Anda di halaman 1dari 16

INFUS INTRAVENA

Team Teaching
Mata Kuliah Farmakokinetika
Program Studi Farmasi, FMIPA
Universitas Sam Ratulangi
Pemberian Obat dengan Infus intravena
Infus Intravena

Secara umum pada


praktek di Rumah
sakit, pengaturan
infus obat diatur
dengan laju yang
konstan.
Berdasarkan gambar
disamping, metode
infus intravena
memungkinan
pemberian obat yang
tepat dan mudah
untuk di kontrol.
Kecepatan Infus

Laju aliran Konsentrasi


Laju aliran dapat dikontrol
obat dalam
dengan menyesuaikan larutan
ketinggian botol infus atau
dengan mengatur ukuran Misalnya konsentrasi larutan
tube yang menghubungkan obat adalah 1% (b / v) dan
botol ke jarum. Ketika larutan ini diinfuskan dengan
menginginkan pemberian laju konstan 10 mL/jam (laju
Obat dengan presisi dan aliran larutan). Jadi 10 mL
kontrol yang lebih besar, larutan akan mengandung
maka pompa infus 0,1 g (100 mg) obat.
digunakan.
Pemantauan obat dalam darah pada 2 kondisi
:
1. Selama infus
(saat obat sedang diinfus)
2. Dalam periode pasca – infus
(infus dihentikan)
Keuntungan pemberian infus intravena
Bagi penderita dalam keadaan kritis, maka terapi dapat
dilakukan bersamaan dengan pemberian infus elektrolit,
1 suplemen makanan atau vitamin tanpa melakukan invasi
tambahan terhadap penderita.

Pengaturan dosis dapat lebih mudah dilakukan melalui


2 pengaturan tetesan yang dialirkan, sesuai kebutuhan
penderita.

Infus intravena dapat mengurangi fluktuasi antara palung


3 dan puncak kadar obat di dalam plasma.
Kadar obat di dalam plasma setelah pemberian infus intravena
dengan kecepatan konstan tergantung pada besarnya obat
yang masuk (R = Rate of infusion) dan kliren total obat (CLT)

Persamaan:
Ct = R/(Vd.K) x (1 – e-Kt)
Ct = R/CLT x (1 – e-Kt)
Keterangan:
Vd x K : CLT (L/jam)
Ct : Kadar obat setelah waktu t sejak dimulai infus (mg/L)
Vd : Volume distribusi (L)
K : Tetapan kecepatan eliminasi (jam -1)
R : Rate of infusion (kecepatan infus = mg/jam)
Kadar obat di dalam plasma setelah pemberian secara infus
intravena dengan kecepatan konstan
Kadar obat dalam plasma
Keadaan Tunak

5-6 x t1/2 Waktu


Setelah beberapa waktu pemberian infus
intravena, kadar obat di dalam plasma akan
menumpuk dan akan terjadi keadaan steady
state/plateau atau tunak.

(1 – e-Kt) merupakan faktor Kadar tunak terjadi ketika


yang menentukan kecepatan obat yang
tercapainya akumulasi masuk ke dalam sirkulasi
kadar tunak setelah sistemik sama dengan
pemberian infus kecepatan obat
intravena. meninggalkan sirkulasi
sistemik.
Persamaan ketika kadar tunak:
Css = R/CLT = R/Vd.K

Keterangan:
Css : Kadar obat mencapai keadaan tunak (mg/L)
CLT : Klirens total obat (L/jam)
Vd : Volume distribusi (L)
K : Tetapan kecepatan eliminasi (jam-1)
R : Rate of infusion (kecepatan infus = mg/jam)

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa kadar tunak


(Css) bergantung pada volum distribusi, tetapan laju
eliminasi dan laju infus. Perubahan pada salah satu
faktor tersebut dapat mempengarui kadar tunak
Contoh Kasus klinis
(Wahyono, 2013)

1. Jika kliren suatu obat 4,5 L/jam (K=0,15/jam),


diberikan dengan kecepatan infus 50 mg/jam, maka
kadar di dalam plasma setelah jam ke-8? Jika infus
diteruskan, maka kadar tunak tercapai sebesar?

2. Seorang penderita diinfus selama 6 jam dengan


suatu obat (K = 0,01/jam; Vd = 101 L) pada laju
infus 2 mg/jam. Berapakah konsentrasi obat dalam
tubuh setelah 6 jam? Berapa konsentrasi obat
dalam tubuh 2 jam setelah penghentian infus?
1. Dik : K = 0,15/jam
CLT = 4,5 L/jam
R = 50 mg/jam
t = 8 jam
Dit : Cp (8) = ......?
Css = ......?
Penyelesaian:
Cp (8) = R/ CLT x (1 – e-Kt)
= 50 mg/jam / 4,5 L/jam x (1 – e-0,15/jam x 8 jam)
= 7,76 mg/L
 Jika infus diteruskan, maka kadar tunak tercapai:
Css = R/ CLT
= 50 mg/jam / 4,5 L/jam
= 11,1 mg/L
Jika nilai R ↑, maka Css ↑ yang besar proporsinya sama
2. Dik : K = 0,01/jam
Vd = 101 L
R = 2 mg/jam
t = 6 jam
Dit : Cp (6) = ......?
Cp (2) = ......?
Penyelesaian:
Cp (6) = R/(Vd.K) x (1 – e-Kt)
= 2 mg/jam / (101 L x 0,01/jam) x (1 – e-0,01/jam x 6 jam)
= 1,98 mg/L x 0,06
= 0,1188 mg/L
 2 jam setelah infus dihentikan:
Cp (2) = Cp (6) x e-Kt
= 0,1188 mg/L x e-0,01/jam x 2 jam
= 0,1188 mg/mL x 0,98 = 0,1176 mg/L
1.Seorang penderita pria (umur 35 tahun, 80 kg) mendapatkan infus
intravena suatu obat A (waktu paruh eliminasi 8 jam dan volume
distribusinya adalah 30% dari BB) diberikan dengan kecepatan infus 50
mg/jam.
a. Berapakah klirens tubuh total?
b. Berapakah kadar obat di dalam plasma setelah 8 jam?
c. Jika infus diteruskan berapakah kadar tunak yang tercapai?
d. Jika kadar tunak ditingkatkan menjadi 30 mg/L, berapakah kecepatan
infus harus dicapai?
2. Seorang pasien mendapatkan infus intravena teofilin (waktu paruh
eliminasi 8 jam; volume disribusi 20 L) dengan kecepatan infus
60 mg/jam.
a. Berapakah kadar obat di dalam plasma setelah 6 jam?
b. Jika infus diteruskan, berapakah kadar tunak yang tercapai?
c. Jika kadar tunak ditingkatkan menjadi 40 mg/L, berapakah kecepatan
infus harus ditingkatkan?
d. Infus kemudian dihentikan saat mencapai kadar tunak pada soal b.
Berapakah kadar obat dalam plasma 5 jam setelah infus dihentikan?
Daftar Pustaka
Wahyono, Djoko, 2013. Farmakokinetika Klinik. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Shargel, L., and Yu, Andrew, 2016, Applied Biopharmaceutics


and Pharmacokinetics 7th Edition. Appleton and Lange, New
York.

Larry, B., 2008, Applied Clinical Pharmacokinetics 2th Edition.


McGraw-Hill Companies, Inc, New York.

Jambhekar, S., and Breen, P, 2009, Basic Pharmacokinetics.


Pharmaceutical Press, London.
Thank
you

Anda mungkin juga menyukai