Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Unsur pembentuk kalimat dan pola kalimat


tunggal/dasar

Disusun oleh: Haeruddin 19070360

M. Naufal 1907036010

Windy Putri 1907036044

Universitas Mulawarman

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Kimia

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi


Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya


bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya
maupun segi lainnya. Oleh karena itu,

Akhirnya kami mengharapkan semoga dari makalah ini dapat


diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
inpirasi terhadap pembaca

Samarinda, 23 Maret 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tulis, kita sebenarnya tidak
menggunakan kata-kata secara lepas. Akan tetapi, kata kata itu terangkai
mengikuti aturan atau kaidah yang berlaku sehinga terbentuklah rangkaian
kata yang menggunakan gagasan, pikiran, atau perasaan. Rangkaian kata
yang sapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan itu dinamakan
kalimat.

Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam


sejumblah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain,
semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar
saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing masing. Kalimat dasar tersebut
kita kembangkan, yang pengembangannya itu tertentu saja harus
didasarkan pada kaisah yang berlaku

Berdasarkan uraian di atas, maka makalah ini membahas mengenai


pola dasar kalimat berdasarkan kaidah kaidah yang berlaku.

2. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:

a) Unsur-unsur pembentuk kalimat

b) Pola kalimat tunggal/dasar


BAB II
ISI
A. Hakikat Kalimat
Sebagai unsur pembangun wacana, kalimat memiliki beberapa bentuk,
yaitu kailmat berdasarkan bentuk dan kalimat berdasarkan makna. Kalimat
berdasarkan bentuk terdiri atas: kalimat tunggal dan kalimat majemuk,
sedangkan berdasarkan maknanya terdiri atas: kalimat berita, kalimat tanya,
kalimat kalimat seru, dan kalimat empatik (Muslich, 2010).

Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun


tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P).

Jika tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu
bukanlah kalimat.

Kalimat mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat


diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan
diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.),
tanda tanya (?), dan tanda seru (!).

B. Unsur Pembentuk Kalimat


Berdasarkan unsur sintaksisnya, kalimat dapat terdiri atas: subjek, predikat,
objek, pelengkap, dan keterangan. Berdasarkan unsur pembentuknya,
kalimat dapat terdiri atas: kata, frasa, dan klausa.

Berdasarkan unsur sintaksisnya

1. Subjek

Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di


samping unsur predikat. Di dalam sebuah kalimat, subjek berperan sebagai
pelaku atau orang yang melakukan kegiatan tertentu
Contoh :

Dosen suka membaca.

Kursi dosen bagus.

Yang memakai baju putih itu dosen saya.

2. Predikat

Seperti halnya dengan subjek, predikat dalam kalimat kebanyakan


muncul secara eksplisit. Predikat menyatakan kegiatan yang sedang
dilakukan oleh subjek (Alwi (2003: 326) dan Widjono (2011: 148)).

Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek


yang merupakan inti dari kalimat. Unsur pengisi predikat suatu kalimat
dapat berupa Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nominal, numeral dan
preposisional. Selain itu dapat pula berupa Frasa, misalnya frasa verbal,
frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).

Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:

Qiqi belajar di kamar.

Ibu memasak tumis kangkung.

Aldy sedang membaca Koran.

3. Objek

Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau menderita akibat
perbuatan subjek. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis
kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Predikat kalimat yang berstatus
transitif mempunyai objek. Biasanya predikat berupa kata kerja berkonfiks
me-kan, atau me-i, misalnya mengambilkan, mengumpulkan, mengambili,

melempari, mendekati.

Dalam kalimat, objek berfungsi (1) membentuk kalimat dasar pada kalimat
berpredikat transitif, (2) memperjelas makna kalimat, dan (3) membentuk
kesatuan atau kelengkapan pikiran (Widjono, 2011:149).
4. Pelengkap

Pelengkap merupakan unsur kalimat yang berfungsi melengkapi


informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat

Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan pada ke dua unsur


kalimat ini adalah : bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba
predikat kalimat, menempati posisi di belakang predikat dan tidak
didahului preposisi. Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap
tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan
pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif,
bukan pelengkap.

Contoh kalimat pelengkap :

Indonesia berdasarkan Pancasila.

Aldy ingin selalu berbuat kebaikan.

Kaki Aji tersandung batu.

Mahkota itu bertahtakan berlian.

5. Keterangan

Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi


lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya,
memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan.

Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi,


seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang,oleh, dan untuk.
Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung,
seperti ketika, karena, meskipun,supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini
beberapa ciri unsur keterangan:

Bukan Unsur Utama (tidak bersifat wajib seperti subjek, predikat, objek
dan pelengkap ).

Tidak Terikat Posisi (memiliki kebebasan tempat di awal/ di akhir , atau di


antara subjek dan predikat).Jenis Keterangan.
Berdasarkan unsur pembentuknya

Kalimat terdiri dari satuan kata dan ada pula yang berupa kelompok kata.
Kelompok kata dapat berupa frase atau klausa

1. Kata

Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri.


Perhatikan contoh berikut;

Belajar dibentuk oleh satu satuan kata

Anton belajar dibentuk oleh dua satuan kata

2. Frasa

Frasa adalah sebuah makna linguistik. Lebih tepatnya, frasa merupakan


satuan linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan
kalimat. Frasa adalah kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frasa tidak
memiliki predikat dalam strukturnya.Selain pengertian seperti yang
disebutkan di atas, frasa dapat juga didefinisikan sebagai kelompok kata
yang unsur-unsurnya masih mempertahankan makna aslinya.

Definis ini digunakan untuk membedakan frase dengan kata majemuk.


Unsur- unsur pembentuk frase tidak membentuk makna baru sebagaimana
halnya kata majemuk.
Contoh:
Kata Majemuk Frasa
Pisang goreng Goreng pisang
Panjang tangan Tangan panjang
Besar kepala Kepala besar
Bunga desa Bunga mawar
Anak emas Anak paman

Ciri-ciri frasa

- dibentuk oleh dua kata atau lebih,

- tidak mengandung unsur subjek dan predikat, serta

- unsur-unsurnya masih mempertahankan makna aslinya.


Frase inti dan frase atributif

Inti frase adalah unsur utama/pokok, yaitu unsur yang diterangkan (D),
sedangkan frase atributif adalah atribut/pewatas yang merupakan unsur
yang menerangkan (M).
Contoh: gedung laboratorium sedang dibangun
D M M D
Frase atributif adalah frase endosentris atributif (frase bertingkat)
yang unsure atributnya berupa kata berimbuhan.
Contoh: - anak tertua
inti atribut
- garis pembatas
inti atribut
kata tertua dan pembatas merupakan kata berimbuhan ter- dan peng-.

3. Klausa

Klausa dalam tata bahasa, adalah sekumpulan kata yang terdiri dari
subjek dan predikat walau dalam beberapa bahasa dan beberapa jenis
klausa, subjek dari klausanya mungkin tidak tampak secara eksplisit dan
hal ini khususnya umum dalam Bahasa bersubyek nol. Sebuah kalimat
paling sederhana terdiri dari satu klausa sedangkan kalimat yang lebih
rumit dapat terdiri dari beberapa klausa, sedangkan frase tidak.

Perbedaan lainnya antara klausa dan frase adalah:


- klausa tidak berintonasi akhir dan tidak bertanda baca
- kalimat berintonasi akhir, bertanda baca titik, tanda tanya, atau tanda
seru
Contoh:
-Ia datang → klausa
-ketika ia pergi →klausa
-Ia datang. → kalimat
-Ia pergi? →kalimat
-Pergi! →kalimat
Klausa dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

a. Klausa utama adalah klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat
dan isinya sudah dapat kita pahami. Dalam kalimat majemuk
bertingkat, klausa utama berfungsi sebagai inti kalimat.

b. Klausa bawahan adalah klausa yang belum lengkap isinya sehingga


klausa itu tidak dapat berdiri sendiri. Dalam kalimat majemuk
bertingkat atau campuran, klausa ini berkedudukan sebagai perluasan
salah satu fungsi kalimat (fungsi: subjek, objek, pelengkap atau
keterangan). Klausa bawahan (subordinatif) yang menjadi bagian klausa
lain juga disebut klausa sematan.

C. Kalimat dasar
Kalimat dasar merupakan cikal bakal kalimat turunan yang dapat
berbentuk kalimat tunggal atau bisa juga berupa kalimat majemuk
(Ekowardono, 2002: 84).

Dalam hal ini, kalimat dasar merupakan pembangkit kalimat majemuk


namun aplikasinya tetap berbeda karena bahasa Inggris berpredikat verba
sedangkan bahasa Indonesia tidak selalu demikian, predikat dapat diisi

verba, adjektiva, nomina, numeralia, atau frasa preposisi

(Ekowardono, 2002: 78-79).

Kalimat dasar mengacu pada kalimat tunggal deklaratif afirmatif.


Terdapat empat ciri kalimat dasar bahasa Indonesia yang dalam hal ini
mengindikasikan kalimat dasar identik dengan kalimat tunggal deklaratif
afirmatif yang urutan unsurnya paling lazim (Alwi, Dardjowidjojo,
Lapoliwa, & Moeliono, 1998: 32; Alwi, Dardjowidjojo, Lapoliwa,
Moeliono, 2003: 319). Keempat ciri tersebut adalah (1) terdiri dari satu
lausa, (2) unsur-unsurnya lengkap, (3) susunan unsurnya menurut aturan
yang paling umum, (4) tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran.
Kalimat tunggal adalah (1) kalimat yang memiliki satu klausa seperti subjek
dan predikat hanya ada satu yang merupakan satu kesatuan, (2) terdapat
semua unsur wajib yang diperlukan, dan (3) tidak mustahil juga terdapat
unsur manasuka seperti keterangan tempat, alat, dan waktu yang
memungkinkan kalimat tunggal berujud panjang (Alwi et al., 2003: 338).

Sukini (2010: 82) menegaskan tentang perbedaan kalimat dasar dan


kalimat tunggal, berikut persamaan dan perbedaannya:

Persamaan kalimat dasar dan kalimat tunggal

(1) terdiri atas satu klausa bebas;

(2) unsur klausanya lengkap yaitu S-P;

(3) bisa juga ditambah dengan unsur manasuka lainnya, yaitu objek,
pelengkap, atau keterangan;

(4) sama-sama bisa diperluas unsur S-P nya.

Perbedaannya adalah:

(1) kalimat dasar memiliki urutan unsur yang runut yaitu S-P, sedangkan
kalimat tunggal tidak;

(2) kalimat dasar tidak mengandung pengingkaran sedangkan kalimat


tunggal bisa mengandung pengingkaran;

(3) kalimat dasar bersifat aktif sedangkan kalimat tunggal bisa bersifat aktif

maupun pasif.

Pola kalimat dasar


Secara sintaksis, suatu kalimat dapat diamati berdasarkan

unsur fungsi, kategori, dan peran. Pola kalimat dasar dalam

tulisan ini mengacu pada analisis unsur fungsi kalimat yaitu

subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap. Pola kalimat

dasar tulisan ini mengacu pada enam pola kalimat dasar yang

dipaparkan oleh Alwi et al., (2003: 322).


Dasar tulisan ini mengacu pada enam pola kalimat dasar yang dipaparkan
oleh Alwi et al.(2003: 322). Yang dimaksud dengan kalimat dasar adalah
kalimat yang terdiri atas satu klausa, lengkap unsur-unsurnya, dan paling
lazim pola urutannya. Struktur kalimat dasar bahasa Indonesia dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa tipe berikut.

(1) Subjek-predikat-> Orang itu sedang tidur (S-P)

(2) Subjek-predikat-objek-> Ayah membeli mobil baru (S-P-O)

(3) Subjek-predikat-pelengkap-> Zikri menjadi ketua kelas (S-P-Pel)

(4) Subjek-predikat-objek-pelengkap-> Dia mengirimi ibunya uang


(S-P-O-Pel)

(5) Subjek-predikat-keterangan-> Kami tinggal di Jogja (S-P-K)

(6) Subjek-predikat-objek-keterangan-> Beliau memperlakukan kami


dengan baik (S-P-O-K)

Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yangterdiri atas satu klausa atau satu
konstituen S-P (Purayasa, 2001).

Jadi, unsur inti kalimat tunggal ialah subjek dan predikat. Dalam kalimat
tunggal tentu saja terdapat semua unsur wajib yang diperlukan. Di
samping itu tidak mustahil unsur manasuka seperti keterangan
tempat,waktu, dan sebagainya. Dengan demikian, kalimat tunggal tidak
selalu dalam wujud pendek,

Kalimat tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang
terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang
paling sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana ini dapat ditelusuri
berdasarkan pola-pola pembentukannya.
Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. KB + KK (kata benda + kata kerja)
Contoh:
Ibu memasak
S P
b. KB + KS (kata benda + kata sifat)
Contoh:
Anak itu sangat rajin.
S P
c. KB + KBil (kata benda + kata bilangan)
Contoh:
Apel itu ada dua buah.
S P
Kalimat tunggal terdiri dari 2 jenis, yaitu:
Kalimat Nominal yaitu jenis kalimat yang pola predikatnya
menggunakan kata benda.
Contoh: Adik perempuan saya ada dua orang.
Kalimat Verbal yaitu jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai
predikatnya.
Contoh: Saya sedang mandi.

Berdasarkan bentuk predikatnya, pola kalimat tunggal dapat dibedakan


menjadi lima bagian:

1) Kalimat Berpredikat Nomina

Kalimat berpredikat nomina adalah kalimat yang predikatnya terdiri


atas nomina (termasuk pronominal) atau frasa nominal. Kalimat ini
disebut juga kalimat ekuatif.

Contoh: Laki-laki itu pencurinya.

S P

Pola kalimatnya:

Subjek (Frase Nominal) + Predikat (Nomina)


2) Kalimat Berpredikat Verba

Kalimat berpredikat verba adalah kalimat yang predikatnya

berupa kata kerja (verba) atau frasa verbal.

Contoh: Mira menulis surat kepada kakaknya.

S P O Ket

Pola kalimatnya:

Subjek (Nomina) + Predikat (Verba) + Objek (Frase Nominal)

Kalimat tunggal dengan predikat verba, dibedakan menjadi empat,


yaitu:

a) Kalimat Verba Intransitif

kalimat yang tidak membutuhkan objek atau pelengkap.

b) Kalimat Verba Ekatransitif

kalimat ini terdiri atas tigaunsur inti yaitu S, P, O. Unsur bukan


intinya keterangan.

c) Kalimat Verba Dwitransitif

Unsur inti terdiri atas S, P,O, dan Pel. Kalimat ini memiliki makna
benefaktif, bersangkutan dengan verba yang dilakukan untuk orang
lain.

d) Kalimat Verba Semitransitif

kalimat ini terdiri atas S, P, dan Pel.

3) Kalimat Berpredikat Adjektiva

Kalimat berpredikat adjektiva adalah kalimat yang

predikatnya berupa kata sifat (adjektiva) atau frasa adjektival.


Contoh 1: Adiknya sakit.

S P

Pola kalimatnya: Subjek (Nomina) + Predikat (Adjektiva)

4) Kalimat Berpredikat Numeralia

Kalimat berpredikat numeralia adalah kalimat yang

predikatnya berupa kata bilangan atau frasa bilangan.

Contoh 1: Uangnya banyak.

S P

Pola kalimatnya: Subjek (Nomina) + Predikat (Kata bilangan)

5) Kalimat Berpredikat Frasa Preposisional

Kalimat berpredikat frasa preposisional adalah kalimat yang

predikatnya berupa frasa preposisional, yaitu frasa keterangan.

Contoh: Ibu ke apotek.

S P

Pola kalimatnya: Subjek (Nomina) + Predikat (Frasa Preposisional)


BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan tentang kalimat maka diperoleh beberapa kesimpulan,


yaitu :
a) Berdasarkan unsur sintaksisnya, kalimat dapat terdiri atas: subjek, predikat,
objek, pelengkap, dan keterangan. Berdasarkan unsur pembentuknya,
kalimat dapat terdiri atas: kata, frasa, dan klausa.
b) Yang dimaksud dengan kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas satu
klausa, lengkap unsur-unsurnya, dan paling lazim pola urutannya. Struktur
kalimat dasar bahasa Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam beberapa
tipe berikut.

(1) Subjek-predikat (S-P)

(2) Subjek-predikat-objek (S-P-O)

(3) Subjek-predikat-pelengkap (S-P-Pel)

(4) Subjek-predikat-objek-pelengkap (S-P-O-Pel)

(5) Subjek-predikat-keterangan (S-P-K)

(6) Subjek-predikat-objek-keterangan (S-P-O-K)

c) Kalimat tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang
terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang
paling sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana ini dapat ditelusuri
berdasarkan pola-pola pembentukannya.
DAFTAR PUSTAKA
Liusti, S. A. (2016). Analisis Kalimat Berdasarkan Pola Kalimat Dasar Dan
Kalkulus Predikat. Adabiyyāt: Jurnal Bahasa dan Sastra, 15(2), 157-175.

Pratama, M. R. (2017). Penerapan Algoritma LALR Parser Untuk Mendeteksi


Struktur Kalimat Bahasa Indonesia (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Indonesia).

Cahyono, B. E. (2016). Kalimat Inversi dalam Bahasa Indonesia. Indonesian


Language Education and Literature, 1(2), 173-193

Rokhimansyah, Alfian, dkk. 2018. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.


Semarang:Unnes Press

Satriya, Sry. 2015. Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia:Kalimat. Jakarta: Pusat


pembinaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan.

Widiyaningsih, Nina. 2009. Mengenal Kalimat Dalam Bahasa Indonesia

Mduiana, Irpan. 2016. Struktur dan Ragam Kalimat Pada Tuturan


Dwibahasawan siswa SMK Mutiara Cendikia. Subang: Didaktik

Tarmini, Wini. 2009. Kata Dalam Konjungsi Interogatif Bahasa Indonesia:


Kajian Sintaktis dan Semantis.

Suweta, I Made. 2018. Membangun Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk


Dalam Bahasa (Kajian Deskriptif). Widyacarya

Yani, La. Pola Kalimat Dalam Bahasa Wolio. Unhalu

Anda mungkin juga menyukai