) dapat
dibedakan menjadi 3, yaitu :
a. Air limbah rumah tangga (domestic wasted water), air limbah dari
permukiman ini umumnya mempunyai komposisi yang terdiri atas
ekskreta (tinja dan urin), air bekas cucian dapur dan kamar mandi,
dimana sebagian besar merupakan bahan organik.
b. Air limbah kotapraja (municipal wastes water), air limbah ini
umumnya berasal dari daerah perkotaan, perdagangan, sekolah,
tempat–tempat ibadah dan tempat–tempat umum lainnya seperti hotel,
restoran, dan lain– lain.
c. Air limbah industri (industrial wastes water), air limbah yang berasal
dari berbagai jenis industri akibat proses produksi ini pada umumnya
lebih sulit dalam pengolahannya serta mempunyai variasi yang luas.

Selain mengetahui sumber-sumber air limbah, pengetahuan mengenai


kualitas air limbah adalah satu hal yang perlu dipahami untuk keperlukan
menentukan cara pengolahan yang tepat sehingga efektifitas dan
efisiensinya dapat tercapai. Kualitas air limbah dibedakan menjadi tiga
karakteristik yaitu:

1. Karakteristik Fisik
Karakteristik fisika air limbah yang perlu diketahui adalah total solid,
bau, temperatur, densitas, warna, konduktivitas, dan turbidity.
a) Total Solid (TS)
Total Sold adalah semua materi yang tersisa setelah proses
evaporasi pada suhu 103-105°C. Karakteristik yang bersumber dari
saluran air domestik, industri, erosi tanah, dan infiltrasi ini dapat
menyebabkan bangunan pengolahan penug dengan sludge dan
kondisi anaerob dapat tercipta sehingga mengganggu proses
pengolahan.
b) Bau
Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi
materi atau penambahan substansi pada limbah.
c) Temperatur
Temperatur ini mempengaruhi konsentrasi oksigen terlarut di
dalam air. Air yang baik mempunyai temperatur normal 8°C dari
suhu kamar 27°C. Semakin tinggi temperatur air (>27°C) maka
kandungan oksigen dalam air berkurang atau sebaliknya.
d) Density
Density adalah perbandingan anatara massa dengan volume yang
dinyatakan sebagai slug/ft3 (kg/m3 ).
e) Warna
Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan
waktu dan meningkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah
dari yang abu–abu menjadi kehitaman.
f) Kekeruhan
Kekeruhan diukur dengan perbandingan antara intensitas cahaya
yang dipendarkan oleh sampel air limbah dengan cahaya yang
dipendarkan oleh suspensi standar pada konsentrasi yang sama
(Eddy, 2008).
2. Karateristik Kimia
Pada air limbah ada tiga karakteristik kimia yang perlu diidentifikasi
yaitu bahan organik, anorganik, dan gas.
a) Bahan organik
Pada air limbah bahan organik bersumber dari hewan, tumbuhan,
dan aktivitas manusia. Bahan organik itu sendiri terdiri dari C, H,
O, N yang menjadi karakteristik kimia adalah protein, karbohidrat,
lemak dan minyak, surfaktan, pestisida dan fenol, dimana
sumbernya adalah limbah domestik, komersil, industri kecuali
pestisida yang bersumber dari pertanian.
b) Bahan anorganik
Jumlah bahan anorganik meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh
asal air limbah. Pada umumnya berupa senyawa-senyawa yang
mengandung logam berat (Fe, Cu, Pb, dan Mn), asam kuat dan
basa kuat, senyawa fosfat senyawa-senyawa nitrogen (amoniak,
nitrit, dan nitrat), dan juga senyawa- senyawa belerang (sulfat dan
hidrogen sulfida).
c) Gas
Gas yang umumnya ditemukan dalam limbah cair yang tidak
diolah adalah nitrogen (N2), oksigen (O2), metana (CH4), hidrogen
sulfida (H2S), amoniak (NH3), dan karbondioksida (Eddy, 2008).
3. Karakteristik Biologi
Pada air limbah, karakteristik biologi menjadi dasar untuk mengontrol
timbulnya penyakit yang dikarenakan organisme pathogen.
Karakteristik biologi tersebut seperti bakteri dan mikroorganisme
lainnya yang terdapat dalam dekomposisi dan stabilitas senyawa
organik (Eddy, 2008).
Limbah organik mengandung sisa-sisa bahan organik, detergen,
minyak dan kotoran manusia. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan
limbah cair adalah sebagai berikut:
1. Gangguan terhadap kesehatan manusia
Gangguan ini dapat disebabkan oleh kandungan bakteri, virus,
senyawa nitrat, beberapa bahan kimia dari industri dan jenis
pestisida yang terdapat dari rantai makanan, serta beberapa
kandungan logam seperti merkuri, timbal, dan kadmium (Eddy,
2008).
2. Gangguan terhadap keseimbangan ekosistem
Kerusakan terhadap tanaman dan binatang yang hidup pada
perairan disebabkan oleh eutrofikiasi yaitu pencemaran air yang
disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam
ekosistem air (Eddy, 2008).

3. Gangguan terhadap estetika dan benda


Gangguan kenyamanan dan estetika berupa warna, bau, dan rasa.
Kerusakan benda yang disebabkan oleh garam-garam terlarut
seperti korosif atau karat, air berlumpur, menyebabkan
menurunnya kualitas tempat-tempat rekreasi dan perumahan akibat
bau serta eutrofikasi (Eddy, 2008).

1.2 Air Bersih


Air bersih menurut Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang
syarat-syarat dan pengawasan kualitas, air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila dimasak (Permenkes RI 1990). Menurut EG Wagner
dan JN LAnic dalam bukunya Water Suply For Rural and Small
Communication menyatakan bahwa air yang sehat adalah air yang tidak
merugikan kesehatan bagi pemakainya.
Persyaratan Kualitas Air Bersih Persyaratan kualitas menggambarkan
mutu dari air baku air bersih. Sesuai dengan ketentuan badan dunia (WHO)
maupun badan setempat (Departemen Kesehatan) serta ketentuan atau
peraturan lain yang berlaku seperti APHA (American Public Health
Association atau Asosiasi Kesehatan Masyarakat AS), layak tidaknya air
untuk kehidupan manusia ditentukan berdasarkan persyaratan kualitas secara
fisik, secara kimia dan secara biologis
1. Persyaratan Fisik
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa.
Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau
kurang lebih 25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang
diperbolehkan adalah 25oC ± 30oC. Batas maksimum kekeruhan air
yaitu 25 NTU dan warna air 50 TCU.
a) Kekeruhan adalah efek optik yang terjadi jika sinar membentuk
material tersuspensi di dalam air. Kekeruhan air dapat ditimbulkan
oleh adanya bahan - bahan organik dan anorganik seperti lumpur dan
buangan, dari permukaan tertentu yang menyebabkan air sungai
menjadi keruh. Kekeruhan walaupun hanya sedikit dapat
menyebabkan warna yang lebih tua dari warna sesungguhnya. Air
yang mengandung kekeruhan tinggi akan mengalami kesulitan bila
diproses untuk sumber air bersih. Kesulitannya antara lain dalam
proses penyaringan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah
bahwa air dengan kekeruhan tinggi akan sulit untuk didisinfeksi,
yaitu proses pembunuhan terhadap kandungan mikroba yang tidak
diharapkan. Tingkat kekeruhan dipengaruhi oleh pH air, kekeruhan
pada air minum umumnya telah diupayakan sedemikian rupa
sehingga air menjadi jernih.
b) Bau pada air dapat disebabkan karena benda asing yang masuk ke
dalam air seperti bangkai binatang, bahan buangan, ataupun
disebabkan karena proses penguraian senyawa organik oleh bakteri.
Pada peristiwa penguraian senyawa organik yang dilakukan oleh
bakteri tersebut dihasilkan gas-gas berbau menyengat dan bahkan
ada yang beracun. Pada peristiwa penguraian zat organik berakibat
meningkatkan penggunaan oksigen terlarut di air (BOD = Biological
Oxighen Demand) oleh bakteri dan mengurangi kuantitas oksigen
terlarut (DO =Disvolved Oxigen) di dalam air. Bau pada air minum
dapat dideteksi dengan menggunakan hidung. Tujuan deteksi bau
pada air minum yaitu untuk mengetahui ada bau atau tidaknya bau
yang berasal dari air minum yang disebabkan oleh pencemar.
Apabila air minum memiliki bau maka dapat dikategorikan sebagai
air minum yang tidak memenuhi syarat dan kurang layak untuk di
manfatkan sebagai air minum.
c) Rasa yang terdapat di dalam air baku dapat dihasilkan oleh
kehadiran organisme seperti mikroalgae dan bakteri, adanya limbah
padat dan limbah cair seperti hasil buangan dari rumah tangga dan
kemungkinan adanya sisa – sisa bahan yang digunakan untuk
disinfeksi misalnya klor. Timbulnya rasa pada air minum biasanya
berkaitan erat dengan bau pada air tersebut. Pada air minum, rasa
diupayakan agar menjadi netral dan dapat diterima oleh pengguna
air. Rasa pada air minum dapat dideteksi dengan menggunakan
indera penyerap. Dimana tujuan dari deteksi rasa pada air minum
adalah untuk mengetahui kelainan rasa air dari standar normal yang
dimiliki oleh air, yaitu netral.

2. Persyaratan kimiawi
Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak
tercemar secara berlebihan oleh zat – zat kimia yang berbahaya bagi
kesehatan antara lain air raksa (Hg), Alumunium (Al), Arsen (As),
barium (Ba), besi (Fe), flourida (F), tembaga (Cu), derajat keasaman
(pH), dan zat kimia lainnya. Kandungan zat kimia dalam air bersih
yang digunakan sehari – hari hendaknya tidak melebihi kadar
maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990.
Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan
zat – zat kimia lainnya yang melebihi ambang batas berakibat tidak
baik bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia,
contohnya antara lain sebagai berikut :
a. pH
Air sebaiknya tidak memiliki keasaman dan tidak basa
untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan
korosi jaringan distribusi air. pH yang dianjurkan untuk air
bersih adalah 6,5 – 9.
b. Besi ( Fe )
Kadar besi (Fe) yang melebihi ambang batas (1,0 mg/l)
menyebabkan berkurangnya fungsi paru–paru dan
menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada
dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan.
c. Klorida
Klorida adalah senyawa halogen klor ( Cl ), dalam jumlah
yang banyak klor (Cl) akan menimbulkan rasa asin, korosi
pada pipa sistem penyediaan air panas. Sebagai
desinfektan, residu klor ( Cl ) dalam penyediaan air sengaja
dipelihara, tetapi ( Cl ) ini dapat terikat pada senyawa
organik dan membentuk halogen – hidrokarbon ( Cl – HC )
banyak diantaranya dikenal 17 sebagai senyawa – senyawa
karsinogenik. Kadar maksimum klorida yang diperbolehkan
dalam air bersih adalah 600 mg/l.
d. Tembaga ( Cu )
Tembaga ( Cu ) sebenarnya diperlukan pada perkembangan
tubuh manusia. Tetapi untuk dosis tinggi dapat
menyebabkan gejala GI, SSP, ginjal, hati, muntaber, pusing
kepala, lemah, anemia, dan lainnya bahkan dapat
meninggal dunia. Dalam dosis rendah menimbulkan rasa
kesat, warna dan korosi pada pipa, sambungan, dan
peralatan dapur.
e. Mangan ( Mn )
Mangan ( Mn ) merupakan Metal kelabu – kemerahan.
Keracunan seringkali bersifat khronis sebagai akibat
inhalasi debu dan uap logam. Gejala yang timbul berpa
gejala susunan syaraf : insomnia, kemudian lemah pada
kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka menjadi beku
dan muka tampak seperti topeng. Bila pemaparan berlanjut
maka bicaranya melambat dan monoton, terjadi
hyperrefleksi, clonus pada patella dan tumit, dan berjalan
seperti penderita parkinsonism.
e. Seng ( Zn )
Seng ( Zn ) pada air minum akan menimbulkan rasa kesat
dan dapat menyebabkan gejala muntaber. Seng (Zn) dapat
menimbulkan warna air menjadi opalescentdan bila
dimasak akan timbul endapan seperti pasir. Kadar
maksimum seng (Zn) yang diperbolehkan di dalam air
bersih adalah 15 mg/l.

3. Persyaratan Bakteriologis
a) Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme yang penting
pada penanganan air. Bakteri adalah jasad renik yang
sederhana, tidak berwarna, satu sel. Bakteri
berkembangbiak dengan cara membelah diri, setiap 15 – 30
menit pada lingkungan yang ideal. Bakteri dapat bertahan
hidup dan berkembangbiak dengan cara memanfaatkan
makanan terlarut dalam air. Bakteri tersebut berperan dalam
dekomposisi unsur organik dan akan menstabilkan buangan
organik. Bakteri yang mendapatkan perhatian di dalam air
minum terutama adalah bakteri Escherichia coli yaitu
koliform yang dijadikan indikator dalam penentuan kualitas
air minum.
b) Virus adalah berupa makhluk yang bukan organisme
sempurna, antara benda hidup dan tidak hidup, berukuran
sangat kecil antara 20 – 100 nm atau sebesar 1/50 kali
ukuran bakteri. Perhatian utama virus pada air minum
adalah terhadap kesehatan masyarakat, karena walaupun
hanya 1 virus mampu menginfeksi dan menyebabkan
penyakit. Virus berada dalam air bersama tinja yang
terinfeksi, sehingga menjadi sumber infeksi.
Pengelolaan air bersih adalah suatu usaha teknis yang dilakukan
untuk memberikan perlindungan pada sumber air dengan memperbaiki
mutu asal airsampai menjadi mutu yang diinginkan dengan tujuan agar
aman dipergunakan oleh masyarakat pekonsumsi air bersih. (Narita,
Kadek, et al, 2011).
Standar kualitas air adalah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan
sifat-sifat fisik, kimia, radioaktif maupun bakteriologis yang menunjukkan
persyaratan kualitas air tersebut. Air baku yang digunakan menghasilkan
air bersih yang telah memenuhi syarat yang tertuang dalam peraturan
pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang pengolahan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air. Pada pasal 8 PP mengenai klasifikasi dan
kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :
1. Kelas I yaitu air yang diperuntukan untuk air baku air minum yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaannya.
2. Kelas II yaitu air yang diperuntukan untuk (prasarana/sarana rekreasi
air, pembudidayaan ikan tawar, peternakan, untuk mengaliri tanaman.
3. Kelas III yaitu air yang digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar
peternakan, untuk mengaliri tanaman. Atau untuk peruntukan lainnya
yang sama jenis kegunaannya.
4. Kelas IV yaitu air yang digunakan untuk mengaliri tanaman atau untuk
peruntukan lainnya yang mempersyaratkan mutu yang sama
kegunaannya.
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia
yang dapat berupa parameter wajib dan parameter tambahan. Parameter
wajib merupakan parameter yang harus diperiksa secara berkala sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sedangkan parameter
tambahan hanya diwajibkan untuk diperiksa jika kondisi geohidrologi
mengindikasikan adanya potensi pencemaran berkaitan dengan parameter
tambahan. Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi tersebut digunakan untuk
pemeliharaan kebersihan perorangan seperti mandi dan sikat gigi, serta
untuk keperluan cuci bahan pangan, peralatan makan, dan pakaian. Selain
itu Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi dapat digunakan sebagai air baku
air minum.

Tabel 1.1 Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi :

No Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu


(Kadar Maksimum)
1 Kekeruhan NTU 25
2 Warna TCU 50
3 Zat Padat Terlarut mg/1 1000
(Total Dissolved Solid)
4 Suhu °C Suhu udara ±3
5 Rasa Tidak berasa
6 Bau Tidak berbau

Tabel 1.2 Parameter Biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan


Lingkungan untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi:

No Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu


(Kadar Maksimum)
1 Total Coliform CFU/100 50
2 E. Coli CFU/100 0

Tabel 1.3 Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi

No Parameter Unit Standar Baku Mutu


(Kadar Maksimum)
Wajib
1 pH mg/l 6,5 – 8,5
2 Besi mg/l 1
3 Fluorida mg/l 1,5
4 Kesadahan (CaCo3) mg/l 500
5 Mangan mg/l 0,5
6 Nitrat sebagai N mg/l 10
7 Nitrit sebagai N mg/l 1
8 Sianida mg/l 0,1
9 Detergen mg/l 0,05
10 Pestisida total mg/l 0,1
Tambahan
1 Air raksa mg/l 0,001
2 Arsen mg/l 0,05
3 Cadmium mg/l 0,005
4 Kromium (valensi 6) mg/l 0,05
5 Selenium mg/l 0,01
6 Seng mg/l 15
7 Sulfat mg/l 400
8 Timbal mg/l 0,05
9 Benze mg/l 0,01
10 Zat Organik (KMNO4) mg/l 10
Tabel II.1 Data Historis Penumpang Bandara Supadio

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016


Internasiona 38,708 69,582 77,038 43,650 52,566 73,696 91,894
l
Domestik 1,787,11 2,063,963 2,214,432 2,263,672 2,450,391 2,639,563 3,090,373
9
Total 1,825,82 2,133,545 2,291,470 2,307,322 2,502,957 2,713,259 3,182,267
7
Growth 15.42% 14.42% 6.89% 0.69% 7.82% 7.75% 14.74%
Sumber: PT. Angkasa Pura II

Tabel II.2 Data Konsumsi Air Historis Bandara Supadio

Bulan Data Konsumsi Air (m3/bulan)


2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jan 6,925 7,924 8,470 8,528 9,195 10,500 10,500
Feb 6,925 7,924 8,470 8,528 9,195 10,500 10,500
Mar 6,925 7,924 8,470 8,528 9,195 10,500 10,500
Apr 6,925 7,924 8,470 8,528 9,195 10,500 10,500
Mei 6,925 7,924 8,470 8,528 9,195 10,500 10,500
Jun 6,925 7,924 8,470 8,528 9,195 10,500 10,500
Juli 6,925 7,924 8,470 8,528 9,195 10,500 10,500
Agust 6,925 7,924 8,470 8,528 9,195 10,500 10,500
Sep 6,925 7,924 8,470 8,528 9,195 10,500 10,500
Okt 6,925 7,924 8,470 8,528 9,195 10,500 10,500
Nov 6,925 7,924 8,470 8,528 9,195 10,500 10,500
Des 6,925 7,924 8,470 8,528 9,195 10,500 10,500

Rata2 6,925.5 7,924.0 8,470.1 8,528.3 9,194.9 10,500.0 10,500.0


Max 6,925 7,924 8,470 8,528 9,195 10,500 10,500
Min 6,925 7,924 8,470 8,528 9,195 10,500 10,500
jumla 83,102 95,088 101,641 102,340 110,339 126,000 126,000
h
Sumber: Kantor Cabang Sultan Mahmud Badaruddin II, PT. Angkasa Pura
2.

Berdasarkan catatan jumlah penumpang dan konsumsi air tersebut, maka tingkat
konsumsi air oleh penumpang paling tinggi terjadi pa.da tahun 2015 dan 2016
yaitu dengan rata-rata sekitar 10,500.0m3/tahun. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya angkat pertumbuhan penumpang Bandara Supadio Pontianak.

Anda mungkin juga menyukai