Anda di halaman 1dari 16

Makalah Antropologi

Standar Operasional Prosedur di Laboratorium

DISUSUN OLEH KELOMPOK


1. PUSPITA AYU

AKADEMI KEPERAWATAN GARUDA PUTIH JAMBI

T.A 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang


Laboratorium adalah suatu tempat yang didalamnya terdapat alat dan
bahan yang dapat digunakan untuk memperjelas sebuah teori.
Laboratorium memegang fungsi layanan, fungsi pengadaan media
pembelajaran, fungsi penelitian dan pengembangan, serta banyak lagi
fungsi lainnya. Laboratorium dapat digunakan untuk melakukan penelitian
dan pengembangan keilmuan dalam berbagai bidang. Salah satu
diantaranya yakni dalam bidang pendidikan. Laboratorium dalam
pendidikan berfungsi untuk meningkatkan serta mendukung proses
belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien. contohnya adalah ilmu
Fisika. Ilmu Fisika merupakan dasar dari disiplin ilmu eksakta yang
didasarkan atas eksperimen sehingga hubungan antara praktek dan teori
sangat erat. Melalui laboratorium, tujuan pembelajaran Fisika yang
dengan banyak variasi dapat digali dan dikembangkan, sekaligus sebagai
tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran Fisika yang secara
praktek memerlukan peralatan dan bahan khusus yang tidak mudah
dihadirkan di ruang kelas agar dapat berlangsung dengan baik.
Belakangan ini sering dijumpai kesalahan-kesalahan baik dalam
penggunaan laboratorium maupun pengelolaannya. Contohnya yaitu saat
melakukan praktikum ada bermacam-macam alat yang berbahan listrik,
mekanik, optik dan lain sebagainya. Alat-alat tersebut sering di
gunakanoleh praktikan tanpa mengetahui peraturan penggunaannya
dengan baik sehingga hal itu menimbulkan berbagai masalah,
diantaranya kerusakan alat atau terjadinya kecelakaan dalam melakukan
percobaan yang sering disebut dengan kecelakaan kerja.
Kejadian diatas dapat diminimalisir apabila para pengguna
laboratorium memahami sekaligus menerapkan peraturan penggunaan
dan pengelolaan laboratorium .Peraturan penggunaan dan pengelolaan
laboratorium tercantum dalam Standar Operasional Prosedur (SOP).
Standar Operasional Prosedur adalah suatu set instruksi yang memiliki
kekuatan sebagai suatu petunjuk atau direktif. Standar Operasional
Prosedur diperlukan sebagai standar kesehatan dan keselamatan kerja di
laboratorium. Fisika dalam prakteknya tidak memiliki banyak bahaya yang
potensial bagi keselamatan praktikan. Oleh karena itu aturan yang ada
dalam Standar Operasional Prosedur semestinya dapat menjadi patokan
dan acuan dalam bekerja di laboratorium.
Berdasarkan alasan diatas perlu disusun suatu makalah yang
mengulas mengenai Standar Operasional Prosedur agar menjadi dapat
acuan, pedoman dan aturan dalam setiap kegiatan yang berlangsung di
laboratorium. Standar Operasional Prosedur ini diharapkan dapat
diterapkan sebagaimana fungsinya.

1.1         Rumusan Masalah


Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1.      Apa pengertian Standar Operasional Prosedur laboratorium?
2.      Bagaimana fungsi Standar Operasional Prosedur laboratorium?
3.      Apa tujuan adanya Standar Operasional Prosedur laboratorium?
4.      Apa saja Standar Operasional Prosedur saat bekerja di laboratorium?
5.      Bagaimana panduan menjaga keselamatan dalam penggunaan peralatan laboratorium?
6.      Bagaimana standar operasional prosedur peminjaman alat/barang/sarana dan prasarana
laboratorium?

1.2         Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah pengelolaan
laboratorium fisika. Selain itu makalah ini bertujuan agar pembaca dapat memahami
pengertian Standar Operasional Prosedur laboratorium, dan fungsi Standar Operasional
Prosedur laboratorium, mengetahui tujuan adanya Standar Operasional Prosedur
laboratorium, dan kemudian menerapkan Standar Operasional Prosedur saat bekerja di
laboratorium.
BAB II
PEMBAHASAN

3.1              Pengertian Standar Operasional Prosedur


Standar Operasional Prosedur merupakan bagian yang sangat penting dalam menjalin
ketertiban suatu proses kerja. Hakekatnya Standar Operasional Prosedur digunakan untuk
menghindari terjadinya miskomunikasi, konflik dan permasalahan pada pelaksanaan
tugas/pekerjaan dalam suatu organisasi. Standar Operasional Prosedur dibuat untuk menjaga
keseragaman pola kerja dan kualitas dari sebuah proses yang akan dilaksanakan.
Standar Operasional Prosedur juga dapat didefinisikan sebagai aturan, pedoman dan
tata cara tertulis yang membantu untuk mengontrol perilaku anggota suatu organisasi, dapat
dikatakan bahwa Standar Operasinal Prosedur mengatur segala aktivitas yang ada dalam
organisasi tersebut termasuk bagaimana proses pekerjaan dilakukan, siapa yang harus
mengerjakan, siapa yang harus bertanggung jawab, kapan dilakukan dan keterangan-
keterangan pendukung lainnya.
Pedoman yang baku seperti Standar Operasional Prosedur diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan di laboratorium. Sebagaimana halnya Standar Operasional Prosedur
yang lain, Standar Operasional Prosedur yang ada di laboratorium juga dibuat untuk menjalin
ketertiban dan kedisiplinan pelaksanaan kegiatan yang ada, seperti praktikum atau kegiatan
percobaan dan penelitian lainnya. Standar Operasional Prosedur tersebut disusun secara teliti
dan mendetail dengan mempertimbangkan berbagai faktor kebutuhan sehingga dapat berjalan
dengan jelas, efektif dan mudah digunakan oleh pelaksana.
“Standar operasional prosedur kerja di laboratorium adalah petunjuk atau pedoman
yang menunjukkan bagaimana laboran harus bersikap dengan benar dalam melakukan
tindakan di laboratorium. Standar operasional prosedur atau disingkat SOP dalam sebuah
laboratorium sangat diperlukan dalam upaya membentuk sistem pelayanan dan pengelolaan
laboratorium yang ideal.” (Silaban, 2013).
Standar Operasional Prosedur yang ada di laboratorium disesuaikan dengan standar
keselamatan dan kesehatan. Langkah-langkah operasional ini dilaksanakan dalam rangka
memperlancar proses kerja di laboratorium agar dapat berjalan dengan benar serta
dilaksanakan sesuai ketentuan, sehingga memiliki output yang sama dan terstandar.

3.2              Fungsi Standar Operasional Prosedur Bekerja di Laboratorium


Standar Operasional Prosedur merupakan komponen yang sangat penting dalam
kegiatan di laboratorium, bahkan Standar Operasional prosedur harus ada sebelum kegiatan
tersebut dilakukan. Pentingnya Standar Operasional prosedur tersebut dapat dilihat dari
fungsi dan peranannya dalam menilai apakah pekerjaan atau kegiatan tersebut sudah
dilakukan dengan baik atau tidak.
Standar Operasional Prosedur memiliki beberapa fungsi yang saling berkaitan. Fungsi
Standar Operasional prosedur tersebut antara lain:
1.        Sebagai dasar acuan dalam melaksanakan kegiatan
Standar Operasional Prosedur merupakan hal yang mendasari suatu kegiatan, artinya
segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan akan mengacu pada Standar Operasional
Prosedur tersebut, tanpa adanya Standar Operasional Prosedur maka kegiatan tersebut tidak
akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
2.        Menjaga kedisiplinan dan konsistensi kerja pelaksana maupun pengguna dalam
melaksanakan kegiatan
Kedisiplinan merupakan hal yang sangat sulit untuk diterapkan terutama dalam kegiatan
di laboratorium. Kedisiplinan ini bukan hanya harus dimiliki oleh laboran saja, namun juga
harus dimiliki oleh petugas dan pegawai laboratorium yang terkait. Oleh karena itu, adanya
Standar Oprasional Prosedur inilah yang membantu untuk menciptakan kedisiplinan yang
lebih baik.
3.        Memperjelas kesulitan, masalah-masalah dan penyimpangan yang terjadi saat pelaksanaan
kegiatan
Setiap kegiatan tentu akan mengalami kesulitan, masalah-masalah dan penyimpangan
dalam pelaksanaannya. Permasalahan tersebut akan lebih mudah untuk ditemukan dan diatasi
jika terdapat Standar Operasional Prosedur yang mengaturnya.
4.        Membantu dalam mengembangkan dan mengevaluasi setiap proses operasional di
laboratorium
Keberadaan Standar Operasional Prosedur dapat membantu mengembangkan dan
mengevaluasi proses operasional di laboratorium. Hal ini berkaitan erat dengan fungsi
Standar Operasional Prosedur sebagai alat yang mempermudah untuk menemukan masalah
dan kesulitan dalam kegiatan, dengan ditemukannya kesulitan tersebut maka proses
operasional kerja dapat diperbaiki dan dievaluasi agar menjadi lebih baik lagi.

5.        Menjaga ketertiban praktikan dalam pelaksanaan kegiatan


Masalah ketertiban berkaitan erat dengan kedisiplinan, namun ketertiban dalam hal ini
bukan hanya mencakup pelaksanan tugas atau kerja saja tetapi juga mencakup fungsi untuk
mengontrol perilaku pelaksana tersebut. ketertiban ini diperlukan dalam menjaga agar
kegiataan dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan.
6.        Menjadi dasar hukum yang kuat dalam menghadapi penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi
Dasar hukum menjadi hal yang sangat penting keberadaannya karena sering terjadi
penyimpangan-penyimpangan dalam kegiatan di laboratorium. Dasar hukum ini dapat
menjadi acuan dan pedoman dalam mengatasi penyimpangan tersebut. Standar Operasional
Prosedur dalam hal ini dapat menjadi dasar hukum atau penengah terhadap permasalahan itu.

3.3              Tujuan Standar Operasional Prosedur Saat Bekerja di Laboratorium


Standar Operasional Prosedur memiliki tujuan penting dalam setiap kegiatan yang
dilakukan di laboratorium . Standar Operasional Prosedur dibuat dengan maksud dan tujuan
tertentu, sehingga memberikan manfaat bagi pihak yang bersangkutan. Tujuan Standar
Operasional Prosedur antara lain:
1.        Memastikan bahwa setiap, langkah, keputusan, tindakan dan penggunaan fasilitas dilakukan
secara sistematis dan sesuai
Setiap pelaksaan kegiatan perlu dipastikan apakah langkah, keputusan, tindakan dan
penggunaan fasilitas yang ada dilakukan secara sistematis dan sesuai. Hal ini tentu
dibutuhkan agar tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaannya dan hasil yang
diperolehpun sesuai dengan yang direncanakan.
2.        Menjaga dan menjamin keselamatan pengguna, praktian atau laboran saat melakukan
kegiatan di laboratorium
Kecelakaan kerja dapat terjadi saat melakukan kegiatan di laboratorium, baik karena
unsur kesengajaan atau tidak, namun apabila laboran mengikuti dan menjalankan Standar
Operasional Prosedur dengan benar, maka kecelakaan tersebut dapat diminimalisir atau
bahkan tidak akan terjadi.
3.        Mengawasi pekerjaan atau kegiatan agar dapat dilaksanakan secara efisien dan konsisten
Standar Operasional Prosedur dapat membantu dan mengawasi petugas maupun laboran
dalam melaksanakan tugasnya di laboratorium dengan baik. Konsistensi dan efisiensi tersebut
dapat terwujud apabila petugas maupun laboran tersebut menjalankan Standar Operasional
Prosedur dengan tertib.
4.        Menentukan pembagian kerja dan wewenang dari pelaksana yang terkait
Tugas dan wewenang petugas maupun laboran terkadang tidak dijalankan dengan
semestinya, dengan adanya aturan-aturan dalam Standar Operasional Prosedur diharapkan
agar petugas dan laboran dapat lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.
5.        Meminimalisir kesalahan dan inefisiensi dalam melakukan pekerjaan
Standar Operasional Prosedur memuat hal-hal yang cukup berpengaruh dalam
menghindari kegagalan, kesalahan dan inefisiensi yang terjadi. Salah satu contoh inefisiensi
adalah terkait penggunaan alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan.
6.        Membatasi tugas dan kerja pelaksana yang terkait
Pembatasan tugas dan kerja dalam kegiatan diperlukan agar memudahkan pelaksana
dalam mengerjakannya, selain itu pembatasan tersebut akan membuat pekerjaan pelaksana
menjadi lebih maksimal. Pembatasan tugas ini merupakan tujuan keberadaan Standar
Operasional Prosedur.

3.4              Standar Operasional Prosedur Laboratorium


Standar Operasional Prosedur laboratorium adalah seperangkat aturan atau tata cara
untuk menunjukkan tahapan secara jelas, yang mengatur kegiatan dan sikap
laboran/praktikan agar dapat menjalankan kegiatan di dalam laboratorium dengan baik.
Standar Operasional Prosedur merupakan aturan yang mengikat dan harus dipatuhi oleh
pengguna laboratorium. Adanya Standar Operasional Prosedur ini membuat kegiatan yang
berlangsung di laboratorium menjadi lebih tertata dan terstruktur.
Standar Operasional Prosedur bekerja di laboratorium berpedoman pada UU Nomor:20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU RI Nomor:14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, PP Nomor:19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan
Kepmendiknas Nomor 132/D/0/2008 (Halide, 2008: 6).
Standar Operasional bekerja di laboratorium meliputi peraturan sebelum praktik,
selama praktik, selesai praktik dan beberapa peraturan-peraturan lain. peraturan-peraturan
tersebut antara lain:
a.    Sebelum praktikum
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum pelaksanaan praktikum meliputi prosedur
persiapan alat dan tempat kegiatan. Prosedur tersebut antara lain yaitu :
1.        Ketua Program Studi bersama dengan Kepala laboratorium, teknisi, analis serta laboran
mengadakan rapat untuk membahas kesiapan kegiatan praktik dua pekan sebelum kegiatan
tersebut mahasiswa dilakukan;
2.        Kepala Laboratorium bersama dengan teknisi dan laboran mengecek kesiapan dan kelayakan
alat yang akan digunakan dalam praktikum sejak satu pekan sebelum kegiatan praktikum
dimulai;
3.        Kepala dan penanggungjawab laboratorium mengecek kesiapan job-sheet masing- masing
laboratorium;
4.        Laboran menyerahkan daftar catatan alat kepada mahasiswa untuk di isi alat apa saja yang
akan dipinjam dalam pelaksanaan praktikum;
5.        Laboran menyerahkan alat kepada ketua dan anggota kelompok mahasiswa/dosen terkait;
6.        Mahasiswa atau dosen bersama dengan teknisi, analis atau laboran bersama-sama mengecek
kelayakan alat yang dipinjam;
7.        Jika terjadi ketidaklayakan, alat akan dikembalikan kepada laboran atau teknisi dan dicatat
dalam buku kerusakan alat;
8.        Dosen penanggung jawab diwajibkan mengisi Berita Acara Praktikum yang diketahui oleh
penanggung jawab laboratorium sebelum melakukan praktikum.
b.    Selama praktikum
Setelah dilakukan prosedur persiapan alat dan tempat praktikum saat sebelum praktikum,
terdapat hal-hal yang harus diperhatikan selama kegiatan praktikum berlangsung diantaranya
yaitu:
1.        Sebelum masuk ke ruangan praktikum, mahasiswa harus menggunakan jas praktik sesuai
dengan ketentuan dan tidak membawa tas atau barang bawaan lain yang tidak diperlukan
dalam praktikum masuk ke laboratorium;
2.        Mahasiswa harus mengisi buku daftar hadir yang telah disiapkan mulai jam praktik sampai
dengan selesainya kegiatan praktik;
3.        Dosen menjelaskan cara penggunaan alat-alat praktikum kepada mahasiswa praktikan baik
yang standar maupun yang dipinjam sesuai dengan fungsinya;
4.        Mahasiswa menggunakan alat sesuai dengan fungsi dan petunjuk praktik dengan diamati
oleh dosen pembimbing (jobsheet).
c.    Selesai praktikum
Setelah kegiatan praktikum dilaksanakan terdapat hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1.             Sebelum meninggalkan ruangan praktik, mahasiswa atau praktikan harus membersihkan alat
dan bahan yang digunakan dan kemudian mengembalikannya kepada laboran atau teknisi;
2.             Teknisi atau laboran memeriksa kelayakan alat yang dipinjam, jika rusak/hilang maka
teknisi/laboran mencatat sebagai alat yang ditinggalkan dan harus diganti oleh peminjam.

d.   Peraturan-peraturan lain


Selain peraturan sebelum praktikum, selama praktikum dan selesai praktikum terdapat
hal-hal lain yang perlu diperhatikan. Peraturan-peraturan ini meliputi peraturan yang
mengontrol sikap dan kegiatan praktikan selama praktikum.
1.        Sebelum menggunakan alat-alat praktikum, mahasiswa harus memahami petunjuk
penggunaan alat itu, sesuai dengan petunjuk penggunaan yang diberikan atau disampaikan
oleh penanggung jawab praktikum;
2.        Mahasiswa harus memperhatikan dan mematuhi peringatan (warning) yang biasa tertera
pada badan alat, hal tersebut dimaksudkan agar mahasiswa waspada dan terhindar dari
kecelekaan karena kesalahan penggunaan alat tersebut.
3.        Mahasiswa harus memahami fungsi atau kegunaan alat-alat praktikum dan hanya
menggunakan alat-alat tersebut untuk aktivitas yang sesuai fungsi atau kegunaannya.
Menggunakan alat praktikum diluar fungsi atau peruntukannya dapat menimbulkan
kerusakan pada alat tersebut dan membahayakan keselamatan praktikan;
4.        Mahasiswa harus memahami rating dan jangkauan kerja alat-alat praktikum serta
menggunakan alat-alat tersebut sesuai rating dan jangkauan kerjanya. Menggunakan alat
praktikum diluar rating dan jangkauan kerjanya dapat menimbulkan kerusakan pada alat
tersebut dan bahaya keselamatan praktikan;
5.        Seluruh peralatan praktikum yang digunakan harus dipastikan aman dari benda/logam tajam,
api/panas berlebih atau lainnya yang dapat mengakibatkan kerusakan pada alat tersebut;
6.        Tidak melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan kotor, coretan, goresan atau
sejenisnya pada badan alat-alat praktikum yang digunakan, karena hal tersebut bisa saja
merusak fungsi alat tersebut.

3.5              Panduan Umum Keselamatan Penggunaan Peralatan Laboratorium


Standar Operasional Prosedur pada dasarnya dibuat untuk menjaga keselamatan
praktikan selama berlangsungnya kegiatan praktikum. Untuk mewujudkan praktikum yang
aman diperlukan partisipasi seluruh praktikan dan penanggung jawab praktikum yang
bersangkutan. Oleh karena itu, kepatuhan dan ketertiban setiap praktikan terhadap uraian
panduan pada bagian ini akan sangat membantu mewujudkan praktikum yang aman. Panduan
umum pada Standar Operasional Prosedur diantaranya meliputi panduan untuk bahaya listrik,
bahaya api atau panas berlebih, bahaya benda tajam dan logam dan panduan umum lain.

a.         Bahaya listrik


Beberapa praktikum dalam pelaksanaanya tidak terlepas dari penggunaan listrik. Panduan
umum keselamatan dari bahaya listrik di peralatan yang ada laboratorium diantaranya adalah:
1.    Memperhatikan dan mempelajari tempat-tempat sumber listrik (stop-kontak dan circuit
breaker) dan cara untuk menyalakan maupun mematikannya. Jika melihat ada kerusakan
yang berpotensi menimbulkan bahaya lebih baik dilaporkan pada asisten atau
penanggungjawab praktikum yang bertugas;
2.    Menghindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik (sengatan
listrik) secara tidak disengaja, misalnya kabel listrik yang terkelupas;
3.    Menghindari melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada diri sendiri
atau orang lain;
4.    Mengeringkan bagian tubuh yang basah terlebih dahulu karena dapat menimbulkan sengatan
listrik, misalnya keringat atau sisa air wudhu;
5.    Mewaspadai dan berhati-hati terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas praktikum.
Kecelakaan akibat bahaya listrik yang sering terjadi adalah tersengat arus listrik. Berikut
ini adalah hal-hal yang harus diikuti praktikan jika hal tersebut terjadi:
a.    Mematikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik di meja masing-masing maupun di
meja praktikan yang tersengat arus listrik;
b.    Membantu praktikan yang tersengat arus listrik untuk melepaskan diri dari sumber listrik;
c.    Memberitahu dan meminta bantuan asisten, praktikan lain dan orang yang ada di sekitar anda
tentang terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik.
b.    Bahaya api atau panas berlebih
Api atau panas berlebih merupakan hal yang perlu untuk diwaspadai saat
melakukan praktikum karena dapat membahayakan praktikan. Berikut adalah panduan umum
agar terhindar dari bahaya api atau panas berlebih di laboratorium
1.    Tidak membawa benda-benda yang mudah terbakar seperti korek api dan gas ke dalam
ruang praktikum bila tidak disyaratkan dalam modul praktikum;
2.    Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan api, percikan api atau panas yang
berlebihan;
3.    Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya api atau panas berlebih pada diri
sendiri maupun orang lain;
4.    Selalu waspada terhadap bahaya api atau panas berlebih pada setiap aktivitas praktikum;
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diikuti praktikan jika menghadapi bahaya api atau
panas berlebih, yaitu :
a.    Memberitahu dan meminta bantuan asisten atau penanggungjawab praktikum, praktikan lain
dan orang di sekitar anda tentang terjadinya bahaya api atau panas berlebih;
b.    Mematikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik di meja praktikum masing-masing;
c.    Menjauh dari ruang praktikum.
c.    Bahaya benda tajam dan logam
Bahaya benda tajam di laboratorium memang sangat fatal. Benda-benda jenis ini
dapat melukai anggota tubuh praktikan saat melakukan praktikum. Berikut adalah
panduannya agar terhindar dari bahaya tersebut, antara lain :
1.    Tidak membawa benda tajam (pisau, gunting dan sejenisnya) ke ruang praktikum bila tidak
diperlukan untuk pelaksanaan percobaan;
2.    Tidak memakai perhiasan yang terbuat dari logam misalnya cincin, kalung, dan gelang dan
lain-lain;
3.    Menghindari daerah, benda atau logam yang memiliki bagian tajam dan dapat melukai diri
sendiri maupun orang lain;
4.    Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan luka pada diri sendiri atau orang lain.
d.   Panduan umum lain
Selain panduan mengenai bahaya listrik, bahaya api dan panas berlebih dan
bahaya benda tajam dan logam, terdapat beberapa panduan lain yang juga harus diperhatikan
saat pelaksanaan kegiatan praktikum di laboratorium. Panduan ini dimaksudkan untuk
mencegah hal-hal yang dapat mengganggu atau menghambat jalannya praktikum. Berikut
adalah panduan lain yang perlu diperhatikan saat melakukan praktikum di laboratorium.
1.      Tidak membawa makanan dan minuman ke dalam ruang praktikum maupun sekitar area
ruang praktikum;
2.      Tidak merokok atau melakukan hal-hal lain yang dapat mengganggu berjalannya proses
praktikum.
3.6              Standar Operasional Prosedur Peminjaman Alat/Barang/Sarana dan Prasarana
Laboratorium
Kegiatan praktikum di laboratorium tentunya membutuhkan berbagai alat dan bahan. Alat
dan bahan tersebut dapat dipinjam dari laboratorium sebelum kegiatan praktikum
berlangsung. Standar Operasional Prosedur peminjaman alat/barang/sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh laboratorium dalam hal pertanggung jawabannya dipegang oleh Kepala
laboratorium dan dibantu oleh masing-masing Penanggung jawab laboratorium. Standar
Operasional Prosedur ini ditujukan untuk menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dan
dipersiapkan dalam meminjam inventaris alat/barang/sarana dan prasarana di bawah
pertanggung jawaban Kepala aboratorium dan Penanggung jawab aboratorium yang
selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan.
Sebelum melakukan peminjaman alat/barang/sarana dan prasarana dari laboratorium
terdapat kegiatan-kegiatan prosedural yang harus dilakukan. Kegiatan-kegiatan ini diperlukan
agar peminjam dapat bertanggung jawab penuh dan menjadi bukti bahwa alat atau barang
tersebut sedang dipinjam. Prosedur tersebut meliputi:
a.         Pengajuan surat permohonan peminjaman
Alat/barang/sarana dan prasarana yang dimiliki dan menjadi tanggung jawab Kepala
laboratorium dan Penanggungjawab laboratorium, pada dasarnya dapat dipergunakan oleh
semua sivitas akademika. Oleh karena itu semua sivitas akademika yang ingin
mempergunakan alat/barang/sarana dan prasarana tersebut, haruslah mengajukan surat
permohonan peminjaman alat/barang/sarana dan prasarana tersebut kepada Kepala
laboratorium.
Surat permohonan pinjaman berisi nama peminjam, jabatan peminjam, bagian peminjam,
alamat peminjam (alamat kampus dan ruang), keperluan pinjaman (acara, waktu dan tempat),
lama peminjaman, serta nama barang yang akan dipinjam dan jumlahnya.
b.         Pengesahan permohonan pinjaman
Terdapat beberapa tahap pengesahan permohonan pinjaman di laboratorium diantaranya
yaitu:
1.        Alat/barang/sarana dan prasarana milik laboratorium yang akan dipinjam tersebut, setelah
melalui tahap pertama atau pengajuan surat permohonan pinjaman akan segera ditindak
lanjuti;
2.        Penanggungjawab laboratorium akan memeriksa surat permohonan pinjaman tersebut dan
Penanggung jawab laboratorium mempunyai hak kuasa penuh untuk menerima atau menolak
setiap surat permohonan pinjaman yang masuk terutama melihat kepentingan peminjaman
alat/barang/sarana dan prasarana tersebut dengan diketahui oleh Kepala laboratorium. Selama
permohonan peminjaman tersebut untuk keperluan kegiatan bukan untuk kepentingan
pribadi, maka permohonan peminjaman tersebut akan diterima;
3.        Pemohon yang tertulis dalam surat permohonan peminjaman menjadi penanggung jawab
terhadap alat/barang/sarana dan prasarana yang dipinjamnya;

c.         Pengisian surat pinjaman


Tahapan ketiga dari prosedur ini adalah pengisian surat pinjaman bagi yang surat
permohonan pinjaman telah diperiksa dan disetujui oleh penanggung jawab laboratorium dan
diketahui oleh Kepala laboratorium.
d.        Penyerahan pinjaman dan pengecekan awal
Setelah pemohon mengisi surat bukti peminjaman, langkah yang harus dilakukan
selanjutnya adalah menerima alat/barang/sarana dan prasarana yang dipinjam tersebut dan
melakukan pengecekan awal terhadap semua barang yang dipinjam. Pemohon kemudian
dapat mempergunakan alat/barang/sarana dan prasarana pinjaman tersebut untuk keperluan
yang dimaksud dan bertanggungjawab penuh terhadap alat/barang/sarana dan prasarana
pinjaman tersebut.
e.         Pengembalian pinjaman dan pengecekan akhir
Setelah alat atau barang tersebut selesai digunakan, maka alat harus dikembalikan lagi
kepada penangging jawab laboratorium. Berikut adalah beberapa tahap pengembalian
pinjaman dan pengecekan akhir di laboratorium:
1.        Melakukan pengecekan akhir terhadap semua barang pinjaman dan harus sesuai dengan
kondisi awal pada saat barang tersebut dipinjam;
2.        Jika ternyata pada saat pengembalian, alat/barang/sarana dan prasarana pinjaman tersebut
dinyatakan rusak atau hilang sebelum dikembalikan, maka pemohon pinjaman harus
bertanggungjawab terhadap alat/barang/sarana dan prasarana pinjaman tersebut dan harus
menggantinya.
f.          Pengisian surat pengembalian
Sebelum mengembalikan alat atau barang yang dipinjam, maka peminjam harus mengisi
surat pengembalian sebagai bukti bahwa alat tersebut bukan lagi menjadi tanggung jawab
peminjam. Tahapan pengisian surat pengembalian di laboratorium adalah sebagai berikut:
1.        Pemohon mengisi tanggal pengembalian alat/barang/sarana dan prasarana pinjaman tersebut;
2.        Setelah pemohon mengisi tanggal pengembalian, maka proses peminjaman ini dinyatakan
selesai.
g.         Ketentuan peminjaman bagi pihak luar
Peminjaman alat/barang/sarana dan prasarana bagi pihak di luar sivitas akademika juga
mengikuti prosedur yang sama yang disebutkan pada poin-poin di atas. Selain ketentuan-
ketentuan tersebut, ada ketentuan tambahan yang harus dipenuhi oleh peminjam dari pihak
luar yaitu:

1.        Peminjam harus menitipkan kartu tanda pengenal atau sejenisnya;


2.        Peminjam dikenakan biaya sewa, yang harganya sesuai dengan jenis barang yang dipinjam.
Harga sewa ditentukan sesuai dengan kesepakatan pengelola laboratorium.
BAB III
PENUTUP

3.1              Kesimpulan

Standar Operasional Prosedur laboratorium adalah seperangkat aturan atau tata cara untuk
menunjukkan tahapan secara jelas, yang mengatur kegiatan dan sikap laboran/praktikan agar
dapat menjalankan kegiatan di dalam laboratorium dengan baik. Standar operasional prosedur
diperlukan untuk menjaga agar kegiatan yang berlangsung di laboratorium menjadi lebih
tertata dan terstruktur. Standar Operasional Prosedur saat bekerja di laboratorium mengatur
kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum praktikum, selama praktikum, selesai praktikum
dan peraturan-peraturan lain. Standar Operasional kerja juga meliputi panduan umum
keselamatan terhadap berbagai bahaya di laboratorium maupun prosedur peminjaman dan
pengembalian alat.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan dapat menyadari pentingnya
keberadaan Standar Operasional Prosedur sekaligus menerapkannya dalam pelaksanaan
kegiatan di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Halide. 2008. Standar Operating Procedures (SOP) Laboratorium. Makassar:Universitas Fajar.

Silaban, Dede Nova. 2014. Pengelolaan Laboratorium.

http://novasilaban92 .blogspot.com/2014/05/uts-penglab_6848.html. 4 Februari 2016 (11:14).

Anda mungkin juga menyukai